Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI

ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI WANITA DAN PRIA


Dibina oleh: Elis Meilinawat, S.B., SST., S.Pd., M.Keb.

Oleh:

SYILLA IMANIA{202005012}

MAULINA PUSPITA SARI{202005016}

IKKE NURIYA FIRDAUS{202005038}

PROGRAM STUDY S1 KEBIDANAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA ENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan biologi reproduksi. Laporan ini berisi
tentang endokrinologi reproduksi wanita dan pria

Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
diantaranya.ibu elies meilinawati S.B.,S.ST.,S.psi Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih
atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.

Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk
saya khususnya, dan mahasiswa lain umumnya.

Pasuruan,5 maret,2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I...................................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................4

1.3 TUJUAN...................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

2.1 SISTEM ENDOKRIN..............................................................................................5

2.2 ENDOKRIN REPRODUKSI WANITA..................................................................22

2.3 ENDOKRIN REPRODUKSI PRIA.........................................................................27

BAB III PENUTUP.............................................................................................................29

3.1 KESIMPULAN........................................................................................................29

3.2 KRITIK DAN SARAN............................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan dimana organ reproduksi terbebas dari
penyakit atau gangguan selama proses reproduksi, ketika proses reproduksi tercapai dalam
situasi kesehatan fisik, mental, dan aradi yang sempurna (Kemenkes RI, 2015). Kesehatan
reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi sejahtera jasmani,
rohani, aradi, ekonomi, tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal
yang berkaitan dengan aradi reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesnya. Menurut Ford
Foundation (1991, dalam Darwin M, 2018) menyatakan isu status wanita, hak reproduksi wanita,
etika, dan arad sangat mewarnai pengembangan strategi kesehatan reproduksi. Kesehatan
reproduksi merupakan hal penting bagi setiap orang, pria ataupun wanita, namun wanita
mempunyai organ yang lebih aradigm terhadap suatu penyakit, bahkan keadaan penyakit lebih
banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan reproduksinya. Dalam konferensi yang
diadakan di Kairo Mesir pada tahun 1994 tentang kependudukan dan pembangunan/ICPD
(International Conference on Population and Development) diikuti oleh 180 negara menyepakati
perubahan aradigm dalam pengelolaan masalah kependudukan dan penurunan fertilitas/keluarga
berencana menjadi pendekatan terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi
(widyastuti et al, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


2. Penjelasan Sistem Endokrin
3. Endokrin Reproduksi Wanita
4. Endokrin Reproduksi Pria
1.3 Tujuan
2. Mengetahui pengertian Endokrin
3. Mengetahui Fungsi Endokrin
4. Mengetahui Penjelasan Endokrin pada Reproduksi Wanita
5. Mengetahui penjelasan Endokrin pada Reproduksi Pria

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau
senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.

Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, kelenjar
tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada pankreas. Kelenjar tersebut
memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang membedakan setiap kelenjar
adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. Untuk mengetahui tentang struktur histologis dan
fungsi kelenjar endokrin dari sistem endokrin, maka disusun makalah yang berjudul “Sistem
Endokrin”.

Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon.
Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain
aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi
tubuh.

Sistem endokrin hamper selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya
dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja
antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja melalui
transmisi kimia.

2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada
sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik,
tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat
bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam.

5
Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja
dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon
pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai
tingkat pertumbuhan yang sempurna.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia
perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak
hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut
bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.

Sel-sel Penyusun Organ Endokrin

Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai
penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut
memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin.
Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori.
Oleh karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.

2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar
berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat
endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah
(cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai
sistem sirkulasi,baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering
menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan
Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.

6
Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon

Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hormon
peptide dan protein, steroid, dan turunan tirosin.

Steroid Peptida Protein Besar Turunan Tirosin

Hormon
Hipotalamus
Katekolamin, meliputi :
Angiotensin
Testosteron Hormon Pertumbuhan Noradrenalin
Somatostatin
Esterogen Prolaktin Adrenalin
Gastrin
Progesteron LH Hormon Tiroid,
Sekretin
Kortikosteroid FSH meliputi :
Glukagon
Vitamin D-3 TSH Tiroksin (T4)
Kalsitonin
Triiodotironin (T3)
Insulin

Parathormon

Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang
menyerupai hormon, antara lain :

a. Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi
perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasin antibodi.
b. Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai
vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan
aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
c. Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan
ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang

7
sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal
ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.
d. Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh
berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ endokrin.
e. Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke
lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan
untuk membereikan daya tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain
dalam spesies yang sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.

Jenis Kelenjar Endokrin

1. Kelenjar Pituitari

Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena
pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari
ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior
dan posterior.

Hipofisis anterior:

 Hormon Somatotropin(untuk pembelahan sel,pertumbuhan)


 Hormon tirotropin(sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
 Hormon Adrenokortikotropin(merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)
 Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
 Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan
spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria merangsang sel
interstitial membentuk hormon testosteron)

Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)

Hipofisis posterior

 Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)


 Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal)

8
2. Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh
membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.

Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid
diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas
tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama
yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan
laju metabolik tubuh.

Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang terdiri dari dua
lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal embrionik, tiroid berkembang
dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Kelenjar tiroid berfungsi untuk membuat
hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin (T3) yang penting untuk
pertumbuhan, diferensiasi sel, pengaturan laju metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di
seluruh tubuh.

Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari jutaan epitel
kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel kubus dengan
lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid (gambar 7) yang
mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin. Tiroid adalah satu-satunya kelenjar dengan
jumlah besar simpanan produk sekretorisnya.

Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke dalam
parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah, saraf, dan pembuluh
limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama lain dan tersebar pada jaringan ikat
retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang berfariasi sesuai aktivitas fungsional, yaitu kerika
kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel yang terdiri atas epitel kolumnar rendah sedangkan
kelenjar dengan sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif.

Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal epitel
folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C ini menyintesis

9
dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang oleh osteoklas (Junqueira et
al 2012).

Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat dengan
protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih banyak dijumpai,
dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.

3. Kelenjar Paratiroid

Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam
tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel
oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.

 Sruktur Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di belakang kelenjar tiroid,
satu pada masing-masing kutub atas dan bawah, umumnya terbenam dalam simpai kelenjar yang
besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai yang menjulurkan septa ke dalam kelenjar yang
berbaur dengan serat retikular yang menyangga kelompok sel sekretoris yang berderet
memanjang.

Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel oksifil. Sel utama
merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit asidofilik dan bergranula
sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid (PTH) yaitu suatu regulator
utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran lebih besar dan berjumlah lebih sedikit
daripada sel utama. Sel ini merupakan derivat transisional dari sel utama.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin yang memiliki efek yang
berlawanan yang menciptakan mekanisme ganda pengaturan kadar Ca2+ darah yang merupakan
faktor penting dalam homeostatis. Hormon paratiroid menargetkan osteoblas yang merespon
dengan menghasilkan suatu faktor penstimulasi-osteoklas untuk meningkatkan jumlah dan
aktivitas osteoklas.

Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang berkapur dan pelepasan Ca2+ sehingga
meningkatkan kadar Ca2+ dalam darah yang mengakibatkan produksi hormon paratiroid

10
menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat aktivitas osteoklas sehingga menurunkan
kadar Ca2+ darah dan meningkatkan osteogenesis.

Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+ dari saluran cerna dengan
menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan dalam menurunkan kadar fosfat
darah ysng merupakan efek dari sel tubulus ginjal yang mengurangi penyerapan fosfatnya dan
memungkinkan lebih banyak ekskresi fosfat dalam urin. Kekurangan hormon ini menyebabkan
ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun aktivitas partiroid dikendalikan oleh kadar kalsium
darah dan tidak dipengaruhi langsung oleh kelnjar endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer,
1998).

4. Kelenjar Adrenalin

Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal
(gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal dibungkus
oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian dalam kelenjar sebagai
trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan konsentris, yaitu korteks adrenal dan medula
adrenalis

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi selama
masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan germinal yang
berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-sel yang berasal dari krista
neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada lapisan perifer dan berwarna kekuningan,
sedangkan medula adrenalis berada di tengah dan berwarna coklat-kemerahan (Junqueira et al
2012).

Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah
arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula adrenalis menerima darah
arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal dari kapiler korteks. Kapiler korteks dan
medula membentuk vena medularis di sentral yang bergabung dan meninggalkan kelenjar
sebagai vena adrenalis.

Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel penyekresi
hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun steroid berdifusi bebas
melalui membrane plasma dan tidak memerlukan eksositosis yang akan dilepaskan dari sel.

11
Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan seretan sel epitel yang tersusun agak
berbeda.

 Zona glomerulosa

Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel kolumnar atau
piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau melengkung, yang dikelilingi
kapiler. Sel-sel zona glomerulosa mensekresikan mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi
dalam pengaturan natrium, kalium, dan air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada
tubulus kontortus distal nefron dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar keringat
untuk merangsang reabsorpsi natrium (Ross, 2011).

 Zona fasciculata

Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral panjang yang
dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan glukokortilois, terutama
kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kortisol menginduksi mobilisasi lemak di
jaringan adiposa subkutan dan pemecahan protein di otot.

 Zona retikularis

Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari sel kecil yang
tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel zona ini juga mensekresi
kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen lemah yaitu dehidroepiandrosteron
(DHEA) yang diubah menjadi testosteron pada beberapa jaringan lain.

Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau
kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid berada
bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel parenkim medula yang
dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula untuk sekresi dan penyimpanan hormon.
Granula tersebut mengandung salah satu dari dua katekolamin, epinefrin atau norepinefrin.

Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron simpatis
praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan norepinefrin
dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional yang intens (Junqueira et al
2012).

12
5. Kelenjar Pineal

Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin atau
neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar ini terletak di
dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan berbentuk kerucut yang sangat
kecil.

Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang
mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang mencolok
dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin yang merupakan
suatu derivat triptofan.

Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar pineal dan berakhir di antara
pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial yang menyerupai astrosit. Sel
tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit
pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al, 2012).

Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit bertambah pada kegelapan dan menurun
selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan penting dalam
pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan saat kegelapan mengatur
fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas steroidogenik pada gonad (Ross, 2011).

6. Pankreas

Pankreas : Kelenjar ini menghasilkan hormon insulin

7. Testis

Testis : Menghasilkan hormon testosteron

8. Ovum

Ovum :Menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan dinding rahim dan
progesteron yang berfungsi untuk menjaga ketebalan dinding rahim.

13
Struktur Kelenjar Hipofisis

Kelenjar ini terletak di bawah diencephalon otak, di dalam lekukan kecil tulang sphenoid
yang disebut sella tursika (sella turcica). Kelenjar ini menyekresikan bermacam-macam hormon
yang mengatur dan mngendalikan aktivitas kelenjar hormon dan bagian tubuh lainnya. Meskipun
demikian kelenjar ini bekerja di bawah kendali sistem saraf pusat (terutama hipotalamus) dan
kelenjar endokrin yang lain (Junqueira et al, 2012).

Berdasarkan asal perkembangannya, Junqueira et al (2012) menjelaskan bahwa kelenjar


hipofisis memiliki 2 bagian yaitu neurohipofisis berasal dari penonjolan bagian dasar
diencephalon ke arah kaudal, sedangkan adenohipofisis berasal dari kantung Rathke, suatu
penonjolan atap mulut ke arah dorsal. Pembentukan kelenjar hipofisis terangkum dalam gambar
di bawah ini.

Pembentukan kelenjar hipofisis.

Kelenjar hipofisis terbentuk oleh 2 struktur embrionik yang terpisah. (a) selama minggu
ke 3 perkembangan kantong hipofisis (kantong Ratkhe) tumbuh dari dasar faring. Bakal
neurohipofisis terbentuk dari diencephalon. (b) menjelang akhir bulan kedua kantong hipofisis
terlepas dari dasar faring dan bersatu dengan bakal neurohipofisis. (c) saat periode janin
pembentukan adenohipofisis dan neurohipofisis terselesaikan (Junqueira et al, 2012).

Sistem Portal Hipothalamo-Hipofisis dan Pelepasan Hormon di Hipofisis

Suplai darah hipofisis berasal dari dua kelompok pembuluh darah yang berasal dari arteri
carotis interna. arteri hypophysealis superior mendarahi eminentia mediana dan tangkai
infundibulum. Arteri hypophysealis inferior mendarahi neurohypofisis dengan sejumlah kecil
mendarahi tangkai. Arteri hypophysealis superior membentuk jalinan kapiler primer. Kapiler ini
kemudian bergabung menjadi venula yang bercabang lagi menjadi jalinan kapiler sekunder di
adenohipofisis.

Kapiler kedua jalinan bertingkap. Sistem ini sangat penting karena sistem tersebut
membawa neuropeptida dari eminentia mediana dalam jarak tertentu ke adenohipofisis tempat

14
peptida tersebut menstimulasi atau menghambat pelepasan hormon oleh sel endokrin (Junqueira
et al, 2012).

Sistem portal hipotalamo-hipofisis dengan darah dari a. Hypophysealis superior dan


inferior terdiri dari dua jalinan kapiler yang berurutan: satu di pars nervosa di sekitar
infundibulum dan eminentia mediana dan yang kedua ujung di seluruh pars distalis yang
bermuara ke dalam v.

Hypophysealis pengumpul. Gambar ini juga memperlihatkan neuron (kuning) yang


menjulurkan akson ke eminentia mediana dan mensekresikan peptida yang terbawa dalam
kapiler ke pars distalis untuk mengatur pelepasan hormon dari sel di tempat tersebut dan neuron
(hijau) dari nucleus supraopticus dan paraventricularis di hipotalamus yang menjulurkan akson
ke pars nervosa untuk mensekresikan peptida yang diambil kapiler dan dibawa sel target di
distal. (sumber: Junqueira et al, 2012).

Adenohipofisis

Adenohipofisis memiliki tiga bagian, yaitu pars distalis, pars tuberalis, pars intermedia.
Pars tuberalis merupakan daerah berbentuk corong yang mengelilingi infundibulum
neurohipofisis (kelenjar posterior). Pars tuberalis berfungsi untuk menyekresikan follikel
stymulating hormon (FSH) dan hormon luteinisasi (LH). Pars intermedia merupakan suatu zona
tipis sel basofilik di antara pars distalis dan pars nervosa neurohipofisis yang berperan untuk
menyekresikan hormon penstimulasi melanin (MSH), γ- LPH dan β- endorfin.

MSH meningkatkan aktivitas melanosit dan sel pars intermedia dianggap sebagai sel
melanotropik. Pars distalis merupakan bagian yang membentuk 75% adenohipofisis dan dilapisi
oleh capsula fibrosa tipis. Komponen utamanya terdiri dari deretan sel epitel yang saling
berselingan dengan kapiler bertingkap, terdapat fibroblas yang menghasilkan serat retikular yang
menopang deretan sel yang menyekresikan hormon.

Bagian ini bertugas mengatur hampir seluruh kelenjar endokrin lain, sekresi air susu,
aktivitas melanosit, dan metabolisme otot, tulang, dan jaringan adiposa (Junqueira et al, 2012).

15
Tabel Sel- Sel Sekretoris Pars Distalis

Hormon
Jenis Sel yang Aktivitas Fisiologis Utama
Dihasilkan

Sel Somatotropin
Pertumbuhan tulang panjang mealui faktor pertumbuhan.
somatotrop (GH)

Sel
mammatropi Prolaktin
Membantu sekresi air susu
k (sel (PRL)
akrotropik)

FSH meningkatkan perkembangan folikel ovarium, sekresi


Sel esterogen dan spermatogenesis. LH membantu pematangan
FSH dan LH
gonadotropik folikel ovarium, sekresi progesteron dan sekresi androgen
sel interestisial

Tirotropin
Sel tirotropik Menstimulus sintesis, penyimpanan, sekresi hormon tiroid
(TSH)

Kortikotropi

Sel n adrenal Menstimulus sekresi hormon korteks adrenal. Pengaturan


kortikotropik (ACTH) metabolisme lipid.

