Anda di halaman 1dari 11

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA

ANGIOSPERMAE

DISUSUN OLEH:

PREKDI S. BERUTU
NIM: 160301034

Mata Kuliah : Teknologi Benih


Dosen Pengampu : Risky Ridha, SP., MP

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmat-nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“Tahapan Pembentukan Biji pada Angiospermae ”.
Penulisan makalah adalah salah satu tugas mata kuliah Teknologi Benih di
Universitas Samudra. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhinga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Bapak dosen yang telah memberikan materi,
sehingga memberikan modal awal buat penulisan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehinga tujuan yang di
harapkan dapat tercapai.

Langsa, 24 Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1

1.3 Tujuan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2

2.1 Pengertian Angiospermae ................................................................. 2

2.2 Proses Pembentukan Biji pada Angiospermae.................................. 2

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 7

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 7

3.2 Saran................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tumbuhan Angiospermae, bunga merupakan bagian yang sangat
penting dalam daur hidupnya. Bunga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan
Magnoliophyta atau Angiospermae yang berperan sebagai perantara penggabungan
sperma dengan sel telur untuk menghasilkan embrio. Proses penggabungan ini
diawali dengan adanya polinasi, diikuti oleh fertilisasi yang kemudian akan
mengarah pada pembentukan biji. Pada tumbuhan tinggi, biji merupakan generasi
penerus dan berfungsi sebagai alat penyebaran.
Proses reproduksi yang akhirnya menghasilkan biji terjadi pada dua bagian
sporofit yang amat penting pada tumbuhan, yakni kepala sari (anthera) dan bakal
biji (ovulum). Sel sporogen yang terbentuk dalam kedua organ tersebut akan
mengalami meiosis (pembelahan reduksi) sehingga terbentuk spora yang tersusun
tetrad. Spora yang terjadi akan melakukan beberapa kali pembelahan sel
menghasilkan gametofit. Proses pembentukan spora disebut sporogenesis. Pada
anthera (kepala sari) akan terjadi proses pembentukan mikrospora secara meiosis
atau dinamakan mikrosporogenesis. Proses ini kemudian akan diikuti dengan
pembelahan mitosis (mikrogametogenesis) untuk pembentukan gametofit jantan
atau polen. Gametofit jantan akan menghasilkan gamet jantan atau sperma.
Pembentukan gamet betina berlangsung di dalam bakal biji. Proses pembentukan
gamet ini diawali dengan terjadinya megasporogenesis (melalui pembelahan
meiosis) untuk menghasilkan megaspora, yang diikuti pula dengan beberapa kali
pembelahan mitosis (megagametogenesis) untuk membentuk gametofit betina atau
kantung embrio (Amien, 1994).
Polen yang sudah dewasa dan matang akan terpencar dan menempel pada
permukaan stigma melalui proses polinasi. Pada permukaan stigma polen akan
berkecambah membentuk tabung polen, yang akan membawa sperma menuju sel
telur di dalam kantung embrio. Segera setelah terjadinya persatuan gamet jantan
dan betina melalui proses fertilisasi (pembuahan), sehingga akan terbentuk zigot
yang kemudian berkembang menjadi embrio melalui proses yang dinamakan
embriogenesis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian angiospermae
2. Proses pembentukan biji pada angiospermae

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pembentukan biji pada tanaman angiospermae.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Angiospermae


Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) berasal dari kata angio yang
berarti bunga dan spermae yang berarti tumbuhan berbiji, jadi Angiospermae adalah
tumbuhan berbiji yang tertutup. Mengapa dikatakan tumbuhan berbiji tertutup,
karena bijinya selalu diselubungi oleh suatu badan yang berasal dari daun-daun
buah yang disebut dengan bakal buah. Kemudian bakal buah beserta bagian-bagian
lain dari bunga akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang telah menjadi biji
tetap terdapat di dalamnya. Tumbuhan biji tertutup memiliki jumlah spesies lebih
banyak dibandingkan dengan tumbuhan berbiji terbuka, karena anggota
Angiospermae mencakup sekitar 300 famili dan lebih dari 250.000 spesies.
Tumbuhan ini banyak ditemukan di semua daratan dunia ini. Ada banyak factor
yang menentukan sehingga angiospermae terdapat di mana-mana. Di antaranya
adalah mampu beradaptasi dan bereproduksi di segala lingkungan, membentuk
buah, bunga dan biji (Tjitrosoepomo, 2007).
Angiospermae terdiri atas satu divisi yaitu Anthophyta (tumbuhan
berbunga) yang merupakan 80% tumbuhan saat ini. Divisi ini dibedakan atas 2
kelas yaitu tumbuhan monokotil/ magnoliopsida (sekitar 65.000 spesies) dan
tumbuhan dikotil/ liliopsida (sekitar 170.000 spesies). Tumbuhan dikotil dan
monokotil dibedakan atas beberapa hal, antara lain: struktur biji (jumlah kotiledon),
struktur bunga, distribusi berkas pembuluh pada batang, dan struktur akar
(Tjitrosoepmo, 2007)
Secara umum, tumbuhan berbiji tertutup memiliki ciri yang sama dengan
tumbuhan berbiji terbuka. Keunikan tumbuhan berbiji tertutup terletak pada bijinya
yang tersusun oleh keping lembaga (kotyledon). Keping lembaga pada tumbuhan
berbiji tertutup membentuk dua kelompok tumbuhan, yaitu tumbuhan berbiji
tunggal (Monocotyledonae) dan tumbuhan berbiji berkeping dua (Dicotyledonae).

