Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEK

Dosen Pengampu :
Magdalena Putri Nugrahani, S.Si,M.Sc

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Ahmad Dani Arisa (52222217)
2. Tria Natasya Dewi L (52222219)
3. Darissa’adah Hermawati (52222225)
4. Siti Qomariyah (52222230)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2023
HALAMAN ISI

A. JUDUL : SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK


REFLEK

B. TUJUAN
Tujuan praktikum kali ini yaitu untuk memahami macam-macam gerak reflek
yang dikendalikan oleh otak dan memahami macam-macam gerak reflek yang
dikendalikan oleh medulla spinalis pada katak sawah.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap
perubahan lingkungan internal dan eksternal. Refleks dikendalikan oleh sistem syaraf
menuju sistem otak (disebuat refleks kranial) atau medula spinallis (disebut refleks
spinal) lewat syaraf motorik kranial dan spinal. Refleks terjadi lewat suatu ringkasan
tertentu disebut lengkung refleks, dengan komponen: reseptor, neuron sensorik,
neuron penghubung (didalam otak dan medula spinallis), neuron motorik dan efektor.
Sebagian besar reflek merupakan reflek yang rumit melibatkan lebih dari satu neuron
penghubung.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap
perubahan yang terjadi di dalam maupun diluar tubuh. Untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus domiliki oleh sistem syaraf yaitu; reseptor,
alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai
reseptor adalah organ indra. (Henny 2007)
Sistem saraf pada vertebrata terdiri dari dua bagian utama: (1) Sistem saraf
pusat, yang terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang (korda spinal) dan (2)
Sistem saraf tepi yang terdiri atas sistem saraf aferen dan sistem saraf eferen. Sistem
saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom, sedangkan
sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatetik dan sistem saraf
parasimpatetik. (Soewolo, 2000)
Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut lengkung
refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen dasar yaitu : (1) respetor, (2) saraf eferen, (3)
pusat pengintegrasi, (4) saraf aferen, (5) efektor. Reseptor merespon stimulus yang
merupakan perubahan fisik atau kimia di lingkungan reseptor. Dalam merespon
stimulus, reseptor menghasilkan potensia aksi yang akan diteruskan oleh saraf aferen
ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak yang lenih tinggi memproses
refleks yang dipelajari. Pusat pengintegrasi memproses semua informasi dan
meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otak atau kelenjar) yang
melaksanakan respon yang diinginkan. (Soewolo, 2000)
Suatu refleks spinal dasar adalah salah satu refleks yang diintegrasiakan oleh
sumsum tulang belakang, sebab semua komponen yang diperlukan untuuk
menyambung input aferen ke respon aferen berada dalam sumsum tulang belakang.
Refleks menarik tangan yang tersentuh benda panas merupakan contoh refleks spinal
dasar. Energi panas yang diterima reseptor panas pada jari diubah menjadi potensial
aksi yang merambat melalui saraf aferen ke sumsum tulang belakang. Dalam sumsum
tulang belakang, saraf aferen ini bersinapsis dengan beberapa saraf penghubung, ada
saraf penghubung yang menuju ke otak dan ada saraf penghubung yang bersinapsis
dengan saraf eferen ke efektor. Potensial aksi yayng melalui jalur eferen ke efektor
akan menghasilkan gerak menarik jari tangan, sedangkan yang menuju ke otak
menghasilkan kesadaran apa yang terjadi dan rasa panas. (Soewolo, 2000)

Gerak refleks berjalan dengan cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin atau batuk.

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat :
 Papan bedah
 Alat bedah (set)
 Aquarium (sedang)
 Bunsen
 Thermometer
 Handcounter
 Kapas
 Beaker glass 100 ml
2. Bahan :
 Katak sawah
 Air hangat
E. PROSEDUR KERJA
1. Katak Normal
 Letakkan katak dengan posisi normal pada papan, lalu amati posisi kepala,
mata dan anggota geraknya. Sentuh kornea matanya menggunakan kapas,
dan lihat respon apa yang terjadi.
 Hitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung gerakan
kulit pada rahang menggunakan handcounter.
 Letakkan katak dengan posisi terlentang pada papan. Lalu putarlah papan
secara horizontal sampai katak menunjukkan respon, amati posisi dan
gerakan kepala, mata dan anggota geraknya.
 Miringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit terangkat dan
amati reaksi yang terjadi pada katak.
 Masukkan katak pada aquarium yang berisi air, dan amati cara berenangnya.
 Keluarkan katak dari aquarium, lalu letakkan pada papan pada posisi normal,
amati apa yang terjadi.
 Cubit jari kaki dengan pinset, amati gerak refleks yang terjadi.
 Masukkan salah satu kaki ke dalam gelas beaker berisi air ledeng kemudian
panaskan diatas bunsen. Ukur suhu air menggunakan thermometer dan amati
pada suhu berapa katak memberikan reaksi.
 Masukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas dengan suhu ± 80° C, dan
amati reaksi apa yang terjadi.
2. Katak Neural (katak yg mengalami kerusakan otak)
 Rusak otak katak dengan single pithing, lalu istirahatkan katak pada papan
bedah selama 5-6 menit untuk menghilangkan neural shock.
 Letakkan katak dengan posisi normal pada papan, lalu amati posisi kepala,
mata dan anggota geraknya. Sentuh kornea matanya menggunakan kapas,
dan lihat respon apa yang terjadi.
 Hitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung gerakan
kulit pada rahang menggunakan handcounter.
 Letakkan katak dengan posisi terlentang pada papan. Lalu putarlah papan
secara horizontal sampai katak menunjukkan respon, amati posisi dan
gerakan kepala, mata dan anggota geraknya.
 Miringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit terangkat dan
amati reaksi yang terjadi pada katak.
 Masukkan katak pada aquarium yang berisi air, dan amati cara berenangnya.
 Keluarkan katak dari aquarium, lalu letakkan pada papan pada posisi normal,
amati apa yang terjadi.
 Cubit jari kaki dengan pinset, amati gerak refleks yang terjadi.
 Masukkan salah satu kaki ke dalam gelas beaker berisi air ledeng kemudian
panaskan diatas bunsen. Ukur suhu air menggunakan thermometer dan amati
pada suhu berapa katak memberikan reaksi.
 Masukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas dengan suhu ± 80° C, dan
amati reaksi apa yang terjadi.
3. Katak Spinal (katak yg mengalami kerusakan otak dan medulla spinalis)
 Rusak medula spinalis dengan double phithing, lalu istirahatkan katak pada
papan bedah selama 5-6 menit.
 Letakkan katak dengan posisi normal pada papan, lalu amati posisi kepala,
mata dan anggota geraknya. Sentuh kornea matanya menggunakan kapas,
dan lihat respon apa yang terjadi.
 Hitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung gerakan
kulit pada rahang menggunakan handcounter.
 Letakkan katak dengan posisi terlentang pada papan. Lalu putarlah papan
secara horizontal sampai katak menunjukkan respon, amati posisi dan
gerakan kepala, mata dan anggota geraknya.
 Miringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit terangkat dan
amati reaksi yang terjadi pada katak.
 Masukkan katak pada aquarium yang berisi air, dan amati cara berenangnya.
 Keluarkan katak dari aquarium, lalu letakkan pada papan pada posisi normal,
amati apa yang terjadi.
 Cubit jari kaki dengan pinset, amati gerak refleks yang terjadi.
 Masukkan salah satu kaki ke dalam gelas beaker berisi air ledeng kemudian
panaskan diatas bunsen. Ukur suhu air menggunakan thermometer dan amati
pada suhu berapa katak memberikan reaksi.
 Masukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas dengan suhu ± 80° C, dan
amati reaksi apa yang terjadi.
F. HASIL PENGAMATAN
NO Parameter pengamatan Katak normal Katak neural Katak spinal
1 Posisi katak Posisi kepala Tegak Tegak Menunduk
dan miring
ke kanan
Kondisi mata Normal Sedikit sayu Mata merah
dan sayu
Anggota gerak Normal Sedikit Anggota
lambat gerak miring
ke sebelah
kanan
Respon kornea mata Berkedip Berkedip Berkedip
secara pada satu pada satu
bersamaan kornea yang kornea yang
disentuh saja disentuh saja
2 Frekuensi pernapasan per-menit 91 80 50
3 Keseimbangan Setelah Kepala Mendongak Mendongak Menunduk
diputar dan miring
ke kanan
Mata Normal Sedikit sayu Sayu
Anggota Melipat dan Melipat dan Tungkai
gerak jari terbuka jari terbuka depan
sebelah
kanan
terkulai
Setelah Kepala Terangkat Terangkat Terangkat
dimiringkan Mata Normal Sedikit sayu Sayu

Anggota Menahan Menahan Tungkainya


gerak badan agar badan agar tidak dapat
tidak terjatuh tidak terjatuh menahan dan
langsung
jatuh
4 Cara berenang Menggunakan Menggunakan Badan
selaput selaput berputar,
renang renang kemudian
dengan mata dengan mata mengambang
normal dan sayu dan dan kedua
kepala kepala tungkai tidak
mendongak mendongak aktif, mata
sayu
5 Setelah dikeluarkan dari Kepala Tegak Tegak Merunduk
akuarium Mata Normal Normal Sayu
Anggota Normal Normal Tungkai
gerak depan
sebelah
kanan
terkulai
6 Cubit jari kaki Ada Ada Tidak ada
perlawanan perlawanan reaksi
namun sedikit
lambat
7 Suhu kamar Bereaksi pada Bereaksi pada Bereaksi
suhu 40° suhu 53° pada suhu
60°
8 Suhu 80 Bereaksi Bereaksi Bereaksi
sebelum sebelum sebelum
mencapai mencapai mencapai
suhu 80° suhu 80° suhu 80°
(bereaksi (bereaksi (bereaksi
pada suhu pada suhu pada suhu
71°) 74°) 76°)
G. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil pengamatan bahwasannya, sistem saraf pusat berfungsi
sebagai pengendali gerak refleks, merupakan sebuah mekanisme yang terjadi pada
makhluk hidup. Pada pengamatan ini menggunakan katak sawah sebagai bahan dalam
mengamati berbagai gerak refleks. Pengamatan pertama menggunakan katak normal,
pengamatan kedua dengan katak neural katak yang mengalami kerusakan otak (Single
Pithing), dan pengamatan ketiga dengan katak spinal katak yang mengalami
kerusakan otak dan medulla spinalis (Double Pithing).
Pada pengamatan pertama, beberapa perlakuan yang diberikan pada katak
normal menghasilkan gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan sum-sum tulang
belakang. Pada posisi katak normal kondisi mata dan alat gerak normal, posisi kepala
tegak, dan respon kornea mata saat disentuh menggunakan kapas mengalami gerak
refleks kranial yang mana kedua mata katak berkedip secara bersamaan. Frekeunsi
pernapasan 91/menit, pada pengamatan frekuensi pernapasan dengan cara menghitung
gerakan kulit pada rahang ini merupakan gerak refleks otonom. Keseimbangan katak
setelah diputar, posisi mata masih normal, kepala mendongak ke atas, alat gerak
melipat dan jari terbuka. Setelah dimiringkan posisi mata normal, kepala terangkat,
alat gerak bergerak aktif mempertahankan posisi agar tidak jatuh (tungkai depan dan
tungkai belakang mencengkram kuat pada papan bedah), pada perlakuan ini katak
mengalai refleks somatik. Cara berenang menggunakan selaput renang dengan mata
normal dan kepala mendongak, pada saat berenang katak berusaha mencari sisi
akuarium. Pada saat perlakuan cubit jari kaki, katak memberi reaksi dengan bergerak
aktif untuk melepaskan diri dan menarik kaki. Saat perlakuan memasukkan salah satu
kaki katak ke dalam beaker glass, katak mengalami gerak refleks dengan menarik
kakinya pada suhu 40°C. Dan saat perlakuan memasukkan jari kaki yang lain kedalam
suhu kuranglebih 80°, katak memberikan respon saat suhu belum mencapai 80°C,
tepatnya pada suhu 71°. Refleks menarik jari yang tersentuh benda panas ini
merupakan contoh refleks spinal dasar. Potensial aksi yayng melalui jalur eferen ke
efektor akan menghasilkan gerak menarik jari tangan, sedangkan yang menuju ke otak
menghasilkan kesadaran apa yang terjadi dan rasa panas (Soewolo, 2000). Jika dilihat
dari beberapa perlakuan tersebut, katak mengalami beberapa gerak refleks yang
diberikan dengan sangat cepat. Hal ini menunjukkan bahwa katak normal memiliki
sistem saraf (otak dan sum-sum tulang belakang) yang baik dimana saraf-saraf
tersebut dapat menghantarkan stimulus ke otak dan sum-sum tulang belakang dari
resptor ke efektor secara cepat.
Pada perlakuan pada katak neural, beberapa rangsangan yang diberikan pada
katak coba (Single Pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang
sedikit lambat oleh efektornya. Pada posisi normal kepala katak masih tegak, mata
sedikit sayu, dan alat gerak sedikit lambat. Respon kornea mata mengalami gerak
refleks kranial, berkedip pada satu kornea yang disentuh saja. Frekuensi pernapasan
80/menit pada pengamatan frekuensi pernapasan dengan cara menghitung gerakan
kulit pada rahang ini merupakan gerak refleks otonom. Keseimbangan katak setelah
diputar, posisi mata sedikit sayu, kepala mendongak, alat gerak melipat dan jari
terbuka. Perlakuan selanjutnya yaitu dengan memiringkan papan, kondisi mata sedikit
sayu, kepala terangkat, alat gerak mengalami refleks dengan menahan badan agar
tidak terjatuh pada perlakuan ini katak mengalai refleks somatik. Cara berenang
menggunakan selaput renang dengan mata sedikit sayu dan kepala mendongak, pada
saat berenang katak berusaha mencari sisi akuarium. Bereaksi kurang baik ketika
dicubit (lambat). Saat perlakuan memasukkan salah satu kaki katak ke dalam beaker
glass, katak mengalami gerak refleks dengan menarik kakinya pada suhu 53°C. Dan
saat perlakuan memasukkan jari kaki yang lain kedalam suhu kuranglebih 80°, katak
memberikan respon saat suhu belum mencapai 80°C, tepatnya pada suhu 74°. Dari
beberapa perlakuan tersebut katak menanggapi beberapa gerak refleks yang diberikan
dengan lambat, kurangnya aksi refleks ini dikarenakan sistem saraf pusat yakni otak
telah mengalami kerusakan pada saat melakukan single pithing. Kerusakan sistem
saraf pusat menyebabkan reaksi efektor terhadap beberapa impuls rangsangan berjalan
lambat.
Pada perlakuan katak Spinal, beberapa rangsangan yang diberikan pada katak
spinal (Double Pithing) menghasilkan gerak refleks dengan tanggapan yang sangat
lambat oleh efektornya dan beberapa respon yang diberikan tidak ditanggapi. Pada
posisi normal katak kepala menunduk dan miring ke kanan, mata merah dan sangat
sayu, serta alat gerak miring ke sebelah kanan dan sedikit lambat. Respon kornea mata
mengalami gerak refleks kranial, berkedip pada satu kornea yang disentuh saja
Frekuensi pernapasan 50/menit, pada pengamatan frekuensi pernapasan dengan cara
menghitung gerakan kulit pada rahang ini merupakan gerak refleks otonom.
Keseimbangan katak setelah diputar, posisi mata sangat sayu, kepala menunduk dan
miring ke sebelah kanan, alat gerak berupa tungkai depan sebelah kanan sangat
terkulai. Setelah dimiringkan posisi mata sangat sayu, kepala sedikit terangkat, alat
gerak berupa tungkai depan dan belakang tidak mampu lagi mencengkram pada papan
bedah sehingga katak terjatuh, yang berarti katak tidak mengalami gerak refleks. Saat
diberi perlakuan pada akuarium (pengamatan cara berenang) badan katak berputar,
kemudian mengambang dan kedua tungkai tidak aktif lagi. Lemahnya reaksi katak
dengan double pithing dikarenakan saraf pada katak mengalami pemutusan hubungan
sinapsis antar jaringan saraf, sehingga katak tidak dapat berenang (Isnaeni, 2006).
Saat perlakuan memasukkan salah satu kaki katak ke dalam beaker glass, katak
mengalami gerak refleks dengan menarik kakinya pada suhu 60°C. Dan saat
perlakuan memasukkan jari kaki yang lain kedalam suhu kuranglebih 80°, katak
memberikan respon saat suhu belum mencapai 80°C, tepatnya pada suhu 76°.
Lambatnya respon refleks ini dikarenakan, sistem saraf pada otak dan sum-sum tulang
belakangnya (medulla spinalis) tidak mampu merespon dan memberi menghantarkan
perintah terhadap impuls saraf ke efektor.
Dari ketiga perlakuan berbeda tersebut dapat dipahami bahwa otak dan sum-
sumtulang belakang memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses terjadinya
gerak reflek sebagai respon terhadap suatu rangsangan. Refleks yang dikontrol oleh
saraf spinal pada katak antara lain, reaksi ketika dicubit, perubahan mata, reaksi ketika
kaki dipanaskan, sedangkan refleks yang dikendalikan oleh saraf kranial katak antara
lain, frekuensi pernapasan, gerakan kepala, kekenyalan otot, cara berenang, dan gerak
tungkai depan dan belakang.

 Diskusi
1. Ada beberapa gerak refleks yang terjadi pada katak normal tapi tidak terjadi pada
katak neural antara lain yaitu frekuesi pernapasan per-menit, gerakan kulit pada
rahang ditunjukkan dengan data 91/menit pada katak normal dan 80/menit pada
katak neural. Hal ini disebabkan karena pada katak neural sudah ada beberapa
kerusakan organ setelah di single pithing, oleh sebab itu mengapa frekuensi
pernapasannya lebih sedikit. Gerak yang berbeda selanjutnya yaitu pada katak
normal ketika kaki dijepit dengan pinset refleks katak terjadi sangat cepat dan
kuat, sedangkan pada katak neural ketika kakinya dijepit dengan pinset
mengalami reflex juga namun tidak sekuat saat percobaan pada katak normal.
Selanjutnya Reaksi gerakan kaki katak yang dimasukkan kedalam air yang
bersuhu kamar kemudian dipanaskan juga berbeda antara katak normal dan
neural, pada katak normal terjadi gerakan ketika suhu air mencapai 40°C,
sedangkan pada katak neural terjadi gerakan ketika suhu air mencapai 53°C.
Perbedaan respon gerakan reflek katak normal dan katak neural karena pada
katak neural sebagian organ atau sarafnya sudah di rusak sehingga ada sedikit
perbedaan dalam menanggapi rangsangan.
2. Refleks yang terjadi pada katak neural namun tidak terjadi pada katak spinal yaitu
pada saat kaki sebelah katak neural dicelupkan pada air panas dengan suhu 53◦C
kaki katak neural masih merespon meskipun lambat, namun pada kaki katak
spinal pada saat diperlakukan hal yang sama katak spinal tidak merespon, tetapi
pada suhu 60◦C katak merespon dengan mengangkat kakinya. Hal ini
dikarenakan katak sudah mengalami kerusakan pada otak tepatnya pada medulla
spinalis yang disebut spinal shock pada saat diperlakukannya double pithing.
Pada saat diperlakukannya double pithing ini maka otak katak akan mengalami
kerusakan yang juga menyebabkan kelumpuhan. Pada saat katak neural
dimasukkan ke dalam aquarium, katak neural masih bisa berenang selayaknya
katak neural, tetapi pada katak spinal badan katak berputar-putar kemudian
mengambang dan kedua tungkai tidak aktif.
3. Refleks somatik, refleks otonom, refleks spinnal dan refleks kranial.
 Refleks somatik merupakan sistem saraf yang kerjanya berlangsung secara
sadar atau diperintah oleh otak. Dan yang tergolong dalam gerakan refleks ini
antara lain pada saat katak diletakkan pada papan dengan posisi normal yang
kemudian papannya dimiringkan, maka badan katak akan ikut menarik,
kepala katak otomatis akan ikut terangkat sampai katak kembali ke posisi
normal hal ini dikarena refleks somatik ini melibatkan kontraksi otot rangka
sebagai respon terhadap rangsangan.
 Refleks otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa diperintah oleh sistem
saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem saraf
otonom terdiri dari saraf simpatik dan saraf parasimpatik dan yang tergolong
saraf otonom yaitu pada saat katak melakukan pernafasan yang dilihat dari
kulit rahang katak.
 Reflek spinal dan reflek kranial berupa saraf somatik yang mengendalikan
refleks otot kerangka atau safar otonom yang mengendalikan reflek otot,
jantung, dan kelenjar
 Sistem saraf kranial pada saat kornea mata katak disentuh menggunakan
kapas maka tanggapan yang diberikan oleh katak yaitu mata katak langsung
menutup, dan yang tertutup hanya satu mata yang sudah disentuh kapas tadi.
sedangkan refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak juga
sering kali ikut memberikan pertimbangkan dalam reflek sepinal.

H. KESIMPULAN
Gerak reflek merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap
perubahan lingkungan internal dan Eksternal. Refleks dikendalikan oleh sistem syaraf
menuju sistem otak (disebuat refleks kranial) atau medula spinallis (disebut refleks
spinnal) lewat syaraf motorik kranial dan spinal.
Refleks terjadi lewat suatu ringkasan tertentu disebut lengkung refleks, enam
komponen: reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung. (didalam otak dan medula
spinallis) neuron motorik dan efektor, sebagian besar refleks merupakan refleks yang
rumit melibatkan lebih dari satu neuron penghubung.
Dari ke tiga perlakuan yang sudah di lakukan, terdapat empat gerak refleks
pada katak, yaitu refleks somatik, otonom, spinal dan kranial.
Refleks somatik merupakan sistem saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar atau
diperintah oleh otak. Refleks otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa
diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang.
Reflek spinal dan reflek kranial berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks otot
kerangka atau safar otonom yang mengendalikan reflek otot, jantung, dan kelenjar.

I. LAMPIRAN
 Katak normal

k
a
t

Posisi normal Perlakuan refleks kornea Kepala terangkat saat


papan dimiringkan
Kondisi saat berenang Perlakuan cubit jari kaki Perlakuan memasukkan
jari ke air suhu tinggi

 Katak Neural

K
o
r
n
e
a

Perlakuan refleks kornea Kepala terangkat saat Kondisi saat berenang


papan dimiringkan

Perlakuan cubit jari kaki Perlakuan memasukkan


jari ke air suhu tinggi
 Katak spinal

Perlakuan refleks kornea Kepala terangkat saat Kondisi saat di akuarium


papan dimiringkan

Perlakuan cubit jari kaki Perlakuan memasukkan


jari ke air suhu tinggi

J. DAFTAR PUSTAKA
Sari, L. J., Sulistyani, R., dkk. Fisiologi sistem saraf pada katak . Tahun 2008.
Mahasiswa pendidikan biologi reguler. Halaman 1-6
Risa purnamasari¹, Dwi rumasanti². " Sistem saraf ". Program studi Arsitektur UIN
sunan Ampel. Tahun, Desember 2017. Halaman 14-28.
Lailatul ngarofah. " Sistem saraf ". Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Raden intan
Lampung. Tahun, 15 September 2020. Halaman 29-34
Rina Delifita. " Sistem saraf ". Progam pendidikan biologi IAIN Batu Sangkar. Tahun,
25 Juni 2019. Halaman 67-81.
Ivanali Kesit, M Biomed 2018. Modul 4 Neurosains PERIPHERAL NERVOUS
SYSTEM
Universitas Esa Unggul

Anda mungkin juga menyukai