Anda di halaman 1dari 12

Makalah

KONSERVASI PADA TINGKAT KOMUNITAS DAN


EKOSISTEM
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah KSDA yang diampuh
oleh ibu Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si)

DISUSUN OLEH :
Nurlen Duhe
Kelas B Biologi Nondik

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konservasi Pada Tingkat
Komunitas Dan Ekosistem”
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Gorontalo, 20 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dinamika Populasi ................................................................................. 2
2.2 Pembinaan Populasi Dan Satwa .............................................................. 4
BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan tentang populasi sebagai bagian dari pengetahuan ekologi
telah berkembang menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya telah
berkembang menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam
perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah
matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan
populasi. Pengembangan kaidah-kaidan matematika itu sangat berguna untuk
menentukan dan meprediksikan pertumbuhan populasi organisme dimasa yang
akan datang. Penggunaan kaidah matematika itu tidak tidak hanya
memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme
yang dipelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika
populasi menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan
menedak ataupun punah.
Populasi juga mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh,
menandakan perbedaan dan memelihara diri seperti yng dilakukan organisme.
Disamping itu populasi juga mempunyai organisasi dan struktur yang dapat
dilukiskan. Tetapi adakalanya dalam praktek sehari-hari, pengertian populasi
itu dinyatakan dalam pengertian heterospesies dan polispesies.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu dinamika populasi ?
2. Bagaiamana pembinaan populasi dan satwa ?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami Apa itu dinamika populasi.
2. Agar mahasiswa dapat memahami Bagaiamana pembinaan populasi dan
satwa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dinamika Populasi
1. Pengertian Dinamika Populasi
Populasi merupakan kelompok individu dari spesies atau jenis yang
sama pada suatu tempat dan waktu tertentu. Dalam penyebarannya
individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan
kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan
kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi
cuaca yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling
berhubungan untuk melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-
populasi yang hidup secara terpisah ini disebut deme. Sebagai contoh,
populasi banteng di Pulau Jawa terpisah menjadi dua subpopulasi yaitu,
yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional Baluran yang terletak di
ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
yang beradadi ujung barat Pulau Jawa.
Dinamika adalah suatu kumpulan dari dua atau lebih individu dimana
perubahan individu satu dapat mempengaruhi individu lain. Sedangkan
populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah
dari waktu tertentu. Contoh populasi dari komunitas sungai dapat berupa
populasi rumput, populasi ikan, populasi kepiting, populasikerang,
populasi sumpil dan lain.-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa Dinamika
Populasi adalah perubahan populasi dari waktu ke waktu.
2. Sifat-sifat Karakteristik (Khusus) Populasi
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu ciri biologis yang merupakan ciri-
ciri yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta
ciri-ciri statistik yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau
kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan lainnya.
a. Ciri-ciri Biologi
 Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada
yang konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya
waktu (umur).
 Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh,
berdiferensiasi, menjadi tua = senessens dan mati).
 Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons
terhadap perubahan lingkungan.
 Mempunyai hereditas.
 Terintegrasi oleh faktor-faktor hereditas oleh faktor-faktor
herediter (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah
kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi).
Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk
meninggalkan keturunan dalam waktu yang lama.
b. Ciri-ciri Statistik
 Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut
parameter-parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas,
moralitas, migrasi, imigrasi dan emigrasi.
 Sebaran (tagihan, struktur) umur.
 Komposisi genetik (“gene pool” = genangan gen).
 Disperse (sebaran individu intra populasi).
3. Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya
tergantung kepada jenis apa dari organism yang terlibat tetapi tergantung
kepada jumlahnya untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan
ekologi (kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah kerapatan yang
didasarkan atas kesatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologi adalah
kerapatan yang didasarkan atas ruang yang benar-benar (sesungguhnya)
ditempati (mikrohabitat).
Kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
kerapatan mutlak (absolut) dan kerapatan nisbi (relatif). Pada penafsiran
kearapatan mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan
pada penafsiran kerapatan nisbi yaitu hal yang tidak diperoleh, melainkan
hanya akan menghasilkan suatu indeks kelimpahan (lebih banyak atau
sedikit, lebih berlimpah atau kurang berimpah). Pengukuran kerapatan
populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau metode menggunakan
sample (sampling).
2.2 Pembinaan Populasi Dan Satwa
1. Pengelolaan Populasi Satwa Burung
Untuk mengelola kawasan yang dilindungi, pengelola perlu mengukur
kebutuhan ekologi dari spesies, memantau ukuran dan struktur umur
populasi, kesehatan dan fluktuasi populasi. Dalam situasi di alam, populasi
spesies menurun, jatuh dan mungkin mengalami kepunahan lokal.
Berbagai faktor penyebab spesies menjadi langka dan terancam antara lain
yaitu, hilang atau rusaknya bagian vital dari habitatnya, tingginya
moralitas ataurendahnya reproduksi, perubahan iklim , geologi atau
evolusi.
Berbagai upaya dalam pembinaan populasi satwa burung disusun
kebijakan dan strategi konservasi dengan kerjasama berbagai instansi dari
LSM serta organisasi/badan dunia yang interes terhadap flora-fauna.
Sedangkan populasi satwa burung di kawasan pasca bencana alam gunung
meletus ditempuh berupa inventarisasi, pengamanan, penyadaran
masyarakat, recovery habitat dan introduksi.
Pengelolaan satwa liar di kawasan pasca bencana alam gunung meletus
dapat ditingkatkan secara intensif, sehingga dapat dihasilkan daya dukung
yang optimal. Untuk menetapkan daya dukung habitat dibutuhkan
informasi mengenai biologi dan ekologi satwa liar. Prioritas utama adalah
mengetahui terlebih dahulu mengenai populasi, pergerakan, pertumbuhan
dan potensi habitat. Pengelolaan diprioritaskan kepada perbaikan dan
seleksi populasi. Tindakan pembinaan populasi dan habitat satwa sasaran
penekannya terhadap populasi yang kurang, lebih dan stabil. Terhadap
populasi yang kurang pembinaan yang dilakukan berupa perbaikan habitat
dan penambahan populasi. Sedangkan untuk populasi yang stabil
pembinaan yang dilakukan berupa pemeliharaan dan pengamanan
kawasan.
2. Pembinaan Habitat
Dalam pembinaan habitat satwa liar ada tiga komponen utama yang
satu sama lain saling berkaitan, yaitu : komponen biotik (meliputi :
vegetasi, satwa liar dan organisme mikro), komponen fisik (meliputi : air,
tanah, iklim, topografi, dll) dan komponen kimia (meliputi seluruh unsure
kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun komponen fisik).
a. Pengelolaan Pakan
Berdasarkan jenis pakan dan kebiasaan makannya, maka satwa
dapat dibedakan sebagai satwa pemakan buah dan biji (frugivor),
pemakan rumput, daun, pucuk (herbivora), pemakan serangga
(insectivor), pemakan daging (karnivora) dan pemakan segalanya
(omnivora). Upaya dalam pengelolaan pakan biasanya berupa
peningkatan kualitas dan kuantitas. Untuk penanaman kawasan pasca
bencana gunung meletus yang ditujukan untuk habitat satwa liar
burung Maleo dan Merak diusahakan jenis yang merupakan pakan
satwa tersebut.
b. Pengelolaan Air
Untuk memenuhi kebutuhan satwa akan air untuk minum,
berkubang, dll. Selain memanfaatkan air bebas dari alam (sungai, air
hujan, embun dan sumber-sumber lain) diperlukan sarana tambahan
misalnya, pembuatan tempat minum, pembuatana kubangan dan
kontrol terhadap kualitas air.
c. Pengelolaan Pelindung (cover)
Kebutuhan perlindungan dari terik matahari, hujan dan pemangsa
sangat dibutuhkan satwa. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang
pola penggunaan ruang setiap spesies satwa. Pengelolaan cover
berkaitan dengan pengaturan vegetasi. Selain itu perlu diketahui juga
tentang preferensi habitat setiap speies satwa. Kegiatan yang mungkin
dilakukan dalam pengelolaan pelindung misalnya peningkatan jumlah
pohon peneduh yang dibutuhkan oleh satwa. Dalam perbaikan habitat
memerlukan pengkajian terhadap aspek penyebb kerusakan habitat dan
daya dukung habitat yang dibutuhkan oleh setiap satwa. Seperti
diketahui bahwa Maleo ketika bertelur akan membenamkan telurnya
kedalam pasir, sehingga perlu disediakan tempat untuk hewan itu
bertelur.
3. Pemantauan Populasi dan Habitat
Pemantauan biasanya bertujuan untuk mengetahui kecenderungan
jumlah populasi spesies flora dan fauna setelah bencana gunung meletus,
pengukuran keberhasilan reproduksi dan penilaian kualitas atau kondisi
spesies dan habitat. Populasi satwa didalam habitatnya dapat mengalami
fluktuasi. Kegiatan pembinaan populasi satwa merupakan upaya
pengelolaan untuk menjamin kemantapan jumlah populasi dan jenis satwa
di habitat alamnya. Parameter pemantauan yang diukur dalam pembinaan
populasi adalah jumlah individu setiap jenis dan jumlah individu seluruh
jenis. Selain itu parameter tambahan yang perlu diukur adalan frekuensi
penemuan satwa dan jarak pandang rata-rata.
Bebrapa metode yang digunakan dalam pemantauan populasi antara
lain metode secara langsung yaitu : Drive Census dan Cruising Method
dan metode secara tidak langsung yaitu : Track Counts (menghitung
populasi melalui jejak kaki/teracak), pendugaan berdasarkan perubahan
perbandingan, pellet group count, metode transek, concertration count, dll.
Penggunaan metode pemantauan harus disesuaikan dengan jenis satwanya
dan waktu pengamatan yang tepat. Pemantauan habitat meliputi :
perbaikan komponen habitat dan preferensi jenis terhadap habitatnya.
Beberapa parameter yang diukur anatara lain : vegetasi, satwa dan
penggunaan ruang).
Hasil-hasil pemantauan akan berguna dalam banyak kepentingan
manajemen kawasan pasca bencana alam gunung meletus secara
keseluruhan antara lain : memutuskan apakah tindakan pengelolaan habitat
cukup efektif dan berguna, perbaikan dalam implementasi pengelolaan
habitat, memahami dinamika ekologis habitat dan mengetahui apakah
pengelolaan habitat mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan
populasi satwa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
berdasarkan pemaparan materi dapat disimpulakan bahwa dinamika populasi
adalah perubahan ukuran yang terjadi pada suatu populasi dalam suatu habitat
pada setiap waktu tertentu. Pembinaan habitat merupakan salah satu kegiatan
pengelolaan satwa liar untuk memperbaiki keadaan habitat satwa liar guna
mempertahankan keberadaan atau menaikan kualitas tempat hidup satwa agar
dapat hidup layak dan mampu berkembang. Dlam pelaksanaannya, pembinaan
habitat dilakukan dengan memperhatikan prinsip pokok konservasi yaitu
pertimabangan ekologis, prinsip keterpaduan, efektifitas kegiatan dan secara
teknis dapat dikerjakan dan ekonomi dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Eguene P Odum, 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Rifqi, MA. Ekologi Dasar, Keterbatasan, Komunitas, Nich, dan Suksesi. Journal
Seri_Ekologi. Tanggal Akses 20 Februari 2022.
Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta : Departement Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Suswasono Heddy, Metty Kurniati, 2996. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta Utara.
Zulkifli, Hilda. 1996. Biologi Lingkungan. Jakarta : Departement Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai