Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI

“FERTILISASI”

Disusun Oleh :

Rifcha Dwi Raga Agustya (202005003)

Randita Puspita Ningrum (202005006)

Meila Setiawati (202005036)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alllah SWT, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Fertilisasi. Disusunnya makalah ini adalah
sebagai upaya pertama, untuk mempelajari materi tentang fertilisasi. Kedua, untuk memenuhi
salah satu tugas dari dosen mata kuliah Biologi Reproduksi. Tak ada gading yang tak retak kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan dalam penyusunannya. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan
untuk perbaikan makalah ini.

Sidoarjo, 5 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar isi..............................................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

A. Pengertian Fertilisasi...............................................................................................5
B. Macam-macam Fertilisasi........................................................................................5
C. Fungsi Utama Fertilisasi..........................................................................................6
D. Proses Fertilisasi......................................................................................................6
E. Enzim Berperan Fertilisasi......................................................................................11
F. Kelainan Fertilisasi..................................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. SARAN....................................................................................................................14

Daftar pustaka......................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuahan atau juga fertilisasi(singami).  Pembuahan tersebut terjadi pada ovum didalam
pengertian pembuahan itu senderi , pembuahan adalah suatu peristiwa bersatunya inti sel sperma
dengan ovum. Peristiwa tersebut juga berlangsung ke dalam kandung lembaga didalam bakal
biji. Pembuahan tersebut dapat juga diartikan ialah sebagai bersatunya sperma serta juga ovum.
Proses pembuahan adalah suatu proses yang rumit, yakni ialah sebagai berikut Serbuk sari pada
tumbuhan biji yang tertutup menempel di kepala putik tumbuh yang membentuk suatu pembuluh
serbuk sari (tabung serbuk sari). putik tersebut, membentuk saluran yang menuju ke bakal buah
yang mengandung suatu bakal biji. Didalam pembuluh serbuk sari tersebut terdapat 2(dua) inti
generatif serta juga 1 inti vegetatif yang berasal dari adanya pembelahan inti serbuk sari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian fertilisasi?
2. Apa saja macam-macam fertilisasi?
3. Apa saja fungsi utama fertilisasi?
4. Bagaimana fertilisasi in vitro?
5. Bagaimana proses fertilisasi?
6. Bagaimana enzim dalam feertilisasi?
7. Kelainan dalam fertilisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian fertilisasi
2. Untuk mengetahui macam-macam fertilisasi
3. Untuk mengetahui fungsi utama fertilisasi
4. Untuk mengetahui fertilisasi in vitro
5. Untuk mengetahui proses fertilisasi
6. Untuk mengetahui enzim dalam fertilisasi
7. Untuk mengetahui kelainan dalam fertilisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fertilisasi
Pembuahan atau juga fertilisasi(singami). Pembuahan tersebut terjadi pada ovum didalam
pengertian pembuahan itu senderi , pembuahan adalah suatu peristiwa bersatunya inti sel sperma
dengan ovum. Peristiwa tersebut juga berlangsung ke dalam kandung lembaga didalam bakal
biji. Pembuahan tersebut dapat juga diartikan ialah sebagai bersatunya sperma serta juga ovum.
Fertilisasi adalah proses peleburan spermatozoon dan sel telur yang meliputi inti (genom) dan
sitoplasma.Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel
gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zygot yang
mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor
hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nucleus
(Toelihere, 1985).
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah ampula tuba
uterania (Sadler,2015 : 32) Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan
spermatozoa, dimana proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio (puja dalam
susari,2016 : 1) Proses pembuahan adalah suatu proses yang rumit, yakni ialah sebagai berikut
Serbuk sari pada tumbuhan biji yang tertutup menempel di kepala putik tumbuh yang
membentuk suatu pembuluh serbuk sari (tabung serbuk sari). putik tersebut, membentuk saluran
yang menuju ke bakal buah yang mengandung suatu bakal biji. Didalam pembuluh serbuk sari
tersebut terdapat 2(dua) inti generatif serta juga 1 inti vegetatif yang berasal dari adanya
pembelahan inti serbuk sari.
2(Dua) inti generatif tersebut disebut juga inti sperma pertama serta juga inti sperma kedua.
Inti sperma pertama serta juga kedua tersebut bergerak menuju ke bakal biji. Didalam kandung
lembaga tersebut terdapat inti sel telur serta juga inti kandung lembaga sekunder atau juga biasa
dikatakan ialah dengan  inti polar. Inti sperma yang pertama masuk dengan melalui liang bakal
biji (mikropil) tersebut menuju ke inti sel telur. Inti sperma pertama tersebut akan melebur
dengan inti sel telur, Hal tersebut dikatakan ialah sebagai pembuahan pertama. Hasil peleburan
pada inti sperma pertama  dengan sel telur ialah zigot. Zigot tersebut akan tumbuh dan menjadi
lembaga atau embrio atau juga sebagai calon tumbuhan baru. Inti sperma kedua terus akan tetap
masuk menuju ke sebelah dalam, kemudian inti sperma kedua tersebut melebur dengan inti
kandung lembaga sekunder. Hal tersebut juga disebut dengan pembuahan kedua. Hasil peleburan
inti sperma kedua dengan inti kandung lembaga sekunder tersebut akan dapat membentuk putih
lembaga didalam (endosperma). Endosperma adalah suatu cadangan makanan untuk si calon
tumbuhan baru. Jadi, pada tumbuhan biji tertutup terjadi suatu pembuahan dua kali sehingga
disebut dengan pembuahan ganda.

B. Macam-macam Fertilisasi

Fertilisasi sendiri dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :


1. Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari
dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
2. Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): spermadimasukkan ke
dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah
pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma
lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur.

C. Fungsi Utama Fertilisasi


1. Fungsi reproduksi
Dalam  hal ini ,fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsur- unsur genetik dari
orangtua atau induknya. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi (pengurangan) unsur genetik
dari diploid menjadi haploid, maka pada fertilisasi dimungkinkan pemulihan kembali unsur
genetiknya, 1n dari gamet jantan dan 1n dari gamet betina sehingga diperoleh individu normal
2n.

2. Fungsi perkembangan
Pada fungsi ini,fertilisasi menyebabkan gertakan atau rangsangan pada sel telur untuk
menyelesaikan proses meiosisnya dan membentuk pronukleus betina yang akan melebur
(syngami) dengan pronukleus jantan membentuk zigot dan seterusnya berkembang menjadi
embrio dan fetus.

3. Fertilisasi In Vitro
Fertilisasi in vitro Fertilisasi in vitro merupakan suatu metode untuk membuahkan suatu
kehidupan baru dalam sebuah cawan petri. Anak-anak yang dibuahkan melalui fertilisasi in
vitro terkadang lebih dikenal sebagai “bayi tabung”. Beberapa telur diambil dari ovarium
perempuan setelah ia meminum obat-obatan fertilitas yang mengakibatkan matangnya banyak
telur sekaligus. Sperma  diambil dari laki-laki, biasanya melalui masturbasi. Telur dan sperma
akhirnya disatukan dalam sebuah cawan kaca, di mana pembuahan terjadi dan kehidupan baru
dibiarkan berkembang selama beberapa hari. Dalam kasus yang paling sederhana, embrio-
embrio kemudian ditransfer ke dalam rahim ibu dengan harapan bahwa satu akan bertahan
hidup dan berkembang hingga saat persalinan. (John M. Haas, 2008)

D. Proses Fertilisasi
Fertilisasi diawali dengan proses pembentukan gamet yang disebut dengan gametogenesis,
yaitu proses pembentukan spermatozoa(spermatogenesis)  pada jantan dan pembentukan
ovum (oogenesis) pada betina.  Spermatogenensis berlangsung di dalam testis pada bagian
tubulus seminiferus, sedangkan oogenesis di dalam ovarium.

 Fase Persiapan
Proses pertama dari fertilisasi adalah adanya minat seksual pada manusia yang sangat
kompleks yang melibatkan berbagai faktor psikologis. Ada 2 jenis respon seksual secara
psikologis yang terjadi pada manusia , yaitu : vangokongesti dan myotonia . Vangokongesti
adalah pengisian jaringan dengan darah sedangkan myotonia adalah peningkatan tegangan
otot. Kedua respond inilah yang menyebabkan vagina dan penis siap untuk hubungan
seksual. Pada pria vangokongesti ini menyebabkan perubahan bentuk dari penisyang
disebabkan terisinya pembuluh darah pada penis yang pada akhirnya menyebabkan kontraksi
yang disebut dengan ereksi. Ereksi atur oleh saraf simpatis dan para simpatis. Saraf
parasimpatis merangsang pembuluh darah untuk melebar sehingga volume darah yang masuk
ke penis meningkat. Sedangkan saraf simpatis merangsang untuk penyempitan pembuluh
darah, sehingga darah yang masuk ke penis menurun Pada perempuan respon seksual ini
dapat berupa vangokongesti dan juga myotonia. Respon vangokongesti pada perempuan
menyebabkan ereksi pada klitoris dan menyebabkan labia mayor dan minor menjadi
mengembang sehingga penis bisa masuk. Respon myotonia pada perempuan dapat berupa
ereksi pada puting susu

 Fase Persiapan Sperma dan Fase Persiapan Ovum


1. Persiapan Sperma
Sperma pada laki-laki dibentuk di tubulus seminiferous yang terdapat pada bagian testis
yang dibungkus oleh skrotum, selanjutnya sperma dari tubulus seminiferous ini sperma
disalurkan ke saluran saluran yang menggulung yang disebut epididimis (campbell,2008 :
172). Pada manusia, sperma memerlukan waktu +- 3 minggu untuk melewati saluran
epipidimis yang panjangnya hamper 6 meter ini. Selama perjalanan melewati epididimis
ini sperma mengalami pematangan dan menjadi motil.

Setelah dari Epididimis sperma akan disalurkan ke saluran yang bernama vas deferens.
Sebelum sperma disalurkan ke uretra, 3 kelenjar akan menjalankan tugasnya, yaitu
vesikula seminalis, kelenjar prostat dan juga kelenjar-kelenjar bulbouretra.3 kelenjar
tersebut membantu dalam pembentukan cairan semen.
Vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60% dari cairan semen. Cairan dari vesikula
seminalis ini bersifat kental, agak kekuningan dan bersifat basa. Cairan yang dihasilkan
vesikula seminalis ini mengandung mukus,gula fruktosa, enzim penggumpal, dan
prostaglandin
Kelenjar prostat menyekresikan cairannya langsung ke uretra , cairan yang dihasilkan
bersifat encer dan mirip susu. Mengandung enzim antikoagulan dan sitrat (salah satu
nutrient sperma). Kelenjar bulbouretra menghasilkan mucus jernih yang berfungsi untuk
menetralkan asam urin yang tersisa pada uretra.
2. Fase Persiapan Ovum
Ovum yang dihasilkan dari tahap oogenis dari ovarium akan dikeluarkan menuju oviduk.
Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium akan ditangkap oleh fimbria bagian dari tuba
fallopi. Selanjutnya ovum yang telah dibawa akan disalurkan oleh cilia pada tuba fallopi
untuk disalurkan ke bagian ampula isthmus untuk siap dibuahi oleh sperma

 Masuknya sperma ke dalam vagina betina (Ejakulasi)


Sebelum terjadi proses fertilisasi, akan terjadi ejakulasi terlebih dahulu yaitu keadaan di
mana ditandai dengan keluarnya cairan semen yang mengandung sperma dari suatu penis
dan keadaan ini lazim disertai dengan keadaan tubuh yang disebut sebagai orgasme.
Ejakulasi mungkin di anggap tabu untuk diperbincangkan, akan tetapi ejakulasi tersebut
sangat baik bagi kesehatan. Berikut beberapa manfaat ejakulasi bagi kesehatan pria,
diantaranya :
1. Dapat mencegah kanker prostat
Sebuah studi yang dikembangkan lembaga penelitian khusus prostat di Harvard
menyatakan bahwa semakin jarang pria ejakulasi, maka semakin besar risiko terkena
kanker prostat. Sebab selama ejakulasi, kelenjar prostat akan mengeluarkan racun dan sel
karsionegik penyebab kanker prostat.
2. Dapat mencegah penyakit vasocongestion
Pria yang jarang ejakulasi biasanya akan mengalami rasa sakit di skrotumnya untuk
sementara waktu. Rasa sakit ini dikenal dengan istilah populer bola biru (blue balls) atau
dalam istilah medisnya dinamakan vasocongestion. Dengan ejakulasi, seorang pria dapat
terhindar dari penyakit tersebut. Sebab, ejakulasi akan mengeluarkan cairan yang apabila
menumpuk di skrotum dapat menyebabkan vasocongestion.
3. Meningkatkan kualitas sperma
Ejakulasi ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas sperma. Bagi pasangan
suami istri yang sedang program memiliki anak, 3 sampai 4 kali ejakulasi lewat
hubungan seksual dalam seminggu akan membuat air mani suami jadi lebih berkualitas
dan ereksi tahan lama.
4. Menghindar dari stres
Saat sedang ejakulasi, zat dalam otak yang dapat menyalurkan rasa bahagia ikut
terdistribusi dengan baik di dalam tubuh. Sehingga pria sedang stres akan sangat terbantu
jika dia bisa ejakulasi dengan lancar. Selain itu, aliran darah dan kekakuan otot pria pun
juga akan berkurang. Sehingga tingkat stres akan berkurang karena ejakulasi.
5. Baik untuk kesehatan kulit
Tahukah anda bahwa spermidine, yaitu suatu senyawa yang ada di dalam air mani dapat
memperlambat proses penuaan dini ? Spermidine juga mampu melindung sel dari
kerusakan dan dapat meningkatkan kualitas sel darah.
6. Meningkatkan kualitas tidur
Ejakulasi biasanya disertai dengan orgasme. Saat orgasme, tubuh mengeluarkan hormon
dopamin, hormon aksitosin dan hormon endorfin. Ketika hormon ini telah bekerja, akan
membuat tubuh menjadi rileks dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Pada proses fertilisasi ini, sperma disalurkan ke tubuh betina melalui media yang
dimasukkan atau kontak langsung dengan kelamin betina. Spermatozoa harus mempunyai
kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di bagian ampula dari Tuba
fallopi. Beberapa faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap kecepatan perjalanan
spermatozoa adalah volume ejakulat, tempat deposisi, dan anatomi saluran reproduksi
betina.
Pertama, spermatozoa akan memasuki vagina, dimana akan terjadi seleksi dengan adanya
perbedaan pH antara sprematozoa (pH=7) dan vagina (pH=4). Setelah melewati vagina,
spermatozoa yang telah terseleksi akan memasuki serviks. Dalam serviks, hanya
spermatozoa yang normal yang dapat lewat, hal ini dikarenakan spermatozoa yang
normal dapat bergerak melewati cincin-cincin anulir pda serviks. Sampai akhirnya
menuju uterus, dimana mengalami kapasitasi yakni proses pendewasaan spermatozoa
oleh cairan endometrium sehingga spermatozoa dapat menembus lapisan-lapisan sel
telur. Tempat utama terjadinya proses kapasitasi adalah pada ampula isthmus junction.
Transport sel telur untuk menuju ampula isthmus junction dimulai pada saat menjelang
ovulasi, pada saat itu estrogen dominan dan bersama oksitosin akan menyebabkan
terjadinya derakan peristaltik yang aktif. Setelah terjadi ovulasi, sel telur akan ditangkap
oleh fimbrae yang terdapat pada infundibulum dengan adanya gerak peristaltik tersebut,
sel telur akan terdorong masuk hingga ampulla hingga mencapai ampula isthmus
junction  (Mujahid dalam susari 2016 : 4).

 Proses Penetrasi Sel Sperma kedalam Sel Ovum


Tempat terjadinya penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah di dalam ampula dari
tuba fallopii. Pada pertemuan ini, ovum masih terbungkus oleh sel-sel granulose yang
berasal dari folikel dan selubung ovum (Puja dalam susari., 2016 : 3)

Proses penetrasi ovum yang terdiri dari tiga tahap (sadler : 2015 :34) , yaitu :

1. Fase penetrasi Korona radiata


2. Fase penetrasi Zona pelusida
3. Penyatuan membrane sel oosit dan sperma
 Penetrasi korona radiata
Korona radiata merupakan bagian terluar dari ovum, untuk mempenetrasinya, tentu
sperma berlomba-lomba dengan ratusan juta sperma lainnya (sekitar 200-300 juta
sperma) karena hanya satu sperma yang dapat menembus korona radiate. Diperkirakan,
sperma lainnya membantu spermatozoa yang membuahi untuk menembus sawar
pelindung gamet wanita lainnya. Hanya sperma yang telah terkapasitasi lah yang dapat
menembus korona radiate.

 Penetrasi Zona Pelucida.


Zona pelucida adalah selubung glikoprotein yang memudahkan spermatozoa mengadakan
pengikatan dan reaksi akrosom. Dapat dikatakan, zona pelucida meruapakan lapisan
kedua setelah korona radiata. Reaksi akrosom ini diperantarai oleh ligan ZP3, yaitu suatu
protein zona pelucida yang berfungsi sebagai reseptor sperma.

Pelepasan enzim akrosom (akrosin) akan memudahkan sperma menembus zona pelusida.
Permeabilitas sperma ini akan berubah ketika spermatozoa berkontak dengan permukaan
oosit. Kontak ini akan memacu oosit mensekresikan enzim lisosim yang akan mengubah
sifat zona pelucida untuk mencegah penetrasi sperma dan menginaktifkan tempat-tempat
reseptro spesifik untuk sperma lain di permukaan ini. Dapat dikatakan, saat satu sperma
telah menembus zona pelucida, ovum akan mengondisikan agar tak ada sperma lain yang
masuk.
 Fusi membrane sel sperma dan oosit
Setelah melekat, membrane plasma sperma dan sel telur menyatu dan melakukan reaksi-
reaksi atau aktifitas lain yang akhirnya dapat menghasilkan zigot

 Kendala yang dihadapi oleh sperma ketika menuju ovum


Masuknya sperma ke dalam tubuh betina tidak langsung menuju ovum, melainkan melewati
beberapa kendala atau rintangan terlebih dahulu diantaranya :

1. Asam vagina mematikan sperma


Berdasarkan tipe kromosom kelaminnya, terdapat dua jenis sperma yang diproduksi testis
pria, yaitu sperma tipe X (22A+X) dan tipe Y (22A+Y). Masing-masing memiliki
karakteristik berbeda, salah satunya diketahui bahwa sperma tipe X lebih tahan terhadap
keasaman vagina dibanding sperma tipe Y. Sehingga tak heran banyak sperma Y yang
kemudian mati (meski cairan sperma sudah dilengkapi senyawa yang bersifat basa). Kondisi
semacam ini kemudian disiasati melalu aktivitas foreplay (pemanasan) sebelum bercinta.
Agar kondisi vagina menjadi lebih basah lalu basa, hingga sperma Y bisa ikut bertahan.

2. Mati kelelahan
Banyak faktor yang menyebabkan sperma mati sebelum bertemu ovum, bahkan jauh sebelum
masuk ke rahim apalagi saluran telur. Meski kelenjar-kelenjar di tubuh wanita sudah turut
membantu pergerakan sperma melalui produksi lendir (di vagina atau mulut rahim), tetap
saja banyak sperma yang mati. Salah satu penyebabnya adalah kelelahan. Sumber tenaga
bagi pergerakan sperma sendiri berasal dari bagian leher/tengah yang banyak mengandung
mitokondria (organel pembentuk energi/ATP). Sama halnya dengan manusia, kondisi fisik
sperma tentu saja berbeda satu sama lain. Ada yang dianugerahi fisik kuat ada juga yang
lemah. Nah, bagi sperma yang dianugerahi fisik lemah (terkait kemampuannya memproduksi
energi), sangat memungkinkan mereka sudah mati kelelahan meski masih di awal
perjalanannya. Kondisi sperma yang mati karena kelelahan ini terus berlangsung hingga
tahap-tahap akhir menuju ovum.

3. Antibodi wanita memakan sperma


Bertolak belakang dengan kegembiraan sperma yang berhasil melewati mulut rahim, tubuh
wanita justru menganggap kehadiran mereka sebagai ancaman. Ya, sperma yang masuk ke
rahim, dideteksi sebagai benda asing yang secara otomatis akan ditanggapi tubuh wanita
dengan pengeluaran antibodi (senyawa pertahanan). Antibodi ini selanjutnya akan
“memakan” sperma-sperma dan tak heran ribuan sperma akan mati di tahap ini.

4. Salah jalan
Melalui siklus menstruasi wanita, bisa diambil kesimpulan bahwa tiap bulannya ovarium
wanita (secara normal) akan melepas satu ovum. Ovum yang telah keluar (peristiwanya
disebut Ovulasi) selanjutnya akan bergerak menuju saluran telur (tuba fallopi/oviduct).
Saluran telur pada wanita terdiri dari bagian kiri dan kanan sesuai dengan keberadaan
ovarium. Di sekitar satu per tiga bagian saluran telur tersebut (entah sebelah kiri atau kanan),
ovum pun akan menunggu kedatangan sperma.
Sementara itu, dari satu kelompok sperma yang sudah berhasil melewati uterus/rahim, akan
terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok akan menuju saluran telur sebelah kiri,
sedangkan kelompok lain akan menuju saluran telur sebelah kanan. Dari sini bisa kita lihat
bahwa meskipun dalam proses perjalanan sperma, ovum telah melepas senyawa kimia yang
mampu menjadi sinyal deteksi keberadaannya, tetap saja ada banyak sperma yang harus gigit
jari karena “salah jalan”. Menurut literatur, dari ratusan juta sperma yang dikeluarkan pria,
hanya tersisa ribuan sperma yang bisa bertahan sekaligus tidak salah jalan menuju saluran
telur di mana ada sel telur menunggu di sana.

5. Terperangkap silia pada saluran telur


Rintangan selanjutnya yang dihadapi sperma adalah keberadaan silia pada saluran telur. Pada
saluran telur, silia terus bergerak menjuntai tak ubahnya sapuan-sapuan halus. Hal ini
membuat pergerakan sperma pun menjadi terhambat. Tidak hanya itu, kehadiran silia juga
membuat banyak sperma terjebak atau terperangkap. Tidak bisa bergerak lalu mati.

6. Lapisan pelindung ovum


Rintangan terhadap sperma juga datang dari sel telur itu sendiri. Di antaranya adalah adanya
lapisan pelindung ovum yang tak ayal menyusahkan sperma untuk membuahinya, seperti:

 Korona Radiata: merupakan lapisan ovum paling luar dan paling tebal. Bentuknya
tampak seperti tonjolan-tonjolan menjuntai yang mampu menghalangi pergerakan
sperma. Bahkan mampu membuat sperma tergencet. Alhasil, banyak sperma yang mati.
 Zona Pellusida: lapisan pelidung ovum bagian tengah yang tebal.
 Membran Vitellin: lapisan transparan di bagian dalam ovum.
Saat satu sperma sudah berhasil melewati ketiga lapisan pelindung ini, maka secara otomatis
inti sel sperma akan mampu membuahi inti sel telur hingga terjadi fertilisasi. Saat satu
sperma sudah masuk, maka ovum secara otomatis akan mengeluarkan semacam enzim yang
mampu mencegah masuknya sperma-sperma lain.

Perjalanan Spermatozoa Ketempat Fertilisasi


Perjalanan spermatozoa meliputi tiga tahapan sebagai berikut :
 Dalam Tubuh Jantan
Spermatozoa yang telah dihasilkan di dalam tubulus seminiferus melalui proses
spermatogenesis akan keluar dari tubulus seminiferus bercampur dengan plasma semen
masuk ke vas efferent. Proses ini terjadi akibat adanya tekanan volume dari dalam tubulus.
Dari vas efferent, spermatozoa selanjutnya masuk ke duktus epididimis. Dalam tahapan ini,
spermatozoa juga mengalami proses maturasi atau pematangan.
Tahap selanjutnya spermatozoa yang sebelumnya pada duktus epididimis selanjutnya masuk
ke vas deferent. Di daerah ini, spermatozoa akan menerima sekreta yang dihasilkan oleh
glandula vesikula seminalis untuk selanjutnya bermuara di duktus ejakulatorius. Tahap
perjalanan selanjutnya sebelum diejakulasikan dalam bentuk semen, spermatozoa juga akan
menerima sekreta dari kelanjar prostate dan bulbouretralis.

 Di Luar Tubuh Jantan


Peristiwa ini hanya ditemukan pada hewan-hewan tertentu, yaitu pada hewan yang
mengalami pembuahan diluar tubuh seperti ikan, amfibia. Peristiwa ini diawali dengan
dikeluarkannya spermatozoa oleh hewan jantan ke dalam medium berupa air dan secara
serentak juga betina akan mengeluarkan ovum.
Spermatozoa yang dikeluarkan kemudian bergerak aktif untuk melakukan pembuahan. Untuk
hewan-hewan lainnya yaitu reptilia, aves dan mamalia, peristiwa ini tidak terjadi karena
proses pembuahannya terjadi di dalam tubuh betina.

 Dalam Tubuh Betina


Spermatozoa yang dideposisikan pada vagina, serviks, ataupun uterus pada saat perkawinan
harus mempunyai kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di ampula bagian
caudal dari uterus. Beberapa peniliti menyatakan bahwa kemampuan spermatozoa untuk
mencapai tempat fertilisasi adalah karena pergerakan spermatozoa itu sendiri, sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa itu akibat pengaruh saluran reproduksi betina. Beberapa
factor fisiologi yang berpengaruh terhadap kecepatan perjalanan spermatozoa adalah volume
ejakulat, tempat deposisi, dan anatomi saluran reproduksi betina. Lama waktu yang
dibutuhkan spermatozoa agar sampai ke tempat fertilisasi berkisar antara 2-60 menit
Dari sekian banyak spermatozoa yang diejakulasikan, hanya sedikit yang mampu mencapai
ampula dan kebanyakan mati pada saluran reproduksi betina. Hal ini mungkin sebagai akibat
adanya fagositosis oleh sel darah putih dan arah balik ke vagina. Spermatozoa yang
dideposisikan pada vagina harus melewati serviks sebelum mencapai oviduk. Mekanisme
pergerakan spermataozoa melewati serviks masih diperdebatkan. Ada yang menyatakan
bahwa pergerakan yang cepat melewati serviks adalah akibat kontraksi vagina dan uterus
selama kopulasi. Teori yang lain menjelaskan bahwa spermatozoa yang motil mampu
malakukan penetrasi dan migrasi melewati mukus serviks. Perjalanan spermatozoa melintasi
uterus sampai ke tautan uterus tuba sangat cepat dan hal ini disebabkan oleh adanya bantuan
kontraksi otot uterus. Seperti pada  serviks, isthmus pada oviduk diperkirakan juga sebagai
tempat penampungan spermatozoa untuk beberapa waktu sebelum bergerak ke ampula
berlangsungnya fertilisasi. Pergerakan spermatozoa dari isthmus ke ampula berlangsung
terutama akibat kontraksi otot.

E. Enzim Berperan dalam Proses Fertilisasi


Untuk membantu proses atau berjalan fertilisasi, terdapat beberapa enzim yang berperan
dalam proses fertilisasi, yaitu Spermatozoa akan mengeluarkan enzim yang terdiri dari :

1. Hyaluronidase
Hyaluronidase, enzim yang dihasilkan dalam testis. Untuk melarutkan asam
hyaluronad yang meyelimuti sel-sel granulosa pada sekeliling ovum (corona radiata).
Peranan hyaluronidase banyak juga yang meragukan, karena meski beberapa hewan
tidak mengandung enzim ini, namun masih dapat membuahi ovum.

2. Antifertilizin
Antifertilizin, sebagai lawan dari fertilizin yang dihasilkan oleh ovum. Jika fertilizin
bertindak sebagai antigen maka antifertilizin merupakan antibodinya. Oleh adanya
interaksi antara kedua zat tersebut terjadi agglutinasi spermatozoa yang ada disekitar
ovum, sehingga ada sebagian yang menumbuk ovum lalu mencoba untuk menerobos
masuk. Sebagaimana halnya fertilizin, antifertilizin juga bersidfat speific. Sukar
sekali terjadi proses agglutinasi jika perjumpaan gamet itu berbeda species. Berbeda
spesies berarti berbeda pula susunan asam amino dan monosakarida pada
molekulnya, dan dinding bonding-sitenya pun berbeda, keduanya tidak memiliki
kecocokan dalam hal struktur. Antifertilizin terdiri dari molekul protein asam, dan
dapat dilepaskan dari spermatozaa dengan berbagai cara, seperti pembekuan atau
pemanasan. Zat ini juga dapat dibebaskan dari spermatozao setelah diagglutinasi
dengan meneteskan fertilizin kedalam semen. Oleh adanya agglutinasi tersebut
antifertilizin keluar, dan spermatozoanya tidak akan mampu lagi membuahi.
3. Akrosin
Akrosin, merupakan semacam protease yang dapat memecah protein mirip dengan
tripsin yang dihasilkan oleh pancreas, untuk mencernakan protein dalam usus. Zat ini
keluar dari akrosom spermatozoa , ketika terjadir reaksi akrosom zat ini dapat
menghancurkan zona pellucida. Dan tidak seluruh daerah zona ini akan dihancurkan,
hanya disuatu tempat kecil yang cukup sebagai jalan masuk spermatozoa kedalam
ovum.

4. Zat penelur
Zat penelur,bekerja untuk merangsang betina agar mengeluarkan telur, sebagai zat
penyeimbang zat yang dikeluarkan oleh betina, ini terdapat pada hewan yang
melakukan pembuahan eksternal. Selain zat yang dsebutkan diatas, spermatozoa juga
meiliki flagellum yang dapat membantunya dalam bergerak mendekati ovum, dan
memungkinnya aktif berenang dalam lendir semen hingga menerobos zona pellucida
dari ovum.

F. Kelainan dalam Fertilisasi (Pembuahan)


Setiap ovulasi tidak selalu diikuti oleh fertilisasi dan tidak semua fertilisasi meghasilkan
individu normal. Kegagalan fertilisasi din1ana proses fertilisasi tidak beriangsung dapat
terjadi pada kasus-kasus intertilitas baik dari induk bet ina maupun pejantan atau
asinkronisasi antara estrus (ovulasi) dengan proses kopulasi (inseminasi). Pada kasus
kelainan fertilisasi dimana fertilisasi berlangsung akan tetapi zigot atau individu yang
terbentuk mengalami kelainan dapat terjadi akibat proses fertilisasi yang normal dari sel
gamet yang memiliki kelainan (seperti kejadian nondisjunction) atau proses fertilisasi itu
sendiri berlangsung tidak normal.

Contoh kelainan fertilisasi yang mungkin terjadi adalah :


 Zigot Haploid
Zigot haploid adalah suatu perkembangan yang tidak sempurna dimana hanya salah satu
dari sel gamet yang berperan dalam perkembangan berikutnya. Perkembangan lebih
lanjut dari embrio haploid akan terhenti karena kegagaian inplantasi.
1. Androgenesis
Keadaan dimana terjadi fertilisasi, tetapi hanya pronukleus jantan yang berperan pada
proses perkembangan selanjutnya tanpa diikuti oleh perkembangan pronukleus
betina. Oleh karena itu, embrio yang dihasilkan hanya memiliki unsur genetik tetua
jantan (embrio jantan haploid).

2. Ginogenesis
Kejadian fertilisasi dimana embrio yang terbentuk hanya dari pronukleus betinatanpa
diikuti oleh perkembangan pronukleus jantan. Embrio yang dihasilkan dari keadaan
tersebut hanya memiliki unsur genetik dari induk bet ina (embrio betina haploid).

 Zigot Poliploidi
Poliploid adalah keadaan dimana jumlah kromosom embrio hasil fertiiisasi berjumlah 3n
(Triploid), 4n (Tetraploid) atau lebih. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kejadian:

1. Kejadian Polispermia, dimana satu sel telur dibuahi oleh dua atau lebih spermatozoa,
2. Kejadian kariokinesis (proses pembelahan inti sel) tanpa disertai sitokinesis, (proses
pemisahan sitoplasma) sehingga sel telur memiliki inti lebih dari satu.

 Embrio Partenogenesis
Perkembangan embrio yang terbemuk tanpa peran sedikitpun dari sperrnstozoa, dimana oosit
dapat berkembang karena aktivasi selain daripada spermatozoa.
Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetik hanya mempunyai unsur genetik
dari betina (bisa haploid alau diploid). Dalam perkembangan teknologi kultur in vitro,
kejadian embrio partenogenetik dapat diupayakan melalui aktivasi oosit dengan
menggunakan bahan kimia (etanol), aliran lislrik ataupun proses maturasi diperpanjang (over
IIIaturation). Untuk memperoleh embrio parthenogenesis yang diploid maka proses
pelepasan benda kutub II dihambat schingga sel telur yang teraktivasi telap akan memiliki
kromosom 2n.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fertilisasi adalah proses peleburan spermatozoon dan sel telur yang meliputi inti (genom) dan
sitoplasma.Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel
gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zygot yang
mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor
hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nucleus
(Toelihere, 1985). Fertilisasi sendiri dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu : Fertilisasi eksternal
(khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum
fertilisasi. Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat):
spermadimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi.
Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan
sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-fertilisasi-pembuahan/

http://eprints.walisongo.ac.id/6784/2/BAB%20I.pdf

WalijudhiNugroho Ferilisasi-genetik Buku Penerbit2017

Anda mungkin juga menyukai