Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN EMBRIO

Disusun oleh :

MUHAMMAD MAY SAPUTRA

E10020087

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan masukan maupun semangat kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, dikarenakan pengalaman yang kurang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon
maaf atas segala kekurangan tersebut, tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik
serta masukan yang bersifat membangun bagi penulis sendiri.

Jambi, 18 September 2021

Muhammad May Saputra


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………………...........................
i

DAFTAR ISI……………………………………………………………................................
ii

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………....…......................
1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….....................


2

1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 2

1.3 Tujuan……………………………………………………………...........................
2

1.4 Manfaat……………………………………………………………........................
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 5

BAB III. PEMBAHASAN........................................................................ 5

3.1. Fertilisasi..............................................................................

3.1.1 Pengertian Fertilisasi

3.1.2 Fungsi Fertilisasi

3.1.3 Proses Fertilisasi

3.1.4 Jenis Fertilisasi

3.2 Perjalanan Gamet Ketempat Pembuahan

3.3 Pembentukan Zigot


3.3.1 Pertumbuhan dan perkembangan Zigot

3.3.2 Jenis-jenis pembelahan

3.3.3 Parthenogenesis

3.3.4 Proses Parthenogenesis

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana proses
ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi diawali dengan proses
pembentukan gamet yang disebut dengan gametogenesis, yaitu proses pembentukan
spermatozoa (spermatogenesis) pada jantan dan pembentukan ovum (oogenesis) pada betina.
Spermatogenensis berlangsung di dalam testis pada bagian tubulus seminiferus, sedangkan
oogenesis berlangsung di dalam ovarium.

Fertilisasi mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari
spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang perkembangan
dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung, dilanjutkan dengan proses
embryogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan neurolasi, dan
proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh.

Janin di dalam kandungan memerlukan makanan dan nutrisi yang menjadikannya


tumbuh dan berkembang. Di dalam rahim ibu , janin mempunyai saluran pengikat antara ibu
dan bayi yang biasa kita sebut sebagai plasenta. Plasenta tumbuh saat janin berusia kurang
lebih satu minggu pertama. Pada plasenta terdapat berbagai macam fungsi diantaranya
sebagai respirasi, ekskresi dan produksi hormone, sehingga terjadi pertukaran zat antara ibu
dan janin.

Plasenta merupakan organ berbentuk cakram yg menghubungkan janin dengan dinding


rahim yang menjadi jalan perantara bagi pernapasan, pemberian makanan, dan pertukaran zat
buangan antara janin dan darah ibu. Plasenta berbentuk mirip gumpalan hati mentah dengan
diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terdiri dari 200 lebih
pembuluh dan vena halus.Plasenta terletak di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke
atas kearah fundus uteri, dikarenakan alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.

1.2   RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu fertilisasi dan bagaimana prosesnya?
2. Apa pengertian dari implantasi, bagaimana proses implantasi, dan apa saja
jenis-jenis implantasi?

1.3    TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan proses fertilisasi.
2. Untuk mengetahui pengertian dari implantasi, proses implantasi, dan jenis-jenis
implantasi.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dan proses fertilisasi.
2. Mengetahui pengertian dari implantasi, proses implantasi, dan jenis-jenis
implantasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel
gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zygote yang
mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor
hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nukleus
(Toelihere, 1985).

Perkembangan embrio setelah proses fertilisasi in vitro terjadi di dalam media kultur.
Periode produksi embrio in vitro terlama disimpan pada media kultur dibandingkan dengan
media maturasi dan fertilisasi. Sebagai akibatnya, kultur media memiliki kontribusi yang
besar dalam waktu perkembangan awal embrio, kualitas blastosis, serta jumah sel embrio
(Nedambale et al., 2006).

Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana
proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi merupakan suatu proses
yang sangat penting dan merupakan titik puncak dari serangkaian proses yang terjadi
sebelumnya (Puja et al., 2010).

Fertilisasi diawali dengan proses pembentukan gamet yang disebut dengan


gametogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) pada jantan dan
pembentukan ovum (oogenesis) pada betina. Spermatogenensis berlangsung di dalam testis
pada bagian tubulus seminiferus, sedangkan oogenesis berlangsung di dalam ovarium
(Puja et al., 2010).

Fertilisasi mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari
spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang perkembangan
dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung, dilanjutkan dengan proses
embryogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan neurolasi, dan
proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh
(Puja et al., 2010).

Tempat terjadinya penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah di dalam ampula dari
tuba fallopii. Pada pertemuan ini, ovum masih terbungkus oleh sel-sel granulose yang berasal
dari folikel dan selubung ovum (Puja et al., 2010).

Proses fertilisasi dimulai dengan pematangan (maturasi) sel telur dan spermatozoa.
Pematangan sel telur dimulai pada waktu proses pembelahan meiosis dari profase I menjadi
masak selama folikulogenesis. Sedangkan spermatozoa memerlukan maturasi yang
memerlukan waktu 10-15 hari ketika melewati epididimis. Proses fertilisasi pada mamalia
memerlukan tiga tahap yaitu : sel spermatozoa harus menembus diantara sel-sel cumulus
dengan bantuan enzim hyaluronidase, sel spermatozoa harus mampu menembus lapisan zona
pellucida, dan spermatozoa akhirnya bersatu dengan membran plasma sel telur (Mujahid,
2012).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 FERTILISASI

3.1.1 Pengertian Fertilisasi


Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam
gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetik yang berasal dari kedua
parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya
spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi
individu baru. Fertilisasi atau pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita
yang terjadi di daerah ampula tuba falopi.

3.1.2 Fungsi Fertilisasi


Dalam prosesnya, fertilisasi mempunyai dua fungsi utama (Puja et al., 2010), yaitu:
- Fungsi Reproduksi
Pada fungsi ini fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsur-unsur genetik
dari orang tua atau induk. Jika pada proses pembentukan gamet terjadi reduksi unsur genetik
dari diploid menjadi haploid, maka pada proses fertilisasi kemungkinan terjadi pemulihan
kembali unsure genetiknya, sehingga diperoleh individu normal 2n.
- Fungsi Perkembangan
Pada fungsinya dalam perkembangan, fertilisasi menyebabkan rangsangan pada sel
telur untuk menyelesaikan proses meiosis kemudian membentuk pronukleus betina yang akan
melakukan zyngami dengan pronukleus jantan, dan akan membentuk zygot akhirnya akan
berkembang menjadi embryo dan fetus

3.1.3 Proses Fertilisasi


Setelah spermatozoa masuk melalui vagina, maka spermatozoa akan bergerak dengan
cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini
disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di
saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu membuahi oosit. Mereka harus
mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom.Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian
di dalam saluran reproduksi wanita yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam.
Selama waktu itu, suatu gelembung glikoprotein dari protein-protein plasma semen
dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma
yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom. 
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein
zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus
zona pelusida antara lain akrosin dan zat serupa tripsin.

Tahapan-tahapan yang terjadi pada fertilisasi adalah sebagai berikut:


1. Kapasitasi spermatozoa dan pematangan spermatozoa.
Kapasitasi Spermatozoa merupakan tahapan awal sebelum fertilisasi. Sperma yang
dikeluarkan dalam tubuh (fresh ejaculate) belum dapat dikatakan fertil atau dapat membuahi
ovum apabila belum terjadi proses kapasitasi. Proses ini ditandai pula dengan adanya
perubahan protein pada seminal plasma, reorganisasi lipid dan protein membran plasma,
Influx Ca, AMP meningkat, dan pH intrasel menurun.

2. Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida.


Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum. Syarat agar sperma dapat menempel
pada zona pelucida adalah jumlah kromosom harus sama, baik sperma maupun ovum, karena
hal
ini

menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah individu yang sejenis. Perlekatan
sperma dan ovum dipengaruhi adanya reseptor pada sperma yaitu berupa protein. Sementara
itu suatu glikoprotein pada zona pelucida berfungsi seperti reseptor sperma yaitu
menstimulasi fusi membran plasma dengan membran akrosom (kepala anterior sperma) luar.
Sehingga terjadi interaksi antara reseptor dan ligand. Hal ini terjadi pada spesies yang
spesifik.
3. Reaksi akrosom.
Reaksi tersebut terjadi sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom terjadi
pada pangkal akrosom, karena pada lisosom anterior kepala sperma terdapat enzim digesti
yang berfungsi penetrasi zona pelucida. Mekanismenya adalah reseptor pada sperma akan
membuat lisosom dan inti keluar sehingga akan merusak zona pelucida. Reaksi tersebut
menjadikan akrosom sperma hilang sehingga fusi sperma dan zona pelucida sukses.

4. Penetrasi zona pelucida.


Setelah reaksi akrosom, proses selanjutnya adalah penetrasi zona pelucida yaitu proses
dimana sperma menembus zona pelucida. Hal ini ditandai dengan adanya jembatan dan
membentuk protein actin, kemudian inti sperma dapat masuk. Hal yang mempengaruhi
keberhasilan proses ini adalah kekuatan ekor sperma (motilitas), dan kombinasi enzim
akrosomal.
5. Bertemunya sperma dan oosit.
Apabila sperma telah berhasil menembus zona pelucida, sperma akan menenempel pada
membran oosit. Penempelan ini terjadi pada bagian posterior (post-acrosomal) di kepala
sperma yang mengandung actin. Molekul sperma yang berperan dalam proses tersebut adalah
berupa glikoprotein, yang terdiri dari protein fertelin. Protein tersebut berfungsi untuk
mengikat membran plasma oosit (membran fitelin), sehingga akan menginduksi terjadinya
fusi.
6. Aktivasi ovum sebelum sperma bertemu oosit.
Ovum pada kondisi metafase sebelum bertemu dengan sperma harus diaktifkan terlebih
dahulu. Faktor yang berpengaruh karena adanya aktivasi ovum adalah konsentrasi Ca,
kelengkapan meiosis II, dan Cortical Reaction, yaitu reaksi yang terjadi pada ovum,
eksosotosis, dan granula pendek setelah fusi antara sperma dan oosit.
7. Reaksi zona untuk menghadapi sperma yang masuk setelah penetrasi.
Reaksi ini dikatalisis oleh protease yaitu mengubah struktur zona pelucida supaya dapat
memblok sperma. Protein protease akan membuat zona pelucida mengeras dan menghambat
sperma lain yang masuk zona pelucida. Melalui proses inilah ovum menyeleksi sperma dan
hanya satu sperma yang masuk dalam ovum. Sehingga apabila sudah ada satu sperma yang
masuk, dengan sendirinya ovum akan memblok sperma lain yang ingin masuk dalam ovum.
Akan tetapi apabila ovum tidak dapat memblok sperma lain yang masuk, maka sperma yang
masuk akan lebih dari satu. Hal ini menyebabkan rusaknya reseptor sperma dan kondisinya
menjadi toxic sehingga akan terjadi gagal embrio. Keadaan seperti ini dinamakan
Polyspermy.
8. Fertilisasi.
Sperma dan ovum akhirnya berfusi dan fertilisasi terjadi. Akhir dari fertilisasi akan
terbuntuk suatu zigot, embrio, kemudian individu baru.

Gambar proses fertilisasi

Saat fusi antara sel membran sperma dengan sel telur sudah terjadi maka terjadi 3
peristiwa penting pada oosit :  :
1. Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap
polispermia (spermatozoa lain tak dapat masuk kedalam sel telur). Hanya satu
pronukelus pria yang dapat ber fusi dengan pro nukleus wanita dan menjaga keadaan
diploid dari zygote.
2. Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga mencegah
sperma lain untuk berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder
terhadap polispermia.
3. Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeularkan dari
sel telur sehingga memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid. Sekali lagi,
hal ini akan menjaga agar zygote tetap diploid. Kegagalab untuk menjaga sifat diploid
pada hasis konsepsi sering menyebabkan kegagalan proses kehamilan.
Setelah zigot terbentuk, maka zigot yang terbentuk tersebut bergerak menuju uterus
sambil membelah diri menjadi dua, empat, delapan, dan seterusnya, pada saat embrio
mencapai 32 sel dan memiliki bentuk seperti buah arbei, disebut morula.
Selanjutnya, morula berkembang menjadi blastula. Lalu, sel-sel bagian dalam membentuk
bakal janin (embrioblas), dan sel-sel bagian luar membentuk trofoblas yang akan membentuk
plasenta. Pada hari keenam, embrio tiba di uterus, kemudian membenamkan diri ke dinding
uterus yang lunak, tebal, dan lembut serta mengandung sekret seperti air susu.
Prosesperlekatan embrio ke dinding sel ini disebut implantasi. Embrio terus tumbuh dan
berkembang membentuk manusia yang seutuhnya, artinya kehamilan sedang berlangsung.

3.1.4. Jenis Fertilisasi

1. Fertilisasi eksternal Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh
organisme betinanya, proses ini dapat ditemui pada golongan ikan dan katak. Golongan ini
selalu mengeluarkan telur-telurnya dalam jumlah banyak, untuk mengatasi banyak gangguan
di sekelilingnya dari faktor alam maupun binatang pemangsa.

a. Fertilisasi pada katak, saat akan melakukan fertilisasi, katak jantan akan menempel pada
punggung betina sambil menekan perut betina dengan menggunakan kaki bagian depan dan
merangsang pengeluaran telur kedalam air. Setiap telur yang dikeluarkan diseliputi oleh
selaput telur (membran vitelin). Hal tersebut dikenal dengan amplexus. Bersamaan dengan
itu, katak jantan akan mengeluarkan sperma untuk membuahi sel telur tersebut, sehingga
terjadilah fertilisasi. Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang
berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut
berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya,
kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup
di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis (Refa, Y., 2011).

2. Fertilisasi internal Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh
organisme betinanya, sehingga lebih aman dari gangguan faktor luar, tersimpan di dalam
rahim organisme betinanya. Hanya saja perkembangan ovum yang telah dibuahinya dapat
bermacammacam, misalnya ada yang mengalami ovovipar (telur menetas menjadi bayi di
luar tubuh betinanya, seperti terjadi pada golongan serangga dan burung), ovovivipar (telur
menetas menjadi bayi sewaktu akan ke luar dari tubuh betinanya, seperti terjadi pada
golongan reptil), dan vivipar (melahirkan bayi atau anak, seperti terjadi pada golongan hewan
menyusui).

a. Fertilisasi pada mamalia


Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmot merupakan hewan vivipar
(kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga
pembuahannya bersifat internal. Mammalia jantan mengawini mammalia betina dengan cara
memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina).
Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus.
Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina. Sperma yang
dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal
ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan
cairan yang merupakan media tempat hidup sperma. Ovum yang dibuahi sperma akan
membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Lamanya fertilisasi dari
penetrasi sel spermatozoa sampai waktu pembelahan sel pertama, kemungkinan besar
memerlukan waktu tidak lebih dari 24 jam. Lama pembuahan dihitung berdasarkan waktu
yang diperlukan sejak masuknya sel sperma ke dalam sel telur sampai dimulainya
pembelahan zigot. Pada mammalia, satu sel spermatozoa diperlukan untuk pembuahan, oleh
karena itu untuk mencegah masuknya sel spermatozoa yang lain, sel telur mempunyai dua
sistem pertahanan, yaitu zona pellusida dan membran vitelin. Zona pellusida akan mengalami
perubahan akibat melekatnya sel spermatozoa ke dalam membran vitelin. Perubahan ini
mengakibatkan butir-butir korteks (cortical granules) yang terdapat pada membra vitellin
dilepaskan ke arah zona pellusida, sehingga ruang perivitelin makin lama makin meluas dan
perluasannya dimulai dari tempat sel spermatozoa masuk.

b. Fertilisasi pada Unggas

Kelompok unggas merupakan kelompok ovipar, yang walaupun tidak memiliki alat
kelamin luar tetapi fertilisasi tetap berada di dalam tubuh dengan cara menempelkan kloaka
masing-masing. Unggas betina hanya mempunyai satu ovarium, yaitu ovarium kiri.
Sedangkan ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan mengecil (rudimenter). Pada ovarium
melekat suatu bentukan seperti corong yang berfungsi sebagai penerima ovum yang
kemudian akan dilanjutka oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang akan
bermuara pada kloaka. Unggas jantan mempunyai sepasang testis yang letaknya berhimpit
dengan ureter dan bermuara pada kloaka (Saputro, T., 2015). Fertilisasi akan berlangsung
pada ujung oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka dan dikelilingi
oleh cangkang yang tersusun oleh zat kapur. Hanya beberapa sel sperma yang mampu
mendekati ovum dan hanya beberapa sperma yang mampu menembus zona pellucida,
akhirnya hanya satu sperma yang dapat membuahi ovum (Nalbandov, 1990). Pada unggas,
setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum dan akan menembus
membran vitellin ovum, sehingga terbentuk calon embrio (Nuryati et al., 1998).

3.2 PERJALANAN GAMET KE TEMPAT PEMBUAHAN

Perjalanan Gamet ke tempat pembuahan sperma terbagi menjadi 3 yaitu : Dalam tubuh
jantan,Diluar Tubuh Jantan dan Dalam tubuh betina.

1. Fertilisasi dalam tubuh jantan


 Sperma keluar dari tubulus seminiferus dan masuk ke dalam vas deferens.
Didalam vas deferens,sperma bergerak pelan,dan bias berhari-hari.
 Dari vas defferens sperma masuk ke ductus epididimis. Perjalanan berlangsung
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Sperma mengalami pematangan
fisiologis dan siap untuk dikeluarkan sewaktu-waktu.
 Dari ductus epididimis,sperma masuk ke vas defferens. Sperma bergerak karena
kerutan otot yang disebabkan oleh rangsangan sex yang sangat kuat.
 Vas defferenas pada beberapa jenis hewan berfungsi sebagai penyimpan
mani.Pada pisces dapat disimpan selama 5-6 bulan.
 Pada vas defferens bermuara vesicular seminalis yang memberikan plasma pada
sperma.
 Vas defferens yang telah menerima cairan (plasma) dari vesicular seminalis
disebut dengan Ductus Ejaculatorius.
 Dengan rangsangan yang kuat,sperma dikeluarkan melalui urethra.

Variasi pada hewan :


1. Pada banyak hewan vas defferens dipakai sebagai tempat menyimpan
mani (reptilian,aves,amphibian).
2. Vesicula seminalis pada mamalia merupakan kelenjar yang menghasilkan
cairan (plasma)
3. Pada hewan yang saluran gonadnya pendek (Pisces,amphibian),tubulus
seminiferus berfungsi sebagai gudang mani.
2. Fertilisasi diluar tubuh jantan
 Pada avertebrata ,pisces dan amphibian mani dikeluarkan didekat telur yang
dikeluarkan betina secara serentak (Spawning)
 Sperma bergerak dalam medium air,lalu mebuahi sel telur
 Pada reptilia,aves dan mammalia ,tidak ada perjalan sperma diluar tubuh jantan
karena pembuahan terjadi didalam tubuh betina .
3. Fertilisasi didalam tubuh betina
 Sperma diantarkan ke tubuh betina lewat alat pengantar yang dimasukkan atau
kontak langsung dengan kelamin betina
 Pada ikan gabus dan Hiu sirip dubur berubah bentuk untuk menyalurkan sperma.
 Pada urodela,reptilia aves dan seluruh mamalia memiliki alat khusus yang disebut
penis.
 Pada ikan gabus dan hiu sirip dubur berubah bentuk untuk menyalurkan sperma.
 Pada urodela,reptilian aves ,cloaca berfungsi sebagai penyalur.
 Pada reptilia beberapa aves dan seluruh mamalia memiliki alat khusus yang
disebut penis.
 Pada itik,kasuari,burung unta,cloaca menjulur panjang coitus

a . Tempat pembuahan
1 . Di Posterir Ovid uct : Urodela, Anura
2. Di Anterior Oviduct : Reptilia, Aves , Mammalia
3. Pada Rongga Perut : Sedikit Aves
4. Di folikel Ovarium : Teleostei
5. Didalam Kantung Telur Jantan : Tangkur Kuya dan Tangkur Buaya
6. Di air : Invertebrata, Pisces, dan Amphibia

b . Perjalanan Sperma Dalam Tubuh Betina


Jika pembuahan terjadi di anterior Oviduct,perjalanan sperma pendek. Sperma bergerak aktif
untuk mencapai ovum.
1. Jika pembuahan terjadi di posterior oviduct ,sperma bergerak oleh :
 Gerakan berenang sperm sendiri
 Kerutan anti peristaltis saluran kelamin betina.
c. Perjalanan Sperma Dalam tubuh Betina
1. Jika pembuahan terjadi di anterior oviduct,perjalanan sperma pendek. Sperma
bergerak aktif ntuk mencapai ovum.
2. Jika pembuahan terjadi di posterior oviduct,sperma bergerak oleh :
 Gerakan berenang sperma sendiri
 Kerutan anti persistaltis saluran kelamin betina

d. Kecepatan Sperma Dalam tubuh Betina


 Rata-rata beberapa puluh menit
 Pada tikus ,mencit dan domba,sekitar 15 menit
 Manusia, 30 menit sampai 3 JAM
 Kelinci dan Ayam sekitar 1 JAM
 Bagi yang membuahi di Ovarium,perjalanan sperma hanya singkat saja.

e. Ketahanan Sperma Dalam Tubuh Betina


 Elasmobaranchii(semacam ikan) bias bertahan beberapa bulan
 Pada ikan Lebiostes dan Gabus : 1 TAHUN
 Urodela dapat berbulan-bulan
 4. Ayam : 2-3 Minggu
 5. Mamalia : 1-3 Hari
 6. Kelinci : 10-14 JAM
 7. Marmot : 40 JAM
f. Perjalanan Ovum
 Setelah Ovulasi telur Jatuh ke Peritonium dan Ditampung oleh Infundibulum
 Pada mamalia, ketika ovulasi berlangsung,infundibulum bergerak dan
mengelilingi ovarium
 Ovum kemudian Bergerak Ke oviduct oleh Kayuhan Cilia dinding Oviduct dan
gerakan dinding otot oviduct
 Jika pembuahan terjadi di luar tubuh ,telur terpencar keluar oleh kerutan dinding
uterus
 Ketahanan ovum untuk dibuahi hanya sekitar 24 JAM, jika tidak dibuahi telur
akan berdegenerasi.

g . Keadaan Gamet sekitar waktu pembuahan


 Ovum
Berada dalam tahap Oosit. Meiosis II Terjadi setelah
Pembuahan . Ovum tidak mempunyai kegiatan apa-apa
 Sperma
Sperma amat giat .Sudah selesai menempuh Meiosis I dan II,perubahan bentuk dan
pematangan fisiologis

h. Kegiatan Gamet Untuk Membuahi


 Ovum
Mengeluarkan Gynogaman yang terdiri Dari :
Fertilizin yang bekerja untuk : Mengaktifkan sperma untuk bergerak ,menarik sperma
(Kemotaksis Positif) ,Menggumpalkan sperma
Zat penelur : merangsang jantan agar mengeluarkan spermanya bagi hewan yang
membuahi di air.
 Sperma
Mengeluarkan Androgamon
 Hyaluronidase : Enzim yang berfungsi melepaskan sel-sel folikel corona radiate
 Antifertilizin : Bereaksi dengan fertilizing sehingga sperma mendekat ke
ovum,selain itu mencegah sperma lain masuk ke dalam ovum
 Zat penelur : Merangsang betina agar mengeluarkan telu-telurnya (Pada
pembuahan di luar tubuh)
i. Bahan lain Untuk sperma
1) Cairan mani,mengandung medium bagi sperma dan Juga sebagai cadangan makanan (
Fruktosa,Vitamin C,vitamin B Kompleks dan mineral)
2) Ekor,menggerakan sperma untuk sampai ke ovum
3) Supaya terjadi pembuahan,Hyalurodinase makin fertil seseorang
j. Masuknya sperma Kedalam Ovum
1) .Gynogamon dan Androgamon berekasi sperma menumpuk dan melekat di selaput
ovum
2) Seekor sperma menerobos masuk
3) Membrane telur lepas dari ovum dan membentuk membrane pembuahan
4) Membrane pembuahan dan bersama cairan perivitellina mencegah sperma lain masuk
5) Cairan perivitellina berfungsi untuk : pelindung,pemberi makan telur,memudahkan
telur untuk berputar mengatur arah.
6) Bahan makanan yang masuk kedalam cairan perivitellina berasal dari yolk.
7) Setelah terjadi pembuahan terjadi peningkatan pemakaian oksigen bertambah
kentalnya sitoplasma zigot,meningkatnya permeabilitas
8) Setelah sperma masuk ,telur akan berputar 180 derajat,inti sperma kemudian
berdekatan dengan inti ovum
9) Didahului dengan kromosom homolog
10) Meiosis II dilakukan oleh telur,polosit berdegenerasi
11) Zigot kemudian membelah secara terus menerus
12) Akibat masuknya sperma ,meninggalkan jejak berupa kekurangan pigmen. Di tempat
tersebut berwarna terang (kalbu). Daerah tersebut disebut sabit kelabu(Gray cresent)
13) Bidang yang membelah gray cresent ( kiri-kanan) akan menjadi bidang median
embrio
14) Tempat masuk sperma didaerah samping kutub animal.
k .Monospermy dan Polyspermy
 Monospermy : Ketika pembuahan,hanya satu sperma yang masuk kedalam telur
.Terdapat pada hampir semua vertebrata
 Polyspermy : Banyak sperma yang masuk kedalam telur. Misalnya Pada reptilian,
aves ,monotremata,urodela dan beberapa insekta
 Pada beberapa polyspermy hanya satu sperma yang berfungsi ,sisanya berdegenerasi.
l . Akibat pembuahan
1. Telur giat untuk tumbuh
2. Jenis kelamin bakal embrio dapat ditentukan
3. Mengembalikan susunan diploid dari species

3.3 PEMBENTUKAN ZIGOT


3.3.1 Pertumbuhan dan perkembangan Zigot
Pertumbuhan dan perkembangan Zigot pada hewan terjadi di seluruh bagian tubuh, berbeda
dengan tumbuhan yang terjadi hanya pada bagian tertentu saja, yaitu di daerah meristem.
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan diawali sejak terbentuknya zigot dari proses
pembuahan dan terus terjadi hingga hewan mencapai usia dewasa. Dengan demikian
pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu fase
embrionik dan fase pascaembrionik. Fase embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari zigot sampai terbentuknya embrio sebelum lahir atau menetas. Sedangkan
fase pascaembrionik merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai sejak lahir
sampai dewasa.
1. Fase Embrionik
Zigot terbentuk dari hasil pertemuan ovum dengan sperma (terjadi pembuahan/fertilisasi).
Kemudian zigot mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam beberapa tahap, yaitu
pembelahan zigot, tahap morula, blastula, gastrula, dan organogenesis.
a. Pembelahan zigot terjadi secara mitosis, yaitu dari satu sel menjadi dua sel, dua sel menjadi
empat sel, empat sel menjadi delapan sel, delapan sel menjadi enam belas sel, dan seterusnya
hingga tiga puluh dua sel. Sekumpulan sel yang terbentuk tersusun seperti buah anggur dan
disebut sebagai morula. Pembelahan terus berlanjut sehingga terbentuk rongga di bagian
dalam yang disebut blastosol. Fase ini disebut fase blastula.
b. Gastrula, merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan blastula yang ditandai dengan
terbentuknya 3 lapisan embrionik, yaitu lapisan bagian luar (ektoderm), lapisan bagian tengah
(mesoderm), dan lapisan bagian dalam (endoderm). Ketiga lapisan ini nantinya akan
berkembang menjadi berbagai organ. Proses pembentukan gastrula ini disebut gastrulasi.
c. Organogenesis, merupakan proses pembentukan berbagai organ tubuh yang berkembang
dari tiga lapisan saat proses gastrulasi.
Organ yang terbentuk dari ketiga lapisan ini adalah sebagai berikut.
1) Lapisan ektoderm, berkembang menjadi rambut, kulit, sistem saraf, dan indra.
2) Lapisan mesoderm, berkembang menjadi otot, rangka, alat reproduksi, alat peredaran
darah, dan alat ekskresi.
3) Lapisan endoderm, berkembang menjadi alat pencernaan dan alat pernapasan.
2. Fase Pascaembrionik
Pertumbuhan pascaembrionik dimulai ketika hewan lahir atau menetas. Semua anggota
tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Namun demikian kecepatan pertumbuhan
dan perkembangan antara bagian tubuh yang satu dengan bagian tubuh yang lain tidak sama.
Pertumbuhan ini tidak berlangsung terus-menerus, melainkan berhenti setelah mencapai usia
tertentu. Perkembangan dimulai ketika alat kelamin telah mampu memproduksi sel-sel gamet.
Pada manusia perkembangan ini ditandai dengan munculnya sifat-sifat kelamin sekunder.
Tanda kelamin sekunder pada pria berupa tumbuhnya rambut pada bagian tubuh tertentu,
suara besar, tumbuhnya jakun, dan otot-otot tubuh lebih kekar. Tanda kelamin sekunder pada
wanita ditandai dengan membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tubuh
tertentu, dan membesarnya pinggul.

Pembelahan  zygot  terjadi  secara  mitosis  yang  berlangsung  sangat  cepat  tidak  terjadi
pertumbuhan  mulai  dari  sel  tunggal  menjadi  masa  sel  yang  padat  disebut  morula,
Masing-masing  sel  dari  pembelahan  awal  tersebut  dikenal  sebagai  blastomer,
Pembelahan terjadi melalui bidang-bidang pembelahan yaitu :
1.  Bidang meridional  :  bidang  tegak  melalui  polus  animalis  (PA)  dan  polus vegetativus
(PV)
2.  Bidang ekutorial  : bidang datar diantara PA dan PV
3.  Bidang sagital   : bidang yang membagi bagian kanan dan bagian kiri 
4.  Bidang latitudinal  :  bidang  datar  yang  terletak  diantara  bidang  ekuatorial dengan PA
dan PV
5.  Bidang transversal  : bidang tegak lurus bidang ekuatorial

Pembelahan  awal  (I)  dan  II  melalui  bidang  meridional,  sedang  pembelahan  III  melalui
bidang ekuatorial:

3.3.2 Jenis-jenis pembelahan


Pembelahan terdiri dari beberapa jenis diantaranya:

1. Holoblastik:   pembelahan  terjadi  pada  semua  bagian  yang  biasanya  terjadi  pada telur
yang  isolesital  atau  telolesital  sedang  contoh  pada  Amphioxus, Amphibia.  Holoblastik
ada  yang  radial  (sea  urchin),  bilateral (Amphibia), spiral (molusca) rotational (mamal)

2. Meroblastik:  pembelahan  terjadi  hanya  pada  bioplasma  (daerah  animalis),  bagian


deutoplasma  tidak  membelah  meroblastik  ada  2  macam  yaitumeroblastik  discordal
(pada  burung,  reptil)  dan  superfisial  (pada serangga).  Pembelahan  ini  umumnya  terjadi
pada  telur  yang
sentrolesital dan telolesital berat (Gambar 1. dan Gambar 2.)
Setelah  terjadi  pembelahan  yang  cepat  sampai  terbentuk  morula  yang  padat,  maka
pembelahan  selanjutnya  akan  membentuk  rongga  disebut  blastocoel.  Dinding  rongga
tersebut  terdiri  sel-sel  (blastomer)  yaitu  sebagai  sel  formatif  pembentuk  badan  embrio
dan  sel  auxilary  pembentuk  selaput  embrio.  Blastomer  di  daerah  animal  lebih  kecil
(mikromer)  dan  pada  di  daerah  vegetal  (makromer).  Berdasarkan  bentuknya  blastula
ada  yang  bulat  (blastosphere),  pipih/cakram  (discoblastula)  dan  gelembung (blastocyst).
Sedangkan  atas  dasar  strukturnya  maka  terdapat  blastula  berongga (coeloblastula),
blastula  masif  (stereoblastula),  blastula  dengan  lapisan  sel (blastoderm).

Beberapa contoh:
1. Pada ikan:  pembelahan  terjadi  secara  holoblastik,  meskipun  pada  daerah  vegetal lebih
lambat.  Blastema  pada  polus  vegetativus  relatif  lebih  besar  sebabyolk  lebih  banyak,
sedang  pada  polus  animalis  lebih  kecil  dan membentuk  blastoderm.  Blastula  bertipe
discoblastula  dengan  rongga
yang  relatif  sempit.  Blastoderm  ada  yang  membentuk  blastodisc.
Periblast  merupakan  kelompok  sel  yang  membentuk  lapisan  sinsitial yang  menyelubungi
yolk  yang  tidak  ikut  membelah.  Periblast  berfungsi membantu memobilisasi yolk untuk
pertumbuhan embrio.

2.  Pada  Amphibia:  pembelahan  terjadi  secara  holoblatik,  blatomer  pada  polus  animalis
membelah  lebih  cepat  dari  pada  polus  vegetativus  karena  yolk  lebih banyak  pada  polus
vegetativus.  Blastocoel  letak  eksentrik  (mendekati polus animalis). Di daerah ekuatorial
blatomer membentuk “germ ring”.

3.  Pada  Reptil  dan  Ayes:  pembelahan  terjadi  secara meroblastik  discordal  karena  yolk
lebih banyak. Blastoderm (disebut juga blastodisc) terpisah dengan yolk.  Blastoderm
terpisah  dari  yolk  oleh  rongga  subgerminal.  Blastula  bertipe discoblastula,  dengan
rongga  pipih.  Blastomer  pada  bagian  dorsal
blastocoel  disebut  epiblast,  pada  bagian  lateral  disebut  periblast  dan pada bagian ventral
disebut hypoblast.

4. Pada Mamal: stadium blastula pada mamal disebut blastocyst, dengan rongga bulat.
Blastoderm  akan  membentuk  “inner  cell  mass”  (1CM)  yang  kemudian akan  menjadi
embrio  dan  diluar  yolk  akan  membentuk  tropoblast  yang akan  menjadi  selaput
extraembrional  (membran  choriovitelus  dan
chorioalantois). (Gambar 3.) Pada  akhir  stadium  blastula,  daerah-daerah  tertentu  akan
menjadi  calon  pembentuk organ  tertentu  (dikenal  sebagai  peta  nasib).

 Pada  blastula  katak  daerah-daerah tersebut ialah:


- epidermal sebagai calon kulit
- neuroektodermal sebagai calon sistem saraf
- lamina prechordalis sebagai calon kepala
- chorda mesoderm sebagai calon chorda dorsalis
- mesodermal sebagai calon somit
- endodermal sebagai calon sistem pencemaan
- germinal sebagai calon gonade.

3.3.3 Parthenogenesis
Parthenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual, di mana betina memproduksi sel telur
yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Kejadian ini dapat dilihat pada kutu daun,
lebah, kutu air, dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa tumbuhan. Komodo
dan hiu juga mampu bereproduksi secara partenogenesis, bersama dengan beberapa jenis
ikan, amphibi, dan reptil (Anonim, 2013). Pada beberapa kasus, partenogenesis merupakan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan hewan tertentu untuk berkembang biak. Tetapi pada
umumnya hewan tersebut melakukan parthenogenesis pada waktu tertentu, seperti yang
dilakukan oleh Aphid (kutu daun) melakukan partenogenesis pada musim ketika banyak
terdapat sumber makanan di sekelilingnya. Reproduksi secara partenogenesis lebih cepat
daripada reproduksi secara seksual, hal ini memungkinkan jenis tersebut untuk
memanfaatkan sumber makanan yang tersedia (Rani, U., 2015).

3.3.4 Proses Parthenogenesis

Proses terjadinya parthenogenesis dibagi menjadi dua cara (Puja et al., 2010) yaitu :
1. Parthenogenesis Alami, dibedakan menjadi:
a. Complete Parthenogenesis, dimana individu yang dihasilkan berasal dari telur yang
tidak dibuahi dan akan kehilangan daya seksualitasnya. Kejadian dapat ditemukan pada
platyhelminthes dan golongan kerang-kerangan.
b. Cyclic Parthenogenesis, golongan ini mampu juga mengadakan reproduksi secara
seksual, dan akan melakukan parthenogenesis apabila lingkungannya mendukung. Kejadian
ini dapat dijumpai pada golongan kerang-kerangan.

2. Parthenogenesis Buatan (Artificial Parthenogenesis), adalah usaha untuk mendapatkan


sel telur tanpa melakukan fertilisasi. Proses ini dapat dilakukan dengan aktivasi dengan cairan
kimia (asam organik, alkalis, garam klorida, natrium, kalsium), agen fisika (aliran listrik,
pengocokan), dan radiasi (sinar ultraviolet).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu
individu baru dengan sifat genetik yang berasal dari kedua orang tuanya. Syarat-syarat
fertilisasi adalah adanya sel telur yang matang dan siap dibuahi oleh sperma. Mekanisme
fertilisasi dibedakan menjadi dua yaitu fertilisasi secara internal dan fertilisasi secara
eksternal. Fertilisasi internal terjadi di dalam tubuh hewan betina, sedangkan fertilisasi
eksternal terjadi di luar tubuh hewan betina. Partenogenesis berasal dari kata parthenos yang
berarti dara, dan genesis yang berarti kejadian, kelahiran. Partenogenesis adalah pertumbuhan
embrio tanpa dibuahi sperma.

4.2 Saran

Mempelajari dengan baik tentang fertilisasi dan perkembangan/pembentukan embrio,


wawasan dan pengetahuan akan lebih luas dan bisa lebih mengerti tentang proses fertilisasi
dan pembentukan embrio.

DAFTAR PUSTAKA

Nalbandov, A.V., 1990. Reproductive Physiology of Mammals and Birds. Alih Bahasa : S.
Keman. UI-Press. Jakarta.
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W., Setiasih, N. L.E.,2010. Embryologi

Modern. Udayana University Press. Denpasar.

Toelihere, M.R., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Mujahid, 2012. http://mujahidunhas.blogspot.co.id/2012/10/proses-fesrtilisasi.html

Nuryati, T. N., Sutarto, M., M. Khamim dan P.S. Hardjosworo, 1988. Sukses Menetaskan
Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai