Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH

BOTANI TUMBUHAN TINGGI


TENTANG
TUMBUHAN BIJI TERTUTUP (ANGIOSPERMAE)

DOSEN PENGAMPU: ROSMINI S.Si, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3:
VINA NIKMATUS SA’ADAH/2020010108002
AINUN MARDIAH/2020010108006
GISKA VIOLA AMARISKA/2020010108020
UMMU KALSUM/2020010108009
ICA RASTIKA/2020010108031
TIKA INDRAYANI SUKMA HADIJA/2020010108015

TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
KENDARI
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
baik. Tak lupa sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah member petunjuk umatnya ke arah jalan yang paling benar.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
Botani Tumbuhan Tinggi dengan judul, “Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)”.
Pada makalah ini, akan dipaparkan mengenai tumbuhan biji tertutup beserta proses
perkembangbiakannya. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu Rosmini
S.Si, M.Pd. selaku dosen Botani Tumbuhan Tinggi yang telah memberikan tugas
makalah ini, sehingga kami dapat memperluas wawasan mengenai tumbuhan berbiji
dan segala hal yang berkaitan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan
penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang mendukung
agar kami dapat menyusun karya ilmiah dengan lebih baik lagi. Meski demikian, kami
berharap bahwa penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya,
terutama dalam dunia pendidikan.

Kendari, 20 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Struktur Bunga Tumbuhan Angiospermae...................................................2
B. Perkembangbiakan Tumbuhan Angiospermae..........................................13
C. Klasifikasi Buah (Fructus).........................................................................22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi. Terdapat
berbagai jenis tumbuhan salah satunya : tumbuhan spermatophyta atau tumbuhan
berbiji. Tumbuhan biji yang terdapat di bumi kurang lebih sebanyak 170.000 jenis
tumbuhan dari jumlah kekayaan flora dunia ± 300.000 jenis tumbuhan.Golongan
tumbuhan biji-lah yang bersifat dominan di bumi.(Tjitrosoepomo, 2010, hal. 7).
Tumbuhan spermatophyta terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu : tumbuhan
Gymnospermae(berbiji terbuka) dan tumbuhan Angiospermae(berbiji tertutup).
Angiospermae biasanya dikenal sebagai tumbuhan berbunga yang terdiri dari
dua kelas, yaitu kelas monokotil dan kelas dikotil. Keanekaragaman jenis tumbuhan
Angiospermae memiliki berbagai macam potensi, salah satunya sebagai tumbuhan
rempah. Rempah termasuk potensi dari komoditas pertanian Indonesia yang
mempunyai nilai ekspor terbesar keempat setelah udang, dan hasil perikanan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka pokok-pokok
permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana struktur bunga pada tumbuhan angiospermae?
2. Bagaimana proses perkembangbiakan tumbuhan angiospermae?
3. Apa saja klasifikasi dari buah tumbuhan angiospermae?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini, yaitu:
1. Mengetahui struktur bunga pada tumbuhan angiospermae.
2. Mengetahui proses perkembangbiakan tumbuhan angiospermae.
3. Mengetahui klasifikasi dari buah tumbuhan angiospermae.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Bunga pada Tumbuhan Angiospermae


Tumbuhan angiospermae merupakan tumbuhan yang memiliki bunga
sebagai alat perkembangbiakan generatif. Bakal biji pada tumbuhan gymnospermae
tersebut oleh suatu badan yang berasal dari daun-daun buah dan disebut bakal buah.
Berlainan dengan kelompok-kelompok tumbuhan yang sampai sekarang telah
dibicarakan pada tumbuhan biji tertutup itu bakal bijinya selalu diselubungi oleh
suatu badan yang berasal dari daun daun buah yang dinamakan bakal buah, yang
kemudian kadang kadang beserta bagian lain dari bunga akan tumbuh menjadi buah
dan bakal biji yang telah menjadi biji terdapat di dalamnya. Karena tempat bakal biji
yang tersembunyi itu serbuk sari tidak dapat secara langsung sampai pada bakal biji,
melainkan mula-mula jatuh di luar bakal buah, pada suatu alat (organ) yang disebut
kepala putik yang biasanya dengan bakal buah bersambungan dengan tangkai kepala
putik.
Bakal buah, tangkai kepala putik, dan kepala putik merupakan suatu alat
yang dinamakan putik. Serbuk sari yang jatuh pada kepala putik lalu tumbuh
merupakan buluh serbuk yang terus menuju ke bakal biji dan berguna sebagai

perantara untuk menyampaikan sel-sel kelamin jantan kepada sel kelamin betina.
Gametofit lebih sederhana lagi. Dalam buluh serbuk sari tak terdapat sel-sel
protalium, dan sel-sel kelamin jantan tidak lagi berupa spermatozoid. Dalam bakal
biji, dari makrospora yang berupa kandung lembaga tidak terbentuk makroprotalium
yang bersel banyak dan tidak ada pula arkegonium. Gametofit betina hanya berupa
beberapa sel saja dan satu di antaranya ialah sel telurnya. Sehabis peleburan dengan
salah satu inti sperma, terjadilah embrio. Inti sperma yang kedua mengadakan
peleburan dengan inti kandung lembaga sekunder yang nantinya akan merupakan
putih lembaga sekunder. Peristiwa itulah yang disebut pembuahan ganda.

Berbeda dengan Gymnospermae yang hanya terdiri atas tumbuhan yang


berkayu saja, Angiospermae selain terdiri atas tum buhan berkayu juga terdiri atas
tumbuhan yang berbatang basah Diferensiasi yang lebih lanjut tampak dari adanya

2
trakea (buluh buluh kayu) dalam xilem dan sel-sel pengiring dalam floem. Daun
daunnya bertulang menyirip atau menjari pada Dicotyledoneae (tumbuhan biji
belah) dan bertulang sejajar atau melengkung pada Monocotyledoneae (tumbuhan
biji tunggal). Bunga bermacam macam bentuk dan susunannya. Pada bunga selalu
terdapat bagian-bagian bunga yang tersusun berkarang, dan hiasan bunganya
biasanya dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota atau tajuk bunga Selanjutnya
bunga itu kebanyakan bunga banci (hermaphroditus), jadi padanya terdapat alat-alat
kelamin jantan maupun betina. Sifat-sifat bunga seperti tersebut dapat dianggap
sebagai "tipe" standar bunga tumbuhan yang tergolong dalam Angiospermae.

 Tempat Bunga dan Perihal Simetri


Pada Angiospermae bunga mempunyai sumbu yang sangat pendek yang
berubah menjadi dasar bunga. Pada dasar bunga ini bagian-bagian bunga lainnya
dapat tersusun dalam suatu spiral (asirkular) dapat pula dalam lingkaran-lingkaran
atau berkarang (sirkular). Jika pada bunga bagian-bagiannya sebagian tersusun
dalam spiral dan sebagian yang berkarang dinamakan hemisirkular. Pada
Angiospermae umumnya terdapat bunga yang sirkular, dan jumlah tiap-tiap bagian
dalam tiap lingkaran dapat berbeda-beda, biasanya pada tumbuhan dikotil 5. 4. atau
2, dan pada monokotil 3 atau pelipatan bilangan-bilangan tersebut.

Dari segi filogeni susunan menurut spiral harus kita anggap lebih tua, dan
susunan yang sirkular adalah suatu penjelmaan susunan menurut spiral. Dengan
melihat duduknya bagian-bagian dalam lingkaran dan bagaimana bagian-bagian itu
saling menutupi, kadang-kadang dengan mudah dapat dilihat, misalnya pada bunga
dengan 5 helai daun tajuk (petala), bahwa ke-5 daun tajuk itu duduknya seperti daun
yang mengikuti rumus 2/5, hanya ruas-ruas telah menjadi demikian pendeknya,
sehingga seakan-akan ke-5 daun tajuk itu duduknya sama tinggi dan merupakan
suatu lingkaran.
Susunan bagian-bagian bunga yang sirkular itu memper mudah kita dalam
membedakan bagian-bagian bunga, sedang susunan dalam spiral seringkali
memperlihatkan bentuk-bentuk peralihan dan jumlah tiap bagian yang tidak tetap,
tetapi justru pada susunan yang demikian dapat disidik hubungan antara masing
masing bagian serta asal tiap bagian itu.

