Oleh
Eva Qurniai
05091281823023
2020
1
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
karakter hasil rekombinasi bahan genetik kedua tetuanya. Tujuan dari persilangan
buatan adalah memindahkan atau menggabungkan gen-gen dari tetua-tetua
terpilih sehingga terbentuk konstitusi genetik baru hasil rekombinasi kedua tetua
yang terekpresi pada fenotipe. Tujuan hibridisasi untuk menambah keragaman
genetik melalui proses pengkombinasian genetik dari tetua yang berbeda
genotipnya. Dari tujuan tersebut dapat diketahui bahwa hibridisasi memiliki
peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam memperluas
keragaman genetik.
Pada persilangan buatan, yang perlu diperhatikan ialah organ reproduksi
tanaman. Sebelum melakukan persilangan buatan harus dikenali dulu organ jantan
dan organ betina pada bunga, serta waktu antesis dan reseptifnya. Hal ini untuk
menjamin bahwa penyerbukan buatan terjadi yang dilanjutkan ke proses
pembuahan. Selain itu perlu dilakukan upaya mencegah masuknya bahan genetik
atau polen yang tidak diinginkan ikut dalam proses persilangan, dan peyerbukan
buatan dilakukan sebelum organ jantan membuahi organ betina. Hal ini dapat
dilakukan melalui emaskulasi pada saat bunga belum antesis, dan dilakukan
pengantongan (bagging) pada bunga yang dijadikan tetua betina.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara persilangan tanaman padi.
2. Untuk mengetahui teknik kastrasi atau emaskulasi
3. Untuk mengetahui sistem persilangan tanaman padi.hitam
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Bunga padi adalah bunga telanjang yang dilengkapi dengan perhiasan
bunga, berkelamin dua jenis dengan bakal buah berada diatasnya. Benang sari
berjumlah 6 buah, tangkai sari pendek dan tipis, kepala sari besar serta
mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua
buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna umumnya putih atau ungu.
Pada dasar bunga terdapat ladicula (daun bunga yang telah berubah bentuk).
Ladicula mempunyai fungsi mengatur pembuahan pada palea, pada waktu
berbungabagian ini menghisap air dari bakal buah, sehingga mengembang.
Perubahan bentuk ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka.
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya tidak mempunyai perhiasan
bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari
ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala
putik yang berbentuk malai denganwarna pada umumnya putih atau ungu.Bunga
ini berukuran sekitar 1-1,5 cm.
Malai padi terdiri dari bagian-bagian: tangkai bunga, dua sekam kelopak
(terletak pada dasar tangkai bunga) dan beberapa bunga. Masing-msing bunga
mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut lemma sedang lainnya
disebut palea: dua lodicula yang terletak pada dasar bunga, yang sebenarnay
adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya. Lodicula memegang
peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu berbunga karena ia
menghisap air dari bakal buah sehingga mengembang dan oleh pengembangan ini
palea dipaksakan membuka (Jurkani, 2015).
4
batang lebih kuat, cepat berbuah, berbulir banyak, dan tahan terhadap penyakit.
Oleh karena itu, untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan maka kedua
varietas tersebut harus dikawinsilangkan.
Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman
yang relatif pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi.
Sementara itu persilangan secara alami menghasilkan tanaman yang relative
tinggi, berumur panjang, anakan produktif sedikit, dan produktivitas rendah.
Untuk menghasilkan varietas padi baru melalui persilangan diperlukan waktu 5-10
tahun (Subandi, 2019).
Terdapat beberapa metode persilangan buatan yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan varietas unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross(SC),
silang puncak atau top cross(TC), silang ganda atau double cross(DC), silang
balik atau back cross(BC), dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode
persilangan multi cross(MC). Silang tunggal hanya melibatkan dua tetua saja.
Silang puncak merupakan persilangan antara F1 dari silang tunggal dengan tetua
lain. Silang ganda merupakan persilangan antara F1 dengan F1 hasil dari dua
persilangan tunggal. Silang balik adalah persilangan F1 dengan salah satu
tetuanya. Silang banyak merupakan persilangan yang melibatkan lebih dari empat
tetua. Tanda persilangan antara tetua menggunakan garis miring (/). Dua garis
miring menunjukan persilangan antara suatu hibrida dengan suatu varietas,
contoh: A/B = SC, A/B//C = TC, A/B//C/D = DC (Harahap dalam Masniawati,
2015).
Tahapan dalam proses persilangan padi meliputi Penentuan tetua betina
dan tetua jantan, Pemilihan bunga, kastrasi, hibridisasi dan polinasi serta isolasi.
5
2.2.1 Teknik Kastrasi/ Emaskulasi
Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak
diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian atau pengambilan
tepung sari pada kelamin jantan agar tidak terjadi penyerbukan sendiri.
Kastrasi dilakukan sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak
sempurna saat penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi.
Setiap bunga (spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang
menyerupai rambut tidak boleh rusak, oleh karena itu perlu hati-hati dalam
melakukan kastrasi. Bunga pada malai yang akan dikastrasi dijarangkan
hingga tinggal 15-50 bunga. Sepertiga bagian bunga dipotong miring
menggunakan gunting kemudian benang sari diambil dengan alat penyedot jarum
pentul maupun dengan pinset. Bunga yang telah bersih dari benang sari ditutup
dengan glacine bag (kertas sungkup) agar tidak terserbuki oleh tepung sari yang
tidak dikehendaki ( Waktu yang baik untuk melakukan kastrasi adalah setelah
pukul 3.00 sore. Stadia bunga yang baik untuk dikastrasi adalah pada saat ujung
benang sari berada pada pertengahan bunga. Pada stadia demikian, benang sari
akan mekar dalam 1-2 hari.
Untuk mengadakan emaskulasi, maka pada pagi hari sebelum pukul 06.00
menyiapkan bunga-bunga yang akan dipakai sebagai induk, bunga-bunga yang
sudah mekar dan kira-kira belum mekar pada hari itu dibuang. Cara emaskulasi ini
dengan memotong pucuk palea dan lemma dengan gunting kira-kira ½ dari
panjangnya (boleh miring atau datar) lalu buang benang-benang sarinya dengan
jarum. Pada siang harinya kira-kira pukul 10.00 sampai 12.00, serbuki bunga-
bunga yang sudah diemaskulasi dengan tepung sari yang sudah dipilih sebagai
induk jantan. Bunga-bunga yang sudah diserbuki, tangkainya diikat dengan
benang berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan. Dilakukan pembungkusan
dengan kantong kertas untuk mencegah terjadinya penyerbukan silang yang tidak
dikehendaki dan gangguan lain.
Kastrasi dapat juga dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 karena bunga
padi dapat mekar pada cuaca yang terang dan banyak mendapat sinar
matahari. Bunga yang akan dikastrasi dipilih bunga yang belum mekar atau
hampir mekar, sehubungan dengan itu maka pertumbuhan kuncup bunga
6
perlu diamati dengan seksama. Kastrasi dapat dilakukan pada pagi hari
hingga pukul 08.00 yaitu pada suhu rendah dengan udara yang cukup lembab,
kepala sari pada saat itu biasanya masih tertutup rapat, sehingga dengan
mudah benang sari dapat dibuang dalam keadaan utuh. Kastrasi dilakukan
dengan cara memotongan miring kearah lemma dimana benang sari yang
berada didekat lemma menjadi lebih terbuka daripada benang sari yang berada
di dekat palea sehingga pengambilan benang sari yang berada didekat palea
menjadi lebih sulit karena benang sari tertutup palea. Pengambilan kepala sari
yang didekat palea memerlukan kehati-hatian dan ketelitian yang tinggi agar
tidak terjadi kerusakan (Misniawati, 2015).
a b c
7
Proses emaskulasi
8
tetuanya. Karena sifat kedua tetua berbeda satu dengan yang lainnya, maka
keturunan yang diperoleh dapat mempunyai sifat-sifat baru yang berbeda dengan
sifat yang ada pada kedua induknya. Keturunan F1 bersifat heterozigot dan
mengalami pemisahan pada generasi berikutnya.
Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik
dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik
tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah
timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari
keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang
mempunyai sifat- sifat sesuai dengan yang diinginkan. Hibridisasi dilakukan
pada siang hari, sekitar pukul 10.30. Dilakukan dengan cara menaburkan
benang sari induk jantan ke kepala putik induk betina dengan menggunakan
pada stigma, karena tinggi benang sari sama atau lebih rendah dari pada
stigma dan keadaan benang sari yang tertutup palea. Setelang pengguntingan
kemudian benang sari dihisap dengan menggunakan alat hisap vacuum pump.
Selanjutnya untuk menghindari jatuhnya serbuk sari yang tidak diinginkan
malai diisolasi dengan menggunakan kantong kertas, baik sebelum atau
sesudah persilangan dilakukan (Masniawati, 2015).
Tujuan dari hibridisasi adalah menggabungkan dua sifat dari dua varietas
tanaman ke dalam satu tubuh tanaman. Oleh karena itu, sifat tanaman hasil
persilangan (F1) merupakan gabungan sifat diantara kedua tetuanya. Faktor
lain yang harus diperhatikan dalam melakukan hibridisasi adalah lamanya
daya hidup (viabilitas) serbuk sari. Untuk tanaman serealia, viabilitas serbuk
sari relatif sangat singkat biasanya hanya bertahan dalam beberapa menit saja.
Sedangkan untuk tanaman tahunan dan buah-buahan serbuk sari masih bisa
bertahan hidup normal meskipun telah disimpan selama beberapa hari.
Untuk proses penyerbukan, semua lampu di ruang persilangan dinyalakan
sejak pagi hari agar suhu ruangan meningkat untuk mempercepat pemasakan
tepung sari. Suhu ruangan sekitar 32 0C dengan kelembapan udara 80%. Bunga
jantan diambil dari lapangan sekitar pukul 09.00 pagi kemudian disimpan dalam
bak plastic yang disiapkan di ruang persilangan.
9
Tanaman hasil penyerbukan dipelihara di rumah kaca sampai biji hasil
persilangan masak. Setelah 3-4 minggu, malai dipanen kemudian dikeringkan
dengan cara dijemur atau dioven. Biji yang sudah kering dirontok kemudian
dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dicatat dalam buku persilangan. Untuk
proses penyerbukkan sebaiknya dilakukan satu hari setelah proses
kastrasi. Setelah kepala sari membuka, segera dilakukan penyerbukan. Bunga
betina yang sudah dikastrasi dibuka tutupnya kemudian bunga jantan diletakkan di
atasnya. Dengan bantuan jari tangan, bunga digoyang-goyang hingga tepung sari
jatuh dan menempel pada kepala putik. Bak plastik tempat menyimpan bunga
disusun sedemikian rupa sehingga mudah dalam pengambilan bunga saat
penyerbukan. Penyerbukan dapat dilakukan pada pukul 10.00-13.00.
Benih F1 hasil persilangan dapat ditanam sebagai bahan seleksi pada tahap
pemuliaan selanjutnya. Dari benih F1 hingga menjadi varietas unggul diperlukan
banyak tahapan kegiatan dan waktu antara 5-10 tahun (Jurkani, 2015).
10
2.2.3 Isolasi
Pada malai dipasang etiket (label data) yang mencantumkan tanggal silang,
nama tetua, jumlah malai yang disilangkan, dan dapat juga dicantumkan nama
yang menyilangkan. Penulisan identitas sangat penting untuk legitimasi genotip
baru yang dihasilkan. Tanaman hasil penyerbukan dipelihara di rumah kaca
sampai biji hasil persilangan masak. Setelah 3-4 minggu, malai
dipanen kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven. Biji yang sudah
kering dirontok kemudian dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dicatat dalam
buku persilangan. Benih F1 hasil persilangan dapat ditanam sebagai bahan seleksi
pada tahap pemuliaan selanjutnya (Jurkani, 2015).
11
dan produktivitas rendah yang menjadi kendala dalam usaha budidayanya
(Kristamtini, 2014).
Padi hitam memiliki karakter seperti umur panjang, habitus tanaman
tinggi, rasa kurang enak dan potensi hasil relatif rendah (antara 4-5 ton ha-1)
sedangkan varietas unggul padi putih memiliki karakter yang sebaliknya yaitu
berumur pendek, habitus tanaman rendah, rasa enak dan potensi hasil tinggi.
Persilangan antara padi hitam dengan padi putih dilakukan untuk menghasilkan
kultivar padi beras hitam unggul dengan sifat berumur genjah, produktivitas
tinggi, habitus tanaman rendah, kadar antosianin tinggi dan rasa enak atau pulen.
Tanaman padi tergolong tanaman hermaprodit yang memiliki putik dan benang
sari dalam satu bunga. Masa anthesis benang sari dan masa reseptif putik pada
bunga padi terjadi secara bersamaan yaitu pada saat bunga mekar. Emaskulasi
perlu dilakukan agar penyerbukan secara alami tidak terjadi. Emaskulasi ialah
kegiatan pembuangan benang sari menggunakan alat pinset yang dilakukan
sebelum bunga mekar. Pada umumnya emaskulasi dilakukan satu hari sebelum
bunga mekar pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB. Pada penelitian Prastini dan
Damanhuri (2017), pada persilangan padi hitam dan padi putih yang diberi
perlakuan perbedaan waktu emaskulasi tidak berpengaruh nyata dalam
memperbesar tingkat keberhasilan persilangan
Stadia baik untuk dilakukan emaskulasi ialah pada saat ujung benang sari
berada pada pertengahan bunga. Stadia tersebut merupakan ciri-ciri bunga yang
diemaskulasi 1 hari sebelum bunga mekar. Namun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa waktu emaskulasi yang tepat tidak hanya dapat dilakukan 1
hari sebelum bunga mekar tetapi dapat dilakukan 2 atau 3 hari sebelum bunga
mekar. Keuntungan dalam melakukan emaskulasi 1, 2 atau 3 hari sebelum bunga
mekar ialah efisiensi dalam menyiapkan materi persilangan. Keberhasilan
persilangan bunga padi yang kemudian diikuti oleh pembuahan juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya ketepatan waktu reseptif betina dan anthesis
jantan dan faktor lingkungan. Masa reseptif putik pada bunga padi berkisar antara
3-7 hari. Namun, viabilitas serbuk sari pada kondisi normal akan mulai hilang
dalam waktu yang relatif singkat yakni 5 menit setelah pecah dari kepala sari dan
viabilitasnya akan hilang sepenuhnya dalam waktu 30 menit (Widyastuti et al.,
12
2012). Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi tingkat keberhasilan
persilangan seperti curah hujan, cahaya matahari, kelembaban dan suhu. Pada
keadaan curah hujan tinggi dapat menyebabkan rendahnya keberhasilan
persilangan karena kelembaban udara yang tinggi.
Setiap varietas atau jenis padi memiliki ukuran panjang dan lebar spikelet
serta kepala sari yang berbeda-beda. Pada padi jenis putih, diantara dua kandung
serbuk pada kepala sarinya berwarna kuning sedangkan pada padi jenis hitam
terdapat warna merah diantara dua kandung serbuk pada kepala sarinya. Serbuk
sari (pollen) pada tanaman padi yang sudah memasuki masa anthesis akan
berperekat (pollinaria) sehingga ketika jatuh akan langsung menempel dan jika
tertiup oleh angin, serbuk sari tidak akan terbang ke udara.Setiap jenis atau
varietas padi memiliki umur berbunga yang berbeda-beda. Faktor genetik dan
lingkungan seperti suhu, cahaya matahari, curah hujan atau kelembaban, unsur
hara dan kondisi air sangat berpengaruh terhadap umur berbunga (Nopsagiarti,
2012).
Fase pengisian bulir padi hasil persilangan terdapat 3 stadia yaitu masak
susu, masak setengah matang dan masak penuh (Andreani et al., 2012). Pada
stadia masak susu, biji hasil persilangan mulai terisi dengan cairan putih seperti
susu dan berlangsung selama 8 hari. Stadia masak setengah matang, biji berubah
menjadi gumpalan lunak dan mulai mengeras, berlangsung selama 13 hari. Stadia
masak penuh berlangsung selama 9-14 hari dengan ciri-ciri biji terlihat matang,
berisi penuh, ujungnya meruncing dan keras. Semua malai hasil persilangan pada
stadia ini akan merunduk.
Padi hitam apabila dijadikan tetua betina dalam persilangan akan
menghasilkan warna biji pada stadia masak susu hijau-merah keunguan, stadia ½
masak dan masak penuh berwarna ungu. Namun apabila padi putih dijadikan tetua
betina dalam persilangan akan menghasilkan warna biji pada stadia masak susu
hijau, stadia ½ masak putih dan stadia masak penuh berwarna coklat muda. Hal
tersebut menunjukkan bahwa warna biji hasil persilangan tergantung pada warna
biji tetua betina. Namun belum bisa dikatakan terdapat pengaruh maternal effect.
Pola pewarisan sifat warna biji padi hasil persilangan antara padi hitam
dengan padi putih dapat diamati pada populasi F2. Sebab pada populasi F2 akan
13
mengalami segregasi. Jika dalam populasi F2 pada tetua betina padi putih dan
padi hitam yang ditanam muncul warna ungu maka warna ungu dominan terhadap
warna putih sehingga dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh maternal effect
(pengaruh tetua betina). Namun jika dalam populasi F2 warna biji padi hasil
persilangan yang ditanam sesuai dengan warna biji tetua betina maka bisa
dikatakan bahwa hasil persilangan tersebut dipengaruhi oleh maternal effect
(pengaruh tetua betina) (Oktarisna et al., 2013).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapaun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Metode persilangan buatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas
unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross(SC), silang puncak atau
top cross(TC), silang ganda atau double cross(DC), silang balik atau back
cross(BC), dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode persilangan multi
cross (MC).
2. Tahapan dalam proses persilangan padi meliputi Penentuan tetua betina dan
tetua jantan, Pemilihan bunga, kastrasi, hibridisasi dan polinasi serta isolasi.
3. Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak
diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian atau pengambilan
tepung sari pada kelamin jantan agar tidak terjadi penyerbukan sendiri.
4. Tujuan dari setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk menyatukan
gamet jantan dan gamet betina yang diinginkan dari tetua yang terpilih.
5. Untuk menghindari jatuhnya serbuk sari yang tidak diinginkan malai yang
telah diserbuki diisolasi dengan ditutup plastik.
3.2 Saran
Adapun saran dari isi makalah ini adalah pada proses persilangan padi,
tanaman padi harus diketahui terlebih dahulu umur berbunganya agar ketika
hendak melakukan persilangan tahap berbunga tetua jantan dan betina berada di
waktu yang bersamaan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andreani, P.A., D. Murdono dan Suprihati. 2012. Stadia Pertumbuhan Tetua Padi
Hibrida untuk Sinkronisasi Pembungaan dan Dalam Rangka
Memaksimumkan Produksi Benih Hibrida Mapan. Jurnal AGRIC. 24 (1):
53-61.
Jurkani. 2015. Persilangan Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Kristamtini, et al. 2014. Keragaman Genetik Kultivar Padi Beras Hitam Lokal
Berdasarkan Penanda Mikrosatelit. Jurnal AgroBiogen. Vol. 10 No. .2: 69-
76.
Masniawati, A., et al. 2015. Pemuliaan Tanaman Padi Aromatik Lokal Kabupaten
Enrekang Sulawesi Selatan. Sainsmat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan
Alam. Vol. 4 No.2: 205-213.
Nopsagiarti, T. 2012. Uji Berbagai Varietas dan Pemberian Pupuk Agrobost
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa
L.). Jurnal Green Swanadwipa. 2 (2): 19-26.
Oktarisna, F.A., A. Soegianto dan A.N. Sugiharto. 2013. Pola Pewarisan Sifat
Warna Polong pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis (Phaseolus
vulgaris L.) Varietas Introduksi dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi
Tanama.n 1 (2): 81-89.
Prastini, L dan Damanhuri. 2017. Pengaruh Perbedaan Waktu Emaskulasi
Terhadap Keberhasilan Persilangan Tanaman Padi Hitam X Padi Putih
(Oryza Sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 5. No.2: 217-223.
Subandi. 2019. Teknik Penyilangan Tanaman Padi. (Online).
https://8villages.com/full/petaniarticle/id. Diakses 27 Maret 2020.
Widyastuti, Y., I.A. Rumanti dan Satoto. 2012. Perilaku Pembungaan Galur-galur
Tetua Padi Hibrida. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol: 7(2): 67-78.
16