Anda di halaman 1dari 20

PAPER EMBRIOLOGI VETERINER

FERTILISASI

Disusun oleh

Kelompok : 2
Kelas :B

Anggota Kelompok:
1. Putra Rizky Wahyu Setyawan (2009511038)
2. Adi Setiawan (2009511039)
3. Annisa Astuti Lestari (2009511053)
4. Ni Made Santi Rahayu Adiari (2009511056)
5. Dionysius Immanuel (2009511062)
6. Titi Humairah Bahtiar (2009511073)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasaNya, sehingga
paper embriologi veteriner mengenai materi fertilisasi dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi penilaian tugas mata kuliah embriologi veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Tulisan ini penulis buat bersama-sama
dengan rekan satu kelompok melalui metode daring.

Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan, agar paper ini dapat menjadi lebih
baik lagi kedepannya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Denpasar, 7 Oktober 2021


Hormat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................


i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Kata Pengantar ....................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
2.1 Fertilisasi ................................................................................................................ 3
2.2 Kultur In Vitro ........................................................................................................ 3
2.3 Aktivasi Embrio Partenogenetik ............................................................................ 4
2.4 Pembelahan Embrio ............................................................................................... 5
2.5 Histone Deacetylase Inhibitor (HDACi) ................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 7
3.1 Pengertian Fertilisasi .............................................................................................. 7
3.2 Fungsi Fertilisasi .................................................................................................... 7
3.3 Perjalanan Spermatozoa ke Tempat
Fertilisasi ..........................................................
3.4 Perjalanan Ovum ke Tempat
Fertilisasi .....................................................................
3.5 Tahapan
Fertilisasi .....................................................................................................
3.6 Jenis-Jenis Fertilisasi .................................................................................................
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................
4.2 Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sel telur terfertilisasi. (A) Proses fertilisasi, (B) Embrio 2 sel ...................................
Gambar 2 Perbedaan fertilisasi normal dengan partenogenetik ..................................................
Gambar 3 Pembelahan embrio praimplantasi pada mencit .........................................................
Gambar 4 Asetilasi dan deasetilasi histon ...................................................................................
Gambar 5 Katak sedang melakukan pembuahan ........................................................................
Gambar 6 Fertilisasi pada katak ..................................................................................................
Gambar 7 Reproduksi pada katak ...............................................................................................
Gambar 8 Reproduksi seksual dan fertilisasi pada ikan ..............................................................
Gambar 9 Reproduksi reptil ........................................................................................................
Gambar 10 Fertiliasi pada ruminansia ........................................................................................
Gambar 11 Fertiliasi pada ayam ..................................................................................................
Gambar 12 Fertilisasi pada unggas .............................................................................................
Gambar 13 Fertilisasi pada burung .............................................................................................

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1
Tambel 2

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup tentunya menginginkan untuk meneruskan keturunannya, tidak
terkecuali dengan hewan. Fertilisasi adalah penyatuan dua gamet untuk membentuk sel
tunggal (zigot). Pada hewan umumnya fertilisasi merupakan proses penyatuan atau peleburan
inti sel telur (ovum) dari gamet betina atau matroklin dengan inti sel spermatozoa dari gamet
jantan atau patroklin, dimana masing-masing gamet mengandung 1N kromosom yang disebut
haploid. Hasil fertilisasi ini adalah mahluk hidup baru yang disebut zigot. Zigot ini
mengandung 2N kromosom (diploid).
Meskipun zigot masih satu sel baru, tetapi ia disebut makhluk hidup baru, karena
zigot merupakan bentuk paling awal dari semua makhluk hidup yang berkembang melalui
proses fertilisasi. Dari zigot satu sel inilah akan berkembang menjadi embrio tahap dua sel,
empat sel, morula, blastosis dan akan terus berkembang dan berdiferensiasi membentuk
organ-organ tubuh sampai akhirnya membentuk fetus. Setelah mencapai dewasa kelamin
(pubertas), maka aktivitas reproduksi akan dimulai kembali melalui proses gametogenesis
dan fertilisasi, sehingga membentuk suatu siklus yang saling berkaitan
Peran utama fertilisasi adalah penggabungan konstitusi gen yang terdapat pada
spermatozoa dan ovum. Lebih lanjut, peran lainnya adalah sebagai perangsang perkembangan
selanjutnya dari hasil fertilisasi. Proses Fertilisasi ini kemudian dilanjutkan dengan
embriogenesis sampai pada proses organogenesis yaitu pembentukan organ-organ tubuh
Sebelum mencapai proses fertilisasi, spermatozoa yang berasal dari tubuh jantan
harus melalui perjalanan panjang dan mengalami proses persiapan serra tempat pertemuan
harus memenuhi syarat bagi sel spermatozoa. Begitu pula dengan sel ovum yang berasal dari
ovarium juga mengalami perjalanan panjang untuk menuju ke tempat fertilisasi

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan paper ini adalah:
1. Mengetahui apa itu fertilisasi
2. Mengetahui fungsi fertilisasi dan jenis-jenis dari fertilisasi
3. Mempelajari dan mengetahui tahapan fertilisasi

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan mengerti tentang
fertilisasi yang sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan serta menjadi topik penting
bagi mahasiswa kedokteran hewan untuk memahami hal ini. Dari sini kita dapat memahami
dan mengetahui fungsi penting fertilisasi serta jenis-jenisnya dan bagaimana sebuah fertilisasi
terjadi pada makhluk hidup.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel sperma dengan sel telur. Sel telur
diaktivasi untuk memulai perkembangannya dan inti sel dari dua gamet akan bersatu untuk
menyempurnakan proses reproduksi seksual. Penetrasi spermatozoa ke dalam membran
vitelin mengaktivasi sel telur untuk melengkapi proses meiosisnya dan mengeluarkan
badan polar kedua. Kromosom yang terkandung dalam pronukleus jantan haploid
bersatu dengan kromosom dalam pronukleus betina. Proses penyatuan kedua kromosom
tersebut disebut dengan singami. Sebagai konsekuensi dari fertilisasi, jumlah kromosom
kembali menjadi diploid, jenis kelamin suatu individu ditentukan, dan variasi biologis
dihasilkan dari integrasi karakteristik herediter paternal dan maternal (McGeady et al, 2006).

Gambar 1. Sel telur terfertilisasi. (A) Proses fertilisasi, (B) Embrio 2 sel (Byers et al. 2006)

Masuknya spermatozoa ke dalam membran plasma sel telur menginduksi


pelepasan kalsium intraseluler dalam sel telur (Alberio et al, 2001). Setelah fertilisasi,
perubahan metabolisme sel telur dipengaruhi oleh fluktuasi konsentrasi kalsium tersebut.
Peningkatan konsentrasi kalsium ini akan menahan proses meiosis sel telur dan
menginduksi proses mitosis embrio. Respon aktivasi sel telur tersebut termasuk pengerahan
mRNA maternal untuk translasi, perubahan sintesis protein, dan aktivasi genom zigot
(McGeady et al, 2006).

2.2 Kultur In Vitro


Embrio berkembang lebih lambat dalam medium kimiawi pada kultur in vitro
dibandingkan dengan in vivo, hal ini menunjukkan bahwa saluran reproduksi menjadi faktor
spesifik yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan optimal pada sel telur
(Pratt 1987). Kemampuan sel telur untuk bertahan dalam kultur in vitro tergantung pada
spesies, tahap perkembangan sel telur, kandungan fisik dan biokimia pada media, suhu
penyimpanan, tingkat pendinginan dan penghangatan sel telur, serta teknik penyimpanan
dan transfer sel telur.

