Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

“FISIOLOGI HEWAN”
Judul Praktikum : Suhu Tubuh
Semester/Prodi : IV (Empat) / Biologi
Kelas/Kelompok : B / 4 (Empat)
Koordinator Asisten : Adam Suduri, S.Pd
Asisten : 1. Moh. Iqbal Riski A. Danial, S.Pd
2. Jumadil
Anggota Kelompok : Hendrik E. Tuloli (432420037)

Fitriyanti H. Koni (432420036)

Nurlena Duhe (432420039)

Anisa S. Mayasin (432420041)

Cindrawati Dalanggo (432420034)

Nilai Paraf

LABORATORIUM JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini yang berjudul “SUHU TUBUH”
Laporan Praktikum ini berudul “Suhu Tubuh” dibuat untuk memenuhi
tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan. Ucapan terimakasih saya ucapkan
kepada Koordinator Laboratorium dan Asisten Laboratorium yang telah
memberikan petunjuk dalam pembuatan laporan praktikum ini.
kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna.
Akan tetapi semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai
penulis dalam mencari ilmu dan untuk para pembaca dalam menambah
pengetahuan. Kami dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan laporan ini. kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca.

Gorontalo, 18 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
BAB III METODOLOGI ....................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................... 6
3.2 Metode dan Jenis Pratikum....................................................................... 6
3.3 Alat dan Bahan .......................................................................................... 6
3.4 Prosedur Kerja ........................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 11
4.1 Hasil ........................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 11
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 13
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13
5.2 Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya
adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot dan modifikasi sistem
sirkulasi dibagian kulit. Kontraksi pembuluh darah dibagian kulit dan
countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk menguarangi
kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya
dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada bebrapa
hewan untuk menurunkan suhu tubuh dengan caramandi atau mengipaskan daun
telingan ke tubuh (Lestari et al., 2014).
Hewan yang aktif biasanya hidup pada kisaran suhu yang sempit, dimulai
beberapa derajat di bawah titik beku air murni hingga sekitar 50oC. Perhatian
utama kita akan tertuju pada suhu tubuh makhluk hidup itu sendiri. Misalnya suhu
tubuh manusia sekitar 37oC, meskipun berada di tempat dingin maupun di tempat
mandi uap panas. Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu
lingkungan internal seekor hewan misalnya laju respirasi seluler meningkat
seiring peningkatan suhu sampai titik tertentu dan kemudian menurun ketika suhu
itu sudah cukup tinggi sehingga mulai mendenaturasi enzim sifat-sifat membran
juga berubah dengan perubahan suhu setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang
optimum (Lestari et al., 2014).
Suhu tubuh atau termoregulasi adalah keseimbangan antara kehilangan panas
dan produksi panas tubuh yang tujuannya adalah untuk mengontrol lingkungan
suhu netral dan meminimalkan energi. Dengan mengacu pada suatu variabel
lingkungan tertentu, organisme dapat dikelompokkan sebagai regulator
(pengatur), yang mempertahankan lingkungan internal yang mendekati konstan di
atas kisaran kondisi eksternal, atau konformer (penyesuai), yang membiarkan
lingkungan internalnya bervariasi mengikuti variasi eksternal (Yustina dan
Darmadi, 2017).

1
Berdasarkan kemampuannya dalam meregulasi suhu tubuh, organisme
dikelompokkan menjadi poikiloterm dan homokioterm. Pernyataan ini sesuai
dengan Yustina dan Darmadi (2017) dengan mengacu pada suatu variabel
lingkungan tertentu, organisme dapat dikelompokkan sebagai regulator
(pengatur), yang mempertahankan lingkungan internal yang mendekati konstan di
atas kisaran kondisi eksternal, atau konformer (penyesuai), yang membiarkan
lingkungan internalnya bervariasi mengikuti variasi eksternal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengukur suhu tubuh pada hewan homeoterm ?
2. Bagaimana mengukur suhu tubuh pada hewan poikolitrerm ?
1.3 Tujuan
1. Mengukur suhu tubuh pada hewan homeoterm.
2. Mengukur suhu tubuh pada hewan poikolitrerm.
1.4 Manfaat
1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana cara mengukur suhu tubuh pada
hewan homeoterm.
2. Agar kita dapat mengetahui bagaimana cara mengukur suhu tubuh pada
hewan poikolitrerm.

2
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya
makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan
molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme
hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja.
Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya)
yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh
meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan
kehilangan fungsinya (Campbell, 2014).
Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk
mengatur panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme
perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya
gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari
energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak
kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi adalah proses
kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas
(Martini, 2018).
Berkaitan dengan pengaruh suhu tubuh pada lingkungan, hewan juga dibagi
menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm adalah
hewan yang berdarah dingin, yaitu hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan, suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
tubuh bagian luar. Contoh hewan berdarah dingin adalah pisces, amphibi, reptile
dan semua hewan invertebrata. Sedangkan Homoiterm adalah hewan yang
berdarah panas, yaitu hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu
tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan

3
sekitarnya, sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringan dan melalui
evaporasi yang berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan
berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia (Duke, 2017).
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di
lingkungan luar untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan
dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan
endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam
tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh
merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau
luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk
(terlalu dingin atau terlalu panas). Hewan ektoterm perlu menghemat energi
dengan cara hibernasi atau estivasi (Guyton,2016).
Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu tubuhya dengan
mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi, yaitu :
1. Penyesuaian laju pertukaran panas antara hewan dengan sekelilingnya
Insulasi tubuh seperti, rambut, bulu, lemak yang terletak persis di bawah
kulit untuk mengurangi kehilangan panas. Penyesuaian ini terdiri dari
beberapa mekanisme, diantaranya :
a. Hewan endotermik mengubah jumlah darah yang mengalir ke kulitnya
berdasarkan suhu di sekitarnya. Misal pada suhu dingin maka hewan
endotermik akan mengecilkan diameter pembuluh darahnya
(vasokontriksi) sehingga terjadi penurunan aliran darah, sedangkan pada
musim panas hewan endotermik akan membesarkan diameter pembuluh
darahnya (vasodilatasi) sehingga terjadi peningkatan aliran darah.
b. Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan arus
(countercurrent heat exchanger). Pengaturan lawan arus ini memudahkan
pemindahan panas dari arteri ke vena di sepanjang pembuluh darah
tersebut.

4
2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporative
Hewan endotermik dan ektotermik terestial kehilangan air melalui
pernapasan dan melalui kulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air akan
menguap dan hewan tersebut akan kehilangan panas dengan cara pendingin
melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasi dapat ditingkatkan dengan
cara panting (menjulurkan lidah ke luar). Pendinginan melalui evaporasi pada
kulit dapat ditingkatkan dengan cara berendam atau berkeringat.
3. Respon perilaku
Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan hilangnya panas
tubuh dengan cara berpindah tempat. Mereka akan berjemur dibawah terik
matahari atau pada batu panas selama musim dingin, menemukan tempat
sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah pada musim panas,
dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih sesuai.
4. Pengubahan laju produksi panas metabolik
Kategori penyesuaian ini hanya berlaku bagi hewan endotermik,
khususnya unggas dan mamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan
produksi panas metaboliknya sebanyak dua tau tiga kali lipat ketika terpapar
ke keadaan dingin.

5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Zoologi Universitas Negeri
Gorontalo, pada hari minggu, 10 April 2022 pukul 08:00- .14.00 WITA.
3.2 Metode dan Jenis Praktikum
Menurut Subagyo yang dikutip dalam Syamsul Bahri dan Fakhry Zamzam
(2015), Metode praktikum adalah suatu cara atau jalan untuk mendapatkan
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan yang diajukan. Sedangkan
menurut Priyono (2016) metode penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Metode yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu metode eksperimen
dengan menggunakan hewan sebagai bahan uji, dan jenis pratikum ini bersifat
kuantitatif dimana proses eksperimen dilakukan di laboratorium yang
menggunakan bahan uji dari hewan.
3.3 Alat dan Bahan
1. Alat
(Tabel 1. Alat)
Alat Gambar
Thermometer Tubuh

Serbet

6
Gelas Kimia

Air Dingin

Air Hangat

2. Bahan
Bahan Gambar
Kucing

Katak

7
Kadal

3.4 Prosedur Kerja

Felis Catus

Menempatkan thermometer di ketiak dan di bawah


lidah selama 5 menit untuk melihat suhu awal
Felis catus.

Kemudian letakan kompres air hangat pada leher,


diamkan selama 5 menit, lalu ukur suhu pada
bagian ketiak dan dibawah lidah.

Selanjutnya letakan di dalam gelas kimia yang


telah berisi air dingin, diamkan selama 5 menit,
lalu ukur suhu pada bagian ketiak dan dibawah
lidah.

8
Anura

Menempatkan thermometer di ketiak dan di bawah


lidah selama 5 menit untuk melihat suhu awal Anura.

Kemudian letakan kompres air hangat pada leher,


diamkan selama 5 menit, lalu ukur suhu pada bagian
ketiak dan dibawah lidah.

Selanjutnya letakan di dalam gelas kimia yang telah


berisi air dingin, diamkan selama 5 menit, lalu ukur
suhu pada bagian ketiak dan dibawah lidah.

9
Lacertilia

Menempatkan thermometer di ketiak dan di bawah


lidah selama 5 menit untuk melihat suhu awal
Lacertilia.

Kemudian letakan kompres air hangat pada leher,


diamkan selama 5 menit, lalu ukur suhu pada
bagian ketiak dan dibawah lidah.

Selanjutnya letakan di dalam gelas kimia yang telah


berisi air dingin, diamkan selama 5 menit, lalu ukur
suhu pada bagian ketiak dan dibawah lidah.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 RonggaMulut
No Jenis Hewan Poikiloterm/ Berat Suhu Awal Suhu
Homoiterm (gr) (°𝐶) 10° 60°
1. Kucing Homoiterm 396 gr 32,3°C 32,0°C 33,5°C
2. Katak Poikiloterm 31,5 gr 37℃ 22℃ 39, 7°C
3. Kadal Poikiloterm 23,0 gr 33,6℃ 24℃ 38,2 ℃

4.1.2 Ketiak
No Jenis Hewan Poikiloterm/ Berat Suhu Awal Suhu
Homoiterm (gr) (℃) 10℃ 60℃
1. Kucing Homoiterm 396 34,5℃ 32, 9℃ 35,1℃
2. Katak Poikiloterm 31,53 37,0℃ 18℃ 39,4℃
3. Kadal Poikiloterm 23,01 34,1℃ 19℃ 36,0 ℃

4.2 Pembahasan
Dari hasil suhu tubuh melalui rongga mulut, diketahui bahwa suhu awal
kucing yaitu 32,3℃ dengan berat sebesar 396 gr. Setelah itu, dilakukan percobaan
pada suhu dingin dimana kucing tersebut dibalut dengan kain yang sudah dibasahi
dengan air selama ± 1 menit dan kemudian dilakukan perhitungan sehingga
didapatkan hasil yaitu 32,0℃ pada suhu 10℃ dan 33,5℃ pada suhu 60℃
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh dingin yang diberikan pada kucing
tersebut selama 1 menit dapat mempengaruhi suhu awal kucing.
Kemudian, untuk mengukur suhu luar menggunakan ketiak, suhu awal kucing
tersebut 34,5℃ menjadi 32,9℃ pada suhu 10℃ dan 35,1 ℃ pada suhu 60℃. Hal
ini dikarenakan suhu dingin yang ada pada es batu terkontak langsung dengan
tubuh kucing sehingga mempengaruhi suhu normal kucing tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa pengujian suhu tubuh pada kucing, kadal dan katak, ketiganya

11
merupakan perwakilan dari hewan Homoiterm dan Poikiloterm. Suhu tubuh
sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Makhluk hidup tingkat tinggi seperti manusia dan hewan dibagi menjadi dua
yaitu makhluk hidup yang memiliki suhu tubuh relative konstan (Homeothermis)
dan makhluk hidup yang beradaptasi dengan perubahan lingkungan
(poikilothermis). Hewan melata, dan serangga merupakan contoh Poikilothermis,
ketika suhu lingkungan dingin, suhu badannya menjadi semakin rendah dan laju
metaboliknya menurun atau bahkan tidak aktif. Akan tetapi pada suhu
liungkungan yang panas mereka harus mencari tempat untuk berlindung atau
mengalami kematian (Graha, 2010).
Suhu tubuh hewan-hewan kelompok poikiloterm tergantung pada suhu
lingkungan, sehingga sering juga disebut dengan hewan ektoterm. Laju
metabolismenya juga sedikit tanpa adanya produksi panas. Suhu tubuh akan
meningkat karena efek meningkatnya suhu lingkungan yang akan membuat laju
metabolism dipercepat (Delfita, 2019).
Kelompok hewan homeotermis sering disebut juga hewan endoderm karena
panas tubuhnya diperoleh melalui aktivitas metabolism tubuh. Pertukaran panas
antara tubuh dan lingkungan direhulasi melalui pusat termoregulasi di
hipotalamus yang berfungsi seperti thermostat. Regulasi suhu tubuh hewan
vertebrata terrestrial dilakukan dengan cara fisika dan kimia. Regulasi fisika
dengan cara memproduksi panas dan menghilangkan panas secara cepat dan
lancer sedangkan regulasi kimia dengan cara mempercepat laju metabollisme
tubuh ketika kebutuhan panas meningkat (Delfita, 2019).

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh
merupakan suatu keadaan panas atau dingin yang biasa diukur dengan
menggunakan thermometer. Makhluk hidup tingkat tinggi seperti manusia dan
hewan dibagi menjadi dua yaitu makhluk hidup yang memiliki suhu tubuh relative
konstan (Homeothermis) dan makhluk hidup yang beradaptasi dengan perubahan
lingkungan (poikilothermis). Suhu tubuh hewan-hewan kelompok poikiloterm
tergantung pada suhu lingkungan, sehingga sering juga disebut dengan hewan
ektoterm. Sedangkan untuk suhu tubuh hewan homeotherm adalah hewan yang
mampu memperthankan suhu tubuhnya terhadap lingkungan. Adapun salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh yaitu laju metabolisme.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini pratikan menyadari banyak kesalahan. Bahan-bahan
maupun alat yang akan digunakan, disediakan sebanyak yang dibutuhkan agar
pada saat praktikum sedang berlangsung, tidak terjadi kericuhan yang disebabkan
saling meminjam alat praktikum mapun meminta bahan praktikum, dan juga
praktikum dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A, Jane B. Reece, Lawrance G. Mitchell. (2014). Biology. Erlangga;
Jakarta.
Delfita R. 2019. Fisiologi Hewan Komparatif. Jakarta : Prenadamedia Group.
Duke, N. H. (2017). The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing;
New York.
Graha A S. 2010. Adaptasi Suhu TubuhTerhadap Latihan Dan Efek Cedera Di
Cuaca Panas Dan Dingin. Jurnal Olahraga Prestasi. Vol 6 (2).
Guyton, D. C. (2016). Fisiologi Hewan, Edisi 2. EGC; Jakarta.
Lestari, S. A., Septiwi, C., & Iswati, N. (2014). Pengaruh perawatan metode
kanguru/kangaroo mother care terhadap stabilitas suhu tubuh bayi berat
lahir rendah di ruang peristi RSUD Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 10(3).
Martini. (2018). Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice Hall
International Inc.; New Jersey.
Yustina, & Darmadi. (2017). Buku Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. Pekanbaru.
LAMPIRAN

Mengukur suhu tubuh Merendam kadal di air Mengukur suhu pada


pada katak dingin kucing

Mengukur suhu pada air dingin Merendam katak di air hangat

Anda mungkin juga menyukai