Disusun oleh :
E10020087
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan masukan maupun semangat kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, dikarenakan pengalaman yang kurang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon
maaf atas segala kekurangan tersebut, tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik
serta masukan yang bersifat membangun bagi penulis sendiri.
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………...........................
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………....…......................
1
1.3 Tujuan……………………………………………………………...........................
2
1.4 Manfaat……………………………………………………………........................
4
3.1. Fertilisasi..............................................................................
3.3.3 Parthenogenesis
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana proses
ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi diawali dengan proses
pembentukan gamet yang disebut dengan gametogenesis, yaitu proses pembentukan
spermatozoa (spermatogenesis) pada jantan dan pembentukan ovum (oogenesis) pada betina.
Spermatogenensis berlangsung di dalam testis pada bagian tubulus seminiferus, sedangkan
oogenesis berlangsung di dalam ovarium.
Fertilisasi mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari
spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang perkembangan
dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung, dilanjutkan dengan proses
embryogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan neurolasi, dan
proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu fertilisasi dan bagaimana prosesnya?
2. Apa pengertian dari implantasi, bagaimana proses implantasi, dan apa saja
jenis-jenis implantasi?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan proses fertilisasi.
2. Untuk mengetahui pengertian dari implantasi, proses implantasi, dan jenis-jenis
implantasi.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dan proses fertilisasi.
2. Mengetahui pengertian dari implantasi, proses implantasi, dan jenis-jenis
implantasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel
gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zygote yang
mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor
hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nukleus
(Toelihere, 1985).
Perkembangan embrio setelah proses fertilisasi in vitro terjadi di dalam media kultur.
Periode produksi embrio in vitro terlama disimpan pada media kultur dibandingkan dengan
media maturasi dan fertilisasi. Sebagai akibatnya, kultur media memiliki kontribusi yang
besar dalam waktu perkembangan awal embrio, kualitas blastosis, serta jumah sel embrio
(Nedambale et al., 2006).
Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana
proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi merupakan suatu proses
yang sangat penting dan merupakan titik puncak dari serangkaian proses yang terjadi
sebelumnya (Puja et al., 2010).
Fertilisasi mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari
spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang perkembangan
dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung, dilanjutkan dengan proses
embryogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan neurolasi, dan
proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh
(Puja et al., 2010).
Tempat terjadinya penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah di dalam ampula dari
tuba fallopii. Pada pertemuan ini, ovum masih terbungkus oleh sel-sel granulose yang berasal
dari folikel dan selubung ovum (Puja et al., 2010).
Proses fertilisasi dimulai dengan pematangan (maturasi) sel telur dan spermatozoa.
Pematangan sel telur dimulai pada waktu proses pembelahan meiosis dari profase I menjadi
masak selama folikulogenesis. Sedangkan spermatozoa memerlukan maturasi yang
memerlukan waktu 10-15 hari ketika melewati epididimis. Proses fertilisasi pada mamalia
memerlukan tiga tahap yaitu : sel spermatozoa harus menembus diantara sel-sel cumulus
dengan bantuan enzim hyaluronidase, sel spermatozoa harus mampu menembus lapisan zona
pellucida, dan spermatozoa akhirnya bersatu dengan membran plasma sel telur (Mujahid,
2012).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 FERTILISASI
menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah individu yang sejenis. Perlekatan
sperma dan ovum dipengaruhi adanya reseptor pada sperma yaitu berupa protein. Sementara
itu suatu glikoprotein pada zona pelucida berfungsi seperti reseptor sperma yaitu
menstimulasi fusi membran plasma dengan membran akrosom (kepala anterior sperma) luar.
Sehingga terjadi interaksi antara reseptor dan ligand. Hal ini terjadi pada spesies yang
spesifik.
