Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH BIOLOGI REPRODUKSI

EMBRIOLOGI MANUSIA

Oleh

Irma Hamdayani Pasaribu

Dosen Pengampu :

dr. Sutrisno, Sp.OG(K)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Embriologi Manusia”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas

akhir dari Mata Kuliah Biologi Reproduksi pada matrikulasi Pascasarjana

Program Studi Kebidanan Universitas Brawijaya Malang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sutrisno, SpOG (K) selaku

Dosen mata kuliah Biologi Reproduksi yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis khususnya mengenai Biologi Reproduksi.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya

kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Malang, Agustus 2015

Penulis

Irma Hamdayani Pasaribu

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1............................................................................Latar Belakang
..................................................................................................1
1.2.......................................................................Rumusan Masalah
..................................................................................................2
1.3..........................................................................................Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum........................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................... 3
1.4......................................................................................Manfaat
..................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4

2.1. Definisi Embrio......................................................................... 4

2.2. Gametogenesis.......................................................................... 4

2.2.1. Spermatogenesis........................................................ 5

2.2.2. Oogenesis.................................................................. 7

2.3. Tahapan Embriogenesis............................................................. 9

2.3.1. Fertilisasi.................................................................... 9

2.3.2. Cleavage (Pembelahan).............................................. 12

2.3.3. Pembentukan Blastokista........................................... 13

2.3.4. Implantasi................................................................... 14

2.3.5. Embryonic Disk......................................................... 15

2.4. Gastrulasi .................................................................................. 18

2.5. Neurulasi .................................................................................. 20

2.6. Perkembangan Janin.................................................................. 22

2
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 29

3.1.Kesimpulan................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Embriologi berasal dari kata embryo dan logos. Embryo yaitu

pembentukan, pertumbuhan pada tingkat permulaan dan perkembangan embryo.

Sedangkan logos yaitu ilmu. Jadi embriologi yaitu ilmu tentang pembentukan,

pertumbuhan pada tingkat permulaan dan perkembangan embrio. Embriologi atau

ilmu embrio merupakan bidang ilmu yang mempelajari bagaimana sel tunggal

membelah dan berubah selama perkembangan untuk membentuk organisme

multiseluler (Rohen & Drecoll, 2008)

Embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel embrio

yang terjadi selama tahap awal pengembangan. Dalam istilah biologi,

perkembangan manusia memerlukan pertumbuhan dari zigot bersel satu ke

manusia dewasa. Fertilisasi terjadi ketika sel sperma berhasil masuk dan menyatu

dengan sel telur (ovum). Bahan genetik dari sperma dan sel telur kemudian

bergabung membentuk sel tunggal yang disebut zigot dan berkembang ke tahap

germinal. Embriogenesis meliputi delapan minggu pertama perkembangan, dan

pada awal minggu kesembilan embrio disebut janin. Embriologi manusia adalah

studi tentang perkembangan selama delapan minggu pertama setelah pembuahan.

Tahap germinal, mengacu dari pembuahan, perkembangan embrio awal sampai

implantasi selesai dalam rahim. Tahap germinal memakan waktu sekitar 10 hari.

1
Selama tahap ini, zigot, yang didefinisikan sebagai embrio yang mengandung

materi genetik lengkap mulai membagi, dalam proses yang disebut pembelahan.

Sebuah blastokista kemudian dibentuk dan ditanamkan dalam rahim.

Embriogenesis berlanjut dengan tahap berikutnya yaitu gastrulasi ketika tiga

lapisan di bentuk dalam proses yang disebut histogenesis, dan proses neurulasi

dan organogenesis. Embrio disebut sebagai janin dalam tahap akhir

perkembangan prenatal, biasanya dimulai diawal minggu kesembilan.

Dibandingkan dengan embrio, janin memiliki fitur eksternal lebih dikenali, dan

organ berkembang lebih lengkap. Seluruh proses embriogenesis melibatkan

perubahan spasial dan temporal terkoordinasi dalam ekspresi gen, pertumbuhan

sel dan diferensiasi sel.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tahap-tahap embriogenesis
2. Bagaimana proses gastrulasi, nerusali dan perkembangan embrio

hingga janin

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perkembangan embriologi manusia dan tahap-tahap

embriogenesis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan apa itu embriologi dan embriogenesis

2. Menjelaskan tahap-tahap embriogenesis

3. Menjelaskan proses gastrulasi, nerulasi dan perkembangan embrio

hingga janin dalam kandungan

2
1.4 Manfaat Penulisan makalah

Manfaat penulisan makalah ini untuk mendapatkan penjelasan dan

pemahaman mengenai embriologi, embriogenesis dan tahapannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1. Definisi Embriologi

Embriologi berasal dari kata embryo dan logos. Embryo yaitu

pembentukan, pertumbuhan pada tingkat permulaan dan perkembangan embryo.

Sedangkan logos yaitu ilmu. Jadi embriologi yaitu ilmu tentang pembentukan,

pertumbuhan pada tingkat permulaan dan perkembangan embrio. Embriologi atau

ilmu embrio merupakan bidang ilmu yang mempelajari bagaimana sel tunggal

membelah dan berubah selama perkembangan untuk membentuk organisme

multiseluler (Rohen & Drecoll, 2003)

Menurut Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, Embriogenesis adalah :

1. Produksi dari embrio; 2. Perkembangan dari individu yang baru yang terjadi

secara seksual yaitu dari zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses

pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat

tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Embriogenesis terjadi pada saat

spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai

akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia (Langman, 2009).

2.2. Gametogenesis

Gametogenesis adalah proses terbentuknya gamet atau sel kelamin.

Gametogenesis pada pria dinamakan spermatogenesis yaitu proses pembentukan

sel kelamin pria (spermatozoa) dan gametogenesis pada wanita dinamakan

oogenesis yaitu proses pembentukan sel kelamin wanita (ovum) (Ferial, 2013).

4
2.2.1. Spermatogenesis

Spermatogenesis berlangsung di dalam testis, tepatnya di dalam duktus

semineferus. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15

tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua. Rata-

rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata

jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.

Dalam duktus semineferus embrio laki-laki memiliki 2 sel, yakni sel induk

dan sel punca (stem cell) yang akan berpoliferasi secara mitosis membentuk

spermatogonia dan sel kecil yang belum berspesialisasi. Pada fase awal

spermatogenesis, spermatogonium bersifat diploid (2n atau mengandung 23

pasang kromosom). Secara mitosis, spermatogonium akan berubah menjadi

spermatosit primer (2n). Selanjutnya, spermatosit primer membelah menjadi

spermatosit sekunder secara meiosis (Meiosis I). Jumlah spermatosit sekunder ada

dua, sama besar dan bersifat haploid (n = 23 kromosom). Melalui fase meiosis II,

spermatosit sekunder membelah diri menjadi empat spermatid yang sama bentuk

dan ukurannya. Keempat spermatid memasuki ujung sel-sel sertoli untuk

mematangkan diri menjadi spermatozoa yang merupakan tahap akhir

pembentukan sperma. Proses pematangan spermatid menjadi spermatozoa disebut

spermiogenesis, sperma matang yang bersifat haploid (n). Setelah matang, sperma

menuju saluran reproduksi yakni epididimis. Semua proses ini terjadi selama

kurang lebih 17 hari. Sementara, energi yang digunakan untuk melakukan proses

spermatogenesis berasal dari sel-sel sertoli.

5
Sperma yang sudah matang memiliki bagian-bagian yang terdiri dari :

1. Kepala, terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma,

mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada

bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal

yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan

proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Panjang

bagian kepala sekitar 5µm.

2. Leher, menghubungkan kepala dengan badan.

3. Badan, banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil

energi untuk pergerakan sperma. Panjang badan sekitar 5µm.

4. Ekor yang berupa flagela, sebagai alat pergerakan sperma. Ekor terdiri dari

bagian utama dengan panjang 50µm dan bagian ujung dengan panjang sekitar

55µm.

6
2.2.2. Oogenesis

Proses oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis dimulai ketika

Primordial Germ Cell (PGC) mencapai gonad pada embrio wanita. PGC

berkembang menjadi oogenium, oogenium membelah secara mitosis membentuk

oosit primer yang telah ada sejak masa bayi, tetapi tertahan perkembangannya

sampai masa pubertas. Oocit primer mengandung 23 pasang kromosom atau

diploid (2n = 46 kromosom). Selama beberapa bulan kemudian, jumlah oogonia

meningkat pesat, dan pada akhir bulan kelima jumlah oogenium mencapai 7 juta

dan mulai mengalami kematian. Menjelang kelahiran sebagian oosit primer (700-

2 juta) memulai profase meiosisi I, tetapi sel-sel ini tidak melanjutkan pembelahan

ke tahap metafase namun masuk ke tahap diplotene (tahap istirahat), karena oocit

belum matang (OMI/ Oocit Maturation Inhibition) yang di sekresikan oleh sel-sel

folikel. Jumlah total oocit primer pada saat lahir diperkirakan anatar 600.000-

800.000. Selama anak-anak, sebagain besar oosit menjadi atretik, hanya sekitar

400.000 yang pada awal pubertas dan > dari 500 akan diovulasikan. Saat pubertas,

setiap bulannya 15-20 folikel dipilih melalui 3 tahap : (1) dasar atau preantral, (2)

sekunder atau antral, (3) preovulasi 37 jam sebelum ovulasi (folikel graaf). Pada

7
saat oocit primer mulai tumbuh, sel-sel folikel berpoliferasi membentuk epitel

berlapis, yaitu sel granulosa dan unit yang terbentuk disebut folikel primer. Sel

granulosa terletak pada membran basalis yang memisahkan sel ini dari sel stroma

di sekitarnya yang membentuk teka foliculi. Sel granulosa dan oocit

mengeluarkan satu lapisan glikoprotein dupermukaan oocit yang membentuk zona

pelucida. Pada saat folikel terus bertumbuh, sel-sel teka folikuli tersusun

membentuk satu lapisan dalam sekretorik yaitu teka interna dan satu kapsul

fibrosa di bagian luar yaitu teka eksterna. Sel-sel folikel membentuk tonjolan-

tonjolan kecil yang menembus zona pelucida dan berjalan dengan mikrovilus dari

membran plasma oosit. Proses ini penting untuk transpor bahan dari folikuler ke

oosit.

Perkembangan selanjutnya muncul rongga-rongga terisi cairan di antara

sel-sel granulosa. Penyatuan ruang-ruang ini menghasilkan antrum dan folikel

dinamai folikel sekunder (vesikular). Ketika folikel sekunder telah matang

lonjakan LH akan memicu fase peretumbuhan preovulasi. Meiosis I selesai

sehingga terbentuk 2 sel anakan yaitu 1 sel oosit sekunder dan 1 polar body

8
dengan ukuran berbeda, masing-masing dengan 23 kromosom. Sel masuk ke

tahap meiosis II tetapi terhenti pada tahap metafase sekitar 3 jam sebelum ovulasi.

Meiosis II diselesaikan hanya jika terjadi fertilisasi dan akan mengahsilkan 1 oocit

dan 2 polar body. Jika tidak terjafi pembuahan maka akan berdegenerasi sekitar 24

jam setelah ovulasi (Heffner & Schust, 2006).

2.3. Tahapan Embriogenesis

2.3.1. Fertilisasi

9
Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan ovum dan sperma, terjadi

di daerah ampula uterina. Fertilisasi mempunya dua fungsi utama yaitu:

1. Fungsi reproduksi, yang memungkinkan pemindahan unsur-unsur genetik dari

orangtua kepada keturunan.


2. Fungsi perkembangan, ketika fertilisasi memicu oosit sekunder untuk

melanjutkan atau menyelesaikan proses pembelahan meiosis.


Fertilisasi memerlukan oosit sekunder (ovum) yang tealah matang dan siap

dibuahi. Dalam satu kali ejakulasi terdapat 200-300 juta spermatozoa yang

disemprotkan kedalam liang vagina, akan tetapi hanya sekitar 300-500

spermatozoa yang berhasil mencapai ampula dan hanya satu spermatozoa yang

akan membuahi ovum. Sebagaian besar sperma yang berjalan dari vagina menuju

uterus dan masuk ke tuba fallopi dihancurkan oleh mukus (lendir) di dalam uterus

dan tuba. Untuk mendukung aktivitas sperma, ovum mengeluarkan senyawa

fertilizin yang tersusun dari glikoprotein yang berfungsi untuk : (1). Mengaktifkan

sperma agar bergerak lebih cepat, (2) menarik sperma secara kemotaksis positif

(3) mengumpulkan sperma disekeliling ovum.


Disisi lain, akrosom di bagian kepala sperma menghasilkan enzim-enzim

yang membantu sperma dalam menembus ovum, yaitu (1) hialuronidase, enzim

yang dapat melarutkan hialuronid pada sel-sel korona radiata, (2) akrosin, enzim

protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida dan (3) anti

fertilizin, antigen terhadap ovum (oosit sekunder) sehingga sperma dapat melekat

pada ovum.
Tahap Fertilisasi :
1. Penetrasi Korona Radiata, oleh sperma dengan bantuan enzim hialurodinase

yang melarutkan senyawa hiauuronid pada korona radiata.

10
2. Penetrasi Zona Pelusida, oleh sperma dengan bantuan enzim akrosin untuk

menghancurkan glikoprotein. Penetrasi ini memicu sel-sel granulosit di bagian

korteks oosit sekunder untuk mengeluarkan senyawa tertentu yang

menyebabkan sel-sel di zona pelusida berikatan satu sama lain membentuk

suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Proses ini

mencegah ovum dibuahi oleh lebih dari satu sperma (polispermia).


3. Fusi membran sel sprema dan oosit, setelah menembus zona pelusida

spermatozoa masuk ke ruang perivitelin (ruang antara zona pelusida dengan

membran vitelin/membran plasma, kemudian menempel dan terjadi fusi

(peleburan) membran spermatozoa dengan membran plasma oosit. Peleburan

ini memungkinan nukleus spermatozoa masuk ke sitoplasma, kemudian

berkondensasi dan membesar sehingga menjadi pronukleus pria (n). Sedangkan

ekor spermatozoa terlepas dan berdegenerasi. Akibat masuknya nukleus

spermatozoa ini akan mengaktivasi oosit sekunder menyelesaikan pembelahan

meiosis II menjadi oocit dan 2 polar body, sehingga nukleusnya berkondensasi

menjadi pronukleus wanita (n). Kedua pronukleus bergerak ke tengah, lalu

terjadi fusi (peleburan) pronukleus wanita dan pronukleus pria (syngami).

Peleburan ini mengembalikan jumlah kromosom dari haploid menjadi diploid

dan sel baru hasil peleburan ini disebut zygot (2n) (Soenardihardjo &

Bambang, dkk. 2011).

11
2.3.2. Cleavage (Pembelahan)
Cleavage adalah pembelahan zygot menjadi unit-unit yang lebih kecil

yang disebut blastomer. Stadium clevage merupakan rangkaian mitosis yang

berlangsung berturut-turut segera setelah terjadi pembuahan yang menghasilkan

morula dan blastomer. Jika sudah mencapai stadium dua sel , zigot akan

mengalami serangkaian pembelahan mitosis sehingga selnya bertambah. Sel-sel

ini semakin kecil pada setiap kali pembelahan dikenal sebagai blastomer. Sampai

stadium delapan sel , sel-sel ini berkumpul membentuk gumpalan. Namun setelah

pembelahan ketiga , blastomer memaksimalkan kontak satu sama lain membentuk

suatu bola sel padat yang disatukan oleh taut erat. Proses ini pemadatan

(compaction), memisahkan sel-sel bagian dalam yang berkomunikasi secara

akstensif melalui taut celah (gap junction) ddari sel-sel luar. Sekitar 3 hari setelah

pembuahan, sel-sel mudigah kembali membelah untuk membentuk morula (16

sel). Sel dibagian dalam morula membentuk massa sel dalam (inner cell mass) dan

sel-sel disekitarnya membentuk massa sel luar. Massa sel dalam menghasilkan

12
jaringan mudigah yang sebenarnya dan massa sel luar membentuk trofoblas yang

kemudian berkembang menjadi plasenta.

2.3.3. Pembentukan Blastokista


Pada saat morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai merembes

menembus zona pelusida ke dalam ruang antarsel massa sel dalam. Secara

bertahap ruang antarsel menjadi konfulen dan akhirnya terbentuk sebuah rongga

yang disebut blastokel. Pada saat ini, mudigah disebut blastokista. Sel-sel di

massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas, terletak disuatu kutub sel-sel

di massa sel luar atau trofoblas menggepeng dan membentuk dinding epitel

blastokista. 7 hari setelah fertilisasi blastikista akan mengalami implantasi di

dalam uterus.

13
Gambar. Morula Gambar. Blastokista

2.3.4. Impalntasi
Implantasi adalah perlekatan dan penetrasi berikutnya oleh telur yang telah

dibuahi (pada tahap blastokista) di dinding rahim, yang dimulai dari 5 sampai 7

hari setelah pembuahan.


Pada saat implantasi, mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu

saat kelenjar dan arteri uterus bergulung dan jaringan menjadi tebal-basah

sehingga dikenali adanya 3 lapisan di endometrium yaitu : lapisan kompaktum di

bagian superfisial, lapisan spongiosum di tengah, dan lapisan basale yang tipis.

Dalam keaadaan normal blastokista tertanam di endometrium di sepanjang

dinding anterior atau posterior korpus uteri (Ferial, 2013)

2.3.5. Embryonic Disk (Diskus Germinativum Bilaminar)

Hari ke-8

14
Pada hari ke-8 perkembangan, blastokista sudah setengah terbenam di

dalam stroma endometrium. Di daerah diatas embrioblas, trofoblas telah

berdiferensiasi menjadi dua lapisan : (a) lapisan dalam berupa sel mononukleus

disebut sitotrofoblas dan (b) zona luar berinti banyak tanpa batas sel yang jelas

disebut sinsitotrofoblas.

Hari ke-9

Blastokista semakin terbenam di dalam endometrium dan defak penetrasi di epitel

permukaan ditutupi oleh bekuan fibrin. Perkembangan trofoblas sangat pesat

terutama di kutub embrional, tempat muncul vakuola-vakuola di sinsitium.

Setelah menyatu, vakuola-vakuola ini membentuk lakuna (danau) besar dan fase

perkembangan trofoblas ini dikenal sebagai stadium lakunar. Sementara itul di

kutub embrional, sel-sel gepeng yang mungkin berasal dari hipoblas membentuk

suatu membran tipis, membran ekselom (Heuser) yang melapisi permukaan dalam

sitotrofoblas. Membran ini bersama dengan hipoblas membentuk lapisan rongga

eksoselom atau yolk sac primitif.

Hari ke-11 dan 12

Pada hari ke-11 dan 12 perkembangan blastokista telah terbenam seluruhnya di

dalam stroma endometrium dan epitel permukaan hampir menutupi seluruh defek

semula dinding uterus. Blastokista sekarang menghasilkan sedikit penonjolan ke

dalam lumen uterus. Secara bersamaan, sel-sel sinsitotrofoblast makin menembus

ke dalam stroma dan mengikis lapisan endotel kapiler ibu. Kapiler-kapiler ini

yang mengalami kongesti dan melebar, dikenal sebagai sinusoid. Lakuna trofoblas

15
di kutub embrional sudah berhubungan langsung dengan sunusoid ibu di stroma

endometrium. Meseoderm ekstraembrional berpoliferasi dan mengisi ruang antara

membran eksoselom dan bagian dalam trofoblas

Hari ke-13

Pada hari ke-13 defek permukaan di endometrium biasanya telah sembuh. Namun

kadang-kadang terjadi perdarahan di tempat implantasi akibat meningkatnya

aliran darah ke dalam ruang-ruang lakuna. Karena terjadi pada hari ke-28 siklus

haid, perdarahan ini dapat disangka perdarahan haid biasa karenya dapat

menyebabkan kesalahan perkiraan tanggal kelahiran.