Lipotrofin

Aktivitas adenohipofisis diatur oleh hormon peptida yang dihasilkan oleh neuron khusus
di nukleus hypothalami tertentu di akson yang berjalan ke eminentia mediana.

Hormon ini merupakan hormon pelepas hipotalamik, setelah dilepaskan dari akson
hormon diangkut kapiler menuju pars distalis tempat hormon ini merangsang sintesis dan atau
pelepasan hormon (Junqueira et al, 2012).

16
Tabel Hormon Hipotalamus yang Mengatur Hipofisis Anterior

Hormon
Jenis Sel yang Aktivitas Fisiologis Utama
Dihasilkan

Sel Somatotropin
Pertumbuhan tulang panjang mealui faktor pertumbuhan.
somatotrop (GH)

Sel
mammatropi Prolaktin
Membantu sekresi air susu
k (sel (PRL)
akrotropik)

FSH meningkatkan perkembangan folikel ovarium, sekresi


Sel esterogen dan spermatogenesis. LH membantu pematangan
FSH dan LH
gonadotropik folikel ovarium, sekresi progesteron dan sekresi androgen
sel interestisial

Tirotropin
Sel tirotropik Menstimulus sintesis, penyimpanan, sekresi hormon tiroid
(TSH)

Kortikotropi

Sel n adrenal Menstimulus sekresi hormon korteks adrenal. Pengaturan


kortikotropik (ACTH) metabolisme lipid.

Lipotrofin

Neurohipofisis (Hipofisis Posterior)

Neurohipofisis terdiri dari pars nervosa dan tangkai infundibulum. Pars nervosa tidak
memiliki sel sekretori, bagian ini hanya terdiri dari jaringan saraf yang mengandung sekitar
100.000 akson tak bermielin dari neuron sekretori di nucleus supraopticus dan nucleus

17
paraventricularis hypothalami. Pars nervosa terdiri dari jaringan saraf termodifikasi yang
mengandung akson tak bermielin yang diselubungi sel glia yang disebut pituisit.

Akson berjalan dari nucleus supraopticus dan paraventricularis dan memiliki pelebaran
yang disebut badan neurosekretori. Dari badan ini, oksitosin dan vasopresin dilepaskan oleh
rangsangan saraf. Hormon yang disekresikan memasuki kapiler dan di sebarkan ke sel target.
Berikut ini tabel hormon yang dihasilkan oleh kelenjar neurohipofisis beserta fungsinya
(Junqueira et al, 2012).

Tabel Hormon Kelenjar Hipofisis Posterior

Hormon Fungsi

Vassopresin (antidiuretik
Meningkatkan permeabilitas ductus colligentes renis
hormon/ADH)

Merangsang kontraksi sel mioepitel kelenjar mammae dan


Oksitosin
otot polos uterus

Fungsi Utama Dari Sistem Endokrin

Sistem endokrin ini berfungsi untuk membantu mengatur dan menjaga berbagai fungsi
tubuh dengan melepaskan hormon yang sering disebut sebagai pesan kimia. Hormon-hormon ini
diproduksi dan disekresi oleh apa yang dikenal sebagai kelenjar endokrin.

18
Kelenjar endokrin ini membentuk sistem endokrin. Hormon yang mereka hasilkan dan
membantu mensekresikan untuk mengatur perkembangan generatif, pencernaan, pertumbuhan,
reproduksi dan fungsi jaringan. Kelenjar ini termasuk tiroid, pankreas, kelenjar paratiroid,
kelenjar adrenal, badan pineal dan kelenjar reproduksi.

Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf dan sistem
kekebalan tubuh untuk dapat membentu fungsi tubuh dengan cara yang benar. Kelenjar ialah
sekelompok sel yang memproduksi dan mengeluarkan atau melepaskan bahan kimia. Menyeleksi
kelenjar dan menghilangkan bahan dari darah ialah proses yang mereka lakukan dan
mengeluarkan produk kimia untuk digunakan di suatu tempat di tubuh.

Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu, misalnya kelenjar
eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan sekresi pada kulit atau di dalam mulut.
Kelenjar endokrin di sisi lain, melepaskan lebih dari 20 hormon utama langsung ke dalam aliran
darah dimana mereka dapat diangkut ke sel-sel di bagian lain dari tubuh.

Penyakit Sistem Endokrin

Penyakit atau Gangguan system endokrin terutama menimbulkan keadaan kelebihan atau
defisiensi dari hormone akibat dari hiperfungsi atau hipofungsi dari kelenjar. Namun, ahli
endokrinologi juga dihadapkan dengan tumor spesifik dan masalah lain dengan kelenjar endokrin
yang kemungkinan tidak berkaitan dengan kelebihan atau defisiensi, kelainan primer atau
sekunder dalam kepekaan terhadap hormone, dan sindroma iatrogenik.

1. HIPOFUNGSI

Destruksi Kelenjar: Penyebab yang paling lazim dari destruksi kelenjar endokrin adalah penyakit
autoimun. Hal ini ditemukan pada sebagian besar dari diabetes mellitus dependen-insulin,
hipotiroidisme, insufisiensi adrenal, dan kegagalan gonad. Pada kelenjar hipofisis, suatu
gangguan seperti tumor atau hipotensi sebagai akibat syok atau perdarahan merupakan penyebab
yang lebih khas.

Setiap kelenjar endokrin dapat mengalami kerusakan, dengan akibat hipofungsi, oleh karena
neoplasma, infeksi, atau perdarahan.

19
2. Gangguan Ekstraglanduler

Gangguan ini merupakan gangguan kerusakan terhadap kelenjar endokrin yang merupakan
organ dengan fungsi utama lain. Contoh pada penyakit ginjal, menimbulkan konversi cacat
akibat kelainan metabolik, kerusakan terhadap sel juxtaglomeruler penghasil rennin yang
menyebabkan hipoaldoteronisme hiporeninemik, dan kerusakan terhadap sel-sel penghasil
eritropoietin yang menyebabkan anemia.

HIPERFUNGSI

Hiperrfungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin biasanya timbul sebagai akibat
tupmor. Adanya tumor menghasilkan kelebihan hormon. Contoh tumor pada hipofisis dapat
menyebabkan produksi kelebihan dari sebagian besar hormone (ACTH, GH, PRL, TSH, LH,
FSH, dll).

Cacat dalam kepekaan terhadap hormon

Resistensi primer terhadap sejumlah hormone telah diketahui; hal ini dapat disebabkan oleh
sejumlah tipe yangberbeda dari cacat pada reseptor hormone ataupun akibat fungsi di distal
reseptor. Cacat genetic pada reseptor yang menimbulkan sindroma resistensi telah dilaporkan
untuk glukokortikoid, hormone tiroid, androgen, vitamin D, PTH, ADH, GH, insulin, dan TSH.
Cacat pascareseptor diketahui terjadi pada beberapa kasus pseudohipoparatiroidisme dan juga
pada diabetes mellitus non dependen-insulin.

SINDROMA KELENJAR ENDOKRIN MULTIPEL

Kelenjar-kelenjar yang paling sering terlibat adalah paratiroid, hipofisis, pancreas, tiroid,
dan adrenal. SIndroma ini biasanya ditemukan dalam pola pewarisan autosomal dominan.

20
Terdapat tiga jenis MEN:

1. MEN I (Warner Syndome), ditandai tumor pada kelenjar paratiroid ( hiperparatiroidime


primer multiglandular), hipofisis (adenoma kromofob), dan pancreas (gastinoma).

2. MEN IIA (Sipple Syndrome), terjadi pada karsinoma medularis tiroid, hiperparatiroidisme,
feokromositoma.

3. MEN IIB (MEN III), terjadi pada habitus marfanoid, dan neuroma mucosal multipel.

2.2 Endorin Reproduksi Wanita


Untuk mencapai keadaan normal dalam fungsi endokrinologi, diperlukan keseimbangan kerja
antara masing-masing unsur yang terlibat dalam keadaan hormonal pada wanita.

21
Pada wanita dikenal adanya poros hormon reproduksi yang mencakup susunan sentral,
susunan perifer,dan organ target atau tempat sasaran hormon. Selain itu dikenal organ-organ
endokrin ekstra gonad yang berpengaruh timbal balik. Terdapat pula hormon yang tidak di
sekresikan oleh suatu kelenjar tertentu misalnya prostaglandin, tetapi berpengaruh terhadap
susunan reproduksi manusia.
Poros Hormon Reproduksi meliputi:
1. Susunan sentral, terdiri:
a. Pineal
b. Hipotalamus
c. Hipofisis
2. Susunan perifer, terdiri:
a. Ovarium
b. Emdometrium
Organ endokrin ekstragonad yang berpengaruh terhadap reproduksi wanita
1. Timus
2. Tiroid
3. Adrenal
4. Pankreas

A. Pineal
Merupakan kelanjar kecil yang terletak di posterior hipotalamus. Terbentuk sebagai suatu
penonjolan di ventrikel ketiga. Sebagai organ neuroendokrin aktif yang mengsekrisehormon
metalonin (aMT) dan indolamin lain. Berkas syaraf berasal dari sel-sel fotoreseptor, melalui
saluran retinohipotalamik. Kemampuan dalam memproduksi melatonin mengikuti irama
sirkadian, diaktifkan oleh gelap dan dihambat oleh cahaya.
Kelenjar ini mengandung reseptor-reseptor hormon steroid seks, prolaktin, estradiol,
testosteron, dehidrotestosteron dan progesteron. Dengan demikian pineal dan melatonin ikut
berperan dalam menyesuaikan fungsi reproduksi.
Khasiat Melatonin:
1. Antigonadrotopik untuk menghambat gonadrotopin hipofisis
2. Anti gonad untuk menghambat kerja ovarium
3. Anti LH untuk menghambat pusat tonik hipotalamus dan menghambat sistesis serta
pelepasan LH dari hipofisis

B. Hipotalamus dan Hipofisis


Hipotalamus terletak di dasara otak, tepat diatas dari posterior kiasma optikum dan
berdampingan dengan bagian anterior ventrikel ketiga. Neurotransmitter seperti katekolamin,

22
asetilkolin, serotonin, dan asam amino buirat gamma (GABA) dihasilkan didalam ujung-ujung
syaraf, sedangkan yang lainnya dibadan sel.
Hipotalamus mempunyai hubungan syaraf dengan bagian-bagian otak lain. Sehingga disebut
juga sebagai integrator impuls syaraf dan impuls hormon. Di hipotalamus terdapat dua pusat
utama, yaitu pusat tonik dan pusat siklik. Pusat tonik di bagian bawah hipotalamus, terutama
nukleus arkuatus dan nukleus ventromedialis. Bertanggung jawab untuk pengeluaran hormon
LH-RH. Ousat siklik berada dibagian praoptik dan suprakiasma mengatur irama dan
kekuatan impuls LHRH selama ovulasi.
Hormon- Hormon Hipotalamus
Hormon penting yang dikeluarkan oleh hipotalamus meliputi:
 Hormon antidiuretik
Hormon ini berfungsi mengatur keseimbangan kadar air dalam tubuh, termasuk volume darah,
yang pada akhirnya memengaruhi tekanan darah.
 Oksitosin
Hormon oksitosin memengaruhi sistem reproduksi seperti proses persalinan, menyusui, maupun
ejakulasi. Hormon ini juga mengendalikan berbagai perilaku manusia seperti gairah seksual, rasa
cemas, serta membangun ikatan emosi antara ibu dan bayi dalam proses menyusui.
 Somatostatin
Merupakan hormon yang bekerja di sistem saraf pusat, berfungsi menghambat dan membatasi
produksi maupun kerja hormon lain, terutama hormon pertumbuhan (growth hormone, GH) dan
TSH (thyroid-stimulating hormone).
 Hormon pelepas hormon pertumbuhan (growth hormone-releasing hormone, GHRH)
Hormon ini berperan dalam pertumbuhan, termasuk perkembangan fisik pada anak-anak serta
metabolisme pada orang dewasa, dengan merangsang pelepasan hormon pertumbuhan.
 Hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing hormone, GRH)
Bekerja merangsang pelepasan hormon yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, misalnya
proses menstruasi, pubertas, dan pematangan organ seksual.
 Hormon pelepas kortikotropin (corticotropin-releasing hormone, CRH)
Mengontrol respons tubuh terhadap stres fisik dan emosional, serta bertanggung jawab untuk
menekan nafsu makan dan juga memicu rasa cemas.

 Hormon pelepas tirotropin

23
Hormon ini yang akan merangsang produksi hormon tiroid, untuk mengendalikan metabolisme
tubuh, sistem kardiovaskular, perkembangan otak, mengontrol otot, serta kesehatan pencernaan
dan tulang.
Fungsi Hipotalamus
 Mengendalikan denyut jantung
 Mengendalikan suasana hati
 Mengendalikan kualitasa maupun kuantitas tidur
 Mengendalikan dorongan seks
 Mengendalikan pelepasan hormon dari banyak kelenjar, termasuk kelenjar pituitari
Hipofisis (kelenjar piutari)
Kelenjar pituari atau hipofisis yaitu kelenjar endokrin yang letaknya pada dasar otak dan
memproduksi banyakhormon yang penting untuk tubuh. Kelenjar hipofisis ini biasa dinamakan
dengan Master of Gland atau kelenjar pengendali, hal tersebut karena kelenjar ini mempunyai
fungi yang sangat penting. Kelenjar ini berukuran sekitar 1,25 cm dengan berat sekitar 0,5 gram.
Fungsi Hipofisis
 Menghasilkan hormon pertumbuhan
 Mengatur sistem endokrin
 Menghasilkan hormon yang berpengaruh terhadap fungsi otot dan ginjal
 Menghasilkan hormon yang mengontrol kelenjar endokrin lain
 Sebagai penyimpanan hormon yang dihasilkan hipotalamus
Struktur Anatomi Bagian Kelenjar Pituari
Berdasarkan struktural dan fungsional, kelenjar pituari dibagi menjadi tiga bagian yakni anterior,
intermediate, dan posterior, tetapi karena bagian intermediate sangat kecil dan mempunyai
sedikit fungsi, kali ini kita hanya akan menjelaskan dua bagian kelenjar hipofisis ini, yakni:
a. Adenohipofisis
Adenohipofisis atau hipofisis anterior tersusun atas banyak jaringan epitel kelenjar.
Bersama dengan hipotalamus hipofisis anterior membuat sistem neuroendokrin yang
terdiri dari kumpulan neuron neurosekretorik yang badan selnya berada di antara dua
kelompok di hipotalamus yaitu nukleus supraoptika dan nukleus paraventrikel.

Berasarkan secara struktural, adenohipofisis adalah perpanjangan dari kelenjar


hipotalamus. Hipofisis anterior memproduksi banyak hormon penting yang disekresikan
pada darah apabila diperlukan, hormon hormon itu antara lain:
 Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone, Somatotropin)
Adalah hormon yang mempunyai fungsi sebagai pengatur pertumbuhan dan metabolisme
tubuh.
 Thyroid Stimulating Hormon/ Tirotropin (TSH)

24
Adalah hormon yang mempunyai fungsi sebagai pengatur sekresi hormon tiroid dan
pertumbuhan kelenjar tiroid.
 Hormon Adrenokortikotropik (ACTH)
Adalah hormon yang mempunyai fungsi sebagai pengatur sekresi kortisol oelh korteks
adrena dan pertumbuhan korteks adrenal
 Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Pada pria hormon ini mempunyai fungsi sebagai penghasil sperma, sedangkan pada
wanita hormon ini memiliki fungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
sel ovum.
 Leteinizing Hormone (LH)
Pada pria hormon ini memiliki fungsi sebagai perangsang produksi hormon testosteron,
sedangkan pada wanita hormon ini memiliki fungsi sebagai pengatur produksi hormon
estrogen dan progesteron dan juga berperan penting dalam proses ovulasi.
 Prolaktin
Adalah hormon yang fungsinya sebagai pengatur pertumbuhan dan perkembagan
payudara dan juga memproduksi air susu pada wanita. Sedangkan pada pria hormon ini
masih belum begitu nyata fungsinya, kemungkinan besar berkaitan dengan pertumbuhan
organ seks pria.
b. Neurohipofisis
Neurohipofisis atau hipofisis posterior adalah bagian dari sekelompok sel kelenjar antara
pembuluh darah kapiler yang luas. Neurohipofisis berisikan banyak akson saraf dari
hipotalamus. Ada dua bagian utama neurohipofisis, yaitu:
 Pars Nervosa. Ini adalah bagian belakang neurohipofisis tempat menyimpan
oksitosn dan vasopressin.
 Pars Infundibular (infundibulum). Adalah bagian tempat terhubungnya kelenjar
hipotalamus dan hipofisis
Pada bagian neurohipofisis atau hipofisis posterior ini terdapat dua hormon utama, yakni
oksitosin dan vasoprressin. Kedua hormon tersebut dibuat di hipotalamus tetapi
dikeluarkan lewat neurohipofisis.
C. Ovarium
Ovarium atau indung telur adalah salah satu organ reproduksi pada wanita yang
berfungsi untuk memproduksi sel telur dan hormon. Manusia memiliki dua buah
ovarium, di kiri dan kanan. Bentuk dari ovarium ialah oval dan memiliki panjang sekitar
4 cm, lebar 3 cm dan diameter sekitar 2 cm. Warna dari ovarium biasanya abu kemerahan
dan memiliki permukaan yang tidak rata.
Selain berperan untuk memproduksi ovum, ovarium juga memiliki fungsi lain
sebagai kelenjar endoktrin. Ovarium dapat menghasilkan 2 hormon yang fungsi
utamanya ialah untuk menjaga kesehatan reproduksi dan kesuburan, kedua hormon
tersebut antara lain ialah:

1. Esterogen

25
Estrogen merupakan hormon seks yang penting untuk perkembangan seksual dan
reproduksi, secara kimia, estron mengacu pada hormon yang terdiri dari estrone,
estradiol dan estriol. Beberapa fungsi estrogen bagi wanita ialah:
a. Merangsang perkembangan organ seks sekunder seperti pertumbuhan payudara,
rambut kemaluan dan ketiak
b. Mengatur siklus menstruasi dan mengendalikan pertumbuhan dinding rahin
selama masa menstruasi
c. Berperan dalam pembentukan tulang serta untuk pembekuan darah
d. Fungsi esterogen lainnya yaitu dapat mempengaruhi kulit, rambut, selaput lendir
dan otot panggul
2. Progesteron
Progesteron ialah hormon golonmgan steroid yang fungsi utamanya berhubungan
dengan siklus mestruasi, kehamilan dan perkembangan embrio. Beberapa fungsi
progesteron antara lain ialah:
a. Mengubah dinding endometrium rahim untuk mempersiapkan tempat yang
nyaman untuk pertumbuhan janin.
b. Menurunkan respon kekebalan tubuh wanita selama terjadinya proses pembuahan
untuk mempersiapkan kehamilan.
c. Progesteron bekerja sama dengan hormon prolaktin untuk mematangkan payudara
agar dapat memproduksi asi.
d. Meningkatkan gairah seksual pada wanita.
e. Membantu perkembangan saraf otak serta berperan dalam melindungi dan
pemulihan cedera jaringan otak dari kerusakan.

2.3 Endokrin Reproduksi Pria

26
Pada pria terdapat di testis yang mengeluarkan hormon androgen yang memengaruhi banyak
karakteristik pria seperti perkembangan seksual, pertumbuhan rambut wajah, dan produksi
sperma.
Hormon Androgen
Hormon androgen sering kali disebut “hormon laki-laki”, karena secara umum hormon ini
mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan organ reproduksi pria. Meski demikian,
hormon androgen juga diproduksi dalam tubuh wanita, hanya saja jumlahnya tidak sebanyak
pada laki-laki.
Fungsi Hormon Androgen Pada Tubuh Pria
1. Mengatur Proses Pubertas
Anak laki-laki yang sudah memasuki masa pubertas akan mengalami perubahan fisik.
Misalnya, tumbuh kumis dan janggut, rambut di dada bagian atas, kaki, dan paha, serta
perkembangan organ seksual, seperti penis dan testis. Semua ini berkat adanya hormon
androgen.
2. Membantu produksi sperma
Hormon androgen juga mengatur kinerja dan fungsi organ reproduksi pria. Hormon ini
membuat pria menjadi tertarik pada pasangan, mengatur libido atau hasrat seksual, dan
menghasilkan sperma.
3. Mengubah Karakter suara
Ketika anak laki-laki sudah memasuki masa remaja atau masa pubertas, pita suaranya
akan menjadi lebih panjang dan tebal. Hal ini membuat suara anak laki-laki tersebut
terdengar lebih berat dan dalam. Perubahan suara ini terjadi karena peningkatan hormon
androgen di dalam tubuh pada masa pubertas.
4. Menunjang Pertumbuhan Jaringan Tubuh
Hormon androgen juga turut berperan dalam pertumbuhan tulang. Tak hanya pada tulang,
hormon androgen juga berperan dalam mengatur pertumbuhan jaringan otot,
pembentukan pigmen pada kulit, produksi minyak atau sebum di kulit, hingga produksi
sel darah merah.

Pria bisa saja mengalami kekurangan androgen, namun kondisi ini umumnya terjadi
secara perlahan seiring penuaan. Namun, beberapa pria ada yang terlahir dengan kondisi
kekurangan androgen karena faktor genetik atau bawaan lahir.

Bila kekurangan androgen, terutama testosteron, pria bisa mengalami disfungsi ereksi,
penurunan libido, tubuh mudah lemas, hingga sulit berkonsentrasi dan depresi. Kondisi
ketika pria kekurangan androgen disebut hipogonadisme. Kondisi ini bisa diatasi jika
penyebabnya sudah diketahui dengan jelas.

Hormon-Hormon Reproduksi Pria

27
1. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon reproduksi FSH diproduksi di kelenjar pituitari, yaitu kelenjar di otak yang berukuran
sebesar kacang polong. Hormon ini memiliki peranan penting terhadap perkembangan seksual
seseorang. Selain memengaruhi perubahan fisik saat memasuki masa pubertas, hormon FSH
berfungsi untuk mengendalikan produksi sperma dan perkembangan organ kelamin. Setiap hari
produksi sperma yang dihasilkan bisa mencapai 300 juta, dengan masa pembentukan tiap sperma
sekitar 65-75 hari.
2. Luteinizing hormone
Hormon ini juga diproduksi di kelenjar pituitari dan memiliki korelasi dengan hormon FSH serta
saling melengkapi. Saat hormon ini dilepaskan ke dalam darah, akan terjadi produksi dan
pelepasan hormon testosteron sebagai hormon utama pada pria.
3. Hormon testosterone
Kadar hormon testosteron pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Selama masa pubertas,
terjadi peningkatan kadar hormon testosteron. Kemudian akan menurun setelah memasuki usia 30
tahun. Fungsi hormon ini pada pria, termasuk mengendalikan gairah seksual, produksi sperma,
kepadatan tulang, dan juga massa otot, sehingga mampu memengaruhi perubahan fisik dan
emosional pria secara signifikan. 
4. Hormon estrogen
Salah satu fungsi estrogen adalah mengontrol kesehatan sperma. Namun, jika kadar estrogen pada
pria terlalu tinggi, dapat terjadi penurunan kualitas sperma dan dapat menyebabkan disfungsi
ereksi.
Kesehatan hormon reproduksi dapat dijaga dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi. Bagi Anda yang mengalami berat badan berlebih
maupun berat badan kurang, sebaiknya berkonsultasilah ke dokter untuk memperbaiki kondisi
tersebut, karena dapat memengaruhi hormon reproduksi dan juga kesuburan.
5. Hormon Luteinasi ( ICSH )
Hampir sama dengn hormon pria lainnya, pada hormon ini juga diepaskan dari kelenjar pituari
ataupun hipofosis anterior. Selanjutnya Hormon ICSH tersebut dapat memicu produksi
testosteron sel interstitial testis sekaligus akan menstimulasi sel leydig ketika prosesnya
berlangsung. Sesudah testosteron terbentuk, akhirnya hormon itu akan mendorong supaya
testosteron dapat terlepas dari testis.
6. Hormon Inhibin
Selanjutnya ada hormon inhibin yang diprosuksi sel sertoli dalam testis. Selanjutnya hormon
inhibin tersebut juga dapat menjaga kesehatan sekaligus menjaga kematangan sperma pria.
Pelepasan hormon tersebut dilakukan oleh testis saat tingkat sperma telah meningkat tinggi.
Hormon itu akan mengatur produksi dari sperma sekaligus akan menjaga konsentrat hormon laki
laki agar tetap pada titik yang konstan.

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan
hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain.
Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan
senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid
yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.

Endokrin Reproduksi Wanita

Pada wanita dikenal adanya poros hormon reproduksi yang mencakup susunan sentral,
susunan perifer,dan organ target atau tempat sasaran hormon. Selain itu dikenal organ-organ
endokrin ekstra gonad yang berpengaruh timbal balik. Terdapat pula hormon yang tidak di
sekresikan oleh suatu kelenjar tertentu misalnya prostaglandin, tetapi berpengaruh terhadap
susunan reproduksi manusia.
Endokrin Reproduksi Pria
Pada pria terdapat di testis yang mengeluarkan hormon androgen yang memengaruhi banyak
karakteristik pria seperti perkembangan seksual, pertumbuhan rambut wajah, dan produksi
sperma.

3.2 Kritik dan Saran


Kami Menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak sempurna dan masih banyak
kekuarangan-kekurangan, maka dari itu kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Ibu Elis Meilinawat, S.B., SST., S.Pd., M.Keb. selaku dosen pembimbing mata kuliah Biologi
Reproduksi agar makalah ini dapat lebih baik dan bermanfaat pagi penulis dan pembaca.

29
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=pYI9DwAAQBAJ&pg=PA76&dq=sistem+endokrin+pada+reproduksi+pria+dan+wanita&hl
=id&sa=X&ved=2ahUKEwiXxNeqipnvAhXPXSsKHcX4CfoQ6AEwAXoECAYQAg#v=onepa
ge&q=sistem%20endokrin%20pada%20reproduksi%20pria%20dan%20wanita&f=false
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/04/pengertian-kelenjar-piutari-hipofisi-fungsi-
struktur-anatomi.html
https://www.dosenpendidikan.co.id/ovarium/
https://www.elshinta.com/news/202163/2020/03/17/apa-saja-hormon-reproduksi-pria
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_kandungan/bab3_endokrinologi_reprodu
ksi_pada_wanita.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai