Anda di halaman 1dari 19

REPRODUKSI PADA BUNGA

Dessy Ika Hardania


1506103010041
REPRODUKSI PADA BUNGA

Oleh:
Dessy Ika Hardania
1506103010041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, yang
senantiasa memberikan nikmat-Nya kepada hamba-Nya. Atas berkat dan rahmat-Nya lah,
penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Reproduksi pada Bunga” ini. Terimakasih
penulis sampaikan kepada dosen Biologi Perkembangan Tumbuhan yang telah memberikan
bimbingan guna menyelesaikan tugas ini.

Penyusunan tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dan persyaratan guna
mengikuti mata kuliah Biologi Perkembangan Tumbuhan. Harapan penulis, tugas ini dapat
menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua, karena pada
masa globalisasi ini, ilmu pengetahuan mutlak diperlukan.

Tentu saja dalam penyusunan tugas ini mungkin disana-sini masih terdapat banyak
kekurangan baik di dalam penyajiannya maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan. Tentu saja guna
penyempurnaan pada makalah berikutnya.

Banda Aceh, 14 Mei 2018

Penulis

i
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
A. Pengertian Bunga ......................................................................................... 1
B. Bagian-Bagian Bunga .................................................................................. 2
1. Kelopak bunga (calyx) ........................................................................... 2
2. Tajuk/mahkota bunga (corolla) .............................................................. 2
3. Benang sari (stamen) .............................................................................. 2
4. Putik (pistillum) ...................................................................................... 4
5. Tangkai bunga (pedicellus) .................................................................... 6
6. Dasar bunga (receptaculum) .................................................................. 6
C. Reproduksi pada Tumbuhan ....................................................................... 6
1. Reproduksi Aseksual/Vegetatif .............................................................. 6
2. Reproduksi Seksual/Generatif ................................................................ 6
a. Penyerbukan ..................................................................................... 7
b. Pembuahan ....................................................................................... 11
Daftar Pustaka ................................................................................................ 15

ii
A. Pengertian Bunga
Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda
menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan
bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung
pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah
struktur yang membawa biji. Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet
jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai
dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan
biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah yang berfungsi sebagai pemikat hewan
pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang
khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan. Bunga terdiri atas bagian
yang steril dan bagian yang fertil (reproduktif). Bagian steril meliputi sejumlah helai daun
kelopak (sepal), kumpulannya disebut kaliks, dan sejumlah helai daun mahkota (petal),
kumpulannya disebut korola. Kaliks dan korola, bersama-sama disebut perhiasan bunga
(periant). Jika periant tidak terbagi menjadi kaliks dan korola, setiap helaiannya disebut
tepal. Bagian reproduktif adalah benang sari atau stamen (mikrosporofil) dan daun buah atau
karpel (megasporofil). Keseluruhan stamen disebut andresium dan keseluruhan karpel
disebut ginesium.

Gambar. Struktur Bunga Gambar. Ginesium

1
B. Bagian-Bagian Bunga

Gambar. Bagian-bagian Bunga


1. Kelopak bunga (calyx)
Kelopak bunga terdiri atas beberapa daun kelopak, kecil, kaku, kasar, berjumlah 3, 4,
atau 5 helai. Pada umumnya, kelopak bunga berwarna hijau. Adapula yang berwarna merah
seperti pada bunga mentega (Nerium olander) dan kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima). Ketika bunga masih kuncup, kelopak bunga menempel pada mahkota bunga
dan setelah bunga mekar, kelopak bunga menempel pada dasar bunga. Kelopak bunga
berfungsi untuk melindungi bunga pada waktu masih kuncup dan bersama-sama dengan
mahkota bunga berfungsi pula sebagai alat perhiasan bunga untuk menarik perhatian
serangga dan hewan lain agar dapat membantu proses penyerbukan. Jika kelopak bunga dan
mahkota bunga sulit dibedakan dengan jelas, maka keduanya disebut dengan tanda bunga
(perigonium), misalnya pada bunga bakung, bunga gladiol, dan bunga kelapa.

2. Tajuk/mahkota bunga (corolla)


Mahkota bunga atau tajuk bunga tersusun dari bagian serupa daun yang mengeliligi
alat perkembangbiakan. Dapat dikatakan pula mahkota berfungsi sebagai alat perhiasan
bunga. Pada umumnya, mahkota bunga berwarna-warni dan tersusun teratur sehingga
tampak indah. Pada jenis tumbuhan tertentu mempunyai aroma yang khas serta mempunyai
kelenjar madu (nektar). Dengan adanya kelengkapan tersebut, mahkota bunga berfungsi
untuk menarik perhatian serangga dan hewan lain agar dapat membantu proses penyerbukan.
Pada waktu bunga masih kuncup, bersama-samadengan kelopak bunga, mahkota bunga
berfungsi untuk melindungi putik dan benang sari. Kelopak bunga terdapat pada lingkaran
terluar bunga, sedangkan mahkota bunga terdapat pada lingkaran di sebelah dalamnya.

3. Benang sari (stamen)


Benang sari merupakan bagian fertil pada bunga yang terdiri dari kepala sari
(anthera), berisi serbuk sari (polen), tangkai sari (filamen), dan pendukung kepala sari.

2
Benang sari merupakan alat kelamin jantan pada bunga. Apabila kita teliti, kita akan melihat
di tengah-tengah daun mahkota terdapat benang yang sangat halus yang disebut dengan
benang atau tangkai sari.

Gambar. Benang Sari


Struktur benang sari yaitu setiap benang sari memiliki tangkai sari yang di puncaknya
terdapat gumpalan kecil yang berwarna kuning yang disebut sebagai kepala sari, tangkai sari
yang biasanya berbentuk vertikal bekerja untuk mengantarkan makanan ke kepala sari, oleh
karna itu di bagian dalamnya terdapat jaringan atau lorong semacam pipa sebagai saluran
makanan.
Secara umum benang sari termasuk sel pembiakan, oleh karena itu benang sari
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses reproduksi. Benang sari merupakan
gumpalan kecil yang memiliki empat lubang yang penuh dengan serbuk yang sangat halus
yang disebut dengan serbuk sari (pollen). serbuk ini sangat serupa dengan sprema hewan
yang bekerja seperti sperma sebagaimana yang akan disebutkan nanti.
Serbuk sari sangatlah halus oleh karena itu dengan mata telanjang tidak mungkin kita
dapat melihat berbagai macam bagiannya, akan tetapi dengan menggunakan mikroskop kita
bisa melihat seluruh bagiannya dan dapat menyingkap proses kerja serbuk sari yang sangat
menakjubkan itu. Serbuk sari banyak megandung zat gula, lemak, protein dan karbohidrat,
dan tepat di tengahnya terdapat dua sel yang mana ukuran yang satu lebih besar dari sel yang
satunya lagi –serbuk sari masak menjelang penyerbukan intinya membelah menjadi 2
macam sel, yang disebut dengan generatif dan vegetatif- dimana tugas dua sel ini dalam
proses penyerbukan.
Pada macam jenis tumbuhan serbuk sari memiliki bentuk yang berbeda, terkadang ia
berbentuk seperti piramid, segi tiga, bulat atau seperti telur tergantung pada jenis pohonnya.
Selain itu galur atau kerutan yang berada di dataran serbuk saripun juga berbeda, setiap jenis
tumbuhan memiliki bentuk dan kerakteristiknya tersendiri.
Kebanyakan Angiospermae memiliki kepala sari yang tetrasporangiat, dengan dua
ruang sari (lokulus) dalam setiap cuping kepala sari sehingga jumlah keseluruhannya empat.
Pada sejumiah tumbuhan yang anteranya matang, namun sebelum antera memecah
(membuka dengan sendiri) batas antara pasangan lokulus di setiap cuping rusak sehingga
antera tetrasporangiat hanya menunjukkan dua lokulus.

3
Dinding antera terdiri dan beberapa lapisan sel yang merupakan turunan sel parietal
primer, kecuali epidermis yang dalam perkembangannya hanya membelah dalam bidang
aritiklinal. Dua lapisan yang penting adalah endotesium, tepat di bawah epidermis, dan
tapetum, yang berbatasan dengan lokulus antera. Sel di antara kedua lapisan itu sering
memipih karena tertekan, lalu rusak. Endotesium membentuk penebalan tak rata, terutama
di dinding radial dan tangensial dalam. Pengerutan diferensial yang terjadi padanya ketika
antera mengering saat matang, memudahkan terjadinya retakan atau celah pada antera untuk
membebaskan serbuk sari.
Secara umum, benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Tangkai sari
tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai vakuola tanpa
ruang antarsel. Pada epidermis tangkai sari terdapat kutikula, trikomata, atau mungkin juga
stomata Kepala sari mempunyai struktur yang kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis-
lapis, dan di bagian terdalam terdapat lokulus (ruang sari) yang berisi butir-butir serbuk sari.
Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap jenis tumbuhan berbeda.
Kepala sari mempunyai beberapa lapisan dinding sebagai berikut.
1) Epidermis, lapisan terluar yang terdiri dari satu lapis sel. Epidermis menjadi memipih
dan membentuk papila pada kepala sari yang masak dan berfungsi sebagai pelindung
epidermis.
2) Endotesium, lapisan yang terletak di sebelah dalam epidermis
3) Lapisan tengah, lapisan yang terletak di sebelah dalam endotesium dan terdiri dari 2–3
lapis sel atau lebih tergantung jenis tumbuhannya.
4) Tapetum, dinding terdalam dari antera dan berkembang mencapai maksimum pada saat
terbentuk serbuk sari tetrad.

4. Putik (pistillum)
Putik adalah alat kelamin betina karena dalam perkembangannya dapat
menghasilkan sel kalamin betina yang disebut sel telur (ovum).Putik terdiri atas tiga
bagian,yaitu kepala putik,tangkai putik,dan bakal buah yang didalamnya terdapat satu bakal
biji atau lebih bergantung pada jenis tumbuhannya.Didalam satu bakal biji terdapat kandung
lembaga dengan beberapa inti yang salah satunya merupakan inti seltelur sebagai sel kelamin
betina. Jika sel telur telah dibuahi oleh sel sperma ,maka bakal biji berubah menjadi biji dan
siap tumbuh menjadi biji dan siap tumbuh menjadi individu baru.
Putik (gynoecium), persis di pusat bunga di tengah lingkaran lembaran daun-daun
mahkota terdapat sesuatu yang menjulang ke atas yang disebut dengan putik. Putik
termaksud organ bunga yang bekerja untuk pembiakan yang terdiri dari kepala putik, tangkai
putik dan bakal buah:

4
Gambar. Putik

a. Kepala putik (stigma)


Kepala putik terletak persis di ujung tangkai putik, ia diselimuti dengan bulu-bulu
halus yang mengeluarkan bahan makanan dan zat perekat. Kepala putik bekerja menarik,
merekatkan dan menjaga serbuk sari dan membantunya menjalani proses penyerbukan.
Kepala putik berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan. Diatas kepala putik
terdapat banyak bulu-bulu yang sangat halus dan berlendir sehingga dapat membantu
menangkap serbuk sari. Bentuk kepala putik bermacam-macam, ada yang berupa bulatan
kecil oval seperti benang dan adapula yang seperti bulu ayam.

b. Tangkai putik (stylus )


Tangkai penghubung antara kepala putik dan bakal buah. Tangkai putik memiliki
rancangan sedemikian rupa sehingga mudah memindahkan dan menyalurkan serbuk dari
kepala putik menuju bakal buah, selain itu ia juga mengandung zat-zat yang melebihi
kapasitasnya yang akan dikonsumsi oleh serbuk sari guna membantu dan mempertahankan
pertumbuhannya. Tangkai putik ada yang berbentuk tabung atau saluran yang berongga, ada
yang panjang, dan adapula yang pendek.

c. Bakal buah (pistil/ovarium)


Bakal buah merupakan bagian putik terbawah, menggelembung, dan melekat diatas
dasar bunga. Letak bakal buah didasar bunga ada yang menumpang, tenggelam, atau
setengah tenggelam. Di bawah tangkai putik yang menyambung ke bagian pangkal bunga
terdapat sesuatu yang juga menarik yang dinamakan dengan bakal buah yang merupakan
bagain inti dari putik, di dalamnya terdapat biji-biji (zygote) yang sangat kecil –yang
tersimpan dalam kantung kecil- yang di namakan dengan bakal biji (kantung embrio) dan
dengan perantara pusar yang sangat halus akan menyambungkannya pada bakal biji. Bakal
buah berdasarkan jenis pohonnya memiliki bentuk yang berbeda-beda dan iapun memiliki
rancangan yang sangat teliti dan penuh dengan keserasian sehingga setiap satu jenis
tumbuhan memiliki bentuk yang khusus dan sama, secara umum ia memiliki kemiripan
dengan sperma hewan dan memiliki fungsi yang sama dalam proses pembiakan. Pada
sebagian tumbuhan di dalam bakal biji terdapat satu lubang, dalam keadaan demikian bakal
biji dikatakan memiliki satu pintu. Di sebagain bunga tumbuhan yang lain bakal biji dapat

5
memiliki beberapa pintu seperti pada bunga pohon jeruk bakal biji memiliki 5 hingga 12
pintu.

d. Kelenjar nektar atau nektarium


Nektar berasa manis yang ditemukan pada bunga yang diserbuk oleh serangga
biasanya dihasilkan oleh kelenjar nektar. Kelenjar itu bisa ditemukan disumbu bunga atau
dibagian bunga yang lain.

5. Tangkai bunga (pedicellus)


Bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya sering kali terdapat daun-
daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun. Berwarna hijau, yang seakan-
akan merupakan peralihan dari daun biasa kehiasan bunga.

6. Dasar bunga (receptaculum)


Ujung tangkai yang sering kali melebar, dengan ruas-ruas yang amat pendek,
sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang
duduk amat rapat satu sama lain.

C. Reproduksi pada Tumbuhan


Reproduksi pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi reproduksi aseksual (vegetatif)
dan reproduksi seksual (generatif).

1. Reproduksi Aseksual/Vegetatif
Reproduksi aseksual/vegetatif merupakan cara reproduksi (perbanyakan diri) tanpa
melewati proses peleburan dua gamet. Artinya, satu induk tumbuhan dapat memperbanyak
diri menghasilkan keturunan yang memiliki sifat identik dengan induk. Reproduksi vegetatif
dapat terjadi secara alami dan buatan (artificial).

Gambar. Contoh Reproduksi Aseksual/Vegetatif

2.Reproduksi Seksual/Generatif
Reproduksi seksual/generatif perkembangbiakan yang terjadi karena adanya
peleburan antara dua sel yaitu sel kelamin jantan (sperrma) dan sel kelamin betina (ovum)

6
sehingga dihasilkan individu baru. Reproduksi generative pada tumbuhan diawali dengan
peristiwa penyerbukan atau persaringan yang dilanjutkan dengan pembuahan.
Penyerbukan merupakan tahap pertama dalam proses reproduksi dan diikuti oleh
pembuahan jika penyerbukan berhasil dilakukan. Kemasakan organ jantan (membukanya
kantong sari) pada merbau terjadi lebih dahulu daripada kemasakan organ betina (putik).
Pada reproduksi generative terjadi persatuan dua macam gamet dari dua individu
yang berbeda jenis kelaminnya, sehingga terjadi percampuran materi genetik yang
memungkinkan terbentuknya individu baru dengan sifat baru. Pada organisme tingkat tinggi
mempunyai dua macam gamet, gamet jantan atau spermatozoa dan gamet betina atau sel
telur, kedua macam gamet tersebut dapat dibedakan baik dari bentuk, ukuran dan
kelakuannya, kondisi gamet yang demikian disebut heterogamet. Peleburan dua macam
gamet tersebut disebut singami. Peristiwa singami didahului dengan peristiwa fertilisasi
(pembuahan) yaitu pertemuan sperma dengan sel telur. Pada organiseme sederhana tidak
dapat dibedakan gamet jantan dan gamet betina karena keduanya sama, dan disebut
isogamet. Bila salah satu lebih besar dari lainnya disebut anisogamet. Organ yang berfungsi
untuk alat reproduksi generatif adalah bunga.
Alat perkembanganbiakan generatif itu bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut
jenis tumbuhannya, tetapi pada tumbuhan berbiji, alat tersebut merupakan bagian tumbuhan
yang kita kenal sebagai bunga. Oleh karena itu suatu tumbuhan berbiji jika sudah tiba
waktunya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi
peristiwa-peristiwa yang disebut persarian (penyerbukan) dan pembuahan yang akan
menghasilkan bagian tumbuhan yang kita sebut dengan buah, yang didalamnya terdapat biji,
dan biji inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.

a. Penyerbukan
Penyerbukan atau polinasi merupakan proses awal sebelum terjadinya pembuahan. Pada
angiospermae, penyerbukan adalah proses melekatnya serbuk sari di kepala putik,
sedangkan pada gimnospermae, penyerbukan adalah peristiwa melekatnya serbuk sari pada
bakal biji.
Bunga merupakan organ reproduksi cendana yang terdiri atas putik, benang sari dan
perigonium. Organ tersebut merupakan komponen penting yang mempengaruhi
keberhasilan penyerbukan. Kualitas penyerbukan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
produksi buah suatu jenis tanaman.
Ukuran struktur bunga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penyerbukan dan akan
menentukan tingkat keberhasilan pembuahan. Serbuksari merupakan tujuan utama dari
pengunjung bunga, dan ukuran bunga akan mempengaruhi jumlah pengunjung bunga. Tiap
penyerbuk atau pengunjung bunga dalam satu waktu akan mengunjungi bunga yang berbeda,
sehingga aktivitas ini akan menguntungkan bagi penyerbukan pohon-pohon dalam suatu
tegakan.
Peristiwa penyerbukan pada tumbuhan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Jatuhnya
serbuk sari dikepala putik dikarenakan adanya bantuan dari faktor luar atau perantara.
Penyerbukan dapat terjadi karena :

7
• Pada bunga letak kepala putik di bawah kepala sari, sehingga serbuk sari dapat
jatuh di atas kepala putik dengan mudah.
• Kepala putik menempel pada kepala sari. Bila kepala sari pecah maka serbuk sari
langsung kontak dengan kepala putik dan terjadilah penyerbukan.
• Sebuk sari tertiup angin atau terbawa oleh organisme dan jatuk diatas kepala putik.

Penyerbukan dapat terjadi dengan berbagai perantara :


1. Perantara angin disebut anemogami, penyerbukan yang terjadi karena adanya
bnatuan dari angin biasanya terjadi pada tumbuhna yang tidak memiliki perhiasan
bunga dan memiliki serbuk sari yang banyak dan ringan.

Gambar. Penyerbukan Anemogami pada jagung


2. Perantara air disebut hidrogami peyerbukan yang terjadi karena adanya bantuan
dari air Contoh : pada tanaman air seperti Hydrilla.

Gambar. Penyerbukan Hidrogami


3. Perantara hewan disebut zoogamy penyerbukan yang terjadi karena adanya
bantuan dari hewan.

8
Gambar. Penyerbukan zoogamy

Berdasarkan jenis hewannya dapat dibedakan lagi menjadi:


1. Entomogami : penyebabnya adalah serangga. Serangga polinator biasanya adalah
kupu-kupu (Lepidoptera), lebah (Hymenoptera), kumbang (Coleoptera), dan lalat
(Diptera). Apabila serangga datang untuk menghisap madu maka serbuk sari akan
menempel di tubuhnya. Lalu ketika serangga tersebut hinggap di bunga lain yang
sejenis, maka terjadilah penyerbukan.
2. Ornitogami: penyerbukan karena bantuan burung, terjadi pada tumbuhan yang
bunganya mengandung madu atau air. Contoh burung perantara penyerbukan adalah
kutilang, cucakrawa, dan burung penghisap madu.
3. Kiropterogami: penyerbukan karena bantuan kelelawar, terjadi pada tumbuhan yang
bunganya mekar pada malam hari. Kelalawar dan atau kalong dapat pula menjadi
perantara penyerbukan, terutama untuk pohon yang bunganya mekar pada sore atau
malam hari, contohnya tanaman durian.
4. Malakogami: penyerbukan karena bantuan siput, terjadi pada tumbuhan yang banyak
dilekati siput. Siput dapat menjadi perantara penyerbukan pada bunga yang memiliki
putik dan kotak sari yang posisinya hampir atau sama tinggi, seperti pada bunga
Rohdae japonica (liliaceae) dan Araceae. Siput akan merambat pada permukaan
bunga, membawa serta serbuk sari yang menempeldi kakinya yang berlendir menuju
putik.
5. Penyerbukan dengan perantara manusia disebut antropogami. Penyerbukan ini
dilakukan oleh manusia karena tidak ada pengantar serbuk sari ke kepala putik.
Misalnya pada tanaman salak dan vanili. Hal ini disebabkan alat kelamin bunga
tumbuhan tersebut letaknya terpisah, ada bunga jantan saja dan ada bunga betina saja.
Bunga jantan yang penuh serbuk sari di petik, kemudian di tempelkan di dekat bunga
betina yang sudah masak, sehingga terjadi penyerbukan. Contoh : penyerbukan
vanilli di Indonesia.

