Disusun oleh:
JURUSAN BIOLOGI
September 2018
Tanggal Praktikum : 19 September 2018
TUJUAN
DASAR TEORI
Pada sistem pusat inilah yang terjadi pengaturan suatu pergerakan. Pergerakan dapat
terjadi secara refleks, yaitu gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana.
Jalur sederhana yang dimaksudkan adalah jalur neuron sensor, interneuron, dan neuron
motor. Gerak refleks adalah gerak yang sangat cepat, involunter, dan merupakan sebagai
respon dari reseptor tertentu (Wilarso J, 2001).
Gerak refleks dapat dibagi menjadi dua berdasarkan letak sel saraf penghubungnya,
yakni refleks kranial dan refleks spinalis. Refleks kranial bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misal gerak mengedip dan membesar-kecilnya pupil saat menerima
sensor cahaya. Gerak refleks kranial berperan dalam kontrol detak jantung, tekanan darah,
dan suhu tubuh. dan refleks spinalis bila sel saraf penghubung berada di dalam sumsum
tulang belakang, misalnya gerak refleks pada lutut. Refleks spinal juga berperan dalam buang
air kecil dan buar air besar (Sherwood L, (2001); Silverthorn (2009)).
Gerak refleks memiliki jalur tersendiri yang disebut lengkung refleks. Lengkung
refleks merupakan lintasan pendek impuls yang dimulai dari reseptor penerima rangsang
yang diteruskan ke pusat saraf, lalu diterima oleh saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah
otak dan langsung dikirim ke saraf motor yang nantinya akan disampaikan ke efektor, yaitu
otot atau kelenjar. Secara singkat, komponen lengkung refleks ialah reseptor, neuron
sensorik, neuron penghubung di otak, neuron penghubung di medula spinalis, neuron
motorik, dan efektor (Sherwood (2001); Susilowati dkk (2016)).
Pada umumnya, kerusakan pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan
sementara. Kerusakan pada otak disebut dengan neural shock dan kerusakan medula spinalis
disebut dengan spinal shock. Kerusakan pada batang otak mampu menyebabkan koma
(coma). Kelumpuhan dapat dibedakan menjadi kelumpuhan kaku (spastic paralysis) dan
kelumpuhan lemas (falccid paralysis). Spinal shock dikenal juga dengan neurogonic shock,
yaitu cedera atau kerusakan medula spinalis yang menyebabkan ketidakstabilan otonom yang
dimanifestasikan dalam hipotensi, bradiaritmia, dan disregulasi suhu, serta menyebabkan
pengurangan reversibel dalam fungsi sensorik dan motorik (Sagar, (2017); susilowati (2016)).
Katak hijau (Rana sp.) merupakan hewan salah satu darib kelas amphibia. Dalam
melakukan uji coba yang berkaitan dengan fisiologi, katak (Rana sp.) dijadikan sebagai objek
pengamatan. Pada umumnya dilakukan single pith yang digunakan untuk melumpuhkan otak,
dan double pith untuk merusak tulang belakangnya. Oleh karena itu, setelah dilakukan single
pith dan double pith dapat diamati respon balik setelah diberi beberapa perlakuan.
1. Akuarium
2. Lampu spiritus
3. Thermometer
4. Gelas piala 600cc
5. Alat penghitung
6. Kapas
7. Air hangat
8. Katak
PROSEDUR KERJA
Diletakkan katak pada posisi normal pada papan, diamati posisi kepala, mata dan
anggota geraknya. Diamati katak ketika di lakukan sentuhan dengan kapas pada
kornea matanya
Dihitung frekuensi pernafasan katak per menit dengan cara dihitung gerakan
kulit pada rahang
Diamati cara berenang katak dengan diletakkan katak pada aquarium berisi air
Diamati pada suhu ke berapa katak bereaksi saat salah satu kaki katak di
• masukkan ke dalam gelas piala berisi air yang dipanaskan
Diamati respon saat jari kaki katak yang lain di masukkan ke dalam air panas
dengan suhu ± 80º C
Merusak otak katak dengan single phiting kemudian di istirahatkan selama 5-6
menit untuk menghindari neural shock
Diletakkan katak pada posisi normal pada papan, diamati posisi kepala, mata dan
anggota geraknya. Diamati katak ketika di lakukan sentuhan dengan kapas pada
kornea matanya
Dihitung frekuensi pernafasan katak per menit dengan cara dihitung gerakan
kulit pada rahang
Diamati cara berenang katak dengan diletakkan katak pada aquarium berisi air
Diamati respon saat jari kaki katak dengan pinset
Diamati pada suhu ke berapa katak bereaksi saat salah satu kaki katak di
masukkan ke dalam gelas piala berisi air yang dipanaskan
Diamati respon saat jari kaki katak yang lain di masukkan ke dalam air panas
dengan suhu ± 80º C
Cara kerja katak yang sudah mengalami perusakan otak dan medula spinalis.
Diletakkan katak pada posisi normal pada papan, diamati posisi kepala, mata dan
anggota geraknya. Diamati katak ketika di lakukan sentuhan dengan kapas pada
kornea matanya
Dihitung frekuensi pernafasan katak per menit dengan cara dihitung gerakan
kulit pada rahang
Diamati keseimbangan katak dengan cara diletakkan katak dengan posisi
telentang pada papan, diputar papan secara horizontal, diamati gerakan kepala,
mata, dan anggota geraknya
Diamati cara berenang katak dengan diletakkan katak pada aquarium berisi air
Diamati pada suhu ke berapa katak bereaksi saat salah satu kaki katak di
masukkan ke dalam gelas piala berisi air yang dipanaskan
Diamati respon saat jari kaki katak yang lain di masukkan ke dalam air panas
dengan suhu ± 80º C
HASIL PENGAMATAN
Penghitungan - -
frekuensi
pernafasan
permenit pada
gerakan kulit
dirahang
Memasukkan Suhu awal air 25°C Suhu awal air Suhu awal 25°C
salahsatu kaki ......
Suhu reaksi katak 28°C Suhu reaksi
katak pada
Suhu reaksi
gelas piala Responmengangkat kaki ke arah katak 46°C katak 46°C
berisi air yang atas (luar air)
dipanaskan,
hingga suhu
berapa katak
bereaksi ?
Memasukkan Refleks cepat, seketika kaki Suhu 80°C kaki Suhu 80°C ada
jari kaki lain diangkat dengan cepat (diangkat langsung gerakan lambat
dalam air panas menghindari air) diangkat (namun
kurang lebih tidak seagresif
80°C saat keadaan
normal)
ANALISIS DATA
PEMBAHASAN
Katak Normal
Gerak reflek merupakan gerak yang sponta yang tidak melibatkan kerja otak yang
dilakukan tanpa kesadaran. Gerak reflek berlangsung cepat dan tidak disadari. Reflek
sebenarnya merupakan gerakan respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan yang
dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak reflek dibedakan menjadi reflek komplek
dan reflek tunggal. Reflek komplek diikuti oleh respon lain misalnya langsung berteriak
setelah terkena ransangan. Reflek tunggal melibatkan efektor tunggal. Berdasarkan tempat
konektornya reflek dibedakan menjadi 2 yaitu reflek tulang belakang (reflek spinalis) dan
reflek otak. Organ tubuh katak memiliki suatu sistem yang dikenal sebagai sistem koordinasi
atau sistem saraf. Sejumlah neuron melibatkan hubungan antara banyak interneuron dan
sumsum tulang belakang.
Pada data hasil praktikum, katak normal yang diberi perlakuan praktikum pada katak
dengan beberapa perlakuan diantaranya memberi sentuhan kornea mata dengan
menggunakan ujung dari kapas, mencubit kaki katak tersebut dan perlakuan lainnya. Hal
tersebut sesuai dengan literasi bahwa gerak reflek disebabkan oleh rangsangan tertentu yang
biasanya mengejutkan dan menyakitkan (Wulandari. 2009). Dari gerak reflek tersebut
menunjukkan adanya rangsangan menyakitkan, seperti nyeri. Rasa nyeri setelah adanya
cubitan pada kaki katak merupakan dampak dari gerak reflek tersebut sehingga menyebabkan
kaki dari katak tersebut ditarik ke dalam ke arah mendekati tubuhnya dan saat disentuh
korneanya menyebabkan katak berkedip matanya.
Gerak reflek yang merupakan suatu respon yang bersifat otomatis dan tanpa sadar
terhadap stimulus tertentu (Junguera, 1982). Aksi refleks dalam dalam kenyataannya tidak
memerlukan kontrol, hal tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan katak yang otaknya
telah dirusak (Frandson. 1992). Mekanisme gerak reflek menurut villie, et al (1988) adalah
sebagai berikut : reseptor – reseptor dalam kulit dirangsang dan merupakan bagian dari saraf
spinal dan menjulur kedalam sumsum tulang belakang serta membawa impuls itu kembali
melalui saraf spinal ke sekelompok otak ekstensor. Menurut storer (1988), mekanisme gerak
refleks pada katak menurutnya yaitu :
Pada saat katak diletakkan diatas papan seksi dan diberi rangsangan terhadap gerak
refleks katak yaitu memiringkan papan seksi setelah diputar – putar nampak sangat jelas
refleks dari katak tersebut yaitu refleks dari mata katak dan diam saja. Hal tersebut
dikarenakan katak sebelumnya di putar-putar diatas papan seksi yang dapat menyebabkan
keseimbangan dari katak tersebut kurang seimbang dalam sesaat. Gerak refleks yang terjadi
pada katak yaitu pada saat pemasukan kaki katak pada air panas suhu ke 28oC dengan suhu
ruang 25oC. pada suhu 80 oC respon dari katak tersebut sangatlah cepat. Seketika kaki katak
diangkat dengan cepat. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari
peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat
sel-sel saraf atau neuron. Menganalisis hasil dari hasil praktikum diketahui bahwa faktor
yang mempengaruhi aktivitas gerak refleks diantara yaitu ada tidaknya rangsangan yang
berasal dari dalam maupun luar tubuh.
Pada katak yang telah disingle pith, saat matanya disentuh dengan kapas pada bagian
koreanya mata katak menjadi sayu, dan terjadi sedikit pergerakan kedipan pada mata, kedipan
pada mata dinamakan refleks kranial, hal ini disebabkan karena pada saat mlakukan single
pith terjadi kerusakan saraf spinalnya sehingga koordinasinya terganggu dan menyebabkan
kelumpuhan, seperti yang dituliskan Sangar 2017 yaitu terjadinya kelumpuhan lemas
(Falccid paralysis). Selanjutnya pada katak yang didouble pith saat diberi perlakuan yang
sama tidak menunjukan reaksi maupun pergerakan, ini disebabkan karena pada saat double
pith terjadi kerusakan pada saraf spinal dan medulla spinalisnya, sehingga tidak tampak
refleks kranial maupun refleks spinalisnya.
Perhitungan frekuensi pernapasan per menit pada gerakan kulit di rahang, pada katak
yang di single pith tidak terjadi gerakan sama sekali hal ini disebabkan pada saat melakukan
prosedur single pith ada saraf medulla spinalis yang ikut terusak, sehingga menyebabkan
tidak adanya gerakan pada pada kulit rahang.
Keseimbangan pada katak yang single pith pada gerakan kepala tidak ada gerkan
sama sekali, pada matanya menyempit, saat papan dimiringkan tidak ada respon sama sekali,
hal ini disebkan karena homoestasis ada otak kecil sudah tidak berfungsi, sedangkan pada
katak yang di doble pith saat diperkakukan sama, tidak ada pergerakan sama sekali, bahkan
saat papan dimiringkan katak juga tidak bergerak ini disebabkan karena
Cara berenang pada katak single dan daouble pith menghasilkan reaksi yang sama,
yaitu sama sama tidak bergerak ini disebabkan karena kerusakan sistem saraf pusat yang
menyebabkan kelumpuhan sementara, sehingga menyebabkan kelumpuhan lemas (Falccid
paralysis) (Sagar, 2017)
Mencubitan jari kaki katak menggunakan pinset, pada katak single pith, ada reaksi
sedikit berupa penarikan kaki yang di cubit ini disebabkan karena adanya gerak refleks
spinalis, yaitu sel saraf yang langsung terhubung oleh susmsum tulang belakang (Silverthon,
2009). sedangkan pada katak double pith tidak menunjukan reaksi apapun ini disebabkan
karena kerusakan pada saraf spinal dan kranial sehingga katak tidak dapat melakukan gerak
refleks.
Memasukan salah satu kaki katak pada gelas piala yang berisi air yang dipanaskan,
pada kaki katak yang di single pith pada suhu awal air 44℃ tidak terjadi reaksi sampai pada
suhu 46℃ katak mulai bereaksi berupa pengangkatan kaki yang dicelupkan hal ini
disebabkan karena adanya refleks spinal, Soewolo 2000 pada buku pengantar pendidikan
fisiologi hewan menyebutkan refleks spinal adalah salah satu refleks yang dientergrasikan
oleh sumsum tulang belakang. sedangkan pada katak daouble pith yang kakinya dimasukan
kedalan air yang awalnya bersuhu 25℃ tidak terjadi pergerakan sampai pada suhu 46℃
katak mulai bereaksi dengan mengangkat kakinya, ini membuktikan refleks spinalis akan
bereaksi saat suhunya semakin tinggi.
Memasukan jari kaki yang lain dalam air panar bersuhu ± 80℃ pada katak single pith
kaki langsung diangkat, tapi reaksi pengangkatanya tidak secepat katak normal, hal ini
disebabkan karena refleks spinal bekerja lebih cepat jika suhu semakin tinggi, sedangkan
pada katak double pith tidak ada gerakan sama sekali, karena sistem saraf pusat dan sumsum
tulang belakang sudah rusak sehingga tidak adanya gerak refkes apapun yang terjadi.
KESIMPULAN
Adapaun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Refleks yang dikendalikan oleh otak adalah refleks cerebellar (melibatkan otak kecil)
yang dimana otak kecil ini berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan
otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sebagai contoh refleks yang dikontrol oleh otak
atau saraf kranial katak meliputi frekuensi pernafasan, gerakan kepala, cara berenang,
dan keseimbangan (ketika memiringkan papan bedah).
b. Refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal pada katak
adalah refleks spinal (pada sumsum tulang belakang) yang mampu memediasi sejumlah
refleks, somatik dan antonomik, dan meliputi rekasi ketika dicubit, perubahan kornea
mata, dan rekasi ketika kaki dipanaskan.
DAFTAR RUJUKAN
Frandson, R.D. 1988. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta
Jungueiro, LC. 1982. Histologi Dasar. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Yogyakarta
Storer, T.I, Walker, W.F and Barnes, R.D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga: Jakarta
Sherwood, L. 2001. Human Physiologi: From Cells to System 7th edition. USA: Cengage
elearning.
Susilowati, Lestari, S.R., Wulandari, N., dan Gofur, A. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Hewan dan Manusia. Malang; Universitas Negeri Malang
Wulandari, Ika P. 2009. Pembuatan alat ukur kecepatan Respon Manusia berbasis
Mikrokontroler AT 89S8252. Jurnal Neutrino . Vol 1 (2) : 208-209