2.3 Aktivasi Embrio Partenogenetik


Partenogenesis dikenal sebagai produksi embrio dari gamet betina tanpa diikuti
oleh gamet jantan, dengan atau tanpa perkembangan menjadi dewasa (Sandhu et al,
1994). Secara alami, proses ini terjadi pada hewan tingkat rendah seperti insekta,

2
moluska, dan sebagainya. Partenogenesis dapat menggunakan berbagai stimulasi, yaitu
stimulasi fisik, suhu, kimia, radiasi, serta stimulasi dengan memasukkan sperma (Sandhu
et al, 1994). Stimulasi dengan suhu adalah dengan menempatkan sel telur pada suhu yang
tinggi atau rendah seperti yang dilakukan oleh Balakier & Tarkowski (1976).
Stimulasi kimiawi dapat menggunakan Ca2+, ionophore, ethanol 7%, strontium chloride,
phorbol ester, dan thimerosal. Berbagai stimulasi tersebut menggantikan peran sperma
dalam menginduksi pelepasan kalsium intraseluler sehingga sel telur dapat teraktivasi
(Alberio et al, 2001). Selain itu, terdapat senyawa kimia lain yang perlu ditambahkan
pada medium aktivasi atau medium kultur untuk mencegah keluarnya badan polar
kedua di dalam sel telur. Cytochalasin B, misalnya, memiliki kemampuan untuk
memecah filamen aktin dan menghambat sitokinesis (Murti et al, 2009). Oleh karena
itu, sel telur akan tetap mengandung kromosom diploid sehingga dapat berkembang
sebagai embrio partenogenetik.

Gambar 2. Perbedaan fertilisasi normal dengan partenogenetik (Boediono et al. 1995)

2.4 Pembelahan Embrio


Sel telur yang telah diovulasi akan mengalami beberapa tahapan setelah
diaktivasi maupun difertilisasi oleh sel sperma. Sel telur akan berkembang menjadi
zigot kemudian melakukan pembelahan awal menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, hingga mengalami
kompaksi dan disebut dengan morula. Kemudian morula berkembang menjadi blastosis
yang memiliki struktur terdiri atas blastosul, Inner Cell Mass (ICM), trofoblast, dan zona
pelusida. Selanjutnya balstosis akan keluar dari zona pelusida (hatching) untuk kemudian
berimplantasi pada dinding uterus (Hogan 1994).

3
Gambar 3. Pembelahan embrio praimplantasi pada mencit (Goetz 2005)

Pada mamalia, pembelahan awal terjadi selama 24 jam kemudian


pembelahan selanjutnya terjadi pada interval setiap 12 jam hingga hari ketiga. Berbeda
dengan pembelahan in vivo, proses pembelahan pada in vitro mengalami pelambatan
sehingga membutuhkan waktu 48 jam setelah fertilisasi. Sinkronisasi pembagian blastomer
pun tidak terjadi pada tahap awal sehingga dapat ditemukan tahapan tiga, lima, enam, atau
tujuh blastomer pada proses secara in vitro (McGeady et al, 2006).

2.5 Histone Deacetylase Inhibitor (HDACi)


Histon merupakan struktur protein yang bersama-sama dengan DNA membentuk
kromatin. Histon membantu mengorganisasi untai-untai panjang DNA menjadi sebuah
struktur yang dikenal sebagai nukelosom. Sebagai protein dasar yang kaya akan asam
amino, lysin, dan arginin, histon dapat mengalami dua bentuk yang antagonis, yaitu
asetilasi dan deasetilasi. Enzim yang bertanggung jawab terhadap mekanisme tersebut ialah
histone acetyl transferases (HTAs) yang memproduksi asetilasi dan histone deacetylases
(HDACs) yang akan mengembalikan proses tersebut.
N-terminal pada histon memainkan sebagian besar peran dalam regulasi
transkripsi. Mengingat asetilasi berkorelasi dengan perubahan bentuk dan aktivasi transkripsi
nukleosom, deasetilasi histon menginduksi penahanan transkripsi melalui kondensasi
kromatin. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa netralisasi pengisian residu lysin dalam
rantai N-terminal oleh proses asetilasi menyebabkan longgarnya rantai histon dan DNA.
Relaksasi struktur kromatin ini memudahkan masuknya faktor yang bervariasi ke DNA.
Pergantian grup asetil pada molekul histon yang cepat di dalam sel dan tingkat
asetilasi dikontrol oleh keseimbangan kedua aktivitas tersebut, asetilasi dan deasetilasi
(Monneret 2005).

Gambar 4. Asetilasi dan deasetilasi histon (Shonka & Gilbert 2010)

4
Histone Deacetylase Inhibitor (HDACi) merupakan enzim penghambat proses
deasetilasi. Ia terbagi menjadi empat kelompok: asam lemak rantai pendek, asam
hidroksamid, tetrapeptida siklik, dan benzamid. Masing-masing jenis HDACi
memiliki fungsi yang berbeda; agen-agen ini menghambat enzim deasetilase histon
yang akan mendorong akumulasi asetilasi di dalam histon serta diikuti pula oleh perubahan
intrasel (Yoo 2006).
Trichostatin A (TSA) dan scriptaid merupakan contoh inhibitor jenis asam
hidroksamid. Hidroksamid adalah inhibitor HDACs yang potensial serta aktif pada
konsentrasi mikromolar sampai dengan nanomolar. TSA, yang dihasilkan dari
Streptomyces hygroscopicus (Monneret 2005), telah ditunjukkan pertama kali sebagai
penghambat diferensiasi yang potensial dan penahan siklus sel, serta laporan terakhir
menyebutkan bahwa TSA memliki aktivitas anti-HDAC (Yoo 2006).
Inhibitor lainnya, scriptaid, dapat menginduksi modifikasi rantai histon yang
penting dalam struktur kromatin: meningkatkan asetilasi H3K9 dan dimetilasi H3K4
serta menurunkan dimetilasi H3K9 sehingga mampu menekan petumbuhan kanker yang
dipengaruhi oleh perubahan epigenetik (Lee et al, 2008).

5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana
proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi merupakan suatu proses
yang sangat penting dan merupakan titik puncak dari serangkaian proses yang terjadi
sebelumnya (Puja et al., 2010). Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan
atau fusi dari dua sel gamet, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zigot
yang mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor
hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nukleus
(Toelihere, 1985).
Fertilisasi diawali dengan proses pembentukan gamet yang disebut dengan
gametogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) pada jantan dan
pembentukan ovum (oogenesis) pada betina. Spermatogenesis berlangsung di dalam testis
pada bagian tubulus seminiferus, sedangkan oogenesis berlangsung di dalam ovarium (Puja et
al., 2010).
Fertilisasi mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari
spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang perkembangan
dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung, dilanjutkan dengan proses
embriogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan neurulasi, dan
proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh (Puja et al.,
2010).

3.2 Fungsi Fertilisasi


Dalam prosesnya, fertilisasi mempunyai dua fungsi utama (Puja et al., 2010), yaitu:
- Fungsi Reproduksi
Pada fungsi ini fertilisasi memungkinkan terjadinya pemindahan unsure-unsur genetik
dari orang tua atau induk. Jika pada proses pembentukan gamet terjadi reduksi unsur genetik
dari diploid menjadi haploid, maka pada proses fertilisasi kemungkinan terjadi pemulihan
kembali unsure genetiknya, sehingga diperoleh individu normal 2n.
- Fungsi Perkembangan
Pada fungsinya dalam perkembangan, fertilisasi menyebabkan rangsangan pada sel
telur untuk menyelesaikan proses meiosis kemudian membentuk pronukleus betina yang akan
melakukan zyngami dengan pronukleus jantan, dan akan membentuk zigot akhirnya akan
berkembang menjadi embrio dan fetus.