2.2 Pembentukan Biji Angiospermae


1. Pembentukan Gamet Jantan
Proses pembentukan sel kelemin jantan (pembuahan ganda) pada ujung
terdapat inti vegetatif dan inti generatif inti generatif membelah menjadi 2 yaitu inti
generatif 1, yang membentuk sperma 1 dan inti generatif 2 yg membentuk sperma
2. Kemudian sperma 1 dan sperma 2 jatuh ke bawah sampai ke mikrofil dan akan
membentuk zigot di dlm mikrofil terdapat satu inti yg disebut mitosis. Mitosis
membelah menjadi 2 melalui pembelahan meiosis. Lalu membelah lagi menjadi 4
dan disebut meiosis 2 dan terakhir, 4 inti itu membelah menjadi 8 inti (Riana, dkk.,
2009).

2
2. Pembentukan Gamet Betina
Gamet betina dibentuk di dalam bakal biji (ovule) atau kantung lembaga. Pada
bagian ini terdapat sel induk megaspora (sel induk kantug lembaga) yang diploid.
Sel ini akan membelah secara meiosis dan dari satu sel induk kantung lembaga
membentuk 4 sel yang haploid. Tiga sel akan mereduksi dan lenyap tinggal satu
yang berkembang. Selanjutnya, sel ini membelah secara mitosis 3 kali dan
terbentuklah 8 sel. Dari sel yang berjumlah 8 ini, 3 sel akan bergerak menuju arah
yang berlawanan dengan mikropil, 2 sel lainnya menjadi kandung tembaga
sekunder, dan 3 sel terakhir menuju ke dekat mikropil. Dari 3 sel (yang menuju
dekat mikropil) yang terakhir ini dua menjadi sinergid dan satu sel lagi menjadi sel
telur. Dalam keadaan seperti ini kandung lembaga sudah masak dan siap untuk
dibuahi. Putik yang sudah masak biasanya mengeluarkan cairan lengket pada
ujungnya yang berfungsi sebagai tempat melekatnya serbuk sari (Riana, dkk.,
2009).

3. Pembuahan Ganda
Proses pembuahan yang terjadi pada Angiospermae dikenal dengan
pembuahan ganda. Proses pembuahan diawali dengan penyerbukan (polinasi), yaitu
penempelan butir serbuk sari ke kepala putik. Setelah penyerbukan, butir serbuk
sari yang menempel pada kepala putik berkecambah membentuk buluh serbuk sari.
Inti sel serbuk sari membelah menjadi sel vegetatif dan sel generatif. Sel
vegetatif bergerak ke buluh serbuk sari yang menuju bakal buah (ovarium).
Sementara itu, sel generatif membelah secara mitosis menghasilkan dua sel sperma.
Saat buluh polen (serbuk sari) mencapai ovum (bakal biji), inti vegetatif menembus
kantong embrio melalui mikrofil dan melepaskan kedua sel sperma.
Satu sel sperma (inti sel generatif) membuahi sel telur membentuk zigot
yang bersifat diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya (inti sel generatif 2)
membuahi dua inti kandung lembaga sekunder (2n) sehingga terbentuk sel triploid
(3n). Sel ini akan membelah membentuk jaringan penyimpan makanan cadangan
yang disebut endosperm.
Selanjutnya, endosperm akan menyediakan makanan bagi embrio yang
berkembang dari zigot. Dua peristiwa fusi yang terjadi antara sel sperma dengan sel
telur dan sel sperma dengan kandung lembaga sekunder (2n) inilah yang dikenal
dengan pembuahan ganda pada Angiospermae. Sel antipoda serta sel sinergid
biasanya mengalami degenerasi. Proses pembuahan selanjutnya akan diikuti
dengan perkembangan buah dan biji.

3
Gambar : Proses pembuahan ganda pada Angiospermae

Sumber: Campbell, N.A. 1997. Biology. Fourth Edition. California: The


Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.

Proses Pembuahan Ganda


Pembuahan ganda adalah proses yang terjadi pada pembentukan biji
tumbuhan angiospermae. Disebut pembuahan ganda karena terjadi dua pembuahan
pada proses pembentukan biji. Pembuahan pertama menghasilkan zigot dan
pembuahan kedua menghasilkan endosperma (cadangan makanan).
Serbuk sari jatuh ke kepala putik sebagai awal terjadinya proses
penyerbukan pada angiospermae. Inti sel dalam serbuk sari akan membentuk
membelah membentuk inti vegetatif, inti generative 1, dan inti generatif 2. Setelah
beberapa saat serbuk sari akan berkecambah membentuk tabung serbuk sari sebagai
jalan menuju kantung embrio (Johri, 1984).

4
Gambar Pembentukan tabung serbuk sari

Inti vegetatif akan berperan sebagai penunjuk jalan bagi inti generatif, inti
vegetatif akan berjalan di depan inti generatif. Setelah sampai di kantung embrio,
inti generatif 1 akan membuahi sel telur membentuk zigot dan inti generatif 2 akan
membuahi inti kandung lembaga sekunder membentuk endosperma.
Sel telur bersifat haploid (n) akan dibuahi inti generatif 1 yang bersifat
haploid (n) sehingga akan menghasilkan zigot yang bersifat diploid (2n). Inti
kandung lembaga sekunder akan dibuahi oleh inti generatif 2 sehingga terbentuk
endosperma. Endosperma bersifat triploid (3n) karena merupakan penyatuan 2 inti
kandung lembaga sekunder dan inti generatif 2 yang masing-masing bersifat
haploid.

Gambar Proses Pembuahan Ganda

5
Zigot nantinya akan berkembang menjadi calon individu baru, sedangkan
endosperma merupakan cadangan makanan bagi perkembangan zigot. Pembuahan
ganda hanya terjadi pada angiospermae, sedangkan padaa gymnospermae
menjalani proses yang berbeda yang disebut pembuahan tunggal. Gymnospermae
hanya mengalami pembuahan tunggal sehingga tidak menghasilkan endosperma
sebagai cadangan makanan.
Proses pembuahan yang terjadi pada Angiospermae dikenal dengan
pembuahan ganda. Proses pembuahan diawali dengan penyerbukan (polinasi), yaitu
penempelan butir serbuk sari ke kepala putik. Setelah penyerbukan, butir serbuk
sari yang menempel pada kepala putik berkecambah membentuk buluh serbuk sari.
Inti sel serbuk sari membelah menjadi sel vegetatif dan sel generatif. Sel
vegetatif bergerak ke buluh serbuk sari yang menuju bakal buah (ovarium).
Sementara itu, sel generatif membelah secara mitosis menghasilkan dua sel sperma.
Saat buluh polen (serbuk sari) mencapai ovum (bakal biji), inti vegetatif menembus
kantong embrio melalui mikrofil dan melepaskan kedua sel sperma.
Satu sel sperma (inti sel generatif) membuahi sel telur membentuk zigot
yang bersifat diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya (inti sel generatif 2)
membuahi dua inti kandung lembaga sekunder (2n) sehingga terbentuk sel triploid
(3n). Sel ini akan membelah membentuk jaringan penyimpan makanan cadangan
yang disebut endosperma.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a) Angiospermae adalah tumbuhan berbiji tertutup yang banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari
b) Dalam reproduksinya angiospermae mengalami pembuahan ganda.
c) Ciri utama tumbuhan ini yaitu memiliki bunga. Sel kelamin jantan dari
angiospermae adalah benang sari sedangkan sel kelamin betina adalah
putik.
d) Angiospermae dibagi menjadi dua kelas yaitu monokotil dan dikotil

3.2 Saran
Adapun saran penulis adalah perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang
tahapan pembentkan biji pada angiospermae dan diadakannya percobaan sederhana
yang spesifik untuk membuktikan bahwa Angiospermae mengalami tahapan
pembentukan biji dengan mengalami pembuahan ganda.

7
DAFTAR PUSTAKA

Riana,Yani dkk. 2009. Biologi 1 SMA dan MA kelas X. Jakarta : Pusat perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 178- 185.

Amien, Mohammad. 1994. Biologi SMU. Jakarta: Depdikbud – PN Balai Pustaka

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.
Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar. (1978). The Embriology of Angiosperm. New
Delhi: Vikas Publishing House Ltd.
Johri, B. M (ed). (1984). Embriology of Angiosperm. New York: Mc. Graw Hill
Books Company.
Campbell, N.A. 1997. Biology. Fourth Edition. California: The
Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.

Anda mungkin juga menyukai