3
Bunga yang sirkular mempunyai bagian-bagian yang ter susun dalam
lingkaran yang tidak tetap jumlahnya. Pada bunga bancı biasanya terdapat 5
lingkaran, yaitu: 2 lingkaran daun-daun hiasan bunga, biasanya berupa kelopak dan
mahkota, 2 lingkaran benang sari, dan 1 lingkaran daun buah. Benang sari
seluruhnya juga disebut alat kelamin jantan atau andresium, dan daun buah
seluruhnya disebut alat kelamin betina atau ginesium. Bunga yang mempunyai 5
lingkaran bagian-bagian bunga dinamakan bunga yang pentasiklik. Seringkali kita
jumpai juga bunga yang tetrasiklik, yang biasanya terjadi karena kehilangan satu
dari ke dua lingkaran benang sarinya, seperti terdapat pada beberapa jenis tumbuhan
yang berdaun mahkota berlekatan (Sympetalae).
Pada satu bunga jumlah bagian-bagian dalam tiap-tiap lingkaran dapat
berlainan. Jika jumlahnya sama, bunga disebut ber bilangan sama atau isomer, jika
tidak sama heteromer, dan bunga disebut oligomer, jika jumlah bagian dalam
lingkaran kurang daripada seharusnya, misalnya karena ada bagian yang lenyap..
Pada 2 lingkaran yang berurutan duduknya bagian-bagian umumnya berseling.
tetapi kadang-kadang ada pula yang berhadapan Yang akhir ini mungkin disebabkan
karena hilangnya satu karangan atau karena terdapat pergeseran pertumbuhan.
Melihat hubungan simetrinya kita membedakan bunga yang:
1) bersimetri banyak (polisimetrik. radier simetrik, atau aktinomorf), yaitu bunga
yang dapat dibagi menjadi dua bagian yang selangkup dengan lebih dari dua
cara.
2) bilateral simetrik, jika dapat dibagi dalam dua bagian yang setangkup dengan 2
cara, sedang kedua bidang simetrinya tegak lurus satu sama lain.
3) monosimetrik atau zigomorf, yang hanya mempunyai satu bidang simetri. jadi
hanya dengan satu cara dapat dibagi menjadi dua bagian yang selangkup.
4) a-simetrik, yang tidak mempunyai bidang simetri.

Pemakaian istilah-istilah di atas seringkali tidak begitu konsekuen, bunga


yang kadang-kadang per definisi tidak dapat dinamakan polisimetrik masih
dinamakan demikian, walaupun ada bagian-bagian yang mengganggu kesempurnaan
simetrinya. Umumnya dalam menentukan simetri bunga kita melihat susunan
mahkota saja.

4
Simetri, duduk bagian-bagian bunga, serta bagaimana tiap bagian itu saling
menutupi dapat kita lihat jelas, jika dari bunga kita buat sebuah diagram, yaitu
proyeksi skematik bagian-bagian bunga. Diagram bunga ada dua macam yaitu:
a) diagram teoritik, jika dalam diagram termuat semua bagian bunga, juga bagian-
bagian yang tidak ada tetapi teoritik seharusnya ada. Bagian-bagian itu dalam
diagram biasanya dinyatakan dengan tanda silang (x) atau bintang (").
b) diagram empirik, yang hanya memuat bagian-bagian yang benar-benar ada.

Bunga yang duduknya dalam ketiak daun, dalam diagram, batang kita
gambar di atasnya dan daun pelindung di bawahnya. Pada bunga ini dapat kita susun
2 bidang yang tegak lurus satu sama lain, yaitu:
- bidang median, yang melalui batang dan tangkai bunga.
- bidang transversal, yang tegak lurus pada bidang median.

Pada bunga yang bilateral simetrik seringkali kedua bidang simetrinya


berimpit dengan kedua bidang tersebut dan pada bunga yang zigomorf bidang
simetrinya berimpit dengan bidang median, misalnya bunga telang (Clitoria
ternatea). Bunga yang bilateral simetrik dan a-simetrik jarang kita temukan, yang
kebanyakan bunga itu polisimetrik dan zigomort Karena binatang yang dapat
menjadi perantara pada penyerbukan bersifat dorsiventral maka dapat kita mengerti
mengapa bunga yang dorsiventral terutama terdapat pada tumbuh tumbuhan yang
ber sifat entornofil, al anggrek (Orchidaceae), Labiatae (Lamiaceae), dan
Papilionaceae. Tetapi bunga yang zigomorf terdapat pula pada tumbuh-tumbuhan
yang bunganya anemofil, misalnya rumput (Poaceae atau Gramineae).

Bunga yang dorsiventral dapat dikembalikan pada rencana susunan bunga


yang radier, dengan menerima anggapan kemungkinan bertambah atau
berkurangnya suatu bagian bunga yang seringkali masih dapat dibuktikan dengan
adanya alat-alat yang rudimenter. Sebagai perkecualian pada tumbuh-tumbuhan
yang biasanya mempunyai bunga yang zigomorf (dorsiventral) sering pula kita
dapatkan bunga yang aktinomorf, misalnya bunga bunga yang di ujung (terminal)
pada Digitalis. Bunga yang demikian dinamakan bunga pelorik.

5
 Hiasan bunga (Perianthium)
Hiasan bunga berguna untuk melindungi bagian-bagian bunga yang lebih
dalam letaknya (alat-alat kelamin) dan seringkali karena warnanya, dapat
merupakan daya tarik bagian binatang (terutama insekta) yang menjadi perantara
untuk terselenggaranya penyerbukan. Ada juga bunga yang tidak mempunyai hiasan
bunga, dan disebut bunga telanjang (flos nudus). Penyelidikan yang saksama
menunjukkan, bahwa pada bunga itu hiasan bunganya telah lenyap selama sejarah
perkembangan tumbuh tumbuhan.
Hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua macam:
a) homoioklamideik, yaitu jika bagian-bagiannya sama bentuk dan warnanya,
yang lalu disebut tenda bunga (perigonium). Bagian-bagiannya (daun-daun
tenda bunga= tepala) pada macam-macam tumbuh-tumbuhan seringkali
mempunyai warna yang indah. misalnya pada kembang sungsang (Gloriosa
superiba)
b) heteroklamideik, jika terdiri atas kelopak (kalyx) yang bagian bagiannya (daun
kelopak = sepala) biasanya kecil dan berwar na hijau. dan tajuk atau mahketa
(coroila) yang bagian bagiannya (daun tajuk = petala) biasanya berwarna dan
merupakan bagian bunga yang paling menarik perhatian.

Daun-daun tenda bunga, daun-daun kelopak, dan daun daun mahkota dapat
bebas atau berlekatan. Dari segi filogeni hiasan bunga dapat kita pandang sebagal
jelmaan daun-daun peralihan yang di atas, terutama bagi kelopak, dapat pula dipan
dang sebagai jelmaan benang sari, terutama mengenai tajuk bunga.
Beberapa suku, terutama yang termasuk bangsa Polycar picae (Ranunculales,
Ranales) menunjukkan kepada kita kedua kemungkinan di atas. Pada tumbuh-
tumbuhan tertentu, dari bangsa itu terdapat peralihan-peralihan dari daun-daun atas
ke ten da bunga. Ada pula yang menunjukkan suatu deretan yang sem. purna dari
daun biasa, daun-daun atas, sampai kelopak. Pada tun jung (Nymphaea) terdapat
peralihan-peralihan antara benang sari dan tajuk bunga.

Bunga seringkali tersusun merupakan bunga majemuk (per bungaan) yang


berupa tunas vegetatif yang bercabang-cabang dengan perkembangan daun-daunnya
yang tertekan, dan daun daun itu telah menjelma menjadi daun pelindung dan daun-

6
daun pertama. Daun-daun pelindung serta daun-daun pertama kadang kadang sama
sekali tidak ada, misalnya pada Cruciferae (Brassicaceae). Dengan terletaknya daun-
dun pada bunga majemuk, bunga menjadi lebih lekas menarik perhatian. Banyaknya
cabang-cabang itu memberi kemungkinan untuk memperbesar jumlah bunga.
Dengan bertambahnya jumlah bunga, biasanya bunga lalu menjadi kecil, kadang-
kadang seluruhnya diselubungi oleh daun-daun atas yang menyerupal hiasan bunga
yang lazimnya lalu dinamakan daun pembalut, atau dalam bunga majemuk ter dapat
bunga yang berbeda-beda, yang sebelah luar merupakan bunga-bunga mandul
sedangkan yang di dalam yang benar-benar merupakan alat-alat untuk pembiakan
seksual, seperti terdapat pada Compositae (Asteraceae).

Dalam keadaan yang luar biasa suatu bunga majemuk dapat menyerupai
bunga tunggal, dan secara ekologi bersifat seperti bunga tunggal dan disebut
pseudanthium, misalnya bunga cawan (anthodium) pada Compositae dan 'siatium
pada Euphorbiaceae demikian pula dengan bunga tongkol pada Araceae.

 Benang sari (Stamen)


Keseluruhan benang sari suatu bunga dinamakan an dresium, pada bunga
yang bagian-bagiannya duduk berkarang, biasanya hanya terdiri atas 1 karangan,
kadang-kadang juga 2. Benang sari yang hanya terdiri atas 1 karangan saja
dinamakan haplostemon. Jika benang sari duduk dalam 2 karang an, maka
dibedakan dalam yang:
- diplostemon, jika benang sari yang berada dalam lingkaran yang luar
berseling dengan daun-daun mahkota bunga,
- -ob-diplostemon, jika benang sari yang berada dalam lingkaran dalam
yang berseling dengan daun-daun mahkota bunga.

