Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia


Yang dibina oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 2 Offering I Tahun 2018

1. Delia Wahyu Pangesti (170342615524)

2. Inayatul Hasanah (170342615527)

3.Moch. Sholeh (170342615546)

4. Putri Elok Septiana Dewi (170342615551)

5. Reni Krisdayana (170342615548)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

JURUSAN BIOLOGI

September 2018
Tanggal Praktikum : 19 September 2018

TUJUAN

1. Untuk mengetahui macam-macam gerak refleks yang dikendalikan oleh otak.


2. Untuk mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medula spinalis.

DASAR TEORI

Hewan dan manusia dalam keseharian mampu melakukan berbagai aktivitas.


Aktivitas manusia pada umumnya dilakukan melalui pergerakan. Aktivitas hewan dan
manusia tak luput dari proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh, yakni sistem saraf. Sistem
saraf terdiri atas sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat. sistem saraf tepi terdiri atas sistem
saraf somatik dan sistem saraf otonom, sedangkan sistem saraf pusat terdiri atas otak dan
medula spinalis. Otak terbagi menjadi tiga bagian, yakni otak depan (fore brain) yang terbagi
lagi menjadi diensefalon (terdapat hipotalamus, talamus, epitalamus, dan metatalamus) dan
serebrum (basal nuklei dan korteks serebral ); otak kecil (serebrum), dan batang otak (brain
stem). Seberum memiliki fungsi yang andil dalam setiap fungsi saraf, presepsi akhir reseptor,
sentuhan sadar, bahasa, serta faktor yang berhubungan dengan pikiran dan kepandaian. Otak
kecil berperan dalam hal homoestatis. Dan bagian otak lainnya adalah batang otak yang
berperan dalam pernapasan, sirkulasi, dan pencernaan. Sumsum tulang belakang terlekang
dalam dalam saluran tulang belakang. Saraf spinal terdiri atas saraf sevikalis, saraf torakalis,
saraf lumbalis, saraf sakralis, dan saraf koksigeal. Sumsum tulang berperan dalam
penyampaian informasi antara otak dan tubuh, serta mengintegrasikan aktivitas refleks antara
input dan output aferen tanpa melibatkan otak (Soewolo (2000); Wilarso J, (2001);
Silverthorn (2009)).

Pada sistem pusat inilah yang terjadi pengaturan suatu pergerakan. Pergerakan dapat
terjadi secara refleks, yaitu gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana.
Jalur sederhana yang dimaksudkan adalah jalur neuron sensor, interneuron, dan neuron
motor. Gerak refleks adalah gerak yang sangat cepat, involunter, dan merupakan sebagai
respon dari reseptor tertentu (Wilarso J, 2001).

Gerak refleks dapat dibagi menjadi dua berdasarkan letak sel saraf penghubungnya,
yakni refleks kranial dan refleks spinalis. Refleks kranial bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misal gerak mengedip dan membesar-kecilnya pupil saat menerima
sensor cahaya. Gerak refleks kranial berperan dalam kontrol detak jantung, tekanan darah,
dan suhu tubuh. dan refleks spinalis bila sel saraf penghubung berada di dalam sumsum
tulang belakang, misalnya gerak refleks pada lutut. Refleks spinal juga berperan dalam buang
air kecil dan buar air besar (Sherwood L, (2001); Silverthorn (2009)).

Gerak refleks memiliki jalur tersendiri yang disebut lengkung refleks. Lengkung
refleks merupakan lintasan pendek impuls yang dimulai dari reseptor penerima rangsang
yang diteruskan ke pusat saraf, lalu diterima oleh saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah
otak dan langsung dikirim ke saraf motor yang nantinya akan disampaikan ke efektor, yaitu
otot atau kelenjar. Secara singkat, komponen lengkung refleks ialah reseptor, neuron
sensorik, neuron penghubung di otak, neuron penghubung di medula spinalis, neuron
motorik, dan efektor (Sherwood (2001); Susilowati dkk (2016)).

Pada umumnya, kerusakan pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan
sementara. Kerusakan pada otak disebut dengan neural shock dan kerusakan medula spinalis
disebut dengan spinal shock. Kerusakan pada batang otak mampu menyebabkan koma
(coma). Kelumpuhan dapat dibedakan menjadi kelumpuhan kaku (spastic paralysis) dan
kelumpuhan lemas (falccid paralysis). Spinal shock dikenal juga dengan neurogonic shock,
yaitu cedera atau kerusakan medula spinalis yang menyebabkan ketidakstabilan otonom yang
dimanifestasikan dalam hipotensi, bradiaritmia, dan disregulasi suhu, serta menyebabkan
pengurangan reversibel dalam fungsi sensorik dan motorik (Sagar, (2017); susilowati (2016)).

Katak hijau (Rana sp.) merupakan hewan salah satu darib kelas amphibia. Dalam
melakukan uji coba yang berkaitan dengan fisiologi, katak (Rana sp.) dijadikan sebagai objek
pengamatan. Pada umumnya dilakukan single pith yang digunakan untuk melumpuhkan otak,
dan double pith untuk merusak tulang belakangnya. Oleh karena itu, setelah dilakukan single
pith dan double pith dapat diamati respon balik setelah diberi beberapa perlakuan.

ALAT DAN BAHAN

Papan dan alat bedah

1. Akuarium
2. Lampu spiritus
3. Thermometer
4. Gelas piala 600cc
5. Alat penghitung
6. Kapas
7. Air hangat
8. Katak

PROSEDUR KERJA

 Cara kerja katak normal

Diletakkan katak pada posisi normal pada papan, diamati posisi kepala, mata dan
anggota geraknya. Diamati katak ketika di lakukan sentuhan dengan kapas pada
kornea matanya

Dihitung frekuensi pernafasan katak per menit dengan cara dihitung gerakan
kulit pada rahang

Diamati keseimbangan katak dengan cara diletakkan katak dengan posisi


telentang pada papan, diputar papan secara horizontal, diamati gerakan kepala,
mata, dan anggota geraknya

Diamati keseimbangan katak dengan cara memiringkan papan secara perlahan


hingga kepala katak sedikit terangkat

Diamati cara berenang katak dengan diletakkan katak pada aquarium berisi air

Diamati respon saat jari kaki katak dengan pinset

Diamati pada suhu ke berapa katak bereaksi saat salah satu kaki katak di
• masukkan ke dalam gelas piala berisi air yang dipanaskan
Diamati respon saat jari kaki katak yang lain di masukkan ke dalam air panas
dengan suhu ± 80º C

 Cara kerja katak Spinal

Merusak otak katak dengan single phiting kemudian di istirahatkan selama 5-6
menit untuk menghindari neural shock

Diletakkan katak pada posisi normal pada papan, diamati posisi kepala, mata dan
anggota geraknya. Diamati katak ketika di lakukan sentuhan dengan kapas pada
kornea matanya

Dihitung frekuensi pernafasan katak per menit dengan cara dihitung gerakan
kulit pada rahang

Diamati keseimbangan katak dengan cara diletakkan katak dengan posisi


telentang pada papan, diputar papan secara horizontal, diamati gerakan kepala,
mata, dan anggota geraknya

Diamati keseimbangan katak dengan cara memiringkan papan secara perlahan


hingga kepala katak sedikit terangkat

Diamati cara berenang katak dengan diletakkan katak pada aquarium berisi air
Diamati respon saat jari kaki katak dengan pinset

Diamati pada suhu ke berapa katak bereaksi saat salah satu kaki katak di
masukkan ke dalam gelas piala berisi air yang dipanaskan

Diamati respon saat jari kaki katak yang lain di masukkan ke dalam air panas
dengan suhu ± 80º C

 Cara kerja katak yang sudah mengalami perusakan otak dan medula spinalis.

Merusak medula spinalis dengan double phiting, kemudian di istirahatkan


selama 5- 6menit

Diletakkan katak pada posisi normal pada papan, diamati posisi kepala, mata dan
anggota geraknya. Diamati katak ketika di lakukan sentuhan dengan kapas pada
kornea matanya

Dihitung frekuensi pernafasan katak per menit dengan cara dihitung gerakan
kulit pada rahang
Diamati keseimbangan katak dengan cara diletakkan katak dengan posisi
telentang pada papan, diputar papan secara horizontal, diamati gerakan kepala,
mata, dan anggota geraknya

Diamati keseimbangan katak dengan cara memiringkan papan secara perlahan


hingga kepala katak sedikit terangkat

Diamati cara berenang katak dengan diletakkan katak pada aquarium berisi air

Diamati respon saat jari kaki katak dengan pinset

Diamati pada suhu ke berapa katak bereaksi saat salah satu kaki katak di
masukkan ke dalam gelas piala berisi air yang dipanaskan

Diamati respon saat jari kaki katak yang lain di masukkan ke dalam air panas
dengan suhu ± 80º C

HASIL PENGAMATAN

Kegiatan Katak Normal Katak Spinal Katak Spinal dan


Medulla Spinalis

Penyentuhan Berkedip lemas Tidak ada respon


kornea mata
dengan
menggunakan
kapas

Penghitungan - -
frekuensi
pernafasan
permenit pada
gerakan kulit
dirahang

Keseimbangan 1. Gerak kepala terangkat, 1. gerak 1. gerak


1 : posisi dan Mata terbuka, anggota gerak kepala kepala
gerakan kepala, diam. tidak ada, tidak ada,
mata, dan 2. Gerak kepala terangkat, mata mata
anggota mata terbuka, anggota gerak menyipit, leebih
geraknya. nya anggota sayu,
- Mempertahankan posisi gerak anggota
Keseimbangan
- Kepala terangkat ke atas diam gerak
2:
(kanan) 2. tidak ada diam
memiringkan
- terangkat respon
papa hingga
kepala katak
terangkat.

Cara berenang Kaki belakang mendorong Diam saja Diam tanpa


katak. kebelakang -> meluncur gerak

Kaki depan diluruskan ke belakang


sejajar dengan tubuh

Mencubit jari Cubitan 1 : loncat Ada reaksi Tidak ada reaksi


kaki katak sedikit
Cubitan 2 : menarik kakinya kearah
dengan pinset
tubuh secara cepat

Memasukkan Suhu awal air 25°C Suhu awal air Suhu awal 25°C
salahsatu kaki ......
Suhu reaksi katak 28°C Suhu reaksi
katak pada
Suhu reaksi
gelas piala Responmengangkat kaki ke arah katak 46°C katak 46°C
berisi air yang atas (luar air)
dipanaskan,
hingga suhu
berapa katak
bereaksi ?

Memasukkan Refleks cepat, seketika kaki Suhu 80°C kaki Suhu 80°C ada
jari kaki lain diangkat dengan cepat (diangkat langsung gerakan lambat
dalam air panas menghindari air) diangkat (namun
kurang lebih tidak seagresif
80°C saat keadaan
normal)

ANALISIS DATA

1. Penyentuhan kornea mata dengan menggunakan kapas


Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan pertama yaitu pada katak normal (yang tidak
di single dan double pith) telah diuji sitem saraf sebagai pengendali gerak refleknya.
Pertama, katak normal tersebut diuji dengan penyentuhan kornea mata dengan
menggunakan kapas kemudian ia berkedip. Sedangkan pada katak yang telah disingle
pith atau dirusak otaknya matanya sayu (lemas). Jika pada katak yang telah didouble
pith (dirusak otak dan sumsum tulang belakangnya) tidak ada respon pada matanya.
2. Perhintungan frekuensi pernafasan per menit pada gerakan kulit di rahang
Pada katak normal menghasilkan 85, 40, 66, dan 77 kali dan kemudian kami rerata
hasilnya 67 pernafasan per menit. Sedangkan pada katak yang telah disingle pith tidak
terdeteksi gerakan pada rahang, dikarenakan kesalahan kami dalam melakukan single
pith. Kemungkinan ketika kami melakukan single pith ada sebagian sumsum tulang
belakang yang terkena tusukan/bukan sasaran single pith. Sehingga single pith kami
terasa double pith.
3. Keseimbangan dengan memiringkan papan bedah
Uji keseimbangan dengan memperhatikan posisi dan gerakan kepala, mata, dan
anggota gerak ketika memiringkan papan hingga kepala katak terangkat menghasilkan
terangkatnya kepala ke atas kemudian ke kanan, mata terbuka, anggota gerak seperti
mempertahankan posisi (terangkat). Sedangkan pada katak yang disingle pith gerakan
kepala tidak ada, mata sayu, anggota geraknya diam. Begitu juga pada katak yang
telah didouble tidak ada respon, mata sayu.
4. Cara berenang katak
Pada katak normal kaki belakang mendorong ke belakang (meluncur) dan kaki depan
diluruskan ke belakang/sejajar dengan tubuh. Sedangkan pada katak yang telah
disingle pith dan double pith diam saja tanpa bergerak.
5. Mencubit jari kaki katak dengan pinset
Pada katak normal cubitan pertama katak meloncat dan yang kedua menarik kakinya
secara cepat. Kemudian pada katak yang disingle pith ada reaksi sedikit, dengan
menarik kakinya tetapi tidak secepat katak normal. Pada katak yang telah didouble
pith tidak ada reaksi.
6. Memasukkan salah satu kaki katak pada gelas piala berisi air yang dipanaskan hingga
suhu berapa katak bereaksi/reflek
Suhu mula-mula air adalah 23 derajat. Kemudian katak normal merespon atau reflek
dengan menarik kaki yang dicelupkan pada suhu 28 derajat. Sedangkan pada katak
yang telah disingle pith suhunya mencapai 46 derajat ketika katak pertama kali reflek.
Jika pada katak yang telah didouble pith pertama kali katak reflek kami perkirakan
diatas 50 derajat. Karena kelompok kami tidak mendapatkan datanya.
7. Memasukkan salah satu kakinya yg lain dalam air panas (80 derajat)
Katak normal langsung meresponnya dengan agresif, pada kelompok lain ada katak
yang langsung meloncat. Sedangkan pada katak yang telah disingle pith respon katak
melambat dan tidak seagresif katak normal. Jika pada katak yang telah didouble pith
ada gerakan/reflek tetapi lambat.

PEMBAHASAN
Katak Normal
Gerak reflek merupakan gerak yang sponta yang tidak melibatkan kerja otak yang
dilakukan tanpa kesadaran. Gerak reflek berlangsung cepat dan tidak disadari. Reflek
sebenarnya merupakan gerakan respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan yang
dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak reflek dibedakan menjadi reflek komplek
dan reflek tunggal. Reflek komplek diikuti oleh respon lain misalnya langsung berteriak
setelah terkena ransangan. Reflek tunggal melibatkan efektor tunggal. Berdasarkan tempat
konektornya reflek dibedakan menjadi 2 yaitu reflek tulang belakang (reflek spinalis) dan
reflek otak. Organ tubuh katak memiliki suatu sistem yang dikenal sebagai sistem koordinasi
atau sistem saraf. Sejumlah neuron melibatkan hubungan antara banyak interneuron dan
sumsum tulang belakang.

Pada data hasil praktikum, katak normal yang diberi perlakuan praktikum pada katak
dengan beberapa perlakuan diantaranya memberi sentuhan kornea mata dengan
menggunakan ujung dari kapas, mencubit kaki katak tersebut dan perlakuan lainnya. Hal
tersebut sesuai dengan literasi bahwa gerak reflek disebabkan oleh rangsangan tertentu yang
biasanya mengejutkan dan menyakitkan (Wulandari. 2009). Dari gerak reflek tersebut
menunjukkan adanya rangsangan menyakitkan, seperti nyeri. Rasa nyeri setelah adanya
cubitan pada kaki katak merupakan dampak dari gerak reflek tersebut sehingga menyebabkan
kaki dari katak tersebut ditarik ke dalam ke arah mendekati tubuhnya dan saat disentuh
korneanya menyebabkan katak berkedip matanya.

Gerak reflek yang merupakan suatu respon yang bersifat otomatis dan tanpa sadar
terhadap stimulus tertentu (Junguera, 1982). Aksi refleks dalam dalam kenyataannya tidak
memerlukan kontrol, hal tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan katak yang otaknya
telah dirusak (Frandson. 1992). Mekanisme gerak reflek menurut villie, et al (1988) adalah
sebagai berikut : reseptor – reseptor dalam kulit dirangsang dan merupakan bagian dari saraf
spinal dan menjulur kedalam sumsum tulang belakang serta membawa impuls itu kembali
melalui saraf spinal ke sekelompok otak ekstensor. Menurut storer (1988), mekanisme gerak
refleks pada katak menurutnya yaitu :

1. Adanya reseptor rangsangan dari luar


2. Induksi nervous impuls atau badan sel syaraf ke tulang belakang
3. Ada sinaps
4. Terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah refleks oleh effector
sebagai penggerak

Pada saat katak diletakkan diatas papan seksi dan diberi rangsangan terhadap gerak
refleks katak yaitu memiringkan papan seksi setelah diputar – putar nampak sangat jelas
refleks dari katak tersebut yaitu refleks dari mata katak dan diam saja. Hal tersebut
dikarenakan katak sebelumnya di putar-putar diatas papan seksi yang dapat menyebabkan
keseimbangan dari katak tersebut kurang seimbang dalam sesaat. Gerak refleks yang terjadi
pada katak yaitu pada saat pemasukan kaki katak pada air panas suhu ke 28oC dengan suhu
ruang 25oC. pada suhu 80 oC respon dari katak tersebut sangatlah cepat. Seketika kaki katak
diangkat dengan cepat. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari
peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat
sel-sel saraf atau neuron. Menganalisis hasil dari hasil praktikum diketahui bahwa faktor
yang mempengaruhi aktivitas gerak refleks diantara yaitu ada tidaknya rangsangan yang
berasal dari dalam maupun luar tubuh.

Katak Spinal dan Katak Spinal, Medula Spinalis


Sistem saraf pusat merupakan pusat koordinasi yang mengkoordinir semua informasi
saraf yang keluar dan masuk (Soewolo,2000) pada sistem ini terjadi pengaturan pergerakan,
pergerakan dapat terjadi scara refleks yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana,
yakni jalur neuron, sensor, interneuron dan neuron motor, gerak refles sangat cepat dan
merupakan respon dari reseptor tertentu (Wilarso J, 2001).

Pada katak yang telah disingle pith, saat matanya disentuh dengan kapas pada bagian
koreanya mata katak menjadi sayu, dan terjadi sedikit pergerakan kedipan pada mata, kedipan
pada mata dinamakan refleks kranial, hal ini disebabkan karena pada saat mlakukan single
pith terjadi kerusakan saraf spinalnya sehingga koordinasinya terganggu dan menyebabkan
kelumpuhan, seperti yang dituliskan Sangar 2017 yaitu terjadinya kelumpuhan lemas
(Falccid paralysis). Selanjutnya pada katak yang didouble pith saat diberi perlakuan yang
sama tidak menunjukan reaksi maupun pergerakan, ini disebabkan karena pada saat double
pith terjadi kerusakan pada saraf spinal dan medulla spinalisnya, sehingga tidak tampak
refleks kranial maupun refleks spinalisnya.

Perhitungan frekuensi pernapasan per menit pada gerakan kulit di rahang, pada katak
yang di single pith tidak terjadi gerakan sama sekali hal ini disebabkan pada saat melakukan
prosedur single pith ada saraf medulla spinalis yang ikut terusak, sehingga menyebabkan
tidak adanya gerakan pada pada kulit rahang.

Keseimbangan pada katak yang single pith pada gerakan kepala tidak ada gerkan
sama sekali, pada matanya menyempit, saat papan dimiringkan tidak ada respon sama sekali,
hal ini disebkan karena homoestasis ada otak kecil sudah tidak berfungsi, sedangkan pada
katak yang di doble pith saat diperkakukan sama, tidak ada pergerakan sama sekali, bahkan
saat papan dimiringkan katak juga tidak bergerak ini disebabkan karena

Cara berenang pada katak single dan daouble pith menghasilkan reaksi yang sama,
yaitu sama sama tidak bergerak ini disebabkan karena kerusakan sistem saraf pusat yang
menyebabkan kelumpuhan sementara, sehingga menyebabkan kelumpuhan lemas (Falccid
paralysis) (Sagar, 2017)

Mencubitan jari kaki katak menggunakan pinset, pada katak single pith, ada reaksi
sedikit berupa penarikan kaki yang di cubit ini disebabkan karena adanya gerak refleks
spinalis, yaitu sel saraf yang langsung terhubung oleh susmsum tulang belakang (Silverthon,
2009). sedangkan pada katak double pith tidak menunjukan reaksi apapun ini disebabkan
karena kerusakan pada saraf spinal dan kranial sehingga katak tidak dapat melakukan gerak
refleks.

Memasukan salah satu kaki katak pada gelas piala yang berisi air yang dipanaskan,
pada kaki katak yang di single pith pada suhu awal air 44℃ tidak terjadi reaksi sampai pada
suhu 46℃ katak mulai bereaksi berupa pengangkatan kaki yang dicelupkan hal ini
disebabkan karena adanya refleks spinal, Soewolo 2000 pada buku pengantar pendidikan
fisiologi hewan menyebutkan refleks spinal adalah salah satu refleks yang dientergrasikan
oleh sumsum tulang belakang. sedangkan pada katak daouble pith yang kakinya dimasukan
kedalan air yang awalnya bersuhu 25℃ tidak terjadi pergerakan sampai pada suhu 46℃
katak mulai bereaksi dengan mengangkat kakinya, ini membuktikan refleks spinalis akan
bereaksi saat suhunya semakin tinggi.

Memasukan jari kaki yang lain dalam air panar bersuhu ± 80℃ pada katak single pith
kaki langsung diangkat, tapi reaksi pengangkatanya tidak secepat katak normal, hal ini
disebabkan karena refleks spinal bekerja lebih cepat jika suhu semakin tinggi, sedangkan
pada katak double pith tidak ada gerakan sama sekali, karena sistem saraf pusat dan sumsum
tulang belakang sudah rusak sehingga tidak adanya gerak refkes apapun yang terjadi.

KESIMPULAN
Adapaun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Refleks yang dikendalikan oleh otak adalah refleks cerebellar (melibatkan otak kecil)
yang dimana otak kecil ini berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan
otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sebagai contoh refleks yang dikontrol oleh otak
atau saraf kranial katak meliputi frekuensi pernafasan, gerakan kepala, cara berenang,
dan keseimbangan (ketika memiringkan papan bedah).
b. Refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal pada katak
adalah refleks spinal (pada sumsum tulang belakang) yang mampu memediasi sejumlah
refleks, somatik dan antonomik, dan meliputi rekasi ketika dicubit, perubahan kornea
mata, dan rekasi ketika kaki dipanaskan.

DAFTAR RUJUKAN

Frandson, R.D. 1988. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta

Jungueiro, LC. 1982. Histologi Dasar. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Yogyakarta

Storer, T.I, Walker, W.F and Barnes, R.D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga: Jakarta

Sagar, D., Julio, J., Cho. 2017. Neurogenic Shock. (online;


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459361/ )

Sherwood, L. 2001. Human Physiologi: From Cells to System 7th edition. USA: Cengage
elearning.

Silverthorn, D. U., 2009. Human Physiology An Integrated Approach. San Fransisco:


Benjamin Cummings.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiolgi Hewan. Malang: UM Press

Susilowati, Lestari, S.R., Wulandari, N., dan Gofur, A. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Hewan dan Manusia. Malang; Universitas Negeri Malang

Wilarso, J. 2001. Biologi Pendidikan Dasar. Jakarta; Erlangga

Wulandari, Ika P. 2009. Pembuatan alat ukur kecepatan Respon Manusia berbasis
Mikrokontroler AT 89S8252. Jurnal Neutrino . Vol 1 (2) : 208-209

Anda mungkin juga menyukai