3.3 Perjalanan Spermatozoa ke Tempat Fertilisasi


Perjalanan spermatozoa ke tempat fertilisasi mengalami tiga tahapan yaitu:
 Fertilisasi Dalam Tubuh Jantan
Awalnya spermatozoa berasal dari tubulus seminiferus kemudian menuju ke vas
deferens. Perjalanan dari tubulus seminiferus ke vas deferens memakan waktu berhari hari.
Dari vas deferens, spermatozoa akan masuk ke duktus epididimis. Di dalam duktus
epididimis, spermatozoa akan mengalami pematangan atau kapasitasi secara fisiologi dan
siap untuk diejakulasikan sewaktu-waktu. Dari duktus epididimis, spermatozoa akan masuk

6
ke vas deferen. Sperma mampu bergerak karena kerutan otot yang disebabkan oleh
rangsangan yang sangat kuat. Vas deferens pada beberapa jenis hewan berfungsi sebagai
penyimpan mani. Pada vas deferens akan bermuara vesikula seminalis yang memberikan
plasma pada sperma. Dengan rangsangan yang kuat sperma akan dikeluarkan melalui uretra.
 Fertilisasi Di Luar Tubuh Jantan
Proses ini dapat ditemukan pada hewan-hewan tertentu. Pada avertebrata, pisces, dan
amphibi, mani diejakulasikan di dekat telur yang dikeluarkan oleh betina secara serentak.
Sperma akan bergerak ke dalam media yang dalam hal ini adalah air, kemudian membuahi
sel telur
 Fertilisasi Dalam Tubuh Betina
Pada proses fertilisasi ini, sperma disalurkan ke tubuh betina melalui media yang
dimasukkan atau kontak langsung dengan kelamin betina. Spermatozoa harus mempunyai
kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di bagian ampula dari uterus.
Beberapa faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap kecepatan perjalanan spermatozoa
adalah volume ejakulat, tempat deposisi, dan anatomi saluran reproduksi betina.

3.4 Perjalanan Ovum ke Tempat Fertilisasi


Pada waktu ovum diovulasikan, maka ovum akan dilepaskan ke dalam rongga
peritoneum. Dari sini ovum akan masuk ke infundibulum yang dengan fimbriaenya aktif
melingkup ovarium dan menghisap ovum yang diovulasikan. Dari infundibulum ovum
bergerak sepanjang oviduk, kemudian ke uterus dengan bantuan kontraksi otot dan kayuhan
silia pada dinding oviduk. Pada hewan yang pembuahannya diluar, ovum akan dipancarkan
keluar tubuh dengan adanya kontraksi dinding uterus dibantu oleh gerakan saluran
pencernaan.

3.5 Tahapan Fertilisasi


Adapun 5 tahapan utama fertilisasi adalah
1. Kontak awal membran sperma dengan sel telur: reaksi akrosom
- Kontak sperma & sel telur
- Penembusan membran sel telur oleh spermatozoon
- Bergabungnya membran plasma spermatozoon dengan membran sel telur
2. Reaksi korteks (granula korteks pecah)
3. Penghambatan terhadap polispermi
- Untuk hewan-hewan tertentu penyelesaian meiosis
4. Pembentukan pronukleus jantan dan betina
5. Klimaks : amfimiksi pembentukan dan peleburan pronukleus jantan (dekondensasi) dan
betina (haploid monad) : peleburan materi genetik paternal dan maternal

 Aktivasi Metabolisme Telur Menjelang Pembelahan


Tempat terjadinya penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah di dalam ampula dari
tuba fallopii. Pada pertemuan ini, ovum masih terbungkus oleh sel-sel granulose yang berasal
dari folikel dan selubung ovum (Puja dalam susari., 2016 : 3).
Proses penetrasi ovum yang terdiri dari tiga tahap (sadler : 2015 :34) , yaitu :
1. Fase Penetrasi Korona Radiata

