FERTILISASI
Disusun oleh
Kelompok : 2
Kelas :B
Anggota Kelompok:
1. Putra Rizky Wahyu Setyawan (2009511038)
2. Adi Setiawan (2009511039)
3. Annisa Astuti Lestari (2009511053)
4. Ni Made Santi Rahayu Adiari (2009511056)
5. Dionysius Immanuel (2009511062)
6. Titi Humairah Bahtiar (2009511073)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasaNya, sehingga
paper embriologi veteriner mengenai materi fertilisasi dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi penilaian tugas mata kuliah embriologi veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Tulisan ini penulis buat bersama-sama
dengan rekan satu kelompok melalui metode daring.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan, agar paper ini dapat menjadi lebih
baik lagi kedepannya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sel telur terfertilisasi. (A) Proses fertilisasi, (B) Embrio 2 sel ...................................
Gambar 2 Perbedaan fertilisasi normal dengan partenogenetik ..................................................
Gambar 3 Pembelahan embrio praimplantasi pada mencit .........................................................
Gambar 4 Asetilasi dan deasetilasi histon ...................................................................................
Gambar 5 Katak sedang melakukan pembuahan ........................................................................
Gambar 6 Fertilisasi pada katak ..................................................................................................
Gambar 7 Reproduksi pada katak ...............................................................................................
Gambar 8 Reproduksi seksual dan fertilisasi pada ikan ..............................................................
Gambar 9 Reproduksi reptil ........................................................................................................
Gambar 10 Fertiliasi pada ruminansia ........................................................................................
Gambar 11 Fertiliasi pada ayam ..................................................................................................
Gambar 12 Fertilisasi pada unggas .............................................................................................
Gambar 13 Fertilisasi pada burung .............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tambel 2
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan paper ini adalah:
1. Mengetahui apa itu fertilisasi
2. Mengetahui fungsi fertilisasi dan jenis-jenis dari fertilisasi
3. Mempelajari dan mengetahui tahapan fertilisasi
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan mengerti tentang
fertilisasi yang sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan serta menjadi topik penting
bagi mahasiswa kedokteran hewan untuk memahami hal ini. Dari sini kita dapat memahami
dan mengetahui fungsi penting fertilisasi serta jenis-jenisnya dan bagaimana sebuah fertilisasi
terjadi pada makhluk hidup.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel sperma dengan sel telur. Sel telur
diaktivasi untuk memulai perkembangannya dan inti sel dari dua gamet akan bersatu untuk
menyempurnakan proses reproduksi seksual. Penetrasi spermatozoa ke dalam membran
vitelin mengaktivasi sel telur untuk melengkapi proses meiosisnya dan mengeluarkan
badan polar kedua. Kromosom yang terkandung dalam pronukleus jantan haploid
bersatu dengan kromosom dalam pronukleus betina. Proses penyatuan kedua kromosom
tersebut disebut dengan singami. Sebagai konsekuensi dari fertilisasi, jumlah kromosom
kembali menjadi diploid, jenis kelamin suatu individu ditentukan, dan variasi biologis
dihasilkan dari integrasi karakteristik herediter paternal dan maternal (McGeady et al, 2006).
Gambar 1. Sel telur terfertilisasi. (A) Proses fertilisasi, (B) Embrio 2 sel (Byers et al. 2006)
2
moluska, dan sebagainya. Partenogenesis dapat menggunakan berbagai stimulasi, yaitu
stimulasi fisik, suhu, kimia, radiasi, serta stimulasi dengan memasukkan sperma (Sandhu
et al, 1994). Stimulasi dengan suhu adalah dengan menempatkan sel telur pada suhu yang
tinggi atau rendah seperti yang dilakukan oleh Balakier & Tarkowski (1976).
Stimulasi kimiawi dapat menggunakan Ca2+, ionophore, ethanol 7%, strontium chloride,
phorbol ester, dan thimerosal. Berbagai stimulasi tersebut menggantikan peran sperma
dalam menginduksi pelepasan kalsium intraseluler sehingga sel telur dapat teraktivasi
(Alberio et al, 2001). Selain itu, terdapat senyawa kimia lain yang perlu ditambahkan
pada medium aktivasi atau medium kultur untuk mencegah keluarnya badan polar
kedua di dalam sel telur. Cytochalasin B, misalnya, memiliki kemampuan untuk
memecah filamen aktin dan menghambat sitokinesis (Murti et al, 2009). Oleh karena
itu, sel telur akan tetap mengandung kromosom diploid sehingga dapat berkembang
sebagai embrio partenogenetik.
3
Gambar 3. Pembelahan embrio praimplantasi pada mencit (Goetz 2005)
4
Histone Deacetylase Inhibitor (HDACi) merupakan enzim penghambat proses
deasetilasi. Ia terbagi menjadi empat kelompok: asam lemak rantai pendek, asam
hidroksamid, tetrapeptida siklik, dan benzamid. Masing-masing jenis HDACi
memiliki fungsi yang berbeda; agen-agen ini menghambat enzim deasetilase histon
yang akan mendorong akumulasi asetilasi di dalam histon serta diikuti pula oleh perubahan
intrasel (Yoo 2006).
Trichostatin A (TSA) dan scriptaid merupakan contoh inhibitor jenis asam
hidroksamid. Hidroksamid adalah inhibitor HDACs yang potensial serta aktif pada
konsentrasi mikromolar sampai dengan nanomolar. TSA, yang dihasilkan dari
Streptomyces hygroscopicus (Monneret 2005), telah ditunjukkan pertama kali sebagai
penghambat diferensiasi yang potensial dan penahan siklus sel, serta laporan terakhir
menyebutkan bahwa TSA memliki aktivitas anti-HDAC (Yoo 2006).
Inhibitor lainnya, scriptaid, dapat menginduksi modifikasi rantai histon yang
penting dalam struktur kromatin: meningkatkan asetilasi H3K9 dan dimetilasi H3K4
serta menurunkan dimetilasi H3K9 sehingga mampu menekan petumbuhan kanker yang
dipengaruhi oleh perubahan epigenetik (Lee et al, 2008).
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa, dimana
proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi merupakan suatu proses
yang sangat penting dan merupakan titik puncak dari serangkaian proses yang terjadi
sebelumnya (Puja et al., 2010). Fertilisasi juga mempunyai pengertian suatu proses penyatuan
atau fusi dari dua sel gamet, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zigot
yang mengandung satu sel. Secara embriologi, fertilisasi merupakan pemasukan faktor-faktor
hereditas pejantan ke ovum, dan melibatkan penggabungan sitoplasma dan bahan nukleus
(Toelihere, 1985).
Fertilisasi diawali dengan proses pembentukan gamet yang disebut dengan
gametogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) pada jantan dan
pembentukan ovum (oogenesis) pada betina. Spermatogenesis berlangsung di dalam testis
pada bagian tubulus seminiferus, sedangkan oogenesis berlangsung di dalam ovarium (Puja et
al., 2010).
Fertilisasi mempunyai peran dalam penggabungan bahan genetik yang berasal dari
spermatozoa dan ovum. Selain itu fertilisasi juga berperan untuk merangsang perkembangan
dari hasil fertilisasi. Setelah proses fertilisasi berlangsung, dilanjutkan dengan proses
embriogenesis yang meliputi pembelahan zigot, blastulasi, gastrulasi, dan neurulasi, dan
proses akhir adalah organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh (Puja et al.,
2010).
6
ke vas deferen. Sperma mampu bergerak karena kerutan otot yang disebabkan oleh
rangsangan yang sangat kuat. Vas deferens pada beberapa jenis hewan berfungsi sebagai
penyimpan mani. Pada vas deferens akan bermuara vesikula seminalis yang memberikan
plasma pada sperma. Dengan rangsangan yang kuat sperma akan dikeluarkan melalui uretra.
Fertilisasi Di Luar Tubuh Jantan
Proses ini dapat ditemukan pada hewan-hewan tertentu. Pada avertebrata, pisces, dan
amphibi, mani diejakulasikan di dekat telur yang dikeluarkan oleh betina secara serentak.
Sperma akan bergerak ke dalam media yang dalam hal ini adalah air, kemudian membuahi
sel telur
Fertilisasi Dalam Tubuh Betina
Pada proses fertilisasi ini, sperma disalurkan ke tubuh betina melalui media yang
dimasukkan atau kontak langsung dengan kelamin betina. Spermatozoa harus mempunyai
kemampuan untuk mencapai tempat terjadinya fertilisasi di bagian ampula dari uterus.
Beberapa faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap kecepatan perjalanan spermatozoa
adalah volume ejakulat, tempat deposisi, dan anatomi saluran reproduksi betina.
7
2. Fase Penetrasi Zona Pelusida
3. Penyatuan Membrane Sel Oosit Dan Sperma
Penjelasan mengeanai tiap prosesnya
1. Penetrasi Korona Radiata
Korona radiata merupakan bagian terluar dari ovum, untuk mempenetrasinya,
tentu sperma berlomba-lomba dengan ratusan juta sperma lainnya (sekitar 200-300
juta sperma) karena hanya satu sperma yang dapat menembus korona radiate.
Diperkirakan, sperma lainnya membantu spermatozoa yang membuahi untuk
menembus sawar pelindung gamet wanita lainnya. Hanya sperma yang telah
terkapasitasi lah yang dapat menembus korona radiate.
2. Penetrasi Zona Pelusida
Zona pelucida adalah selubung glikoprotein yang memudahkan spermatozoa
mengadakan pengikatan dan reaksi akrosom. Dapat dikatakan, zona pelucida
meruapakan lapisan kedua setelah korona radiata. Reaksi akrosom ini diperantarai
oleh ligan ZP3, yaitu suatu protein zona pelucida yang berfungsi sebagai reseptor
sperma. Pelepasan enzim akrosom (akrosin) akan memudahkan sperma menembus
zona pelusida.
Permeabilitas sperma ini akan berubah ketika spermatozoa berkontak dengan
permukaan oosit. Kontak ini akan memacu oosit mensekresikan enzim lisosim yang
akan mengubah sifat zona pelucida untuk mencegah penetrasi sperma dan
menginaktifkan tempat-tempat reseptro spesifik untuk sperma lain di permukaan ini.
Dapat dikatakan, saat satu sperma telah menembus zona pelucida, ovum akan
mengondisikan agar tak ada sperma lain yang masuk.
3. Fusi Membrane Sel Sperma Dan Oosit
Setelah melekat, membrane plasma sperma dan sel telur menyatu dan
melakukan reaksi-reaksi atau aktifitas lain yang akhirnya dapat menghasilkan zigot
8
yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan
bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
dengan metamorfosis (Refa, Y., 2011).
9
2. Fertilisasi Pada Ikan
Pada ikan yang pembuahannya secara eksternal, ikan betina tidak mengeluarkan
telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih
lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium
melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari
tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air. Bersamaan
dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan melalui
saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka,
sehingga terjadi fertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus
berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada
celah batuan (Jaya, R., 2013).
10
epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di
hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang
dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok
hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke
dalam saluran kelamin betina.
11
Gambar 10.Fertiliasi pada Ruminasia
(Sumber: J.S.Elcano. Biogeosphere Bilingual Biology and Geology. URL
https://evaprofebio.jimdofree.com/natural-science-2nd-eso/ud-4-reproducci
%C3%B3n/2-2-reproducci%C3%B3n-sexual-en-animales/)
12
D. Fertilisasi Pada Burung
Berbeda dengan katak, pembuahan terjadi di dalam tubuh tetapi
perkembangannya di luar. Telur dibuahi di dalam, kemudian diletakkan di luar oleh
betina. Telur membutuhkan suhu yang hangat. Biasanya, sang ibu duduk di atasnya
atau ditempatkan di dalam inkubator. Burung muda menetas dalam waktu sekitar 3
minggu (21 hari). Cangkang telur keras, tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3).
Terdiri dari kuning telur, albumen (putih telur) dan cangkang.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada hewan umumnya fertilisasi merupakan proses penyatuan atau peleburan inti sel
telur (ovum) dari gamet betina atau matroklin dengan inti sel spermatozoa dari gamet jantan
atau patroklin. Dalam prosesnya, fertilisasi mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi
reproduksi dan pengembangan. Fungsi reproduksi berarti fertilisasi memungkinkan terjadinya
pemindahan unsur-unsur genetik dari orang tua atau induk. Fungsi perkembangan berarti
fertilisasi menyebabkan rangsangan pada sel telur untuk menyelesaikan proses meiosis
kemudian membentuk pronukleus betina yang akan melakukan zyngami dengan pronukleus
jantan, dan akan membentuk zigot akhirnya akan berkembang menjadi embrio dan fetus.
Fertilisasi sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu fertilisasi eksternal dan fertilisasi internal.
Fertilisasi eksternal adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh
organisme betinanya. Fertilisasi Internal Adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi
di dalam tubuh organisme betinanya. Adapun tahapan fertilisasi ada lima yaitu reaksi
akrosom, reaksi korteks, penghambatan terhadap polispermi pembentukan pronukleus jantan
dan betina, dam klimaks.
4.2 Saran
Menyadari masih banyak kekurangan dalam karya tulis kami, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan isi dari karya tulis diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, penulis juga akan
berusaha lebih teliti agar dapat mengurangi kesalahan dalam penulisan baik dalam bentuk
huruf, kata, ataupun kalimat pada karya tulis selanjutnya. Untuk saran kami mengharapkan
keritik ataupun saran yang membangun sehingga penulis dapat mengintropeksi diri dan dapat
menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Irdasila.2021.Modul Perkembangan Hewan.Url:
http://repository.uhamka.ac.id/7897/1/MODUL%20PERKEMBANGAN%20HEWAN. pdf.
Diakses pada 7 oktober 2021
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W., Setiasih, N. L.E.,2010. Embryologi
Modern. Udayana University Press. Denpasar.
Susari, N N I., Setiasih, N L E., 2016. Fertilisasi Pada Hewan. Udayana University Press.
Denpasar.
Toelihere, M.R., 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.
15