Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

“Sistem Reproduksi”

Dosen Pembimbing :

Dr. Christny F.E Rompas, M.Si

Ir. Marthy L, Stella Taulu , M.Si

Disusun oleh :

KELOMPOK 11

Gleany Gosal (18 507 062)


Anastasia K. Sasamu (18 507 034)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat serta
penyertaannya yang selalu nyata dalam kehidupan kita sehingga kita boleh ada sebagaimana kita
ada dan atas berkat serta pertolongannya sehingga kami dari kelompok 11 dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun juga judul makalah ini yaitu, “Sistem Reproduksi” dalam mata kuliah
Fisiologi Hewan.
Saya berharap makalah ini dapat membantu dalam menambah wawasan kita serta menjadi
bermanfaat bagi yang membacanya. Akhirnya saya mengucapkan banyak terima kasih dan mohon
maaf karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini bias bermanfaat bagi
kita semua dan harapan kami pembaca dapat mengembangkan makalah ini hingga menjadi lebih
baik lagi kedepannya.

Tondano, 6 Desember 2020

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Reproduksi Seksual .............................................................................................. 2
B. Reproduksi Aseksual ............................................................................................ 4
C. Sistem Reproduksi pada Vertebrata ...................................................................... 7
D. Sistem Reproduksi Pada Invertebrata .................................................................. 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses reproduksi adalah proses pertumbuhan jumlah individu sebagai akibat
dihasilkannya keturunan melalui berbagai cara, sesuai dengan jenis dan tingkat
perkembangannya. Makin banyak hambatan yang dialami suatu organisme didalam
reproduksinya, makin sedikit jumlah individu itu didalam populasinya. Ada beberapa hal yang
diperkirakan dapat menghambat proses reproduksi antara lain jumlah keturunan relative
sedikit, siklus reproduksi lama, situasi dan kondisi lingkungan tidak sesuai, individu jantan x
betina terpisah dan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan perkawinan atau terjadi
kelainan pada alat reproduksi. Kenyataan tersebut dapat menghambat pertumbuhan populasi
organisme tertentu sehingga dapat menghambat pertumbuhan populasi organisme tertentu
sehingga dapat menyebabkan kepunahan.
Sebaiknya populsi mahkluk hidup ada yang memiliki laju reproduksi yang amat cepat
sehingga jumlah populasi bertambah dengan cepat pertambahan anggota populasi yang cepat
sering tidak sebanding dengan kecepatan produksi makanan dan luas daerah tempat hidupnya
sehingga menimbulkan kompetisi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Sistem Reproduksi Seksual.
2. Apa yang di maksud dengan sistem reproduksi Aseksual.
3. Bagimanakah Sistem Reproduksi Pada Vertebrata.
4. Bagaimanakah Sistem Reproduksi pada Invertebrata

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sistem reproduksi seksual pada Hewan.
2. Untuk mengetahui Sistem reproduksi aseksual pada Hewan.
3. Untuk mengetahui Sistem reproduksi Pada Vertebrata.
4. Untuk mengetahui Sistem reproduksi Pada Invertebrata.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Reproduksi Seksual ( Generatif )


Reproduksi biologis atau reproduksi seksual dalah suatu prosesbiologis penggunaan
seks secara rutin dimana individu organisme baru diproduksi.
Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk
kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh
pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa
keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak
adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak
dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan
untuk melakukan reproduksi aseksual.
Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis
kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual.
Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual,
sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, bereproduksi secara aseksual.
Pada reproduksi seksual/generatif terjadi persatuan dua macam gamet dari dua individu
yang berbeda jenis kelaminnya, sehingga terjadi percampuran materi genetik yang
memungkinkan terbentuknya individu baru dengan sifat baru.
Pada organisme tingkat tinggi mempunyai dua macam gamet, gamet jantan atau
spermatozoa dan gamet betina atau sel telur, kedua macam gamet tersebut dapat dibedakan
baik dari bentuk, ukuran dan kelakuannya, kondisi gamet yang demikian disebut heterogamet.
Peleburan dua macam gamet tersebut disebut singami. Peristiwa singami didahului
dengan peristiwa fertilisasi (pembuahan) yaitu pertemuan sperma dengan sel telur.
Pada organiseme sederhana tidak dapat dibedakan gamet jantan dan gamet betina
karena keduanya sama, dan disebut isogamet. Bila salah satu lebih besar dari lainnya disebut
anisogamet.
1. Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami spesialisasi sex. Terjadi
persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami). Contohnya pada Paramaecium sp.

2. Fusi yaitu persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat dibedakan jenisnya.
Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

3. Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama.
Contohnya pada Phyllum Protozoa.

4. Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan bentuknya sama.
Contohnya Chlamydomonas sp.

5. Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak sama.
Contohnya pada Hydra sp.

Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang
menjadi embrio.

Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.

1. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina,
yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan
amfibi (katak).

2. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh
hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang
hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia.

Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu
dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
1. Ovipar (Bertelur)

Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang.
Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan
dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan
beberapa jenis reptil.

2. Vivipar (Beranak)

Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus
(rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina induk
betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui), misalnya
kelinci dan kucing.

3. Ovovivipar (Bertelur dan Beranak)

Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih
tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang
berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak
akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal)
dan ikan hiu.

B. Reproduksi Aseksual ( Vegetatif )


Reproduksi Vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secaraaseksual (tanpa adanya
peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi Vegetatif bisa terjadi
secara alami maupun buatan.
➢ Vegetatif Alami
Vegetatif Alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain seperti
manusia.
Pada hewan
• Tunas. Contoh: Hydra, Ubur-ubur, Porifera
• Fragmentasi. Contoh: Planaria, mawar laut
• Membelah diri. Contoh: Amoeba
• Parthenogenesis. Contoh: serangga seperti lebah, kutu daun
Individu baru (keturunannya) yang terbentuk mempunyai ciri dan sifat yang sama dengan
induknya. Individu-individu sejenis yang terbentuk secara reproduksi aseksual dikatakan termasuk
dalam satu klon, sehingga anggota dari satu klon mempunyai susunan genetik yang sama.
Kita mengenal tiga jenis reproduski sel, yaitu Amitosis, Mitosis dan Meiosis (pembelahan
reduksi). Amitosis adalah reproduksi sel di mana sel membelah diri secara langsung tanpa melalui
tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan cara ini banyak dijumpai pada sel-sel yang bersifat
prokariotik, misalnya pada bakteri, ganggang biru.
MITOSIS adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-tahap yang teratur,
yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke tahap profase berikutnya
terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan
sel). Pada tahap interfase inti sel melakukan sintesis bahan-bahan inti.
➢ Pembelahan Mitosis
Pembelahan mitosis menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah
kromosom sel induknya, pembelahan mitosis terjadi pada sel somatic (sel penyusun tubuh).
Sel – sel tersebut juga memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam melakukan
pembelahannya, ada sel – sel yang mampu melakukan pembelahan secara cepat, ada yang lambat
dan ada juga yang tidak mengalami pembelahan sama sekalisetelah melewati masa pertumbuhan
tertentu, misalnya sel – sel germinatikum kulit mampu melakukan pembelahan yang sangat cepat
untuk menggantikan sel – sel kulit yang rusak atau mati. Akan tetapi sel – sel yang ada pada organ
hati melakukan pembelahan dalam waktu tahunan, atau sel – sel saraf pada jaringan saraf yang
sama sekali tidak tidak mampu melakukan pembelahan setelah usia tertentu. Sementara itu
beberapa jenis bakteri mampu melakukan pembelahan hanya dalam hitungan jam, sehingga haya
dalam waktu beberapa jam saja dapat dihasilkan ribuan, bahkan jutaan sel bakteri. Sama dnegan
bakteri, protozoa bersel tunggal mampu melakukan pembelahan hanya dalam waktu singkat,
misalkan amoeba, paramecium, didinium, dan euglena.
Pada sel – sel organisme multiseluler, proses pembelahan sel memiliki tahap – tahap tertentu
yang disebut siklus sel. Sel – sel tubuh yang aktif melakukan pembelahan memiliki siklus sel yang
lengkap. Siklus sel tersebut dibedakan menjadi dua fase(tahap ) utama, yaitu interfase dan mitosis.
Interfase terdiri atas 3 fase yaitu fase G, ( growth atau gap), fase S (synthesis), fase G2(growth
atau Gap2).
Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokinesis, kariokinesis
adalah proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa fase, yaitu Profase, Metafase, dan
Telofase. Sedangkan sitokinesis adalah proses pembagian sitoplasma kepada dua sel anak hasil
pembelahan.

1. Kariokinesis
Kariokinesis selama mitosis menunjukkan cirri yang berbeda – beda pada tiap fasenya.
Beberapa aspek yang dapat dipelajari selama proses pembagian materi inti berlangsung adalah
berubah – ubah pada struktur kromosom,membran inti, mikro tubulus dan sentriol. Cirri dari tiap
fase pada kariokinesis adalah:
a) Profase
-Benang – benang kromatin berubah menjadi kromosom. Kemudian setiap kromosom membelah
menjadi kromatid dengan satu sentromer.
-Dinding inti (nucleus) dan anak inti (nucleolus) menghilang.
-Pasangan sentriol yang terdapat dalam sentrosom berpisah dan bergerak menuju kutub yang
berlawanan.
-Serat – serat gelendong atau benang – benang spindle terbentuk diantara kedua kutub pembelahan.
b) Metafase
Setiap kromosom yang terdiri dari sepasang kromatida menuju ketengah sel dan berkumpul
pada bidang pembelahan (bidang ekuator), dan menggantung pada serat gelendong melalui
sentromer atau kinetokor.
c) Anaphase
Sentromer dari setiap kromosom membelah menjadi dua dengan masing – masing satu
kromatida. Kemudian setiap kromatida berpisah dengan pasangannya dan menuju kekutub yang
berlawanan. Pada akhir nanfase, semua kroatida sampai pada kutub masing – masing.
d) Telofase
Pada telofase terjadi peristiwa berikut:
-Kromatida yang berada jpada kutub berubah menjasadi benang – benangkromatin kembali.
-Terbentuk kembali dinding inti dan nucleolus membentuk dua inti baru.
-Serat – serat gelendong menghilang.
-Terjadi pembelahan sitoplasma (sitokenesis) menjadi dua bagian, dan terbentuk membrane sel
pemisah ditengah bidang pembelahan. Akhirnya , terbentuk dua sel anak yang mempunyai jumlah
kromosom yang sama dengan kromosom induknya.

Hasil mitosis:Satu Sel induk yang diploid (2n) menjadi 2 sel anakan yang masing – masing diploid.
Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induknya.

1. Sitokinesis
Selama sitokinesis berlangsung, sitoplasma sel hewan dibagi menjadi dua melalui
terbentuknya cincin kontraktil yang terbentuk oleh aktin dan miosin pada bagian tengah sel. Cincin
kontraktil ini menyebabkan terbentuknya alur pembelahan yang akhirnya akan menghasilkan dua
sel anak. Masing – masing sel anak yang terbentuk ini mengandung inti sel, beserta organel –
organel selnya. Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah
ditengah – tengah sel. Tahap sitokinesis ini biasanya dimasukkan dalam tahap telofase.
Meiosis (Pembelahan Reduksi) adalah reproduksi sel melalui tahap-tahap pembelahan seperti
pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan (reduksi) jumlah kromosom.
Meiosis terbagi menjadi due tahap besar yaitu Meiosis I dan Meiosis II Baik meiosis I maupun
meiosis II terbagi lagi menjadi tahap-tahap seperti pada mitosis. Secara lengkap pembagian tahap
pada pembelahan reduksi adalah sebagai berikut
Berbeda dengan pembelahan mitosis, pada pembelahan meiosis antara telofase I dengan
profase II tidak terdapat fase istirahat (interface). Setelah selesai telofase II dan akan dilanjutkan
ke profase I barulah terdapat fase istirahat atau interface.

C. Reproduksi Seksual Pada Vertebrata


Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan terjadinya
fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi
embrio.
Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina,
yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi
(katak).
Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh
hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin
jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat
(terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia.
Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu
dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
➢ Reproduksi Mamalia (Mammalia)
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar (kecuali
Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat
internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan
cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina).
Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus.
Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan
testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga
bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang
merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk
mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan
menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses
pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan
oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar.
➢ Reproduksi Burung (Aves)
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok buruk tidak memiliki alat
kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling
menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh
sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima
ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada
kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di
kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk.
Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di
daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat
kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur
dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan
belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
➢ Reproduksi Reptil (Reptilia)

Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang
fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun
ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal
akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan
makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum
kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di
dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis,
yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis.
Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik
seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi,
hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui
oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan
mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis
reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur
terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya
melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika
meletakkan telurnya.
➢ Reproduksi Amfibi (Amphibia)
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin,
katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada
punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan
mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur
(membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang
ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang
disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-
kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke
dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma
lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental
sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang
keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat
hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu
awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan
serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah
insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan
menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya
mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru.
Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga
akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
➢ Reproduksi Ikan
Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki alat
kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum
yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut
dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan
betina mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air.
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan
melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka,
sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus berlangsung sampai
ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu.
Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini
akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam.
Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya,
yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya
anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup.

D. Reproduksi Hewan Invertebrata


a. Protozoa
Protozoa, misalnya amoeba dapat berkembangbiak baik dengan membelah diri secara
mitosis. Pada Paramecium caudatum, selain bereproduksi dengan cara membelah diri, juga dapat
melakukan konyugasi.
b. Hydra
Hydra, perkembangbiak secara vegetatif melalui pembentukan tunas. Perkembang biakan
secara generatif berlangsung melalui peleburan antara sel permatozoa dan sel telur.

c. Cacing Tanah
Pada cacing tanah, dua ekor cacing saling berdempetan dengan arah kepala dan ekor
berlawanan dan selanjutnya mengadakan pertukaran sperma. Cacing pertama memindahkan
spermatozoanya ke dalam kantung spermatozoid cacing kedua, dan sebaliknya cacing kedua
memasukkan spermatozoanya ke dalam kantung spermatozoid cacing pertama, selanjutnya kedua
cacing memisahkan diri. Pada daerah klitelium masing-masing cacing menghasilkan mukus atau
lendir. Lendir tersebut bergerak kedepan dan melewati kantung telur. Sel telur ke luar dan terbawa
oleh lendir. Pada saat lendir melewati kantung spermatozoid, sel spermatozoid ke luar dan bertemu
dengan sel telur dan pada akhirnya berlangsung pembuahan di dalam lendir.
Cacing tanah merupakan contoh hewan yang bersifat hermaprodit, dimana alat- alat kelamin
jantan dan alat kelamin betina dapat dijumpai dalam satu individu. Sekalipun dalam satu individu
dapat dijumpai dua jenis alat kelamin, namun pada umumnya untuk menghasilkan keturunan
secara generatif, masih dibutuhkan dua individu. Hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa
kemungkinan (i) tidak adanya hubungan struktural yang memungkinkan sel sperma membuahi sel
telur dalam satu individu (ii) Waktu pematangan sel gamet (sperma atau telur) tidak bersamaan,
sehingga tidak memungkinkan untuk berlangsungnya pembuahan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reproduksi aseksual menghasilkan keturunan yang semua gennya berasal dari satu induk.
Reproduksi seksual memerlukan penyatuan gamer jantan dan betina untuk membentuk suatu zigot
diploid.
Pembelahan, pertunasan, dan fragmentasi dengan regenerasi adalah mekanisme reproduksi
aseksual pada berbagai invertebrata.

Hewan bisa bereproduksi secara seksual atau aseksual saja, atau bergantian satu sama lain antara
keduanya, tergantung pada kondisi lingkungan. Variasi pada kedua modus ini dimungkinkan melalui
adanya partenogenesis, hermafroditisme, dan hermafroditisme sekuensial. Siklus reproduksi dikontrol
ole hormon dan petunjuk lingkungan, seperti perubahan dalam suhu, curah hujan, panjang siang hari,
dan sekitar bulan musiman.

Pada fertilisasi eksternal, telur yang di lepaskan oleh betina dibuahi atau defertilisasi oleh sperma
oleh sperma pada lingkungan eksternal. Pada fertilisasi internal, telur dan sperma menyatu di dalam
tubuh betina.

Fertilisasi eksternal dan internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis, yang seringkali di
perantarai oleh petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan. Fertilisasi internal
memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan jantan dan betina, dan juga adanya organ
kopulasi yang sesuai dan cocok.

B. Saran

Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu juga dengan makalah
yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait kami mengharapkan kritik dan saran guna
perbaikan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

2008. SISTEM REPRODUKSI VERTEBRATA. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/sistem-


reproduksi-vertebrata/

2011. REPRODUKSI HEWAN. http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_hewan

Darul.2008.SISTEMREPRODUKSIPADAHEWAN. http://darul-angkring.blogspot.com/2010/06/sistem-
reproduksi-pada-hewan.html
2008.SISTEM REPRODUKSI INVERTEBRATA. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/sistem-
reproduksi-invertebrata/

Iqbal A. 2007. SISTEM REPRODUKSI. http://iqbalali.com/2007/04/29/sistem-reproduksi/

Anda mungkin juga menyukai