Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“BAGIAN-BAGIAN BUNGA: BENANG SARI-RUMUS BUNGA”

UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH


MORFOLOGI TUMBUHAN

OLEH :

KELOMPOK 5

Giovani Punusingon (16507046)


Nadiasti Siwi (16507101)
Olivia Liunsanda (16507061)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2018
KATA PENGANTAR

Mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa, karena tuntunan dan kasih-Nya kami
kelompok 5 dapat menyelesaikan Makalah yang membahas tentang “Bagian-Bagian
Bunga”. Adapun makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kulia Morfologi Tumbuhan.

Kami yakin makalah ini dapat berguna serta dapat memperluas pengetahuan
mengenai Bagian-bagian Bunga, tak lupa kami mohon maaf atas kekurangan yang ada
pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan ulasan serta komentar yang dapat
memotivasi untuk menjadi lebih baik.

Kurang dan lebihnya kami mengucapkan terima kasih.

Tondano, Mei 2018

Kelompok 5

[i]
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... .. i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Benang Sari ................................................................................................... 2
B. Putik ............................................................................................................... 5
C. Kelenjar Madu (Nectarium) .......................................................................... 7
D. Penyerbukan Atau Persaruan ......................................................................... 8
E. Diagram Dan Rumus Bunga………………………….………………… ..... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ iii

[ii]
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bunga atau kembang (bahasa Latin: flos) adalah alat reproduksi seksual pada
tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji
tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi, yaitu benang sari dan putik.Bunga
dapat muncul secara tunggal maupun bersama-sama dalam satu rangkaian. Bunga yang
muncul secara bersama-sama disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Pada
beberapa spesies, bunga majemuk dapat dianggap awam sebagai bunga (tunggal),
misalnya pada Anthurium dan bunga matahari. Satuan bunga yang menyusun bunga
majemuk disebut floret.Secara botani, bunga adalah bagian tanaman untuk menghasilkan
biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga
akan berkembang lebih lanjut membentuk buah. Pada tumbuhan berbunga, buah adalah
struktur yang membawa dan melindungi biji.
Fungsi biologi bunga adalah organ seksual, sebagai wadah menyatunya gamet jantan
(mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Bahwa bunga adalah
analog dengan organ seksual pada hewan baru disadari secara ilmiah pada abad ke-17 di
Eropa.Beberapa bunga memiliki warna yang cerah berfungsi sebagai pemikat hewan
pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang
khas, juga bertujuan memikat hewan untuk membantu penyerbukan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Struktur Benang Sari?


2. Bagaimana Struktur Putik Pada bunga?
3. Apa Itu Kelenjar Madu (Nectarium)
4. Bagaimana Penyerbukan Pada Tumbuhan Bekerja?
5. Jelaskan Bagaimana Diagram Dan Rumus Bunga

C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat Menjelaskan Struktur Benang Sari


2. Dapat Menjelaskan Struktur Putik Pada Bunga
3. Dapat Menjelaskan Apa Itu Kelenjar Madu
4. Dapat Menjelaskan Penyerbukan Pada Tumbuhan
5. Dapat Menjelaskan Bagaimana Diagram Dan Rumus Bunga

[1]
BAB II
PEMBAHASAN

A. BENANG SARI
Benang sari (stamen) benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan.
Seperti halnya dengan bagian-bagian bunga yang diuraikan dahulu, benag saripun
merupakan suatu metamorfosis daun, yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan
sebagai alat kelamin jantan.
Bahwasannya benang sari merupakan metamorphosis daun maih dapat terlihat dengan
nyata pada bunga jenis tumbuhan tertentu, misalnya pada bunga tasbih (Canna indica L.).
Pada tumbuhan ini tajuk bunganya justru tidak begitu menarik, tetapi yang berwarna
indah dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk bunga.
Pada benang sari dapat dibedakan 3 bagian berikut:
 Tangkai sari (filamentum), merupakan bagian yang berbentuk benang dengan
penampang melintang yang umumnya berbentu bulat. Tangkai sari tersusun oleh jaringan
dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai vakuola, tanpa ruang antar sel. Sel-sel
ini sering mengandung pigmen. Epidermis dengan kutikula, trikoma atau mungkin
stomata.
 Kepala sari (anther), terdapat pada ujung tangkai sari. Bagian ini di dalamnya biasanya
mempunyai 2 ruang sari (theca), masing-masing ruang seri terdiri atas dua ruang kecil
(loculus atau loculumentum). Kepala sari mempunyai struktur yang sangat kompleks,
terdiri atas dinding yang berlapis-lapis, dan di bagian terdalam terdapat loculus/ruang sari
(mikrosporangium) yang berisi butir-butir serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari
untuk setiap jenis tumbuhan bervariasi.
 Penghubung ruang sari (connectivum), bagian ini merupakan lanjutan tangkai sari yang
menjadi penghubung kedua bagian kepala sari (ruang sari) yang terdapat di kanan kiri
penghubung ini.

Terdapat 3 jenis duduk benang sari, yaitu:


1) Benang sari jelas duduk pada dasar bunga (Thalamiflorae) contohnya Jeruk (Citrus sp).
2) Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak (Calyciflorae) contohnya mawar (Rosa
hybrid Hort.).
3) Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga (Corolliflorae) contohnya buntut tikus
(Heliotropium in dicum L.).
Mengenai jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan menjadi 3 golongan,
sebagai berikut:
1) Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari seperti
terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae), misalnya jambu biji (Psidim guajava L).
2) Jumlah benang sari dua kali lipat dari jumlah tajuknya, yaitu benang sari biasanya
tersusun dalam dua lingkaran, jadi ada lingkaran luar dan dalam. Jika duduknya masing-
masing benang sari terhadap daun-daun tajuk ada dua kemungkinan:

[2]
a) diplostemon (diplostemonus), yaitu benang-benang sari dalam lingkaran luar duduk
berseling dengan daun-daun tajuk, misalnya pada kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima Swartz.).
b) obdiplostemon (obdiplostemonus), jika keadaan sebaliknya yaitu benang-benang sari
pada lingkaran dalam yang duduknya berseling dengan daun-daun tajuknya, misalnya
pada bunga geranium (Pelargonium odoratissimum Hort).
3) Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, yang dalam hal ini duduknya
benang sari dapat:
a) episepal (episepalus), artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak, berarti pula
berseling dengan daun-daun tajuk.
b) epipetal (epipetalus), artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk, dan berseling dengan
daun-daun kelopak.

Berdasarkan panang pendeknya benang sari yang terdapat pada bunga, dapat
dibedakan antara lain :
1) benang sari panjang dua (didynamus), jika dalam satu bunga terdapat misalnya 4 benang
sari, dan dari 4 benang sari itu, yang 2 panjang, sedang yang dua lainnya pendek.
Contohnya pada suku Labiatae, misalnya kemangi (Ocimum basilicum L.),
2) benang sari panjang empat (tetradynamus), jika misalnya dalam satu bunga terdapat 6
benang sari, dan dari 6 benang sari itu yang 4 panjang dan 2 pendek, seperti pada bunga
lobak (Raphanus sativus L.).
Umumnya benang sari terpisah dari putik, tetapi ada kalanya benang sari berlekatan
menjadi satu dengan putik membentuk suatu badan yang dinamakan ginostemium
(gynostemium). Perlekatan benang sari dan putik menjadi ginostemium umumnya
merupakan ciri khas dari anggrek (Orchidaceae).

[3]
1. Tangkai Sari (Filamentum)
Berdasarkan jumlah berkasnya yang merupakan perlekatan benang-benang sari
dibedakan, menjadi :
a. Benang sari berberkas satu atau bertukal satu (monodelphus), yaitu jika semua
tangkai sari pada satu bunga berlekatan menjadi satu, merupakan suatu berkas yang
tengahnya berongga dan hanya bagian ujung tangkai sari yang mendukung kepala sari
saja yang masih bebas satu sama lain, seperti pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa
sinensis L).
b. Benang sari berkas dua atau bertukal dua (diadelphus), ika benang sari terbagi
menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok,
misalnya tumbuhan berbunga kupu-kupu (Papilionaceae).
c. Benang sari berberkas banyak atau bertukal banyak, misalnya pada bunga kapok
(Ceiba pentandra Gaertn.).
2. Kepala Sari (Anthera)
Merupakan bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan
suatu badan yang bentuknya bermacam-macam: bulat, jorong, bulat telur, bangun
kerinjal, dll. Di dalamnya terdapat 2 ruang sari (theca), tetapi dapat pula hany satu atau
lebih dari 2 ruang. Satu ruang sari biasnya terdiri atas dua kantong sari (loculumentum),
tetapi sekat yang memisahkan kedua kantong sari itu dapat hilang sehingga kedua
kantong sari itu akhirnya menjadi satu tuang saja.
Ruang sari merupakan tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen). Jika
tiap gumpalan terdiri atas 4 serbuk sari dinamakan: pollen tetrade, sedangkan yang
banyak serbuk sari dalam gumpalan dinamakan pollinium.
Duduknya kepala sari pada tangkainya dapat bermacam-macam:
a. Tegak (innatus atau basifixus), yaitu jika kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan
batas yang jelas, dan kepala sari bersambungan pada pangkalnya dengan tangkai sari dan
sambungan ini tidak memberikan kemungkinan gerak bagi kepala sarinya.
b. Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang
sari, atau kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai
sari.
c. Bergoyang (versatilis), ika kepala melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari,
sehingga kepala sari dapat digerak-gerakkan atau bergoyang, seperti pada bunga rumput
(Gramineae).
Beberapa jenis cara kepala sari membuka agar serbuk sari keluar, yaitu:
a. Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens), yang menjadi jalan keluarnya
serbuk sari dapat:
1) Menghadap ke dalam (introrsum), seperti terdapat pada tumbuhan yang tergolong dalam
suku Compositae, misalnya bunga matahari.
2) Menghadap ke samping (lateraliter), misalnya pada Begonia.
3) Menghadap ke luar (extrorsum), misalnya pada bunga semprit (Belamcanda chinensis
Leman.).
b. Dengan celah yang melintang (trensversliter dehiscens), yang tidak banyak terdapat,
contohnya pada beberapa tumbuhan suku Euphorbiaceae.

[4]
c. Dengan sebuah lintang pada ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens), seperi pada
kentang (Solanum tuberosum L.).
d. Dengan kelep atau katup-katup (valvis dehiscens) yang jumlahnya satu atau lebih,
misalnya pada keningar (Cinnamomun zeylanicum Breyn.)
3. Penghubung Ruang Sari (Connectivum)
Biasanya kecil saja, hingga seringkali tidak begitu terang. Pada penghubung ruang
sari ini seringkali terdapat alat-alat tambahan, misalnya pada bunga biduri (Calotrpis
gigantean Dryand.). Benang sari yang tidak sempurna perkembangannya dinamakan:
staminodium, dank arena tidak menghasilkan serbuk sari, ada yang menyebutnya sebagai
benang sari mandul.
Dalam suatu bunga yang diharapkan akan memperlihatkan adanya benang sari,
seringkali benang sari tidak ada, hanya kadang-kadang tampak sisa-sisanya saja
(rudimentum).

B. PUTIK
Alat kelamin betina pada bunga biasa disebut dengan putik (Pistillum). Putik
merupakan metamorfosis dari daun yang disebut daun buah (carpella). Pistilum (putik)
terdiri dari ovarium,stilus dan stigma. Ovarium disusun oleh karpel atau daun buah.
Umumnya berjumlah lebih dari satu. Jika bunga memiliki satu karpel arau lebih yang
semuanya bersatu maka karpel tesebut disebut pistilum. Didalam ovarium terdapat bakal
biji (ovulum).

Pada bunga dapat diketemukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri
dari beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya terdiri dari satu daun buah. Pada putik
dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bakal Buah (Ovarium)
Bakal buah (Ovarium) yaitu, bagian yang membesar dari putik dan biasannya terletak
ditengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah terdapat bakal biji (Ovulum), dan bakal
biji itu teratur dalam tempat-tempat tertentu dalam bakal buah tadi. Tempat-tempat yang
merupakan pendukung dari bakal biji disebut papan biji (Placenta).

[5]
Menurut letaknya terhadap dasar bunga, bakal buah dibedakan menjadi:
a. bakal buah menumpang (surpesus), yaitu jika bakal buah duduk di atas dasar bunga dan
bakal buah lebih tinggi, sama tinggi atau bahkan lebih rendah dari dasar bunga. Hal ini
biasanya terdapat pada dasar bunga yang cembung, rata, atau cekung dangkal seperti
cawan.
b. bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), yaitu jika bakal buah duduk pada dasar
bunga yang cekung dan lebih rendah dari tepi dasar bunga.
c. bakal buah tenggelam (inferus), yaitu jika bakal buah duduk pada dasar buah dan ebih
rendah dari tepi dasar bunga, tetapi seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan
dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.
Berdasarkan jumlah ruang ayng terdapat dalam satu bakal buah, baka; buah dapat
dibedakan dalam:
a. bakal buah beruang satu (unilocularis), bakal buah beruang satu dapat tersusun atas
satu daun buah saja, misalnya pada bunga tumbuhan yang berbuah polong
(Leguminosae), dapat pula tersusun atas lebih dari satu daun buah, misalnya pada papaya
(Carica papaya L.), markisah (Passiflora quadrangularis L.).
b. bakal buah beruang dua (bilocularus). Bakal buah ini biasanya tersusun atas dua daun
buah, contohnya pada suku Brassicaceae (kubis dan sejenisnya).
c. bakal buah beruang tiga (triocularis), bakal buah ini terjadi dari tiga daun buah yang
tepinya melipat ke dalam dan berlekatan, sehingga terbentuklah bakal buah dengan tiga
sekat, contohnnya pada suku geteh-getahan (Euphorbiaceace).
d. bakal buah beruang banyak (multilocularis), yaitu bakal buah yang tersusun atas
banyak daun buah yang berlekatan dan membentuk ruang-ruang, seperti pada durian
(Durio zibethinus Murr).
Sekat-sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruanng dapat dibedakan
dalam:
a. Sekat yang sempurna (septum completes), yaitu jika sekat ini benar-benar membagi
bakal buah menjadi lebih dari satu ruang dan ruang-ruang yang terjadi tidak lagi
mempunyai hubungan satu sama lain. Berdasarkan asal sekatnya, sekat sempurna terbagi
menjadi 2 macam:
1) sekat asli (septum), yaitu jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah yang melipat ke
dalam kemudia berubah menjadi sekat, misalnya pada durian (Durio zibethinus Murr)
2) sekat semu (septum spurius), yaitu jika sekat tadi bukan merupakan sebagian daun buah,
tetapi misalbya terdiri atas buah dengan sekat semu dapat ditemukan misalnya pada
bunga kecubung (Datura metel L.).
b. Sekat yang tidak sempurna (sectum incompletus), yaitu sekat-sekat yang membagi
bakal buah menjadi beberapa ruang, tetapi ruang-ruang itu masih ada hubungannya satu
sama lain.

2. Tembuni (placenta)
3. Bakal Biji (ovulum)
4. Tangkai Kepala Putik (stylus)
Tangkai Kepala Putik (Stylus) yaitu, bagian dari putik yang biasannya berbentuk
benang yang merupakan lanjutan dari bakal buah ke atas. Tangkai putik biasannya

[6]
berongga yang biasannya mempunyai saluran tangkai putik (Canalisstylinus) tau tidak.
Tangkai putik ada yangbercabang atau tidak, dan jika bercabang maka pada tiap ujung
cabang tangkai putik itu mendukung satu kepala putik, jadi pada tangkai putik yang
bercabang terdapat lebih banyak kepala putik.
5. Kepala Putik (Stigma)
Kepala Putik (Stigma), kepala putik adalah bagian dari putik yang paling atas. Bagian ini
berguna untuk menangkap serbuk sari, oleh karena itu bentuk dan sifatnya disesuaikan
pula dengan tugasnya tadi. Jika kepala putik sudah siap maka biasannya berperekat
sehingga jika ada serbuk sari yang jatuh tidak akan berpindah lagi (Suena 2005).

C. .KELENJAR MADU (nectarium)

Madu (nectar) dihasilkan oleh bunga berperan dalam adanya kunjungan binatang yang
dapat menjdi perantara dalam proses penyerbukan. Dan madu yang terdapat pada bunga
dihasilkan oleh kelenjar madu (nectarium), yang berdasarkan asalnya dapat dibedakan
dalam :

1. Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus (alat tambahan) pada bunga

2. Kelenjat madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah mengalami
metamorfosis dan telah berubah tugasnya.

Macam- macam kelenjar bunga menurut bentuk dan tempatnya pada bunga :

1. Seperti subang diatas bakal buah dan melingkari tangkai kepala putik.

2. Seperti cakram pada dasar bunga

Kelenajar madu yang merupakan metamorfosis salah satu bagian bunga, dapat
berasal dari :

1. Daun mahkota

2. Benang sari

3. Bagian-bagian lain pada bunga

Dalam hal demikian, letak kelenjar madu pada bunga sesuai dengan latak bagian-
bagian bunga yang telah berubah menjadi kelenjar madu tersebut.

[7]
D. PENYERBUKAN ATAU PERSARIAN (pollination) dan PEMBUAHAN
(fertilisatio)

Penyerbukan (Pollinatio) adalah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk
golongan tumbuhn biji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk
tumbuhan berbiji telanjang). Sedang, pembuahan (Fertillisation) adalah terjadinya
perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi satu) sel telur yang terdapat dalam
kandung lembaga di dalam bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari.

Ada beberapa jenis penyerbukan :

Bunga yang mengalami peristiwa tersebut, kepala sarinya akan pecah atau membuka
dan mengeluarkan serbuk sari. Yang pada akhirnya serbuk sari sampai ke kepala putik
dan terjadilah penyerbukan. Apabila serbuk sari jatuh pada kepala putik yang cocok,
maka serbuk sari akan berkecambah, terjadilah buluh serbuk sari yang tumbuh menuju ke
arah bakal biji. Selama pertumbuhn ini, inti dalam serbuk sari membelah menjadi dua,
satu pada bagian depan buluh yang menjadi penuntun gerak tumbuh bulut itu ke arah
bakal biji (inti vegetatif), dan yang kedua (inti generatif) lalu membelah lagi menjadi dua
inti sperma. Setelah sampai pada liang bakal biji, inti vegetatif binasa, dinding buluh pada
bagian itu terlarut dan kedua inti sperma menuju ke kadung lembaga.

Sementara itu, dalam kandung lembaga lainnya membelah tiga kali secara berurutan
sehingga terjadi 8 inti. Dari 8 inti, tiga menuju ke tempat yan berhadapan dengan liang
bakal biji, dan dari ke 3 inti itu, satu merupakan sel telur (ovum) dan dua di kanan dan
kiri merupakan penggarak atau pendamping (synergida). Tiga inti lainnya menuju ke
bagian kandung lembaga yang berlawanan dengan liang kandung lembaga (disebut
denganchalaza) dan menjadi antipoda, dua lagi menuju ke tengah kandung lembaga dan
bersatu menjadi inti kandung lembaga sekunder. Dua inti generatif dari buluh serbuk sari
tadi, satu kawin dengan sel telur dan hasil peleburan akan menjadi lembaga. Inti generatif
yang kedua kawin dengna inti kandung lembaga sekunder membentuk jaringan tempat
penimbunan cadangan makanan. Peristiwa perkawinan ini disebut pembuahan, dan yang
diuraikan diatas tadi disebut dengan pembuahan ganda. Pembuahan ganda hanya terjadi
pada tumbuhan biji tertutup, sedangkan pada tumbuhan biji telanjang tidak ada inti
kandung lembaga sekunder, jadi yang dapat mengadakan perkawinan hanyalah sel telur
saja dan dikataka dengan pembuahan tunggal.
[8]
Jika persarian yang diikuti oleh pembuahan berhasil, bakal buah akan tumbuh menjadi
buah, bakal biji menjadi biji, sementara bagian- bagian bunga lainnya menjadi layu dan
gugur. Penyerbukan hanya diikuti pembuahan bila tumbuhan diserbuki oleh tumbuhan
yang sama atau sejenis, jika tidak pembuahan tidak akan berlangsung. Hal ini disebabkan
karena serbuk sari yang jatuh pada kepala putik tumbuhan yang berbeda tidak dapat
tumbuh menjadi buluh serbuk sari.

Dalam bakal buah yang mengandung banyak bakal biji, agar semua bakal biji dapat
tumbuh menjadi biji, maka masing-masing harus dibuahi, jadi pada kepala putik harus
ada sekurang-kurangnya sejumah serbuk yang sama dengan jumlah bakal biji dalam bakal
buah. Namun, seringkali dalam kenyataan selalu ada saja beberapa bakal biji yang tidak
dapat dicapai oleh buluh serbuk sari, sehingga tidak terjadi pembuahan. Bakal biji itu,
dalam perkembangan akan terdesak oleh biji-biji yang lain dan akhirnya hanya
merupakan biji yang kecil, keriput dan tidak akan tumbuh menjadi tumbuhan baru karena
dalam bakal biji itu tidak terbentuk lembaga.

Pembentukan calon tumbuhan baru (lembaga) yang disertai dengan perkawinan antara
sel telur dan inti sperma disebut amfimiksis (amphimixis), sedang pembentukan lembaga
tanpa adanya perkawinan disebut apomiksis (apomixes) contoh partenogenesis pada
tumbuhan pisang.

Bagian tumbuhan yang sering dideskripkan adalah bunganya. Dalam mendeskripsikan


bunga, selain dengan kata-kata, dapat ditambahkan dengan gambar-gambar yang
melukiskan bagian-bagian bunga atau berupa diagram bunga. Kecuali dengan diagram,
susunan bunga dapat dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang-
lambang, huruf-huruf, dan angka-angka yang semua itu dapat memberikan gambaran
mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.

E. DIAGRAM DAN RUMUS BUNGA

Diagram Bunga
Dalam mendiskripsikan bunga, di samping secara verbal dapat ditambahkan gambar-
gambar, agar pembaca dapat memperoleh kesan yang lebih mendalam tentang keadaan
bunga. Salah satu gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya adalah
diagram bunga.

Diagram bunga merupakan gambaran proyeksi pada bidang datar dari semua bagian
yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang
melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik, juga bagian-bagian lain
yang masih ada selain keempat bagian utama tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa
lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian
tengah-tengahnya, sedang dari benang sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari
putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapat
diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan bagaimana letak dan

[9]
susunannya erangantara yang satu dengan yang lain. Selain dari itu perlu diingat pula,
bahwa diagram bunga sedikit banyak merupakan suatu gambar yang bersifat skematik.

Dalam membicarakan tentang bunga dan bagian-bagiannya, telah diterangkan, bahwa


bagian-bagian bunga duduk di atas dasar bunga, masing-masing teratur dalam satu
lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan
sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan
dengan lambang yang sama. Mengingat, bahwa yang digambar pada diagram itu
penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga seperti telah diuraikan di
atas, maka kemungkinan adanya persamaan gambar hanyaalah mengenai daun-daun
kelopak dan daun tajuk bunga, sedangkan mengenai benang sari dan putiknya rasanya
tidak akan terjadi kekeliruan. Oleh karena itu kelopak dan daun tajuk harus selalu
digambar dengan lambang-lambang yang jelas berbeda, walaupun bentuknya mirip satu
sama lain.

Jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal
berikut:

1. Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram,
kita hanya membedakan dua macam letak bunga:

2. Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)

3. Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)

4. Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam beberapa
lingkaran.

Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal
tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan
jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya, kemudian melalui titik pusat
lingkaran-lingkaran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal). Untuk bunga
di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga,
sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, yang
dari ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang
menggambarkan bidang median itu di sebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan

[10]
secara skematik penampang melintang batang (digambar sebagai lingkaran kecil), dan
disebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya
sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar daun-daun kelopak, daun-daun tajuk,
benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah. Dalam menggambar
bagian bunga-bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah :

1. Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.

2. Bagaimana susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan
yang lain): bebas satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatan, atau lain lagi.

3. Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak


terhadap daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun buah penyusun putiknya):
berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan, dan seterusnya.

4. Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.

Ternyata, bahwa seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian
bunga yang setangkup (simet(simetrik).

Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang , tidak dikenal bidang
mediannya,di sebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang
melintang batang (karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan
tangkai bunga), tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar
penampang melintang daun pelindung (jika ada).

Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui hal-hal
yang menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui mengenai
letaknya pada tumbuhan.

Telah dikemukakan pula, bahwa dalam pembuatan diagram bunga selain keempat
bagian bunga yang pokok: kelopak, tajuk, benang sari, dan putik, dapat pula digambar
bagian-bagian lain. Jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan. Bagian-
bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi ciri yang khas untuk golongan
tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga, antara lain:

1. Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan sukuMalvaceae, misalnya


kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan lain-lain.

2. Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada sukuAsclepiadaceae,


misalnya: biduri (calotropis gigantean Dryand.).

Dikemukakan pula dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga, bahwa ada


bagian-bagian bunga yang mengalami metamorfosis atau tereduksi atau lemyap sama
sekali. Bertalian dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian:

1. Hanya menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya,

[11]
2. Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-benar ada,
tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi), namun
menurut teori seharusnya ada.

Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga:

1. Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga
yang benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya, oleh
sebab itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh (yang sebenarnya).

2. Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga
yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi, tetapi
menurut teori seharusnya ada.

Bagian-bagian yang hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak digambar seperti
bagian-bagian yang benar-benar ada, melainkan dengan lambang lain, biasanya bintang
atau silang kecil. Kebanyakan hal ini hanya mengenai benang-benang sari saja, yang
keadaan yang sesungguhnya pada bunga seringkali tidak cocok dengan teori.

Rumus Bunga
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga
yang bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan
singkatan nama bagian-bagian bunga, sedang angka-angka menunjukkan jumlah masing-
masing bagian bunga. Di samping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi yang
memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain.

Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok
bunga sebagai berikut:

1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupakan
istilah ilmiah untuk kelopak,

2. Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla (istilah
ilmiah untuk mahkota bunga),

3. Benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata androecium (istilah
ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga),

4. Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium(istilah ilmiah untuk
alat betina pada bunga).

Jika antara kelopak bunga dan mahkota tidak dapat dibedakan, untuk menyatakan
bagian tersebut digunakan huruf P untuk tenda bunga (perigonium). Penulisan rumus
bunga, di belakang rumus-rumus tersebut ditaruhkan angka-angka yang menyatakan
jumlah bagian-bagian bunga tersebut. Antara huruf dan angka dari satu bagian bunga
diberikan tanda koma (,).

[12]
Di depan rumus bagian bunga, hendaknya ditambahkan simetri yaitu (*) untuk bunga
bersimetri banyak dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain itu juga lambang
yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang (*), untuk
bunga jantan dipakai lambang (↑), dan untuk bunga betina dipakai lambang (*). Untuk
menyatakan keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk dan benang sari (berlekatan atau
berpisah), digunakan tanda kurung untuk mengapit angka. Sedangkan bakal buah,
dinyatakan adanya garis (di atas atau di bawah) angka yang menunjukkan jumlah putik,
sesuai kedudukannya.

Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan
putik yang terjadi dari sehelai daun buah, maka rumusnya adalah:

K 5, C 5, A 10, G 1. (bunga merak: Caesalpinia pulcherrima Swartz.).

Jika kita mengambil contoh lain, yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga, misalnya
lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.) yang mempunyai 6 daun tenda bunga, 6 benang
sari dan sebuah putik yang terjadi dari 3 daun buah, maka rumusnya adalah: P 6, A 6, G
3. Karena di depan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan simetri bunga,
maka biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu: * untuk bunga yang
bersimetri banyak (actinomorphus) dan tanda (↑) untuk bunga yang bersimetri satu
(zygomorphus). Jadi dalam hal rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya
menjadi:

↑ K 5, C 5, A 10, G 1

Sedang bunga lilia gereja yang bersifat aktinomorf rumusnya menjadi:

* P 6, A 6, G 3.

Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan
lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Jika kedua contoh rumus tersebut di
atas dilengkapi dengan lambang jenis kelaminnya, maka rumusnya menjadi:

↑ K 5, C 5, A 10, G 1 dan * P 6, A 6, G 3.

Contuh rumus bunga:

[13]
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi.

Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik)
secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga banci atau
hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga.
Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:

 Kelopak bunga atau calyx;

 Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat
serangga yang membantu proses penyerbukan;

 Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria)
berupa benang sari;

 Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah wanita")
berupa putik.

Bunga Tidak Sempurna Bunga yang tidak lengkap adalah bunga yang tidak memiliki salah
satu bagian tersebut

Diagram bunga adalah gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya,
dalam pengertian lain disebutkan sebagai suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua
bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang melintang
daun kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik serta bagian-bagian lainnya.

Rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut :

1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupakan
istilah ilmiah untuk kelpoak.

2. Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C, singkatan dari corolla (istillah ilmiah
untuk mahkota bunga).

3. Benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A singkatan kata androcium (istilah
ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga).

4. Putik, yang dinyatakan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat betina
pada bunga).

[14]
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta : Gadjah Mada


UNIVERSITY Press

Ashari, S. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta : PT RINEKA CIPTA

Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial. Malang : Bayumedia


publishing

[iii]

Anda mungkin juga menyukai