Tiap benang sarl terdiri atas tangkai sari (filamentum) dan kepala sari
(anthera). Bagian tengah kepala sari yang merupakan terusan tangkai sari
dinamakan penghubung ruang sari (connectivum). Di kanan kiri penghubung ruang
sari terdapat ruang-ruang sari (thecae), di sebelah kiri penghubung ruang sari satu
dan di sebelah kanan satu. Masing-masing ruang sari mempunyai 2 kantong sari.
Jadi benang sari dapat disamakan dengan suatu mikrosporofil dengan 4

7
mikrosporangium. Letak kepala sari dapat menghadap ke dalam (ke sumbu bunga)
dan disebut intrors dan jika menghadap keluar dinamakan ekstrors. Pada penampang
melintang kepala sari yang muda dalam tiap kantong sari terdapat sel pembentuk
serbuk sari (arkespora) yang terbungkus oleh dinding ruang sari yang terdiri atas 4
lapis, yaitu:
- kulit luar (epidermis)
- lapisan serabut (endotesium)
- lapisan antara
- lapisan dalam (tapetum)

Tapetum adalah selapis sel-sel yang benar-benar mengelilingi ruang sari.


Selain epidermis dan sebagian tapetum, arkespora dan lapisan-lapisan dinding ruang
sari berasal dari selapis sel di bawah epidermis (sub epidermal) yang lalu
membelah-belah ke arah tangensial dan mengadakan diferensiasi.

Lapisan serabut dengan mekanisme kohesi-nya menyebabkan kantong sari


dapat membuka. Sel-sel lapisan serabut mempunyai penebalan-penebalan yang pada
dinding dalamnya mengumpul dan diperkuat, sedang pada dinding luar tipis saja.
Seperti pada sel-sel anulus pada sporangium paku-pakuan, sel-sel tersebut dapat
berkerut jika kehilangan air. Karena itu terjadilah tegangan-tegangan yang berakibat
robeknya dinding kantong sari, biasanya membujur sepanjang dinding pemisah
antara dua kantong sari. Ada pula kantong sari yang pada suatu tempat melarut sel-
sel dindingnya hingga terbentuk sebuah liang (porus) untuk keluarnya serbuk sari,
seperti terdapat pada suku Ericaceae dan beberapa jenis Durio. Ada lagi yang
lapisan serabutnya hanya terbatas saja, yang nanti bekerja sebagai katup. Seringkali
penebalan pada lapisan serabut terbalik (letak bagian-bagian yang tebal menghadap
ke luar), dan pada kekurangan air kantong sari itu berkerut dan serbuk sari
terhembus ke luar (seperti terdapat pada Araceae).

Tapetum dengan sel-selnya yang kaya akan plasma berguna untuk makanan
serbuk sari. Dalam hal ini tapetum dapat bersifat sebagai alat sekresi yang
mengeluarkan suatu zat (tapetum sekresi), dapat pula setelah dinding sel-selnya
terlarut merupakan periplasmodium yang terdapat di antara sel-sel serbuk sari yang

8
masih muda (tapetum ameboid). Arkespora akhirnya membentuk sejumlah sel-sel
induk serbuk sari, aan dari sel-sel ini dengan pembelahan tetrade terbentuk serbuk
sari yang haploid, yang pada Monocotyledoneae berlangsung secara suksedan dan
pada Dicotyledoneae umumnya simultan. Serbuk sari itu bentuknya bulat atau
jorong dan hampir selalu mempunyai dua dinding eksin yang luar dan intin yang
sebelah dalam. Pada perkecambahan serbuk sari menjadi buluh ser buk dan
menembus eksin pada bagian-bagian yang lemah atau lubang yang sengaja
disediakan untuk keperluan itu. Intin yang ter diri atas pektin ikut keluar dan
merupakan dinding buluh serbuk sari.
Eksin, menjelang waktu pecahnya, mengandung zat-zat yang kuat yang
tergolong dalam terpen, yaitu polenin, dan padanya se ringkali terdapat duri-duri,
rigi-rigi, dll. Dengan makin kuatnya din ding, maka pada bagian-bagian yang lemah
pada waktu serbuk menjadi kering akan terjadi lubang-lubang dengan tiada melarut
dinding sel. Pada Gymnospermae dan Monocotyledoneae serbuk sari biasanya
mempunyai suatu celah atau liang, sedang serbuk sari pada Dicotyledoneae dengan
3 celah atau liang, bahkan mungkin lebih dari tiga. Bentuk serbuk yang bermacam-
macam itu adalah sifat yang dari segi taksonomi mempunyai arti yang penting, yang
dalam batas-batas tertentu dapat dipakai sebagai sarana identifikasi tumbuh-
tumbuhan.

Pada tumbuh-tumbuhan yang penyerbukannya berlangsung dengan


perantaraan angin, serbuk sarinya mudah terpisah-pisah, karena bersifat sebagai
tepung. Pada bunga yang penyerbukannya berlangsung dengan perantraan insekta,
serbuk sarinya berlekatan dengan perantara "lem serbuk" (pollenkit) yang berupa zat
yang menyerupai minyak atau zat-zat lainnya, dan dipindah-pindah sebagai massa
yang bergumpal-gumpal.

Pada Ericaceae dan Juncaceae ke-4 sel tetrade (serbuk sari) tetap berlekatan
menjadi satu, mungkin juga terdapat gumpalan yang terdiri dari lebih dari 4 serbuk,
bahkan ada yang sebagai isi kantong sari dipindahkan sebanyak 1 butir serbuk
(polinium) seperti kita jumpai pada Asclepiadaceae dan Orchidaceae.

Benangsari yang tidak menghasilkan serbuk sari dinamakan benangsari yang


mandul (staminodium). Staminodium da pat mengalami bermacam-macam tingkat

9
kemunduran, dapat pula mempunyai fungsi yang baru, a.l. sebagai kelenjar madu
(nektarium), dapat pula lalu menyerupai daun tajuk, seperti kita lihat pada
Cannaceae dan Zingieraceae.

 Daun Buah dan Bakal Biji


Daun buah (carpellum) beserta bakal biji (ovulum) seluruhnya merupakan
ginesium bunga. Pada Angiospermae ginesium selalu merupakan suatu badan yang
tertutup yang disebut bakal buah (ovarium). Tiap bakal buah mengandung 1→∞
bakal biji dan di atasnya terdapat suatu alat untuk menangkap serbuk dan untuk
memperkecambahkan serbuk tadi, yang berupa alat yang penuh dengan papila dan
berlendir serta berperekat yang dinamakan kepala putik (stigma). Antara kepala
putik dan bakal buah sering terdapat suatu tangkai putik (stylus). Bakal buah,
tangkai putik dan kepala putik merupakan alat yang dinamakan putik (pistillum).

Ginesium yang terdiri atas beberapa daun buah yang masing masing
membentuk suatu bakal buah dinamakan apakarp, dan jika semua daun buah hanya
membentuk satu bakal buah saja dinamakan sinkarp. Daun-daun buah itu
mempunyai cara perlekatan yang bermacam-macam:
1) tepinya saling bersentuhan dan berlekatan,
2) tepinya terlipat keluar dan berlekatan pada sisi dalamnya bagian yang terlipat itu
(induplikatif).
3) tepinya terlipat ke dalam dan berlekatan pada sisi luar bagian yang terlipat (re-
duplikatif).

Perlekatan daun buah menurut cara yang ketiga itu dapat sedemikian rupa,
hingga tepi daun buah itu mencapai tengah tengah bakal buah, dan dengan ini bakal
buah terbagi dalam beberapa ruangan. Seringkali dinding bakal buah dapat juga
menghasilkan sel sel baru yang lalu merupakan sekat-sekat dalam bakal buah. Ber
dasarkan asalnya kita membedakan:
a) sekat asli (septum) jika berasal dari tepi daun buah yang terlipat ke dalam
b) sekat semu (septum spurius) jika tidak berasal dari sebagian daun buah.
c) sekat tak sempurna (septum incompletus), jika sekat itu tidak membagi bakal
buah dalam ruangan-ruangan yang betul-betul terpisah-pisah.

10
Bakal buah yang beruang 1 atau terbagi oleh sekat-sekat yang tidak
sempurna atau sekat semu disebut parakarp, yang terbagi dalam ruang-ruang dengan
dinding pemisah yang asli disebut eusinkarp. Kadang-kadang bakal buah hanya
eusinkarp pada bagian bawahnya saja, tetapi parakarp pada bagian atasnya, dan
lebih ke atas sama sekali apokarp karena tangkai putik dan kepala putik menjadi
bebas.
Bakal buah yang apokarp mempunyai daun-daun buah yang tersusun dalam
suatu spiral seperti terlihat pada bakal buah tumbuh tumbuhan yang tergolong dalam
suku Annonaceae. Perlekatan daun-daun buah menjadi bakal buah yang sinkarp,
mempermudah penyerbukan dan memperbesar kemungkinan pembuahan. jika
banyak diperlukan serbuk untuk pembuahan banyak bakal biji. Meskipun daun-daun
buah adalah bagian-bagian bunga yang terakhir, tetapi letaknya tidak selalu lebih
tinggi daripada bagian bagian bunga lainnya. Dalam hubungan ini kita
membedakan:
- bakal buah yang menumpang (superum), jika sumbu bunga (dasar
bunga) menonjol ke atas dan bakal buah terletak di atasnya, Hiasan
bunga dan benang sari dalam hal ini duduknya lebih rendah (hipogin).
- bakal buah tenggelam (inferum), jika dasar bunga menyelubungi dan
berlekatan dengan bakal buah, sehingga hiasan bunga dan benang sari
duduknya lebih tinggi dan disebut epigin. Bakal buah yang tenggelam,
dari segi filogeni lebih muda daripada yang menumpang, karena
pertumbuhan dasar bunga yang khusus, ginesium yang apokarp menjadi
sinkarp semu seperti ter dapat pada teratai (Nymphaea lotus).
- bakal buah setengah tenggelam, yang merupakan pera lian antara
kedua macam yang disebut dahulu a.I. jika dasar bunga berbentuk
cawan atau mangkuk, tetapi tidak berlekatan dengan bakal buah tadi.
Dalam hal ini perhiasan bunga pun epigin.

Bakal biji (ovulum) terdapat pada jaringan yang khusus yang disebut
tembuni (placenta) yang tidak dapat disangkal lagi bahwa tembuni itu keluar dari
dauh buah, hingga daun buah dapat kita samakan dengan makrosporofil. Bakal biji
pada daun buah tersebut terletak pada:

11
a) tepi (marginal), umum terdapat pada tumbuh-tumbuhan,
b) bagian tengah, di atas permukaan dalam daun buah (laminal) terdapat pada
Polycarpicae dan Helobiae.

Ditinjau dari bakal buah seluruhnya bakal biji dapat terletak pada:
- dinding bakal buah (parietal) dan jika dihubungkan
- dengan letaknya pada daun buah dapat marginal parietal dan laminal
parietal.
- pusat bakal buah (sentral), dalam hubungan ini dapat marginal sentral
atau aksilar, jika bakal biji terdapat di sudut-sudut sekat-sekat yang
berasal dari sebagian daun buah, dapat juga benar benar sentral pada
suatu poros di tengah-tengah bakal buah.

Jumlah integumen bakal biji tidak tetap dan merupakan tanda untuk
golongan-golongan tertentu. Dua integumen umum ter dapat pada Dialypetalae
(Choripetalae). Monocotyledoneae, dan kebanyakan Monochlamydeae (Apetalae).
Bakal biji dengan hanya satu integumen umum bagi Sympetalae dan di antara
Monochlamydeae pada suku Betulaceae dan Juglandaceae dan dari Dialypetalae
pada Umbelliferae. Bakal biji yang hanya mem punyai satu integumen mungkin
karena kedua integumennya berlekatan menjadi satu, atau karena kehilangan salah
satu dari kedua integumen tadi. Pada tumbuh-tumbuhan yang hidup sebagai parasit,
integumen dapat sama sekali tidak ada, bahkan mungkin bakal biji mengalami
reduksi yang lebih lanjut, a.l. pada Santalales.
Dalam nuselus, yang dapat disamakan dengan makrosporangium, akhirnya
terbentu sel induk kandung lembaga (sel in duk makrospora) yang lebih besar
daripada sel-sel nuselus, oleh sebab itu mudah dikenal. Sel ini mengadakan
pembelahan tetrade (pembelahan reduksi) dan terjadilah 4 sel haploid yang terletak
berjajar ke belakang. Dari 4 sel itu yang 3 mengalami degenerasi, tinggal 1 saja-
yaitu biasanya yang paling muda-yang merupakan kandung lembaga (saccus
embryonalis), yang dapat disamakan dengan suatu makrospora. Seperti arkespora
pada kan tong sari, sel induk kandung lembaga berasal dari suatu sel yang sub-
epidermal. Jarang sekali dalam bakal biji terdapat beberapa sel induk kandung

12
lembaga dan beberapa kandung lembaga (a.l. pada cemara, Casuarina), tetapi toh
hanya satu saja yang dapat berkem bang terus.

B. Perkembangbiakan Tumbuhan Angiospermae


Tumbuhan Angiospermae mengalami reproduksi secara vegetatif(aseksual)
dan generatif(seksual). Reproduksi vegetative alami dilakukan dengan cara bertunas,
rhizome(rimpang), geragih, umbi akar, umbi batang, umbi lapis, serta tunas
adventif. Sedangkan reproduksi vegetative buatan dilakukan dengan pencangkokan,
runduk, penyambungan batang/tunas, stek dan okulasi. Adapun reproduksi
generative dilakukan melalui penyerbukan benang sari dan putik kemudian terjadi
peleburan sel gametofit jantan dan betina pada bakal buah.

 Pembentukan gametofit dan pembuahan


Pembentukan gametofit dimulai dari kandung lembaga yang hanya
mempunyai 1 inti lalu membesar dan bersama itu intinya (inti kandung lembaga
primer) lalu membelah 3 kali berturut-turut, mula-mula jadi 2 yang masing-masing
pergi ke arah ujung-ujung sel dan lalu membelah 2 kali lagi, hingga akhirnya terjadi
8 inti. Dengan pembelahan inti itu, dimulailah pembentukan gametofit betina. Dari 8
inti pada masing masing kutub terdapat 3 inti yang mula-mula hanya terpisah
dengan plasma, tetapi akhirnya membentuk sel-sel yang berdinding. Yang
berhadapan dengan mikropil dinamakan aparat telur. Satu dari ketiga sel itu yang
paling dalam merupakan sel telur yang dua lain nya dinamakan sinergida Ketiga sel
pada kutub yang berlawanan (yang menghadap kalaza) dinamakan antipoda. Diduga
bahwa an tipoda mempunyai tugas dalam soal-soal makanan. Kedua inti yang masih
ketinggalan dinamakan inti kutub yang lalu menuju ke tengah-tengah kandung
lembaga dan bersatu merupakan inti kan dung lembaga sekunder. Jadi inti kandung
lembaga sekunder adalah inti yang diploid. Peleburan itu berlangsung sebelum atau
sesudah buluh serbuk mulai masuk ke dalam putik.
Peristiwa di atas merupakan perkembangan yang normal pada
Angiospermae. Di sini ada 2 kejadian yang terpisah yaitu pembentukan 4
makrospora yang kemudian diikuti oleh pembentukan gametofit betina dalam salah
satu dari ke-4 makrospora tadi. Hal-hal yang menyimpang dari tiga yang normal
itupun ada, tetapi semua dapat dikembalikan ke tipe yang normal dan menyimpang

13
karena misalnya: pembentukan inti kandung lembaga tidak berlangsung sampai 3
kali, atau karena ada beberapa inti selain inti kutub yang juga mengadakan
peleburan.
Gametofit betina pada Angiospermae lebih sederhana lagi dibanding dengan
Gymnospermae. Sebagai gantinya protalium yang terdiri atas banyak sel dengan
arkegonium yang sudah dikenal, hanya terdapat satu kandung lembaga dengan 8 inti
yang nanti akan menjadi 6 sel yang haploid dan 1 sel sisa yang diploid.

Perkembangan gametofit jantan telah dimulai dalam kantong serbuk sari.


Dalam kantong serbuk sari, mikrospora telah memperlihatkan pembelahan intinya
menjadi suatu inti vegetatif yang besar dan inti generatif yang lebih kecil dan
berbentuk lensa yang terpisah oleh suatu membran tipis yang lalu membentuk sel
arteridium yang melekat pada dinding. Sel ini segera melepaskan diri dari dinding,
dan kemudian diselubungi oleh plasma sel vegetatif dan biasanya lalu berbentuk
sekoci. Dalam keadaan inilah serbuk sari jatuh pada kepala putik, yang kemudian
intin-nya lalu menonjol keluar dan membentuk buluh serbuk sari. Inti vegetatif
biasanya lalu terdapat pada ujung buluh serbuk sari itu. Sel generatif dalam buluh
serbuk itu lalu membelah merupakan dua sel sperma Rupa-rupanya plasma yang
khusus bagi sel-sel sperma lalu hilang hingga dalam buluh serbuk tampaknya hanya
ada satu inti vegetatif dan dua inti sperma saja, tetapi penyelidikan yang saksama me
nunjukkan, bahwa kedua inti sperma itu tetap diselubungi oleh plasma khusus, yang
di dalamnya sering tampak kondriosoma dan plastida, yang pemindahannya kepada
sel telur telah dapat diduga berdasarkan peristiwa-peristiwa keturunan. Jadi butir-
butir serbuk sari itu pada waktu penyerbukan telah mempunyai 2, bahkan mungkin
telah mempunyai 3 inti.

Di sini terlihat juga, bahwa gametofit pun lebih sederhana daripada


Gymnospermae, karena pada buluh serbuk sari tak terdapat sel protalium dan sel
tangkai. Sel generatifnya sama yang dapat kita samakan dengan anteridium. Buluh
serbuk sari tumbuh terus menuju ke bakal biji dengan melalui/menembus jaringan
putik atau melalui saluran putik sepan jang permukaan dalam dinding putik yang
banyak mempunyai kelenjar-kelenjar. buluh serbuk itu terjadi dengan men cari
gesekan minimum dan rupa-rupanya dipengaruhi oleh rangsang kimia.

14
Buluh serbuk dalam perjalanannya ke bakal biji dapat mengikuti jalan
terpendek yang langsung menuju ke mikropil dan dengan demikian lekas mencapai
kandung lembaga. Dalam hal ini buluh serbuk sari menembus ruang bakal buah
yang biasanya terisi oleh lendir. Pembuahan yang sedemikian itu disebut porogami.
Buluh serbuk sari dapat juga tetap dalam jaringan-jaringan putik dan hanya dapat
mencapai kandung lembaga dengan jalan yang lebih panjang dengan menembus
plasenta (tembuni) dan kalaza atau dari samping dengan menembus integumen serta
nuselus. Peristiwa ini dinamakan aporogami. Jika buluh serbuk mencapai kandung
lembaga dengan menembus kalaza dinamakan kalazogami, a.l. terdapat pada
Betulaceae, Juglandaceae, dan Casuarinaceae.
Dalam buluh serbuk sari inti-inti serta plasma hanya terdapat pada bagian
ujungnya saja, bagian belakang kosong atau terisi dengan sumbat yang terdiri atas
kalosa. Kecepatan tumbuh buluh serbuk sari itu bermacam macam, dalam tiap jam
dapat mencapai jarak 1-3 mm, tetapi ada juga yang gerakannya lebih lambat, seperti
terdapat pada Monochlamydeae, Cactaceae, dan Orchidaceae. Pembuahan baru
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah terjadi penyerbukan.
Jika buluh serbuk sari telah sampai pada aparat telur isinya lalu dilepaskan,
tetapi tidak pernah langsung kepada sel telur. melainkan di sampingnya jadi kepada
sinergida yang dalam peristiwa ini lalu rusak. Mungkin sekali sinergida dengan
mengeluarkan suatu enzim menyebabkan terbukanya buluh serbuk sari. Biasanya
setelah sampai pada aparat telur inti vegetatif lalu binasa Dari kedua inti sperma,
yang bentuknya tidak beraturan dan diduga dapat memperlihatkan gerakan ameboid,
yang satu kawin dengan sel telur dan yang lainnya masuk lebih dalam lagi dan ber
satu dengan inti kandung lembaga sekunder. Jadi pada Angiosper mae terdapat
pembuahan ganda dan hasil pembuahan itu berupa zigot yang diploid dalam sel
telur, dan inti endosperm yang triploid dalam kandung lembaga.

 Pembentukan Embrio, Endosperm (putih lembaga), dan Biji


Dari sel telur yang dibuahi akan tumbuh lembaga (embrio), dan dari inti
endosperm nanti akan terjadi jaringan endosperm, tempat penimbunan zat-zat
makanan cadangan untuk kecambah. Setelah pembuahan zigot, lalu membentuk
dinding selulosa, membelah dengan 1 atau beberapa dinding pemisah melintang,

15
sehingga terjadi sederetan sel-sel pendek yang merupakan pro embrio. Dari pro-
embrio itu hanya 1 atau beberapa sel yang paling depan letaknya yang nanti menjadi
embrio.
Pembentukan embrio dimulai dengan pembelahan sel terdepan itu yang
membentuk din ding pemisah membujur. Sel-sel lainnya yang tidak ikut membentuk
embrio, disebut pendukung embrio atau suspensor. Oleh suspen sor embrio didesak
ke dalam jaringan makanan, dan suspensor itu sering juga mempunyai fungsi untuk
mengantar makanan bagi em brio. Antara suspensor dan embrio biasanya terdapat
suatu sel yang dinamakan hipofisis, yang dapat ikut mengambil bagian dalam
pembentukan ujung dan tudung akar. Jadi pada permulaan embrio berupa suatu
badan berbentuk bulat yang bergantung pada benang benang sel (suspensor), terdiri
mula-mula atas 4 sel yang kemudian menjadi 8 sel. Embrio itu selanjutnya
berkembang sedemikian rupa, hingga dari bagian yang berhadapan dengan mikropil
lalu terbentuk hipokotil dan bakal akar (radicula), dan dari bagian yang berhadapan
dengan kalaza terbentuk daun lembaga (cotyledonus) dan titik tumbuh pucuk
lembaga pada Dicotyledoneae terbentuk 2 daun lembaga dengan titik tumbuh pucuk
lembaga di antaranya. Pada Monocotyledoneae hanya terbentuk 1 daun lembaga
pada ujung embrio, sedang titik tumbuh terdapat di samping.
Pembentukan pro-embrio dan embrio biasanya terjadi dengan beraturan
seperti diuraikan di atas. perkecualian saja terdapat embrio yang hanya terdiri atas
sedikit sel sel dan belum memperlihatkan diferensiasi, biasanya terdapat pada Hanya
sebagai tumbuh-tumbuhan yang mempunyai cara hidup khusus, misalnya
Orchidaceae dan Orobanchaceae. yang menghasilkan banyak sekali biji. tetapi amat
kecil.
Sebelum zigot mulai mengadakan pembelahan, inti en dosperm telah
mendahului dengan kegiatan itu dan dengan demikian pembentukan endosperm
telah dimulai, yang berguna un tuk menyediakan makanan bagi embrio, dan nanti
dapat menjadi tempat penimbunan makanan dalam biji, yang dipergunakan oleh
embrio pada waktu perkecambahan biji. Pembentukan endosperm itu umumnya
secara nuklear, yaitu mula-mula inti endosperm membelah-belah merupakan
sejumlah inti bebas (dapat sampai 2000 jumlahnya), dan satu sama lain hanya
bersambungan dengan benang-benang plasma saja, hingga kelihatan seperti

16
matahari yang bersinar Akhirnya antara inti-inti itu terbentuk dinding-dinding pe
misah dan dengan itu secara sekaligus terjadi banyak sel bersa ma-sama. Pada
beberapa Sympetalae pembentukan endosperm terjadi dengan selular, yaitu dari
permulaannya setiap kali inti membelah, segera diikuti dengan pembentukan
dinding pemisah.
Selain kedua cara tersebut masih ada cara lain yang terutama terdapat pada
Helobiae, dari itu cara ini dinamakan helobial. Pada cara ini mula-mula kandung
lembaga merupakan 2 sel, atas dan bawah. Sel yang atas itu kemudian mengadakan
pembelahan sel secara nuklear.
Cara-cara pembentukan endosperm itu mempunyai nilai taksonomi yang
tinggi, dan menjadi salah satu dasar dalam meng golong-golongkan Spermatophyta
dalam takson yang lebih kecil. Jadi pembentukan endosperm pada Angiospermae
yang berlainan dengan Gymnospermae adalah suatu hal yang terikat pada
pembuahan. Terjadinya endosperm itu sekunder, yaitu setelah terbentuk zigot, dan
jaringan makanan yang triploid itu perlu untuk perkembangan embrio selanjutnya.
Untuk pembentukan embrio dan endosperm banyak sekali diperlukan zat-zat
makanan. Nuselus akhirnya oleh kandung lem baga didesak sampai kadang-kadang
hilang sama sekali. Seringkali dari kandung lembaga keluar sel-sel yang berubah
menjadi alat penghisap dan masuk ke dalam jaringan di sekitarnya, atau salah satu
sel dari dalam kandung lembaga tumbuh menjadi besar dan berfungsi sebagai alat
penghisap (haustorium). Sel-sel tersebut antara lain sinergida, antipoda, sebagian
kandung lembaga atau endosperm, sering juga pendukung embrio (suspensor) yang
berubah menjadi alat itu. Jadi embrio dan endosperm bagi tum buhan induknya
dapat bersifat sebagai parasit.
Selama pembentukan embrio dan endosperm, integumen lalu berubah
menjadi kulit biji. Dari bakal biji terjadilah biji, yaitu tumbuhan baru yang dalam
keadaan istirahat yang baginya tersedia bahan makanan, diselubungi oleh kulit
sebagai pelindung, dan dalam keadaan itu dapat terpencar ke mana-mana. Jadi biji
itu dapat dibedakan dalam 3 bagian: lembaga (embrio); jaringan timbunan makanan;
dan kulit biji yang menyelubungi kedua bagian yang disebut dahuluan.
Secara umum, biji berasal dari bakal biji. Pada biji yang telah masak saja
masih dapat kita kenal mikropil-nya, yang bagi biji merupakan jalan keluar akar

17
lembaga dan batang hipokotil. Sambungan dengan tali pusar yang pada biji telah
terputus tampak sebagai pusat atau hilum, dan jika bakal biji dulu bengkok
(anatrop), pada biji kelihatan suatu garis yang keluar dari hilum, yaitu garis biji atau
rafe, bekas jalan berkas pengang kutan dari tali pusat ke biji.
Selain beberapa perkecualian, misalnya pada biji anggrek (Orchidaceae),
dalam endosperm itu lalu ditimbun zat-zat makanan, hingga dengan itu kecambah
pada permulaan belum perlu mencari makan sendiri. Zat makanan yang ditimbun
dalam biji itu kebanyakan berupa tepung, zat putih telur, dan lemak. Ada pula
selulosa cadangan yang tertimbun sebagai penebalan dinding sel Bergantung pada
kadar tertinggi zat-zat yang terkandung dalam biji maka biji tumbuh-tumbuhan itu
ada yang bertepung, berlemak, berprotein, dsb. Selain endosperm kadang-kadang sel
nuselus juga digunakan sebagai penimbun makanan, dan jaringan yang demikian itu
dinamakan perisperm.
Pada Caryophyllaceae perisperm merupakan satu-satunya alat penimbun
makanan dan pada Piperaceae, Zingiberaceae, dan Nymphaeaceae terdapat dalam
biji di samping endosperm. Dalam biji-biji yang mengandung banyak makanan
cadangan, lembaga tetap kecil dan diselubungi oleh jaringan penimbun makanan
tersebut, tetapi ada pula yang lembaga itu terdapat di samping jaringan penimbun
makanan seper ti pada Gramineae. Selanjutnya ada pula tumbuh-tumbuhan yang zat
makanan cadangan itu tidak tersimpan dalam jaringan khusus, melainkan tersimpan
dalam lembaga itu sendiri, yaitu di dalam daun lembaga atau keping bijinya, seperti
kita lihat pada biji tumbuh tumbuhan berbuah polongan (Leguminosae).
Penimbunan zat makanan dalam lembaga, jadi di mana en dosperm telah
habis terpakai pada pembentukan bijinya sendiri. dipandang sebagai suatu sifat yang
tidak asli. pada bermacam macam biji, misalnya biji pala (Myristica fragrans) dan
juga pada pinang (Areca catechu), dari integumen atau nuselus tumbuh jaringan-
jaringan yang lekas menarik perhatian karena warna dan isinya berbeda dan masuk
ke dalam endosperm.
Kulit biji (testa) terutama berguna untuk melindungi biji terhadap kerusakan-
kerusakan mekanik dan kehilangan zat-zat Oleh sebab itu selain pusatnya kulit biji
selalu diselubungi oleh kutikula. Dinding selnya bergabus dan diperkuat. Pada biji
yang terdapat dalam buah dengan dinding buah yang kuat, misalnya pada buah

18
Gramineae, Umbelliferae, dan Compositae, demikian pula pada buah batu, seperti
mangga (Mangifera indica) dan kelapa (Cocos nucifera). Dalam hal yang demikian
itu kulit biji tipis seperti selaput atau sama sekali tertekan.
Kulit biji dapat mempunyai peranan yang penting dalam pemencaran biji.
Dalam hal ini pada biji terdapat pula alat-alat yang khusus untuk pemencaran,
misalnya:
- rambut-rambut yang terdiri atas tonjolan sel-sel epidermis biji, hingga
dengan rambut-rambut itu biji mudah tertiup angin, seperti terdapat pada
kapas (Gossypium sp.) dan Strophanthus,
- sayap yang bermacam-macam bentuknya seperti misalnya pada
Dipterocarpaceae, pada Zanonia, Spathodea campanulata, dll.

Pemencaran oleh angin (anemokori) selain karena biji mempunyai alat-alat


yang khusus untuk memudahkan pemencaran dengan angin tadi, dapat pula
terselenggara karena biji amat kecil dan ringan seperti misalnya biji anggrek
(Orchidaceae) yang berat 1 biji hanya beberapa per ribu mg saja. Selain dari itu sel-
sel epidermis biji dapat berlendir, sehingga dapat melekat pada binatang, dan
dengan demikian dapat terpencar dengan perantaraan binatang.
Kadang-kadang salut biji (arillus) ikut mengambil bagian ju ga dalam
pemencaran biji. Pada teratai salut biji tadi merupakan suatau kantong yang berisi
udara dan bagi biji teratai (Nymphaea lotus) merupakan alat untuk mengapung di
air. Ada juga yang salut biji itu berdaging dan berwarna merah, hingga menarik
perhatian dan dimakan oleh burung dan setelah salut biji dicernakan, bijinya
dikeluarkan bersama-sama dengan kotoran burung tadi, misalnya biji Taxus
baccata. Juga pada biji pala (Myristica) terdapat salut biji, yang keluar dari tali
pusat. Selain dari itu pada biji terdapat jaringan jaringan tambahan pada bagian-
bagian tertentu, misalnya karunkala, jika terbentuk pada mikropil. Karunkala itu
dapat mengandung banyak lemak dan putih telur dan dinamakan elaiosom. Biji yang
mempunyai bagian yang demikian seringkali didatangi semut, yang dapat menjadi
perantara terpencarnya biji. Pemindahan biji dengan perantaraan semut ini
dinamakan mirmekokori misalnya biji Euphorbia, dan lain-lain.

19
Dengan cara bagaimanapun juga biji atau buah akhirnya sampai di atas
tanah. Jika syarat-syarat: temperatur, cahaya, udara, dan air terpenuhi, biji lalu
berkecambah. Biji itu mula-mula menghisap air, mengembang dan kulit biji pecah,
dan bersama itu lembaga mulai tumbuh dengan menggunakan persediaan makanan
yang ada, yang dengan enzim yang terlarut menjadi senyawa senyawa yang
langsung dapat digunakan oleh lembaga tadi.
Pada perkecambahan yang keluar paling dahulu ialah akar lembaga
(radicula) yang diikuti oleh batang hipokotil. Pada perkecambahan yang epigeik (epi
atas, gaeos = tanah), daun lembaga melepaskan diri dari kulit biji dan oleh
pembentangan batang hipokotil lalu terangkat di atas tanah, dan biasanya lalu men
jadi hijau, dan ikut mengambil bagian dalam asimilasi CO₂. Pada perkecambahan
yang hipogeik, daun lembaga tetap di dalam biji dan tidak terangkat ke atas tanah,
dan merupakan alat penyimpan makanan misalnya biji kacang kapri (Pisum
sativum). Pada perkecambahan hipogeik hanya epikotil saja yang muncul di atas
tanah. pada Monocotyledoneae daun lembaga mempunyai fungsi sebagai alat
penghisap zat-zat makanan dari endosperm dan tetap tinggal di dalam biji.
Suatu perkecambahan biji yang merupakan suatu peristiwa yang khusus
ialah vivipari. Pada peristiwa ini biji telah berkecambah selagi masih ada pada
pohon induknya, dan kelihatan akar lembaga beserta hipokotil yang kadang-kadang
sampai 1 m panjangnya, keluar dan bergantungan pada buah. Peristiwa vivipari
terdapat pada Rhizophoraceae, yaitu tumbuh-tumbuhan yang banyak hidup
sepanjang pantai yang dangkal dan merupakan salah satu penyusun vegetasi
mangrove. Jika kecambah itu lepas dari buah, karena beratnya akan tertancap ke
dalam lumpur, dan di situ meneruskan pertumbuhannya.

 Pembentukan lembaga yang apomiksis


Beberapa macam tumbuhan, meskipun tidak ada pem buahan dapat
membentuk lembaga di dalam bijinya. Pada tumbuh tumbuhan itu tidak lagi terdapat
pembiakan generatif. peristiwa yang demikian itu disebut apomiksis.

20
Apomiksis dibedakan dalam:
1. Partenogenesis
Lembaga berasal dari sel telur yang tidak dibuahi. Dalam hal ini sel-sel
lembaga dapat bersifat haploid, tetapi dapat pula diploid, yaitu jika pada
pembentukan kandung lembaga tidak terjadi pembelahan reduksi lebih dulu.
Peristiwa inilah yang terkenal dengan nama apomeiosis. Dapat juga salah suatu sel
pada bakal biji, misalnya salah satu sel nuselus, berubah menjadi kandung lembaga
dengan sel telur, dengan tidak didahului oleh pembelahan reduksi. Peristiwa inilah
yang dinamakan apospori. Perkembangan sel telur yang diploid secara
partenogenesis banyak dijumpai pada tumbuh-tumbuhan yang termasuk marga
Alchemilla, Taraxacum. dan Hieracium.

2. Apogami
Lembaga terjadi dari sel-sel lain pada gametofit, misalnya berasal dari
sinergida atau antipoda. Peristiwa ini pada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi hanya
dikenal, jika sel-sel yang bersangkutan oleh karena sesuatu hal bersifat diploid, jadi
atau karena adanya apomeiosis atau apospori.

3. Adventif-embrioni
Lembaga berasal dari salah satu sel sporofit, misalnya salah satu sel nuselus
atau sel integumen yang tumbuh menjadi lembaga dan kemudian masuk ke dalam
kandung lembaga. Dalam biji jeruk (Citrus), di samping lembaga yang normal
terdapat beberapa lembaga lagi yang terjadi dengan cara tersebut. Peristiwa seperti
terdapat pada Citrus ini disebut poliembrioni. Adventif embrioni dapat dianggap
suatu cara pembiakan vegetatif yang khusus.
Dengan adanya apomiksis, maka tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat
mengadakan pembiakan generatif, tetap dapat diper tahankan dan diperbanyak.
Tidak dapat berlangsungnya pem biakan generatif itu, mungkin karena pengaruh
faktor-faktor iklim, mungkin juga karena adanya gangguan pada pembentukan sel-
sel lembaga.

21
C. Klasifikasi Buah (Fructus)
Bersamaan dengan perubahan bakal biji menjadi biji ter jadilah buah. yaitu
suatu organ yang berasal dari bunga, yang menyelubungi biji dan berguna untuk
pemencaran biji tadi dengan melemparkan biji itu dari dalam buah, atau bersamaan
dengan buah terpisah dari tumbuhan induknya. Yang berubah menjadi buah itu
terutama bakal buah, tetapi juga bagian-bagian lain dari bunga dapat ikut mengambil
bagian dalam pembentukan buah dan dapat pula ikut mengambil bagian dalam
pembentukan alat-alat pemen caran.

Berdasarkan susunan dan asal bagian-bagian yang membentuk buah tersebut,


maka kita membedakan:

1) buah sungguh (buah sejati), jika melulu terbentuk dari bakal buah saja, dan
karena buah ini biasanya tidak diselubungi oleh bagian-bagian lain, maka
dinamakan juga buah telanjang (fruc tus nudus).
2) buah semu (fructus spurius), jika selain bakal buah ikut pula bagian-bagian
lain dari bunga mengambil bagian dalam pemben tukan buah, bahkan akhirnya
dapat merupakan bagian yang utama dari buah tadi. Biasanya buah ini
diselubungi oleh sesuatu organ, oleh sebab itu sering juga disebut buah tertutup
(fructus clausus).
Jadi buah itu terdiri atas biji serta badan yang menyelubungi biji tadi. Kulit
badan tersebut dinamakan dinding buah (pericarpium). Dinding buah itu biasanya
dapat dibedakan dalam: dinding luar (exocarpium) dan dinding dalam
(endocarpium) yang masing-masing hanya terdiri atas satu lapis dan di antaranya
terdapat bagian dinding buah yang terdiri dari beberapa lapisan yaitu dinding tengah
(mesocarpium).
Susunan buah berhubungan erat dengan cara pemencaran bijinya. Oleh sebab
itu biasanya dinding buah untuk seluruhnya atau sebagian menjadi padat atau keras.
jika selama pemencaran biji masih memerlukan perlindungan. misalnya buah
nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan kelapa (Cocos nucifera). Pemencaran biji
tanpa bantuan faktor luar, misalnya pada Hevea brasiliensis, Ricinus communis,
serta bermacam-macam Leguminosae. Cruciferae. Adapun pemencaran biji

22
dilakukan oleh binatang (zookori), oleh manusia (antropokori), oleh angin
(anemokori), dan oleh air (hidrokori).

Pada buah yang melemparkan keluar biji-bijinya, terdapat bermacam-macam


cara untuk membuka dinding buah. yang sebagian besar berdasarkan peristiwa
higroskopi atau turgesensi. Buah-buahan yang dimakan binatang. jadi terpencar
secara zookori, terutama yang terpencar secara endozoik, dimakan dulu oleh
binatang. dan setelah dicernakan dinding buahnya, biji dikeluarkan bersama-sama
dengan tinja-nya. Buah yang demikian itu dinding buahnya berdaging dan
mengandung gula, asam-asam organik, tepung. dan juga minyak. Jika pemencaranya
secara zookori atau antropokori akan tetapi dengan cara epizoik, maka biasanya
pada buah terdapat alat pelekat yang berupa duri-duri, kait, atau alat lain yang
menyebabkan buah atau biji dapat melekat atau tertancap pada binatang atau
manusia, misalnya buah Salvia, Bidens, rumput jarum (Andropogon aciculatus), dll.
Buah yang terpencar oleh angin (anemokori). mempunyai rambut-rambut, sayap.
dll. Buah yang terpencar oleh air (hidrokori), seringkali tidak dapat basah oleh air
atau mempunyai jaringan pengapung yang terisi udara.

Di atas telah diuraikan, bahwa buah terutama tersusun atas bakal buah.
Biasanya setelah terjadi pembuahan bagian-bagian lain nya pada bunga lalu gugur.
Tetapi kadang-kadang suatu bagian bunga ikut tumbuh dan tetap tinggal pada buah
dengan tidak mempengaruhi bentuk dan sifat buah itu sendiri, misalnya: daun
pelindung pada bunga betina jagung (Zea mays) yang nanti membungkus tongkol
jagung, daun kelopak pada bunga terong (Solanum melongena) yang tetap tinggal
pada buah, daun kelopak pada jambu (Eugenia sp.), serta kepala putik seperti pada
buah manggistan (Garcinia mangostana).

Seringkali bagian-bagian bunga selain bakal buah ikut membentuk buah dan
merupakan bagian utama buah itu, hingga menghasilkan buah semu. Buah semu
dapat dibedakan dalam 3 macam, yaitu:
1) buah semu tunggal, yang terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah.
Contohnya:
a) tangkai bunga merupakan bagian utama buah, membesar berdaging dan
dapat dimakan. misalnya jambu monyet (Anacardium occidentale).

23
b) kelopak merupakan bagian penting buah, misalnya pada buah ciplukan
(Physalis minima).
2) buah semu ganda, buah semu yang berasal dari satu bunga dengan banyak
bakal buah yang masing-masing lepas dan tum buh menjadi buah, tetapi disertai
pula oleh bagian-bagian bunga lainnya seperti misalnya buah arbei (Fragaria
vesca).
3) buah semu majemuk, buah semu yang berasal dari bunga ma jemuk yang
seluruhnya hanya tampak sebagai satu buah. Tangkai bunga menebal, tenda
bunga berlekatan dan menjadi kulit buah. misalnya buah nangka (Artocarpus
integra). Ada pula yang dasar bunga menebal dan berdaging dan merupakan
dinding buah semu tadi, umumnya pada Ficus.

 Klasifikasi Buah Sejati


1. Buah Sejati Tunggal
Buah sejati tunggal ialah buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan satu
bakal buah yang berisi satu biji atau lebih dan dibedakan dalam:
a) Buah sejati tunggal kering (siccus), yaitu yang bagian luarnya keras dan
mengayu atau seperti kulit yang kering.
b) Buah sejati tunggal berdaging (carnosus), jika dinding buahnya menjadi tebal
berdaging.
 Bunga Sejati Tunggal Kering
Buah sejati tunggal kering dibedakan lagi dalam:
1) yang tidak pecah (indehiscens). Tiap-tiap buah hanya mengandung 1 biji,
sehingga untuk pemencaran buah tak perlu pecah untuk melepaskan bijinya.
Beberapa contoh misalnya:
- buah padi (caryopsis). Buah berbiji 1. tidak pecah. Dinding buah tipis.
berlekatan menjadi satu dengan kulit biji, sedang kulit biji ini kadang-
kadang berlekatan pula dengan bijinya Buah seluruhnya terbungkus oleh
sekam, misalnya pada Gramineae dan Cyperaceae.
- buah kurung (achenium). Buah berbiji 1 tidak pecah, din ding buah
tipis, berdempetan dengan kulit biji, tetapi kedua kulitnya tidak
berlekatan. misalnya buah Helianthus dan Mirabilis.

24
- buah keras (nux). Buah terbentuk dari dua helai daun buah atau lebih.
Bakal bijinya lebih dari satu, tetapi biasanya yang menjadi biji sempurna
hanya satu. Dinding buah keras, kadang-kadang mengayu, tidak
berlekatan dengan kulit biji. misalnya buah sarangan (Castanea
argentea).

2) yang pecah (dehiscens). Umumnya buah ini mengandung lebih dari satu
biji, sehingga pecahnya buah itu seakan-akan memang dengan sutau tujuan
tertentu. yaitu agar biji terlempar jauh tidak berkumpul di suatu tempat.
Bergantung pada cara pecahnya, buah ini dibedakan dalam:
- buah berbelah (schizocarpium). Buah ini mempunyai dua ruang atau
lebih, masing-masing dengan sebuah biji di dalam nya. Jika pecah tiap
ruang terpisah, tetapi biji tetap dalam ruang. sehingga tiap-tiap ruang
dengan bijinya bersifat seperti buah kurung. Menurut jumlah ruangan
buah ini dibedakan lagi dalam:
o buah belah dua (diachenium). Buah pada waktu masak membelah
menjadi dua bagian, masing-masing menyerupal buah kurung
dengan satu biji di dalamnya, contoh: Centella asiatica (daun kaki
kuda).
o buah belah tiga (triachenium), buah membelah menjadi 3 bagian:
Tropaeolum majus.
o buah belah empat (tetrachenium). Buah membelah menjadi
empat bagian: Ocimum basilicum.
o buah belah lima (pentachenium). Seperti di atas, buah berbelah
menjadi 5 bagian. buah belah banyak (polyachenium), seperti
terdapat beberapa macam Malvaceae.

- buah kendaga (rhegma). Buah ini sifatnya sama dengan buah belah.
tetapi bagian-bagiannya yang terpisah lalu pecah. sehingga biji yang ada
di dalamnya terlepas dari ruangan. Tiap tiap bagian terbentuk oleh satu
daun buah, jadi buah tersusun dari sejumlah daun buah ang banyaknya

25
sama dengan jumlah ruangan (atau bagian kendaga). Menurut jumlahnya
kendaga kita membedakan:
o buah kendaga dua (dicoccus). Buah membelah menjadi 2
kendaga, masing-masing lalu pecah dan mengeluarkan 1 biji. buah
kendaga tiga (tricoccus), seperti di atas, tetapi menjadi 3 bagian:
Ricinus, Hevea.
o buah kendaga lima (pentacoccus), idem, tetapi menjadi 5 bagian:
Geranium.
o buah kendaga banyak (polycoccus), buah menjadi banyak bagian:
beberapa Malvaceae.
- buah kotak. Terdiri atas satu atau beberapa daun buah. Bijinya banyak,
jika sudah masak lalu pecah akan tetapi kulit buah yang pecah sampai
lama tak mau lepas dari tangkai buahnya. Buah kotak dibedakan lagi
dalam:
o buah bumbung (folliculus). Buah ini terjadi dari sehelai daun
buah. mempunyai satu ruangan dengan banyak biji, jarang sekali
hanya 1. Jika sudah masak. pecah menurut salah satu kampuhnya.
biasanya kampuh perut: Calotropis, Lochnera.
o buah polongan (legumen). Berasal dari sehelai daun buah dengan
satu ruangan Jika masak pecah menurut kampuh nya hingga buah
terbelah dari ujung ke pangkalnya. Sering kali terdapat sekat-sekat
semu dan jika buah masak terputus pulus menurut sekat semu tadi,
terdapat pada Leguminosae.
o buah lobak (siliqua). Berasal dari 2 daun buah dengan 1 ruangan
dan 2 tembuni yang bertemu di tengah ruangan hingga merupakan
suatu sekat semu. Waktu masak pecah kedua daun buahnya terpisah
mulai dari pangkalnya, tetapi di ujung tetap berlekatan. Biji mula-
mula tetap melekat pada tembuni. akhirnya lepas. Umum terdapat
pada Cruciferae. buah kotak sejati (capsula). Berasal dari 2 daun
buah atau lebih, yang mempunyai sejumlah ruangan sesuai dengan
jumlah daun buahnya. Jika sudah masak membuka dengan macam-
macam jalan:

26
 dengan katup (valva), dalam hal ini pecahnya dapat sepanjang
sekat (septisid) dapat juga membelah ruangan (loculisid):
Durio, Moringa.
 dengan celah-celah (rima): Orchidaceae..
 dengan liang (porus): Papaver.
 membuka sebuah tutup (operculum): Portulaca.
 dengan gigi: Dianthus.

 Buah Sejati Tunggal Berdaging


Umumnya tidak pecah. meskipun telah masak. Sebagai perkecualian.
Myristica fragrans (pala). yang buahnya bila sudah masak lalu pecah.
a) buah buni (bacca). Dinding luar tipis. lapisan dalam tebal. lunak. dan berair.
biji lepas dalam lapisan tersebut: Psidium. Averrhoea. Antidesma.
b) buah mentimun (pepo). Susunannya sama dengan buah ini. kulit luar lebih
tebal dan kuat. Di tengah buah sering terdapat ruangan kosong: Cucurbitaceae.
c) buah jeruk (hesperidium). Seperti buah buni dengan 3 lapis kulit buah.
Lapisan luar yang kuat dan mengandung banyak kelenjar minyak atsiri. Lapisan
kedua berupa jaringan bunga karang. dan kemudian lapisan yang terdiri atas
gelembung gelembung berisi cairan: Rutaceae.
d) buah batu (drupa), dengan 3 lapis kulit buah:
 eksokarpium: tipis menghangat,
 mesokarpium : berdaging atau berserabut,
 endokarpium : amat keras seperti batu: Mangifera, Cocos.
e) buah delima. Dinding luar keras. hampir mengayu, yang dalam seperti bunga
karang tetapi liat, dengan banyak ruang. masing masing ruang dengan banyak
biji: Punica granatum.
f) buah appel. Dengan 3 lapis kulit buah pula. Yang luar tipis menjangat, yang
tengah berdaging, yang dalam tipis, ulet, kuat: Pirus malus.

2. Buah Sejati ganda


Berasal dari 1 bunga dengan banyak bakal buah, yang masing-masing lepas,
tetapi akhirnya merupakan kumpulan buah, namun kelihatan seperti satu.

27
a) buah kurung ganda. Dasar bunga berbentuk periuk dengan di dalamnya
banyak buah: Rosa.
b) buah batu ganda: Rubus.
c) buah bumbung ganda: Michelia.
d) buah buni ganda: Annonaceae.

3. Buah Sejati Majemuk


Berasal dari suatu bunga majemuk, jadi berasal dari banyak bunga dengan
banyak bakal buah, tetapi seluruhnya seakan-akan merupakan satu buah.
a) buah buni majemuk: Ananas.
b) buah batu majemuk: Pandanus.
c) buah kurung majemuk: Helianthus.

Perdefinisi maka buah ganda dan majemuk sukar disebut buah sejati.
Karena pada buah tersebut terdapat bagian-bagian lain yang berasal dari bunga,
entah bagian-bagian itu merupakan bagian utama buah atau tidak. Dalam hal ini
memang sukar diberi batas yang nyata. Contoh: sementara orang menganggap buah
nenas misalnya sebagai buah semu dan bukan buah sejati.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumbuhan Angiospermae merupakan tumbuhan yang memiliki bunga
sebagai alat perkembangbiakan generatif. Bakal biji pada tumbuhan gymnospermae
tersebut oleh suatu badan yang berasal dari daun-daun buah dan disebut bakal buah.
Salah satu cirri utama tumbuhan angiospermae adalah adanya bunga dengan struktur
yang terdiri dari mahkota bunga, tangkai sari, benang sari, tangkai putik, putik,
bakal buah, bakal biji, dasar bunga, serta tangkai bunga.
Tumbuhan Angiospermae mengalami reproduksi secara
vegetatif(aseksual) dan generatif(seksual). Reproduksi vegetative dilakukan secara
alami dan buatan dengan bantuan manusia. Adapun reproduksi generative dilakukan
melalui penyerbukan benang sari dan putik kemudian terjadi peleburan sel gametofit
jantan dan betina pada bakal buah.
Berdasarkan susunan dan asal bagian-bagian yang membentuknya, maka
buah (fructus) dibedakan menjadi dua yaitu buah sungguh (buah sejati) dan buah
semu(fructus spurious). Buah sejati hanya terbentuk dari bakal buah saja, dan
karena buah ini biasanya tidak diselubungi oleh bagian-bagian lain, maka
dinamakan juga buah telanjang (fructus nudus). Sedangkan buah semu (fructus
spurius) yaitu buah yang jika selain bakal buah ikut pula bagian-bagian lain dari
bunga mengambil bagian dalam pemben tukan buah, bahkan akhirnya dapat
merupakan bagian yang utama dari buah tadi. Biasanya buah ini diselubungi oleh
sesuatu organ, oleh sebab itu sering juga disebut buah tertutup (fructus clausus).

29
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:
Tjitrosoepomo, G. 2013. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada
University Press

Sumber internet:
Gramedia.com. (Tanpa tahun). Tumbuhan Angiospermae: Pengertian, Ciri, Reproduksi,
Siklus, Klasifikasi & Contoh. Diakses pada 22 Mei 2022, dari:
https://www.gramedia.com/literasi/angiospermae/amp/

30

Anda mungkin juga menyukai