Lakuna trifoblast terdapat baik di kutub embrional maupun di kutub abembrional

dan sirkulasi uteroplasenta telah dimulai. Sitotrofoblas membentuk kolom-kolom

sel yang menembus ke dalam dan dikelilingi oleh sinsitum. Kolom ini disebut

vilus primer. Pada akhir minggu kedua blastokista sudah tertanam seluruhnya dan

defek dimukosa permukaan telah sembuh.

16
2.4. Gastrulasi

Proses paling khas yang terjadi selama minggu ketiga kehamilan adalah

gastrulasi, yaitu proses yang membentuk ketiga lapisan germinativum (ektoderm,

17
mesoderm, endoderm) pada mudigah. Gastrulasi diawali oleh pembentukan

primitive streak (garis primitif) dipermukaan epiblast. Pada awalnya garis ini

tidak terlalu jelas terlihat, tetapi pada mudigah berusia 15-16 hari, garis ini jelas

terlihat sebagai alur sempit dengan bagian yang sedikit menonjol dikedua sisi.

Ujung garis ini disebut primitive node (nodus primitif), terdiri dari daerah yang

sedikit meninggi yang mengelilingi primitive pit (lubang primitif) kecil. Di daerah

nodus dan garis tersebut, sel-sel epiblas bergerak ke arah dalam (invaginasi) untuk

membentuk lapisan sel baru, endoderm dan mesoderm. Sel yang tidak bermigrasi

melalui garis tetapi tetap di epiblas membentuk ektoderm. Karena itu, epiblas

menghasilkan ketiga lapisan germinativum mudigah.

Sel-sel pronotokord yang mengalami invaginasi di lubang primitif

bergerak maju sampai mencapai lempeng prekordal. Sel-sel ini terselip diantara

endoderm sebagai lempeng notokord. Dengan perkembangan lebih lanjut,

lempengan terlepas dari endoderm dan terbentuk suatu genjel (korda) solid,

notokord. Notokord suatu sumbu garis tengah yang akan berfungsi sebagai dasar

bagi kerangka aksial. Ujung sefalik dan kaudal mudigah ditentukan sebelum garis

primitif terbentuk. Karena itu, sel-sel di hipoblas (endoderm) di batas sefalik

diskus membentuk endoderm viseral anterior yang mengekspresikan gen-gen

pembentuk kepala.

Pada akhir minggu ketiga, tiga lapisan germinativum dasar yang terdiri

dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm telah terbentuk dibagaian kepala, dan

proses untuk menghasilkan lapisan germinativum ini berlanjut kebagian lebih

kaudal mudigah sampai akhir minggu keempat. Diferensiasi jaringan dan organ

18
telah dimulai, dan hal ini terjadi dalam arah sefalokaudal seiring dengan

berlanjutnya gastrulasi. Sementara itu, trofoblas berkembang pesat. Vilus primer

memperoleh inti mesenkim tempat terbentuknya kapiler halus. Jika kapiler vilus

ini sudah berkontak dengan kapiler di lempeng korion dan tangkai penghubung,

sistem vilus telah siap menyalurkan nutrien dan oksigen kepada mudigah (Hartini,

2008).

2.5. Neurulasi

Neurulasi adalah pembentukan tabung saraf dari ektoderm embrio. Pada

periode mudigah yang berlamgsung dari minggu ke-3-8 perkembangan adalah

periode disaat ketiga lapisan germinativum, ekotoderm, endoderm dan mesoderm

membentuk jaringan dan sistim organ masing-masing. Dengan terbentuknya

organ-organ, tubuh mudigah mulai memperlihatkan bentuknya.

Lapisan germinativum ektoderm menghasilkan orrgan dan struktur yang

mempertahankan kontak dengan dunia luar : (a) sistem saraf pusat; (b) sistem

saraf tepi; (c) epitel sensorik telinga, hidung dan mata; (d) kulit, ternasuk rambut

19
dan kuku; (e) hipofisis, kelenjar mamaria, kelenjar keringat serta email gigi.

Induksi lempeng saraf diatur oleh inaktivasi faktor pertumbuhan BMP4 (Bone

Morphogenetic Protein 4). Di rego kranial, inaktivasi disebabkan oleh noggin,

kordin dan folistatin yang disekresi oleh nodus, notokord dan mesoderm

prekordal. Inaktivasi BMP4 di daerah otak belakang dan korda spinalis dilakukan

oleh WNT3a dan FGF. Tanpa inaktivasi, BMP4 menyebabkan ektoderm menjadi

epidermis dan endoderm mengalami ventralisasi untuk menjadi mesoderm

lempeng lateral dan intermediat.

Komponen-komponen penting lapisan germinativum mesoderm adalah

mesoderm lempeng lateral, paraksial, dan intermediat. Mesoderm paraksial

membentuk somitomer yang menghasilkan mesenkim kepala dan tersusun

menjadi somit disegmen oksipital dan kaudal. Somit menghasilkan miotom

(jaringan otot), skleretom (tulang rawan dan tulang), dan dermatom (jaringan

subkutis kulit) yang semuanya adalah jaringan penunjang tubuh. Sinyal untuk

diferensiasi somit berasal dari struktur sekitar, termasuk notokord, tabung saraf

dan epidermis. Notokord dan lempeng lantai tabung saraf mengeluarkan sonic

hedgehog yang memicu sklerotom. Protein WNT dari tabung saraf dorsal

menyebabkan bagian dorsomedial somit untuk membentuk otot epaksial,

sementara BMP4, FGF (Fibroblas Growth Factor) dari mesoderm lempeng lateral

dan WNT dari epidermis menyebabkan bagian dorsolateral untuk membentuk otot

ektremitas dan dinding tubuh. Bagian tengah dorsal somit berubah menjadi dermis

di bawah pengaruh neurotrofin 3 yang disekresikan oleh tabung saraf dorsal.

Mesoderm juga menghasilkan sistem vaskular, yaitu jantung, arteri, vena,

20
pembuluh limfe, dan semua sel darah dan limfe. Selain itu mesoderm juga

mengahsilkan sistem urogenital : ginjal, gonad dan saluran-salurannya (tetapi

bukan kandung kemih). Yang terakhir, limpa dan korteks kelenjar suprarenal juga

merupakan turunan mesoderm.

Lapisan germinativum endoderm memebentuk lapisan epitel untuk bagian

dalam saluran cerna, saluran napas, dan kandung kemih. Lapisan ini juga

membentuk parenkim tiroid, paratiroid, hati dan pankreas. Yang terakhir, lapisan

epitel kavitas timpani dan tuba auditiva berasal dari lapisan germanitivum

endoderm.

Akibat pembentukan sistem organ dan pertumbuhan pesat sistem saraf

pusat, diskus embrional yang semula datar mulai melipat secara sefalokaudal,

membentuk lipatan kepala dan ekor. Diskus juga melipat secara transversal

(lipatan lateral) sehingga tubuh berbentuk bulat. Hubungan dengan yolk sac dan

plasenta masing-masing dipertahankan melalui duktus vitelinus dan tali pusat

(Langman, 2009).

21
2.6. Perkembangan Janin

14 Hari Pertama
Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi

membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak

menuju rahim. Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel

terus berkembang dan bertambah jumlahnya sehingga membantu blastokis terpaut

pada endometrium. Pembuluh darah primitif untuk embrio mulai berkembang

pada mesoderm. Blastokista mendapat makanan dari sitoplasmanya sendiri.

Hari ke 14-28
Pembuluh darah embrio berhubungan dengan pembuluh darah pada vili korion

primitif plasenta. Sirkulasi embrio/maternal telah terbentuk dan darah dapat

beredar. Kepala embrio dapat dibedakan dari badannya. Tunas-tunas tungkai dan

lengan mulai tampak. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut.

Hari 28-42

22
Panjang embrio kira-kira 12 mm pada akhir minggu ke 6. Lengan mulai

memanjang dan tangan mendapatkan bentuknya. Mata dan telinga mulai

terbentuk. Gerakan janin dapat terdeteksi dengan USG.

Minggu ke 8-10
Kepala fleksi ke dada dan mempunyai ukuran yang sama dengan tubuh. Leher

panjang sehingga tidak menyentuh dagu. Jari tangan dan kaki sudah terbentuk,

hidung dan telinga terbentuk. Kelopak mata terbentuk tetapi tertutup sampai

dengan minggu ke-25. Usus mengalami penonjolan samapai ke funikulis

ubilikalis karena tidak cukup ruang abdomen. Insersi funikulis sangat rendah pada

abdomen.

Minggu ke 10-12

23
Berat janin 14 gram. Telinga terlihat jelas, sirkulasi fetal telah berfungsi, terdapat

refleks mengisap dan menelan. Traktus renalis mulai berfungsi, kelopaka mata an

genitalia eksterna terbentuk.

Minggu ke 12-16
Berat janin 100 gram, genitalia lebih jelas terbentuk, kulit merah dan tipis

sehingga pembuluh darah terlihat. Timbunan lemak subkutan terjadi menjelang

minggu ke 16, rambut dan lanugo mulai tumbuh, tungkai lebih panjang daripada

lengan.

Minggu ke 20-24

24
Kulit sangat berkeriput karena lemak di subkutan terlalu sedikit. Lanugo menjadi

sangat gelap dan vernix kaseosa meningkat.

Minggu ke 24-28
Semua organ telah tumbuh dengan baik, mata terbuka, alis dan bulu mata

berkembang dengan baik. Lemak di subkutan lebih banyak sehingga kerutan di

kulit berkurang. Testis mengalami penurunan dari abdomen ke dalam skrotum.

Minggu ke 28-32
Lanugo mulai berkembang, tubuh mulai membulat karena ada simpanan testis,

testis telah turun.

25
Minggu 32-36
Sebagian besar lanugo terlepas, tetapi kulit masih tertutup vernix kaseosa. Tetstis

pada janin laki-laki sudah terdapat di skrotum. Ovarium pada janin perempuan

masih berada di sekitar kavitas pelviks. Umbilikus terletak lebih di pusat

abdomen.

Minggu 36-40
Penulangan (osifikasi) tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapi keadaan ini

merupakan keuntungan untuk memudahkan lewatnya janin melalui jalan lahir.

Terdapat cukup jaringan lemak subkutan. Berat badan mencapai 1kg. Gerakan

pernapasan janin dapat diidentifikasi dengan USG

26
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Embryo adalah proses pembentukan, pertumbuhan pada tingkat permulaan

dan perkembangan embryo. Sedangkan logos yaitu ilmu. Jadi embriologi yaitu

ilmu tentang pembentukan, pertumbuhan pada tingkat permulaan dan

perkembangan embrio. Embriologi atau ilmu embrio merupakan bidang ilmu yang

mempelajari bagaimana sel tunggal membelah dan berubah selama perkembangan

untuk membentuk organisme multiseluler. Proses pembelahan sel tersebut

dianamakan embriogenesis. Embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu

dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8

27
dari perkembangan manusia (Langman, 2009) dengan beberapa tahap : (1)

Fertilisasi, (2) Cleavage, (3) Blastulasi, (4) Implantasi, (5) Embryonic disk.

DAFTAR PUSTAKA

Ferial, Eddyman. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta : Erlangga

Heffner, Linda & Schust Danny. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta:
Erlangga.

Langman, Sadler T. 2010. Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC

Rohen, Johannes & Drecoll, Elke. 2003. Embriologi Fungsional, Perkembangan

Sistem Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta : EGC

Soenardihardjo & Bambang, dkk. 2011. Buku Ajar Embriologi. Suarabaya: Pusat

Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.

Utami, Hartini. 2008. Embriologi genitalia.

https://www.academia.edu/9589380/Embriologi_Genetalia. diunduh 30 Agustus

2015.

28
29

Anda mungkin juga menyukai