7
2. Fase Penetrasi Zona Pelusida
3. Penyatuan Membrane Sel Oosit Dan Sperma
 Penjelasan mengeanai tiap prosesnya
1. Penetrasi Korona Radiata
Korona radiata merupakan bagian terluar dari ovum, untuk mempenetrasinya,
tentu sperma berlomba-lomba dengan ratusan juta sperma lainnya (sekitar 200-300
juta sperma) karena hanya satu sperma yang dapat menembus korona radiate.
Diperkirakan, sperma lainnya membantu spermatozoa yang membuahi untuk
menembus sawar pelindung gamet wanita lainnya. Hanya sperma yang telah
terkapasitasi lah yang dapat menembus korona radiate.
2. Penetrasi Zona Pelusida
Zona pelucida adalah selubung glikoprotein yang memudahkan spermatozoa
mengadakan pengikatan dan reaksi akrosom. Dapat dikatakan, zona pelucida
meruapakan lapisan kedua setelah korona radiata. Reaksi akrosom ini diperantarai
oleh ligan ZP3, yaitu suatu protein zona pelucida yang berfungsi sebagai reseptor
sperma. Pelepasan enzim akrosom (akrosin) akan memudahkan sperma menembus
zona pelusida.
Permeabilitas sperma ini akan berubah ketika spermatozoa berkontak dengan
permukaan oosit. Kontak ini akan memacu oosit mensekresikan enzim lisosim yang
akan mengubah sifat zona pelucida untuk mencegah penetrasi sperma dan
menginaktifkan tempat-tempat reseptro spesifik untuk sperma lain di permukaan ini.
Dapat dikatakan, saat satu sperma telah menembus zona pelucida, ovum akan
mengondisikan agar tak ada sperma lain yang masuk.
3. Fusi Membrane Sel Sperma Dan Oosit
Setelah melekat, membrane plasma sperma dan sel telur menyatu dan
melakukan reaksi-reaksi atau aktifitas lain yang akhirnya dapat menghasilkan zigot

3.6 Jenis-Jenis Fertilisasi


Ada dua jenis fertilisasi yaitu fertilisasi eksternal (di luar tubuh) dan fertilisasi internal (di
dalam tubuh).
A. Fertilisasi eksternal
Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh organisme
betinanya, proses ini dapat ditemui pada golongan ikan dan katak. Golongan ini selalu
mengeluarkan telur-telurnya dalam jumlah banyak, untuk mengatasi banyak gangguan
di sekelilingnya dari faktor alam maupun binatang pemangsa.
1. Fertilisasi Pada Katak
Pada katak, saat akan melakukan fertilisasi, katak jantan akan menempel pada
punggung betina sambil menekan perut betina dengan menggunakan kaki bagian
depan dan merangsang pengeluaran telur kedalam air. Setiap telur yang dikeluarkan
diseliputi oleh selaput telur (membran vitelin). Hal tersebut dikenal dengan amplexus.
Bersamaan dengan itu, katak jantan akan mengeluarkan sperma untuk membuahi sel
telur tersebut, sehingga terjadilah fertilisasi. Pada saat bereproduksi katak dewasa
akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk
dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi

8
yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan
bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
dengan metamorfosis (Refa, Y., 2011).

Gambar 5. Katak sedang melakukan pembuahan


(Sumber: amfibi part 3 : (http://yanuarefa.blogspot.com/2011/06/amfibi-
part-3-bangsa-anurakodokkatak.html)

Gambar 6. Fertilisasi pada katak


(Sumber : http://temanbelajar.net84.net/pengayaan/ipa/perkembangbiakan-hewan/)

Gambar 7.Reproduksi pada katak


(Sumber Margielene D. Judan. 2015. Sexual Reproduction in
Animal. URL https://www.slideshare.net/judan1970/unit-4-lesson-45-sexual-
reproduction-in-animals)

9
2. Fertilisasi Pada Ikan
Pada ikan yang pembuahannya secara eksternal, ikan betina tidak mengeluarkan
telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih
lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium
melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari
tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air. Bersamaan
dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan melalui
saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka,
sehingga terjadi fertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus
berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada
celah batuan (Jaya, R., 2013).

Gambar 8. Reproduksi Seksual dan Fertilisasi pada ikan


(Sumber Jonathan's. Sexual Reproduction and Fertilization. URL
https://www.jonathansclassroom.com/gamete-production--
fertilization.html )
B. Fertilisasi Internal
Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh organisme
betinanya, sehingga lebih aman dari gangguan faktor luar, tersimpan di dalam rahim
organisme betinanya. Hanya saja perkembangan ovum yang telah dibuahinya dapat
bermacammacam, misalnya ada yang mengalami ovovipar (telur menetas menjadi
bayi di luar tubuh betinanya, seperti terjadi pada golongan serangga dan burung),
ovovivipar (telur menetas menjadi bayi sewaktu akan ke luar dari tubuh betinanya,
seperti terjadi pada golongan reptil), dan vivipar (melahirkan bayi atau anak, seperti
terjadi pada golongan hewan menyusui).
A. Fertilisasi Pada Reptil
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan
yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil
bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan
kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya.
Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil
betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang
oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma
bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu

10
epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di
hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang
dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok
hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke
dalam saluran kelamin betina.

Gambar 9. Reproduksi Reptil


Sumber (http://3.bp.blogspot.com/-hnoZaeRPToE/UNNhuWL-
z4I/AAAAAAAAADM/_LeTXK4Bb_4/s1600/reproduksi-reptil1.jpg)

B. Fertilisasi Pada Mamalia


Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan
vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar,
sehingga pembuahannya bersifat internal. Mammalia jantan mengawini mammalia
betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat
kelamin betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di
sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang
berakhir pada vagina. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens
yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari
kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat
hidup sperma. Ovum yang dibuahi sperma akan membentuk zigot. Zigot akan
berkembang menjadi embrio dan fetus. Lamanya fertilisasi dari penetrasi sel
spermatozoa sampai waktu pembelahan sel pertama, kemungkinan besar memerlukan
waktu tidak lebih dari 24 jam. Lama pembuahan dihitung berdasarkan waktu yang
diperlukan sejak masuknya sel sperma ke dalam sel telur sampai dimulainya
pembelahan zigot. Pada mammalia, satu sel spermatozoa diperlukan untuk
pembuahan, oleh karena itu untuk mencegah masuknya sel spermatozoa yang lain, sel
telur mempunyai dua sistem pertahanan, yaitu zona pellusida dan membran vitelin.
Zona pellusida akan mengalami perubahan akibat melekatnya sel spermatozoa ke
dalam membran vitelin. Perubahan ini mengakibatkan butir-butir korteks (cortical
granules) yang terdapat pada membra vitellin dilepaskan ke arah zona pellusida,
sehingga ruang perivitelin makin lama makin meluas dan perluasannya dimulai dari
tempat sel spermatozoa masuk.

11
Gambar 10.Fertiliasi pada Ruminasia
(Sumber: J.S.Elcano. Biogeosphere Bilingual Biology and Geology. URL
https://evaprofebio.jimdofree.com/natural-science-2nd-eso/ud-4-reproducci
%C3%B3n/2-2-reproducci%C3%B3n-sexual-en-animales/)

C. Fertilisasi Pada Unggas


Kelompok unggas merupakan kelompok ovipar, yang walaupun tidak
memiliki alat kelamin luar tetapi fertilisasi tetap berada di dalam tubuh dengan cara
menempelkan kloaka masing-masing. Unggas betina hanya mempunyai satu ovarium,
yaitu ovarium kiri. Sedangkan ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan mengecil
(rudimenter). Pada ovarium melekat suatu bentukan seperti corong yang berfungsi
sebagai penerima ovum yang kemudian akan dilanjutka oleh oviduk. Ujung oviduk
membesar menjadi uterus yang akan bermuara pada kloaka. Unggas jantan
mempunyai sepasang testis yang letaknya berhimpit dengan ureter dan bermuara pada
kloaka (Saputro, T., 2015). Fertilisasi akan berlangsung pada ujung oviduk. Ovum
yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka dan dikelilingi oleh cangkang
yang tersusun oleh zat kapur. Hanya beberapa sel sperma yang mampu mendekati
ovum dan hanya beberapa sperma yang mampu menembus zona pellucida, akhirnya
hanya satu sperma yang dapat membuahi ovum (Nalbandov, 1990). Pada unggas,
setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum dan akan menembus
membran vitellin ovum, sehingga terbentuk calon embrio (Nuryati et al., 1998).

Gambar 11. Fertilisasi pada ayam Gambar 12 Fertilisasi pada unggas


Sumber: Sumber : (Nuryati et al., 1998) (Sumber:http://exxamm.com/blog/Blog/14099/zxcvb
nm4)

12
D. Fertilisasi Pada Burung
Berbeda dengan katak, pembuahan terjadi di dalam tubuh tetapi
perkembangannya di luar. Telur dibuahi di dalam, kemudian diletakkan di luar oleh
betina. Telur membutuhkan suhu yang hangat. Biasanya, sang ibu duduk di atasnya
atau ditempatkan di dalam inkubator. Burung muda menetas dalam waktu sekitar 3
minggu (21 hari). Cangkang telur keras, tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3).
Terdiri dari kuning telur, albumen (putih telur) dan cangkang.

Gambar 13. Fertilisasi Pada burung


Sumber: Margielene D. Juda. 2015. Sexual Reproduction in Animal. URL:
https://www.slideshare.net/judan1970/unit-4-lesson-45-sexual-reproduction-
in-animals)

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada hewan umumnya fertilisasi merupakan proses penyatuan atau peleburan inti sel
telur (ovum) dari gamet betina atau matroklin dengan inti sel spermatozoa dari gamet jantan
atau patroklin. Dalam prosesnya, fertilisasi mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi
reproduksi dan pengembangan. Fungsi reproduksi berarti fertilisasi memungkinkan terjadinya
pemindahan unsur-unsur genetik dari orang tua atau induk. Fungsi perkembangan berarti
fertilisasi menyebabkan rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan proses meiosis
kemudian membentuk pronukleus betina yang akan melakukan zyngami dengan pronukleus
jantan, dan akan membentuk zigot akhirnya akan berkembang menjadi embrio dan fetus.
Fertilisasi sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu fertilisasi eksternal dan fertilisasi internal.
Fertilisasi eksternal adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh
organisme betinanya. Fertilisasi Internal Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi
di dalam tubuh organisme betinanya. Adapun tahapan fertilisasi ada lima yaitu reaksi
akrosom, reaksi korteks, penghambatan terhadap polispermi pembentukan pronukleus jantan
dan betina, dam klimaks.

4.2 Saran
Menyadari masih banyak kekurangan dalam karya tulis kami, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan isi dari karya tulis diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, penulis juga akan
berusaha lebih teliti agar dapat mengurangi kesalahan dalam penulisan baik dalam bentuk
huruf, kata, ataupun kalimat pada karya tulis selanjutnya. Untuk saran kami mengharapkan
keritik ataupun saran yang membangun sehingga penulis dapat mengintropeksi diri dan dapat
menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Irdasila.2021.Modul Perkembangan Hewan.Url:
http://repository.uhamka.ac.id/7897/1/MODUL%20PERKEMBANGAN%20HEWAN. pdf.
Diakses pada 7 oktober 2021

Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W., Setiasih, N. L.E.,2010. Embryologi
Modern. Udayana University Press. Denpasar.

Susari, N N I., Setiasih, N L E., 2016. Fertilisasi Pada Hewan. Udayana University Press.
Denpasar.

Toelihere, M.R., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

15

Anda mungkin juga menyukai