3. Reaksi akrosom.
Reaksi tersebut terjadi sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom terjadi
pada pangkal akrosom, karena pada lisosom anterior kepala sperma terdapat enzim digesti
yang berfungsi penetrasi zona pelucida. Mekanismenya adalah reseptor pada sperma akan
membuat lisosom dan inti keluar sehingga akan merusak zona pelucida. Reaksi tersebut
menjadikan akrosom sperma hilang sehingga fusi sperma dan zona pelucida sukses.
Saat fusi antara sel membran sperma dengan sel telur sudah terjadi maka terjadi 3
peristiwa penting pada oosit : :
1. Depolarisasi membran sel telur sehingga terjadi blokade primer terhadap
polispermia (spermatozoa lain tak dapat masuk kedalam sel telur). Hanya satu
pronukelus pria yang dapat ber fusi dengan pro nukleus wanita dan menjaga keadaan
diploid dari zygote.
2. Reaksi kortikal. Menyebabkan zona pellucida menjadi keras sehingga mencegah
sperma lain untuk berikatan dengan zona pellucida. Terjadi blokade sekunder
terhadap polispermia.
3. Pembelahan meiosis II pada sel telur. Badan polar II terbentuk dan dikeularkan dari
sel telur sehingga memastikan bahwa pronukelus wanita bersifat haploid. Sekali lagi,
hal ini akan menjaga agar zygote tetap diploid. Kegagalab untuk menjaga sifat diploid
pada hasis konsepsi sering menyebabkan kegagalan proses kehamilan.
Setelah zigot terbentuk, maka zigot yang terbentuk tersebut bergerak menuju uterus
sambil membelah diri menjadi dua, empat, delapan, dan seterusnya, pada saat embrio
mencapai 32 sel dan memiliki bentuk seperti buah arbei, disebut morula.
Selanjutnya, morula berkembang menjadi blastula. Lalu, sel-sel bagian dalam membentuk
bakal janin (embrioblas), dan sel-sel bagian luar membentuk trofoblas yang akan membentuk
plasenta. Pada hari keenam, embrio tiba di uterus, kemudian membenamkan diri ke dinding
uterus yang lunak, tebal, dan lembut serta mengandung sekret seperti air susu.
Prosesperlekatan embrio ke dinding sel ini disebut implantasi. Embrio terus tumbuh dan
berkembang membentuk manusia yang seutuhnya, artinya kehamilan sedang berlangsung.
1. Fertilisasi eksternal Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh
organisme betinanya, proses ini dapat ditemui pada golongan ikan dan katak. Golongan ini
selalu mengeluarkan telur-telurnya dalam jumlah banyak, untuk mengatasi banyak gangguan
di sekelilingnya dari faktor alam maupun binatang pemangsa.
a. Fertilisasi pada katak, saat akan melakukan fertilisasi, katak jantan akan menempel pada
punggung betina sambil menekan perut betina dengan menggunakan kaki bagian depan dan
merangsang pengeluaran telur kedalam air. Setiap telur yang dikeluarkan diseliputi oleh
selaput telur (membran vitelin). Hal tersebut dikenal dengan amplexus. Bersamaan dengan
itu, katak jantan akan mengeluarkan sperma untuk membuahi sel telur tersebut, sehingga
terjadilah fertilisasi. Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang
berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut
berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya,
kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup
di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis (Refa, Y., 2011).
2. Fertilisasi internal Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh
organisme betinanya, sehingga lebih aman dari gangguan faktor luar, tersimpan di dalam
rahim organisme betinanya. Hanya saja perkembangan ovum yang telah dibuahinya dapat
bermacammacam, misalnya ada yang mengalami ovovipar (telur menetas menjadi bayi di
luar tubuh betinanya, seperti terjadi pada golongan serangga dan burung), ovovivipar (telur
menetas menjadi bayi sewaktu akan ke luar dari tubuh betinanya, seperti terjadi pada
golongan reptil), dan vivipar (melahirkan bayi atau anak, seperti terjadi pada golongan hewan
menyusui).
Kelompok unggas merupakan kelompok ovipar, yang walaupun tidak memiliki alat
kelamin luar tetapi fertilisasi tetap berada di dalam tubuh dengan cara menempelkan kloaka
masing-masing. Unggas betina hanya mempunyai satu ovarium, yaitu ovarium kiri.
Sedangkan ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan mengecil (rudimenter). Pada ovarium
melekat suatu bentukan seperti corong yang berfungsi sebagai penerima ovum yang
kemudian akan dilanjutka oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang akan
bermuara pada kloaka. Unggas jantan mempunyai sepasang testis yang letaknya berhimpit
dengan ureter dan bermuara pada kloaka (Saputro, T., 2015). Fertilisasi akan berlangsung
pada ujung oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka dan dikelilingi
oleh cangkang yang tersusun oleh zat kapur. Hanya beberapa sel sperma yang mampu
mendekati ovum dan hanya beberapa sperma yang mampu menembus zona pellucida,
akhirnya hanya satu sperma yang dapat membuahi ovum (Nalbandov, 1990). Pada unggas,
setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum dan akan menembus
membran vitellin ovum, sehingga terbentuk calon embrio (Nuryati et al., 1998).
Perjalanan Gamet ke tempat pembuahan sperma terbagi menjadi 3 yaitu : Dalam tubuh
jantan,Diluar Tubuh Jantan dan Dalam tubuh betina.
a . Tempat pembuahan
1 . Di Posterir Ovid uct : Urodela, Anura
2. Di Anterior Oviduct : Reptilia, Aves , Mammalia
3. Pada Rongga Perut : Sedikit Aves
4. Di folikel Ovarium : Teleostei
5. Didalam Kantung Telur Jantan : Tangkur Kuya dan Tangkur Buaya
6. Di air : Invertebrata, Pisces, dan Amphibia
Pembelahan zygot terjadi secara mitosis yang berlangsung sangat cepat tidak terjadi
pertumbuhan mulai dari sel tunggal menjadi masa sel yang padat disebut morula,
Masing-masing sel dari pembelahan awal tersebut dikenal sebagai blastomer,
Pembelahan terjadi melalui bidang-bidang pembelahan yaitu :
1. Bidang meridional : bidang tegak melalui polus animalis (PA) dan polus vegetativus
(PV)
2. Bidang ekutorial : bidang datar diantara PA dan PV
3. Bidang sagital : bidang yang membagi bagian kanan dan bagian kiri
4. Bidang latitudinal : bidang datar yang terletak diantara bidang ekuatorial dengan PA
dan PV
5. Bidang transversal : bidang tegak lurus bidang ekuatorial
Pembelahan awal (I) dan II melalui bidang meridional, sedang pembelahan III melalui
bidang ekuatorial:
1. Holoblastik: pembelahan terjadi pada semua bagian yang biasanya terjadi pada telur
yang isolesital atau telolesital sedang contoh pada Amphioxus, Amphibia. Holoblastik
ada yang radial (sea urchin), bilateral (Amphibia), spiral (molusca) rotational (mamal)
Beberapa contoh:
1. Pada ikan: pembelahan terjadi secara holoblastik, meskipun pada daerah vegetal lebih
lambat. Blastema pada polus vegetativus relatif lebih besar sebabyolk lebih banyak,
sedang pada polus animalis lebih kecil dan membentuk blastoderm. Blastula bertipe
discoblastula dengan rongga
yang relatif sempit. Blastoderm ada yang membentuk blastodisc.
Periblast merupakan kelompok sel yang membentuk lapisan sinsitial yang menyelubungi
yolk yang tidak ikut membelah. Periblast berfungsi membantu memobilisasi yolk untuk
pertumbuhan embrio.
2. Pada Amphibia: pembelahan terjadi secara holoblatik, blatomer pada polus animalis
membelah lebih cepat dari pada polus vegetativus karena yolk lebih banyak pada polus
vegetativus. Blastocoel letak eksentrik (mendekati polus animalis). Di daerah ekuatorial
blatomer membentuk “germ ring”.
3. Pada Reptil dan Ayes: pembelahan terjadi secara meroblastik discordal karena yolk
lebih banyak. Blastoderm (disebut juga blastodisc) terpisah dengan yolk. Blastoderm
terpisah dari yolk oleh rongga subgerminal. Blastula bertipe discoblastula, dengan
rongga pipih. Blastomer pada bagian dorsal
blastocoel disebut epiblast, pada bagian lateral disebut periblast dan pada bagian ventral
disebut hypoblast.
4. Pada Mamal: stadium blastula pada mamal disebut blastocyst, dengan rongga bulat.
Blastoderm akan membentuk “inner cell mass” (1CM) yang kemudian akan menjadi
embrio dan diluar yolk akan membentuk tropoblast yang akan menjadi selaput
extraembrional (membran choriovitelus dan
chorioalantois). (Gambar 3.) Pada akhir stadium blastula, daerah-daerah tertentu akan
menjadi calon pembentuk organ tertentu (dikenal sebagai peta nasib).
3.3.3 Parthenogenesis
Parthenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual, di mana betina memproduksi sel telur
yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Kejadian ini dapat dilihat pada kutu daun,
lebah, kutu air, dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa tumbuhan. Komodo
dan hiu juga mampu bereproduksi secara partenogenesis, bersama dengan beberapa jenis
ikan, amphibi, dan reptil (Anonim, 2013). Pada beberapa kasus, partenogenesis merupakan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan hewan tertentu untuk berkembang biak. Tetapi pada
umumnya hewan tersebut melakukan parthenogenesis pada waktu tertentu, seperti yang
dilakukan oleh Aphid (kutu daun) melakukan partenogenesis pada musim ketika banyak
terdapat sumber makanan di sekelilingnya. Reproduksi secara partenogenesis lebih cepat
daripada reproduksi secara seksual, hal ini memungkinkan jenis tersebut untuk
memanfaatkan sumber makanan yang tersedia (Rani, U., 2015).
Proses terjadinya parthenogenesis dibagi menjadi dua cara (Puja et al., 2010) yaitu :
1. Parthenogenesis Alami, dibedakan menjadi:
a. Complete Parthenogenesis, dimana individu yang dihasilkan berasal dari telur yang
tidak dibuahi dan akan kehilangan daya seksualitasnya. Kejadian dapat ditemukan pada
platyhelminthes dan golongan kerang-kerangan.
b. Cyclic Parthenogenesis, golongan ini mampu juga mengadakan reproduksi secara
seksual, dan akan melakukan parthenogenesis apabila lingkungannya mendukung. Kejadian
ini dapat dijumpai pada golongan kerang-kerangan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu
individu baru dengan sifat genetik yang berasal dari kedua orang tuanya. Syarat-syarat
fertilisasi adalah adanya sel telur yang matang dan siap dibuahi oleh sperma. Mekanisme
fertilisasi dibedakan menjadi dua yaitu fertilisasi secara internal dan fertilisasi secara
eksternal. Fertilisasi internal terjadi di dalam tubuh hewan betina, sedangkan fertilisasi
eksternal terjadi di luar tubuh hewan betina. Partenogenesis berasal dari kata parthenos yang
berarti dara, dan genesis yang berarti kejadian, kelahiran. Partenogenesis adalah pertumbuhan
embrio tanpa dibuahi sperma.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nalbandov, A.V., 1990. Reproductive Physiology of Mammals and Birds. Alih Bahasa : S.
Keman. UI-Press. Jakarta.
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W., Setiasih, N. L.E.,2010. Embryologi
Toelihere, M.R., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.
Nuryati, T. N., Sutarto, M., M. Khamim dan P.S. Hardjosworo, 1988. Sukses Menetaskan
Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.