Anda di halaman 1dari 15

EMBRIOLOGI VETERINER

SPERMATOGENESIS

Oleh :

YULIA KHALIFATUN NISSA 1009511092


WINDY KARTIKA SARI 1809511094

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul ‘’Spermatogenesis“ ini dengan lancar dan tepat
waktu. Penulisan paper ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen matakuliah Embriologi Veteriner, bapak Drh. Putu Suastika, M. Kes.
Paper ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan spermatogenesis, serta infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan materi yang penulis bahas kali ini, tak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Embriologi Veteriner
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan paper ini serta kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung dan membantu sehingga dapat diselesaikannya
paper ini.
Penulis berharap, paper ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan
mengenai spermatogenesis bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri. Paper ini
masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Denpasar, 21 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Pengertian Spermatogenesis ........................................................................ 3
2.2 Fungsi Spermatogenesis .............................................................................. 4
2.3 Proses Pembentukan Spermatogenesis......................................................... 4
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis............................................. 5
2.5 Hormon yang Berperan dalam Spermatogenesis......................................... 5
2.5.1 Hormon ............................................................................................... 6
2.5.2 Fungsi Hormon.................................................................................... 7
2.6 Kecacatan pada Spermatogenesis................................................................. 8
2.6.1 Nondisjunction ................................................................................... 8
2.6.2 Sperma Berkepala Dua ....................................................................... 8
2.6.3 Sperma tanpa akrosom ....................................................................... 8
2.6.3 Oligospermia ...................................................................................... 8
2.6.5 Azoospermia ....................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Perjalanan Sel Sperma ............................................................ 3
Gambar 2. Proses Pembentukan Spermatogenesis ..................................................5
Gambar 3. Mekanisme Kerja Hormon ................................................................... 7

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam tubuh hewan ataupun manusia terdiri atas dua jenis sel, yaitu sel
somatik dan sel gamet. Sel somatik difungsikan dalam pembentukan sel tubuh.
Sedangkan sel gamet diperuntukkan untuk sel kelamin. Sel kelamin (gamet) ini
dihasilkan oleh organ organ yang tergabung dalam sistem reproduksi. Proses ini
disebut dengan gametogenesis. Gametogenesis erat kaitannya dengan sistem
reproduksi khususnya pada hewan dan manusia. Sebagaimana yang ketahui
bahwa salah satu bagian yang penting dalam sistem reproduksi adalah sel gamet
hal ini dikarenakan cikal bakal dari pembentukan individu baru adalah dari proses
reproduksi dan proses reproduksi bermula pertemuan antara sel kelamin jantan
dan betina. Dalam hal ini sel kelamin tersebut dihasilkan oleh proses gametosis.
Gametogenesis terdiri dari spermatogenesis dan oogenesis. Spermatogenesis
adalah proses dimana sel-sel germinal primordial pria yang disebut
spermatogonium menjalani meiosis, dan menghasilkan sejumlah sel yang disebut
spermatozoa. Spermatogenesis pada sperma terjadi di epididimis, sedangkan
tempat menyimpan sperma sementara terletak di vas deferens. Spermatogenesis
merupakan tahap atau fase-fase pendewasaan sperma di epididymis.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada paper ini :
1. Apa pengertian dari spermatogenesis?
2. Apa fungsi dari spermatogenesis?
3. Bagaimana proses spermatogenesis?
4. Apa factor yang mempengaruhi spermatogenesis?
5. Apa saja hormone yang berperan dalam spermatogenesis?
6. Apa saja kecacatan pada spermatogenesis?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper ini :
1. Mengetahui pengertian dari spermatogenesis.
2. Mengetahui fungsi dari spermatogenesis.
3. Mengetahui proses spermatogenesis.
4. Mengetahui factor yang mempengaruhi spermatogenesis.
5. Mengetahui apa saja hormone yang berperan dalam spermatogenesis.
6. Mengetahui apa saja kecacatan pada spermatogenesis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Spermatogenesis


Proses spermatogenesis yaitu pembentukan sperma, merupakan bagian
penting dari reproduksi pada manusia dan segala macam hewan. Spermatogenesis
dapat didefinisikan sebagai ‘proses yang terjadi pada gonad organisme jantan
yang bereproduksi secara seksual, dimana sel-sel germinal jantan terdiferensiasi
berkembang menjadi spermatosit, yang kemudian berubah menjadi spermatozoa.
Spermatozoa adalah gamet jantan dewasa yang hadir dalam organisme yang
secara melakukan reproduksi secara seksual, dan itu mirip dengan oogenesis pada
betina. Spermatogenesis biasanya terjadi pada tubulus seminiferus testis dalam
serangkaian tahap, diikuti oleh kematangan dalam epididimis, di mana mereka
menjadi siap untuk disahkan sebagai air mani bersama dengan sekresi kelenjar
lainnya. (Hisham, 2019)

Gambar 1. Ilustrasi perjalanan sel sperma

Proses pembentukan spermatogenesis dimulai pada saat pubertas karena


terjadi tindakan hipotalamus, kelnejar pitutari dan sel-sel Leydig, dan proses
tersebut akan berakhir setelah kematian. Namun jumlah sperma yang dihasilkan
akan berkurang secara bertahap seiring dengan bertambahnya usia, yang akhirnya
menyebabkan infertilitas. (Riyanto, 2018)

3
2.2 Fungsi Spermatogenesis
Tujuan dari spermatogenesis adalah untuk menciptakan gamet jantan
dewasa, yang secara efektif dapat membuahi gamet betina untuk membentuk
organisme bersel tunggal yang disebut zigot, yang akhirnya mengarah ke
pembelahan dan perbanyakan sel untuk membentuk janin. Juga, untuk memiliki
keturunan yang sehat, jumlah kromosom harus dipertahankan dalam jumlah tetap
pada tubuh, yang kegagalan dapat menyebabkan kelainan seperti sindrom
klinefelter, sindrom down, atau aborsi janin. Spermatogenesis bekerja untuk
menghindari hal ini. (Hisham, 2019)

2.3 Proses Spermatogenesis


Menurut Ownby (1999) dalam Basrizal (2007), proses spermatogenesis
pada hewan dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap proliferasi, tahap ini dimulai sejak sebelum lahir sampai beberapa saat
setelah lahir. Bakal sel kelamin yang ada pada lapisan basal dari tubuli
seminiferi melepaskan diri dan membelah secara mitosis sampai dihasilkan
banyak sel spermatogonia.
2. Tahap tumbuh, pada tahap ini spermatogonia membagi diri secara mitosis
sebanyak empat kali sehingga dihasilkan 16 sel spermatogonia.
3. Tahap menjadi masak, yaitu sel spermatogonia menjadi sel spematosit. Pada
tahap ini terjadi pembelahan meiosis sehingga sel spermatosit primer berubah
menjadi sel spermatosit sekunder. Kemudian spermatosit sekunder akan
berubah menjadi spermatid bersamaan dengan pengurangan jumlah kromosom
dari diploid (2n) menjadi haploid (n).
4. Tahap transformasi, pada tahap ini terjadi proses metamorfosa seluler dari sel
spermatid sehingga terbentuk sel spermatozoa.

4
Gambar 2. Tahap pembentukan spermatogenesis

Sedangkan menurut Djuwita et al (2000) dalam Basrizal (2007), proses


spermatogenesis dibagi menjadi dua tahap yaitu: spermatositogenesis adalah
pertumbuhan jaringan spermatogenik dengan pembelahan mitosis yang diikuti
dengan pembelahan reduksi (meiosis). Pada pembelahan meiosis jumlah
kromosom dibagi dua sama banyak yaitu dari diploid (2n) menjadi haploid (1n).
Sehingga pada saat yang bersamaan sel benih primordial juga berkembang
menjadi spermatogonia yang selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi spermatosit
primer. Spermatosit primer akan berkembang menjadi spermatosit sekunder.
Spermatosit sekunder melalui pembelahan meiosis akan menghasilkan spermatid.
Tahap berikutnya adalah spermiogenesis. Pada fase ini sel spermatid akan
mengalami metamorfosa dan membentuk spermatozoa secara sempurna.
Perubahan proses metamorfosa ini meliputi pembentukan akrosom,
kepala, badan dan ekor dari spermatozoa. Spermiogenesis dibagi dalam tahap
golgi, tahap tudung (cap phase), tahap akrosom, dan tahap pemasakan. Selama
fase golgi, butir-butir praakrosom muncul pada gelembung golgi dan akan

5
bergabung membentuk butir akrosom tunggal. Pada fase tudung, butir akrosom
bergerak ke kutup anterior inti, difase ini butir-butir akrosom memipih dan intinya
memadat. Selama transisi dari fase tudung ke fase akrosom, kepala spermatid
menempel pada sel sertoli dan mengarah ke lumen. Pada fase akhir yaitu fase
pemasakan terjadi diferensiasi spermatid, pengeluaran sitoplasma dihentikan.
Sitoplasma yang keluar disebut dengan badan residual kemudian difagosit oleh
sel Sertoli. Selama pertumbuhannya, spermatozoa selalu melekat pada sel Sertoli
dan bergerak dari dinding tubulus semineferus. Dalam perlekatannya dengan sel
Sertoli ini, spermatozoa menerima makanan sampai saat melepaskan diri ke
lumen tubulus. Kemudian spermatozoa meninggalkan tubuli seminiferi menuju
epididimis dan akan disimpan beberapa waktu sampai saat diejakulasikan.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya Spermatogenesis,
antara lain:

1. Proses Spermatogenesis sangat sensitive terhadap perubahan suhu


2. Adanya penyakit dapat mempengaruhi laju pembentukan sperma seperti
ketika kekurangan dalam makanan, paparan obat kuat dan alkohol.
3. Proses spermatogenesis sangat sensitif, dan dapat dipengaruhi oleh perubahan
dalam kadar hormon seperti tertosteron yang dihasilkan oleh hipotalamus,
kelenjar pituari, dan sel-sel leydig.
4. Stress oksidasi dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sperma, yang
menyebabkan masalah dalam pembuahan dan kehamilan

2.5 Hormon yang Berperan dalam Spermatogenesis


2.5.1 Hormon
 Hormon hipotalamus: GnRH
 Anterior hipofisis: LH dan FSH
 Testis: testosteron, estradiol, dan inhibin

6
 Testosteron disintesis oleh sel-sel Leydig, estradiol dan inhibin oleh
sel Sertoli
 Tidak ada pusat lonjakan hipotalamus dari laki-laki dan pusat tonik
GnRH, GnRH secara berdenyut untuk merangsang LH dan FSH

Gambar 3. Mekanisme Kerja Hormon

2.5.2 Fungsi Hormon


1. LH (glikoprotein)
 Bertindak merangsang produksi testosteron pada sel-sel Leydig
 Beberapa testosteron diangkut melalui membran basal ke sel Sertoli
dan beberapa hormon testosteron juga masuk ke sirkulasi sistemik
2. FSH (glikoprotein)
 Bertindak pada sel Sertoli untuk merangsang spermatogenesis dan
fungsi sel Sertoli
 Sertoli bertanggung jawab untuk aktivasi enzim aromatase untuk
konversi testosteron menjadi estradiol.
 Jika FSH berkurang maka fungsi sel Sertoli dan spermatogenesis
akan terganggu
3. Testosteron (steroid)
Dalam sel-sel Sertoli:
 Diikat oleh protein yang mengikat androgen dan dibawa ke dalam
lumen tubulus seminiferus, untuk transportasi ke epididimis

7
 Diubah menjadi estradiol oleh enzim aromatase dan melintasi ruang
bawah membran dan masuk ke sirkulasi
Dalam sirkulasi sistemik:
Umpan balik testosteron dan estradiol pada hipotalamus memperlambat
pelepasan GnRH, yang mengakibatkan output FSH dan LH berkurang.
4. Inhibin (glikoprotein)
Sel-sel Sertoli juga memproduksi inhibin, dimana umpan balik negatif
kembali pada hipofisis anterior yang secara selektif menekan FSH.

2.6 Kecacatan pada Spermatogenesis


2.6.1 Nondisjunction
Pada SyndromTurner, penyebab kelainan sindrom turner adalah tidak
mendapatkan kromosom Y, terjadi karena ada nondisjunction pada
spermatogenesis sehingga sperma yang dihasilkan adalah sperma XY dan
sperma yang tidak mempunyai kromosom kelamin kemudian membuahi
ovum X.
2.6.2 Sperma berkepala dua
Faktor lingkungan dapat mengubah proses pembentukan sperma
normal. Sebagai contoh, beberapa antibiotik umum seperti penisilin dan
tetrasiklin dapat menekan pembentukan sperma. Radiasi, timbal, pestisida
tertentu, ganja, tembakau, dan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan
produksi sperma yang abnormal (dua berkepala, dll beberapa ekor).
2.6.3 Sperma tanpa akrosom
2.6.4 Oligospermia
Oligospermia adalah suatu keadaan dimana sel sperma berkurang
dalam cairan semen, disebabkan oleh karena varicocele, diet yang terlalu
ketat, merokok, minum alkohol, menggunakan obat-obat psikotropika,
menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat, stress, terlalu sering
melakukan hubungan seksual sehingga kuaalitas sperma kurang baik.
2.6.5 Azoospermia

8
Azoospermia adalah tidak adanya spermatozoa pada cairan ejakulasi
(semen). 1-5 Azoospermia ditemukan dalam 10% dari kasus infertilitas pria.
Azoospermia terjadi karena adanya obstruksi saluran reproduksi/vas
deferens (azoospermia obstruksi) atau adanya kegagalan testis memproduksi
spermatozoa (azoospermianon-obstruksi).

BAB III
KESIMPULAN

9
Spermatogenesis dapat didefinisikan sebagai ‘proses yang terjadi pada gonad
organisme jantan yang bereproduksi secara seksual, dimana sel-sel germinal jantan
terdiferensiasi berkembang menjadi spermatosit, yang kemudian berubah menjadi
spermatozoa untuk menciptakan gamet jantan dewasa, yang secara efektif dapat
membuahi gamet betina untuk membentuk organisme bersel tunggal yang
disebut zigot. Spermatogenesis melewati beberapa tahapan dengan dibantu oleh
hormon FSH, LH, dan testosteron walaupun mengalami beberapa kecacatan dalam
masa pembentukannya.

DAFTAR PUSTAKA

10
Basrizal. 2007. Gambaran Morfologi dan Frekuensi Tahapan Spermatogenesis pada
Domba Garut. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor :
Bogor.
Ferial, Eddyman. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta : Erlangga
Fried, H. George dkk.(2005). Schaum’s Outlines BIOLOGI edisi kedua. Jakarta:
Erlangga
Heffner, Linda & Schust Danny. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta:
Erlangga.
Hisham, S. 2019. Pengertian, fungsi dan proses spermatogenesis (pembentukan
sperma). https://hisham.id/2015/05/pengertian-fungsi-dan-proses-
spermatogenesis.html [21 Oktober 2019]
Langman, Sadler T. 2010. Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC
Riyanto, A. 2018. Pengertian, Fungsi, Tahapan, dan Faktor Proses Spermatogenesis
pada Manusia. https://www.amongguru.com/pengertian-fungsi-tahapan-dan-
faktor-proses-spermatogenesis-pada-manusia/ [21 Oktober 2019]
Rohen, Johannes & Drecoll, Elke. 2003. Embriologi Fungsional, Perkembangan
Sistem Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta : EGC
Soenardihardjo & Bambang, dkk. 2011. Buku Ajar Embriologi. Suarabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai