Dosen Pengampu :
Nur Fitriana Sam, S. Pd., M. Pd.
Disusun Oleh :
Muhamad Rivaldi (1840603015)
Armayana (1840603028)
Yusuf Sumar (1840603029)
Nurfasira (1840603031)
Fitra Diani (1840603042)
Hebrianti (1840603045)
Munirah (1840603058)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi standar kompetensi mata kuliah Ekologi Hewan
yang diampuh oleh Ibu Nur Fitriana Sam, S. Pd., M. Pd.
Di dalam makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran
yang baik agar kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan
masukan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kelimpahan Populasi ................................................................................... 7
2.2 Intensitas Dan Prevalensi............................................................................. 8
2.3 Dispersi ........................................................................................................ 8
2.4 Fekunditas .................................................................................................... 9
2.5 Kelulushidupan....................……………………................................….... 10
2.6 Kaitan Kelimpahan, Intensitas, Prevalensi, Dispersi, Fekunditas, Dan
Kelulushidupan Dengan Penetapan Hewan Langka.................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
Jika tidak dilindungi, maka dalam waktu singkat spesies tersebut akan punah.
Kelangkaan suatu spesies hewan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepadatan populasi spesies tersebut. Jika membahas mengenai kelangkaan suatu
spesies hewan maka tidak lepas dari membahas jumlah populasi spesies tersebut.
Dimana kelangkaan suatu hewan tergantung pada dinamika populasinya. Oleh sebab
itu diperlukan kajian mengenai konsep kelimpahan, intensitas, prevalensi, dispersi,
fekunditas, kelulushidupan, dan interaksi populasi dalam kaitannya dengan
penetapan hewan langka. Hal ini termasuk dalam subbab yang akan penulis bahas
didalam makalah ini.
1.3 Tujuan
Berdasarkan atas pokok permasalahan diatas, maka tujuannya adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian kelimpahan
2. Mengetahui pengertian intensitas dan prevalensi
3. Mengetahui pengertian dispersi
4. Mengetahui pengertian fekunditas dan kelulushidupan
5. Mengetahui kaitan kelimpahan, intensitas, prevalensi, dispersi, fekunditas, dan
kelulushidupan dengan penetapan hewan langka
1. Ciri-ciri biologi seperti halnya suatu individu organisme, suatu populasi pun
mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang bersifat konstan maupun
berfluktuasi seiring berjalannya waktu (umur). Mempunyai ontogeni
perkembangan kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, dan mati) dapat
dikenai dampak faktor lingkungan dan dapat memberikan respon pada faktor
lingkungan. Mempunyai hereditas yang terintegrasi oleh faktor genetik dan
lingkungan.
2. Ciri-ciri statistik atau ciri himpunan tidak dimiliki oleh suatu individu
organisme, namun timbul sebagai akibat dari aktivitas kelompok yang
berinteraksi. Beberapa ciri statistik penting pada populasi ialah kelimpahan,
kerapatan, natalisas, mortalitas, potensi biotik, sebaran umur, dispersi
(sebaran individu intra-populasi), genangan gen (gen pool) populasi serta
bentuk pertumbuhan. Di samping itu populasi juga memiliki karakteristik
Kerapatan populasi suatu spesies hewan adalah rata-rata jumlah individu per
satuan luas area (m2, ha, km2) atau per satuan volume medium (cc, liter, air) atau
per satuan berat medium (g, kg, tanah). Dalam hal-hal tertentu kerapatan lebih
memberikan makna bila dinyatakan per satuan habitat atau mirohabitat. Misalnya,
sekian individu cacing usus per individu inang atau sekian individu wereng per
rumpun padi. Sehingga terdapat dua pengertian, kerapatan kasar diukur atas
satuan ruang habitat secara menyeluruh dan kerapatan ekologis (spesifik) diukur
atas satuan ruang dalam habitat yang benar-benar ditempatinya (microhabitat).
Kerapatan spesifik lebih memberikan makna antar-hubungan ekologis. Seperti,
dengan makin turunnya permukaan air danau, kerapatan populasi ikan dalam
danau secara keseluruhan (kerapan kasar) menjadi berkurang, sedang kerapatan
ekologisnya makin bertambah.
2.4 Fekunditas
Salah satu yang mempengaruhi kepadatan populasi adalah reproduksi.
Dalam reproduksi ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yang pertama fertilitas
ialah tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi dan
tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur atau individu yang dilahirkan.
Aspek yang kedua fekunditas ialah tingkat kinerja potensial (atau kapasitas fisik)
populasi itu untuk menghasilkan individu baru. Sebagai contoh, laju fertilitas
suatu populasi manusia sesungguhnya mungkin hanya satu kelahiran per delapan
tahun per wanita dalam umur mampu melahirkan anak, sedangkan laju fekunditas
untuk manusia adalah satu kelahiran per sembilan sampai sebelas bulan per
wanita dalam umur mampu melahirkan anak.
2.5 Kelulushidupan
Dalam suatu penelitian kelulushidupan adalah perbandingan antara jumlah
individu yang hidup pada akhir percobaan dengan jumlah individu yang hidup
pada awal percobaan. Kelulushidupan disebut juga dengan istilah kohort, yaitu
suatu kelompok individu dengan umur yang sama, dari lahir sampai mereka mati
(Surya,2012).
Pada kenyataannya kelulushidupan merupakan peluang hidup dalam suatu
saat tertentu. Kelulushidupan hewan dipengaruhi oleh faktor biotik dan biotik.
- Area yang dihuni spesies menjadi sempit atau jarang. Suatu habitat yang
kondisi lingkungannya khas biasanya dihuni oleh spesies yang telah
teradaptasi secara khusus untuk lingkungan tersebut. Berubahnya
kondisi lingkungan dapat mengakibatkan kepunahan lokal dari spesies
tersebut. Tempat-tempat yang dapat dihuni spesies hanya cocok huni
dalam waktu yang singkat, atau tempat itu letaknya di luar jangkauan
daya pemencaran spesies hewan.
- Tempat-tempat yang secara potensial dapat dihuni, menjadi tidak dapat
ditempati akibat kehadiran spesies atau populasi spesies lain yang
merupakan pesaing, parasit atau predatornya.
- Dalam area yang dapat dihuni, ketersedian sumber daya penting seperti
makanan dan tempat untuk berbiak menjadi berkurang.
- Variasi genetik spesies relatif sempit sehingga kisaran tempat yang
dapat dihuninya pun terbatas.
Bila fekunditas tinggi maka bisa dikatakan populasi juga meningkat sebab
fekunditas akan mempengaruhi jumlah kelahiran, bila fekunditas rendah maka
populasi suatu spesies juga menurun. Sedangkan kelulushidupan suatu hewan
dipengaruhi oleh banyak faktor baik biotik maupun abiotik. Pada populasi ikan
misalnya, kondisi biotik perairan seperti predator ikan mempengaruhi populasi
ikan, jika predator tinggi maka ikan cenderung menurun, begitupula sebaliknya,
sedangkan dari segi abiotik misalnya adanya limbah perairan berupa insektisida,
akan berpengaruh terhadap kelulushidupan ikan, sebab ikan tidak bisa bertahan
hidup bila terus menerus terpapar limbah insektisida. Sehingga populasi ikan
menurun dan dapat mengakibatkan kelangkaan pada spesies tertentu.
2. Fragmentasi habitat
Pembuatan jalan, pengembangan daerah pertanian dan pembuatan
daerah pemukiman di lingkungan habitat yang luas tidak
menghilangkan habitat secara keseluruhan. Jalan, perkebunan, dan kota
yang dibangun orang menyebabkan habitat terpisah-terpisah. Pemisahan
itu menyebabkan habitat terpecah menjadi kecil-kecil, sehingga
menyebabkan hewan terkungkung pada lingkungan sempit yang tidak
memungkinkan hewan tumbuh dan berkembangbiak secara optimal.
4. Faktor lain
Di negara-negara yang wilayahnya luas, misalnya Amerika
Serikat, jalan raya yang menghubungkan kota dengan kota lain amat
panjang. Jalan tersebut melintasi tempat-tempat yang masih dihuni oleh
hewan liar, misalnya hutan dan padang rumput. Jalan tersebut
memisahkan kawasan di sekitarnya menjadi dua bagian, yaitu di kiri dan
di kanan jalan. Hewan-hewan liar yang hidup di kawasan itu sering kali
menyeberang jalan pada malam hari. Di antara hewan-hewan itu banyak
yang terlindas kendaraan yang melintas di jalan tersebut.
Di dunia ini diperkirakan ada tiga sampai sepuluh juta spesies hewan serta
300.000 spesies tumbuhan, yang kebanyakan telah langka dan mulai punah, jika
ada pun jumlahnya sangat terkelompok. Dengan membedakan antara prevalensi
suatu spesies dan intensitas spesies bersangkutan, dapat dimengerti bahwa istilah
"biasa" dan "langka" kurang memuaskan karena kurang kualifikasi. Satu spesies
mungkin terdapat dalam satu agihan yang :
1) Suatu Spesies dapat menjadi langka sebab daerah yang dapat dihuninya
terlalu kecil. Kondisi fisiko-kimiawi sendiri yang tidak bisa ada di alam
dapat mengandung flora dan fauna yang mengkhususkan diri untuk
kondisi langka ini.
3) Suatu spesies dapat langka sebab spesies lain menyebabkan tempat itu
tidak dapat dihuni, dengan memusnahkan spesies yang pertama
menghuninya, dengan pengucilan kompetitif atau dengan pemangsaan
atau parasitisme.
Menurut PP Nomor 7 tahun 1999, suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib
ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila telah memenuhi kriteria
sebagai berikut :
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Jika pembaca mendapati kata atau kalimat yang belum dipahami, pembaca
diharapkan untuk mencari informasi dari literatur maupun jurnal yang lain agar
kiranya bisa membuat pembaca mejadi paham.
Gelfand, A. E., Hills, S. E., Racine-Poon, A., & Smith, A. F. (1990). Illustration of
Bayesian inference in normal data models using Gibbs sampling. Journal of the
American Statistical Association, 85(412), 972-985.
Effendi, T. N. (1979). Pattern of migration to an industrial area: a case study in
Lhokseumawe, Aceh, Sumatera, Indonesia. The Indonesian journal of
geography, 9(37), 33-44.
Surya, E., Asmadi, A., Ridhwan, M., & Armi, A. (2019). Tingkat Kelimpahan Parasitoid
Terhadap Hama Serangga Di Lahan Jagung Gampong Lam Lumpu Kecamatan
Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Biotik, 5(1).
Kusmini, I. I., Subagja, J., & Putri, F. P. (2018). Hubungan Panjang Dan Berat, Faktor
Kondisi, Fekunditas, Dan Perkembangan Telur Ikan Tengadak (Barbonymus
Schwanenfeldii) Dari Sarolangun, Jambi Dan Anjongan, Kalimantan Barat,
Indonesia. Berita Biologi, 17(2), 195-203.