9
Gambar. Penyerbukan vanili

Menurut asal serbuk sari, penyerbukan dibedakan menjadi sebagai berikut.


1) Penyerbukan tertutup (kleistogami)
Terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama. Dapat disebabkan oleh:
• Putik dan serbuk sari masak sebelum terjadinya anthesis (bunga mekar)
• Konstruksi bunga menghalangi terjadinya penyerbukan silang (dari luar),
misalnya pada bunga dengan kelopak besar dan menutup. Contoh : familia
Papilionaceae.
2) Penyerbukan terbuka (kasmogami)
Terjadi jika putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda. Hal ini dapat
terjadi jika putik dan serbuk sari masak setelah terjadinya anthesis (bunga mekar).
Beberapa tipe penyerbukan terbuka yang mungkin terjadi :
a. Autogamie: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang sama
b. Geitonogamie: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga yang berbeda, dalam
pohon yg sama
c. Allogamie (Silang): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg sejenis
d. Xenogamie (asing): putik diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman lain yg tidak
sejenis

Gambar. Penyerbukan Terbuka

10
Beberapa tipe bunga yang memungkinkan terjadinya penyerbukan terbuka :
a. Dikogami
Putik dan benang sari masak dalam waktu yang tidak bersamaan.
• Protandri : benang sari lebih dahulu masak daripada putik
• Protogini : putik lebih dahulu masak daripada benang sari
b. Herkogami
Bunga yang berbentuk sedemikian rupa hingga penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi.
Misal Panili yang memiliki kepala putik yang tertutup selaput (rostellum).

c. Heterostili
Bunga memiliki tangkai putik (stylus) dan tangkai sari (filamentum) yg tidak sama
panjangnya.
• tangkai putik pendek (microstylus) dan tangkai sari panjang
• tangkai putik panjang (macrostylus) dan tangkai sari pendek

b. Pembuahan
Setelah proses penyerbukan proses selanjutnya adalah pembuahan. Pembuahan atau
fertilisasi merupakan proses peleburan antara inti sperma dengan sel telur. Pada tumbuhan,
ada 2 macam pembuahan, yaitu pembuahan tunggal dan pembuahan ganda. Pembuahan
tunggal adalah pembuahan yang hanya memungkinkan sekali peleburan inti sperma dengan
inti sel telur. Pembuahan tunggal biasa terjadi pada gimnospermae. Pembuahan ganda adalah
pembuahan yang menyebabkan terjadinya dua kali peleburan inti sperma. Pertama,
peleburan antara inti sperma I dengan sel telur membentuk lembaga. Kedua, peleburan
antara inti sperma II dengan kantong lembaga sekunder yang akan berkembang menjadi
endosperma. Pembuahan ganda biasanya terjadi pada angiospermae.

1) Reproduksi Generative pada Angiospermae


Bunga adalah alat reproduksi utama pada kelompok tumbuhan berbunga
(angiospermae) dan berperan penting dalam pengelompokan kelas-kelas tumbuhan karena
karakternya berbeda dan khas untuk tiap jenisnya. Sifat dan bentuk bunga yang khas
disebabkan oleh pengaruh genetik yang kuat dan tidak terpengaruh perubahan lingkungan.
Sebelum terjadi penyerbukan (polinasi), kepala sari yang telah masak akan membuka.
Selanjutnya, serbuk sari yang terdapat pada kepala sari tersebut akan keluar atau jatuh dan
menempel pada kepala putik. Senyawa kimia yang terdapat di dalam kepala putik (stigma)
akan membuat perluasan pula sebagai tempat pertumbuhan polen.
Bagian yang berperan dalam fertilisasi adalah putik (stigma) dan benang sari (stamen).
Putik terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala putik, tangkai putik, dan ovulum. Sementara itu,
benang sari terdiri dari kepala sari dan tangkai sari. Di dalam ovulum, terdapat megasporofit
yang membelah menjadi empat megaspora. Satu megaspora yang hidup membelah tiga kali
berturut- turut. Hasilnya berupa sebuah sel besar, disebut kandung lembaga muda yang
mengandung delapan inti.

11
Gambar. Reproduksi Generative pada Angiospermae

Di ujung ovulum terdapat sebuah lubang (mikropil), sebagai tempat masuknya saluran
serbuk sari ke dalam kandung lembaga. Selanjutnya, tiga dari delapan inti tadi menempatkan
diri di dekat mikropil. Dua dari tiga inti disebut sel sinergid. Sementara itu, inti yang ketiga
disebut sel telur. Tiga buah inti lainnya (antipoda) bergerak ke arah kutub yang berlawanan
dengan mikropil (kutub kalaza). Sisanya, dua inti yang disebut inti kutub, bersatu di tengah
kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid (2n). Inti ini disebut inti kandung
lembaga sekunder. Inti kandung lembaga yang telah masak, disebut megagametofi t dan siap
untuk dibuahi. Serbuk sari yang jatuh pada kepala putik yang sesuai, akan berkecambah
atau memunculkan suatu saluran kecil (buluh serbuk sari). Buluh serbuk sari semakin
tumbuh memanjang di dalam tangkai putik (stilus).
Selama perjalanan pembuluh menuju ovulum, inti serbuk sari membelah menjadi inti
vegetatif dan inti generatif. Inti vegetatif berfungsi sebagai penunjuk arah inti generatif dan
akan melebur sebelum sampai ke bakal biji (ovulum). Masuknya inti generatif ke dalam
ruang bakal biji ada beberapa cara, yaitu:
• Porogami : bila dalam pembuahan masuknya spermatozoid melalui mikrofil.
• Aporogami : bila masuknya spermatozoid tidak melalui mikrofil. Bila masuknya
spermatozoid melalui kalaza, maka disebut kalazogami.

Inti generatif membelah menjadi dua inti sperma yang akan menembus ovarium (bakal
buah) dan sampai ke ovulum (bakal biji). Di dalam ovulum, inti serbuk sari (inti sperma)
bertemu dengan inti sel telur, sehingga terjadi peleburan antara kedua inti tersebut. Proses
peleburan kedua inti ini, disebut pembuahan atau fertilisasi. Inti sperma yang satu akan
membuahi inti sel telur membentuk zigot, sedangkan inti sperma lainnya membuahi inti

12
kandung lembaga sekunder membentuk endosperma. Peristiwa pembuahan ini disebut
pembuahan ganda.

Setelah pembuahan selesai maka sisa benang sari, mahkota, dan kelopak bunga akan
layu dan gugur. Sedangkan bakal biji berkembang menjadi biji yang dilindungi oleh dinding
bakal buah, dan bakal buah berkembang menjadi buah.
Pada angiospermae, proses pembentukan lembaga atau embrio dapat terjadi Melalui
proses pembuahan dan tanpa proses pembuahan.
a. Pembentukan lembaga melalui proses pembuahan
- Spermatogenesis (proses pembentukan sperma), di dalam benang sari (mikospora)
mkrosporangia sel induk mikospora sebuk sari (jumlah kromosom sama dengan
setengah sel induk)
- Oogenesis (proses pembentukan ovum), di dalam putik (megaspore/makospora)
megasporangia sel induk megaspore megaspore didalam ovula terjadi 3 kali mitosis
membentuk 8 sel
b. Pembentukan Lembaga tanpa proses pembuahan
Beberapa angiospermae dapat membentuk (embrio) tanpa melalui proses pembuahan
(apomiksis), yaitu :
- Partogenesis, terbentuknya lembaga dari sel telur yang tidak dibuahi.
- Apogamic, terbentuknya lembaga dari begian-bagian lain di dalam kandungan
lembaga. Misalnya,sel sinergid.
- Embrio adventif, terbentuknya lembaga dari salah satu sel sporofit. Misalnya salah
satu sel nuselus yang tumbuh menjadi lembaga kemudian masuk ke dalam
kandungan lembaga.

2) Reproduksi Generative pada Gymnospermae

Gambar. Reproduksi Generative pada Gymnospermae

13
Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau strobilus. Strobiluss terbagi
atas dua yaitu strobilus jantan dan strobilus betina. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak
anteridium yang mengandung sel- sel induk butir serbuk. Sel- sel tersebut bermiosis dari
setiap sel induk menghasilkan 4 butir serbuk yang bersayap.
Pada gymnospermae terjadi terjadi pembuahan tunggal. Strobilis jantan terdiri atas
mikrosporoil- mikrosporopil yang menghasilkan serbuk sari. Sel telurnya dihasilkan oleh
mikroskorofil yang terkumpul dalam strobilis betina.
Pembuahan tunggal pada gymnospermae diawali dengan jatuhnya serbuk sari pada
mikropil yaitu lubang kecil pada makrosprorofil and tumbuhan menjadi buluh serbuk. Buruh
serbuk bergerak menuju ruang bakal buah tempat sel telur.
Serbuk sari akan sampai pada tetes penyerbukan, kemudian dengan mengeringnya tetes
penyerbukan, serbuk sari yang telah jatuh di dalamnya akan diserap masuk ke ruang serbuk
sari melalui mikrofil. Serbuk sari ini sesungguhnya terdiri atas dua sel, yaitu sel generatif
atau yang kecil dan sel vegetatif yang besar, hampir menyelubungi sel generatif. Serbuk sari
ini kemudian tumbuh membentuk buluh serbuk sari, yang kemudian bergerak ke ruang
arkegonium. Karena pembentukan buluh serbuk sari maka sel-sel yang terdapat di antara

ruang serbuk sari dan ruang arkegonium terdesak ke samping akan terlarut. Sementara itu di
dalam buluh ini sel generatif membelah menjadi dua dan menghasilkan sel dinding atau sel
dislokator, dan sel spermatogen atau calon spermatozoid. Sel spermatogen kemudian
membelah menjadi dua sel permatozoid. Setelah sampai di ruang arkegonium, sel vegetatif
lenyap, dan kedua sel spermatozoid lepas ke dalam ruang arkegonium yang berisi cairan,
sehingga spermatozoid dapat berenang di dalamnya. Pada ruang arkegonium terdapat
sejumlah sel telur yang besar. Tiap sel telur bersatu dengan satu spermatozoid, sehingga
pembuahan pada Gymnospermae selalu mengasilkan zigot yang kemudian tumbuh dan
berkembang menjadi embrio. Pembuahan tunggal seperti ini misalnya terjadi pada pohon
Pinus.

14
Daftar Pustaka
Baskorowati Liliana, dan Pudjiono Sugeng. 2015. 159 Morfologi Pembungaan dan Sistem
Reproduksi Merbau (Intsia bijuga) pada Plot Populasi Perbanyakan di Paliyan,
Gunungkidul. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 9(3): 159-175.
http://ayuningwulaan.blogspot.co.id/2015/06/makalah-bunga.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Morfologi_reproduksi_tumbuhan
https://sanoesi.wordpress.com/2009/01/30/pembungaan-penyerbukan-dan-pembuahan-
tanaman/
Lestari, Fajar. 2010. Karakteristik Pembungaan Tiga Provenan dan Empat Ras Lahan
Cendana. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 7(2): 59-65.
Putri, Kurniawati Purwaka, dan Pramono Agus Astho. Perkembangan Bunga, Buah dan
Keberhasilan Reproduksi Jenis Saga (Adenanthera pavonina L.). Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 10(3): 147-154.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

15

Anda mungkin juga menyukai