Anda di halaman 1dari 9

SARAF

Muthifa Zahrani Irshan (C031231023), Adinda Dwi Salsabila (C031231021), Alfani Aulia
Hardi (C031231088), Mutya Kusumasari Hanis (C031231062), Nur Rifqah Zain
(C031231028), Rifhal Firnanda Arsandy (C031231008)
Asisten : Oktavia Ningtias Herawati
Laboratorium Fisiologi Veteriner dan Satwa Akuatik I, Program Studi Kedokteran Hewan
(PSKH), Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
ABSTRAK
Sistem saraf merupakan suatu kombinasi sinyal listrik dan kimiawi yang dapat membuat
sel-sel saraf mampu berkomunikasi antara satu sama lain. Sistem saraf terbagi atas sistem
saraf pusat dan sistem saraf perifer. Tujuan dari praktikum ni yaitu mempelajari fungsi dari
bagian bagian otak katak (cerebellum dan medulla oblongata) dengan menghilangkan bagian
bagian otak otak tersebut dan mengamati reaksi yang timbul. Alat dan bahan yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah air mineral, baskom, benang wol, botol air mineral, gunting
tajam tajam,katak, papan pengalas, pinset anatomis, sonde dan stopwatch. Alur praktikum
dimulai dari memberikan perlakuan pada katak normal, perlakuan yang diberrikan yaitu sikap
badan, keseimbangan, menghitung frekuensi nafas, diangkat ke atas, diputar menggunakan
papan, diikat kaki katak dengan menggunakan benang nilon, dan perlakuan terakhir yaitu
kemampuan berenng. Semua perlakuan dilakukan pada katak deserebrasi dan spinal. Hasil
yang diperoleh setelah praktikum dilakukan yaitu respon yang diberikan oleh katak
deserebrasi dan spinal mengalami penurunan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa cerebellum
dan medula blongata memiliki peranan pentng dalam tubuh katak yaitu berperan dalam
mengatur keseimbangan dan koordinasi gerakan otot, serta respon gerakan tubuh.
Kata kunci : Cerebellum, Katak, Medulla, Saraf
1. PENDAHULUAN Pada bagian sistem saraf terdiri dari
Sistem saraf merupakan suatu badan sel (neuron) yang terdiri dari tiga
kombinasi kombinasi sinyal listrik dan wilayah utama yaitu, badan sel, akson, dan
kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf beberapa dendrit. Badan sel mengandung
(neuron) mampu berkomunikasi antara nukleus, bagian menonjol dari retikulum
satu sama lain, sebagaimana dikutip oleh endoplasma kasar granular yang disebut
Meutia dkk., (2021). Sistem saraf badan nissl dan organel, seperti kompleks
bertanggung jawab penuh untuk menerima mitokondria dan golgi, yang umum
berbagai rangsangan dan terdapat pada sel-sel lain dalam tubuh.
mengkoordinasikannya terhadap reaksi Dendrit berasal dari kata Yunani untuk
organisme. Sistem saraf menerima 'pohon' adalah cabang sitoplasma kecil dan
rangsangan yang mempengaruhi pendek yang memanjang dari badan sel.
permukaan tubuh dan/atau bagian dalam. Akson biasanya merupakan bagian
Rangsangan tersebut menimbulkan impuls- terpanjang dari neuron dan memanjang
impuls yang dicatat, ditransmisikan, jauh dari badan sel, dimana fungsi dari
diproses dan dijawab dalam bentuk reaksi akson itu sendri seperti kabel listrik untuk
pasif atau aktif. Dengan demikian, fungsi menyalurkan potensial aksi keluar dari
pada sistem saraf memungkinkan tubuh badan sel (Bayram, 2022).
berinteraksi, beradaptasi, dan bereaksi Sistem kerja dari sistem saraf tentu
terhadap lingkungan (Konig dan Liebich, ada proses yang harus dilewati atau yang
2020). disebut mekanisme. Mekanisme kerja
sistem saraf dimulai dari impuls saraf pengalas (1 buah), pinset anatomis (2
ditransfer dari satu neuron lain dengan buah), sonde (1 buah), dan stopwatch (1
sarana struktur seperti tombol yang dikenal buah).
sebagai sinapsis. Impuls saraf dari dendrit 2.1.2 Bahan
diarahkan melintasi sel tubuh menuju bukit Bahan yang digunakan pada
akson, mencapai tujuan akhir mereka praktikum kali ini yaitu air mineral (1500
dengan cepat. Saat impuls saraf berjalan ke mL), dan katak (2 ekor).
bawah akson, dilepaskan transmitter dan
memungkinkan transmisi saraf 2.2 Alur Praktikum
melanjutkan kebawah serat saraf. Efeknya 2.2.1 Katak Normal
dihentikan oleh pelepasan kolinestrease Pada percobaan menggunakan katak
enzim yang merusak asetil kolin yang normal, ambillah satu ekor katak, lalu
tersisa di celah sinapsis kembali ke kemudian amati reaksi-reaksi pada katak
keadaan istirahatnya siap untuk impuls normal antara lain keseimbangan dengan
saraf berikutnya (Aspinall dan Capello, meletakkan katak terbalik di papan
2015). pengalas, reaksi terhadap pengangkatan
Menurut Amoako dkk. (2021), tiba-tiba dengan meletakkan katak pada
adapun penyakit pada hewan yang papan dan angkatlah papan beserta
disebabkan karena gangguan sistem saraf kataknya dengan gerakan tiba-tiba sampai
adalah virus rabies. Virus rabies katak terletak di atas papan, reaksi
menginfeksi sistem saraf pusat mamalia, pemutaran tiba tiba pada papan dengan
yang pada akhirnya menyebabkan penyakit kataknya, frekuensi napas dengan
pada otak dan kematian. Sekitar 40% orang mengamati pergerakan bagian dasar bawah
yang digigit hewan yang dicurigai mulut atau temboloknya, gerakan spontan
mengidap rabies adalah anak-anak di dengan cara mengikat kedua kaki depan
bawah usia 15 tahun infeksi saraf pusat katak menggunakan benang wol,
(seperti bakteri, jamur, dan virus lain serta gantungkan kedua kaki depan katak, lalu
abses) dan tumor intrakranial, merupakan berikan cubitan sedang pada salah satu jari
suatu kondisi dimana seseorang yang kakinya menggunakan pinset, jika katak
terkena penyakit ini akan ditandai dengan sudah kembali tenang ulangi cubitan
rasa takut yang berlebih pada air, sulit dengan lebih kuat dan perlakuan terakhir
untuk menelan dan berbicara, otot secara adalah kemampuan berenang pada
bertahap menjadi lumpuh, dimulai dari perlakuan ini, katak diletakkan ke dalam
lokasi gigitan atau cakaran, dimana cairan wadah yang sudah diisi air. Lalu langkah
tersebut berasal dari kelenjar air lir anjing terakhir amati dan catat reaksi yang timbul
yang sudah terinfeksi. Penyakit ini juga dari perlakuan-perlakuan tersebut.
akan mengakibatkan terjadinya koma 2.2.2 Katak Deserebrasi
perlahan berkembang, dan akhirnya terjadi Pada percobaan ini, kita
kematian. menggunakan katak yang deserebrasi,
2. MATERI DAN METODE ambil katak yang sama pada prosedur pada
2.1 Alat dan Bahan katak normal untuk dilakukan deserebrasi
2.1.1 Alat yakni dengan menggunting bagian maxilla
Alat yang digunakan pada praktikum sepanjang satu garis yang menghubungkan
kali ini yaitu baskom (1 buah), benang wol tepi anterior kedua gendang telinga atau di
(1 buah), botol air mineral (1 buah), belakang mata secara melintang (occipital
gunting tajam tajam (1 buah), papan timpani) yang terletak di belakang tepatnya
di bawah kedua mata dengan
menggunakan gunting tajam-tajam.
Langkah selanjutnya berikan waktu untuk
katak kembali dari shock. Lalu lakukan
percobaan yang sama seperti pada katak
normal untuk mengamati reaksi yang
ditimbulkan pada katak desebrasi.
2.2.3 Katak Spinal
Ambil katak yang sama dengan
prosedur katak normal dan desebrasi. Gambar 2. Keseimbangan
Kemudian rusak cerebellum dan medulla Pada percobaan ini katak normal
oblongata katak dengan menggunakan akan diletakkan dalam kondisi tubuh
sonde kira-kira sepanjang 1-1/4 cm ke terbalik di atas papan pengalas.
belakang dari tempat pemotongan terakhir Selanjutnya amati respon yang terjadi pada
atau pada bagian foramen occipital. Lalu katak. Hasil yang didapatkan ialah katak
langkah selanjutnya putar sonde untuk dapat membalikkan badannya seperti
merusakkan tenunan sarafnya. Kemudian posisi normal.
setelah itu berikan waktu untuk katak
kembali dari shock. Lalu langkah terakhir
lakukanlah percobaan yang sama seperti
pada katak normal pada katak deserebrasi.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL
3.1.1 Katak Normal

Gambar 3. Frekuensi Pernafasan


Pada proses perhitungan frekuensi
nafas terhadap katak normal dilakukan
dengan cara melihat detak pada bagian
bawah mulut katak atau pada bagian
temboloknya. Kemudian dihitung selama
15 detik menggunakan stopwatch lalu
dikalikan dengan 4 untuk memperoleh
Gambar 1. Sikap Badan hasil. Hasil frekuensi nafas yang
Pada percobaan ini, sikap badan didapatkan sebanyak 56 kali/ menit.
katak normal dilihat melalui cara dengan
meletakkan katak diatas sebuah papan lalu
setelah itu papan diputar secara tiba tiba.
Kemudian langkah selanjutnya amati
respon yang terjadi terhadap katak. Hasil
yang diperoleh pada perlakuan ini
menyatakan bahwa, katak normal dapat
berdiri tegak sesuai dengan sikap normal.

Gambar 4. Pengangkatan Spontan


Pada percobaan ini katak akan
kembali diletakkan di atas papan pengalas,
lalu papan akan diangkat secara tiba-tiba
dengan katak yang masih ada di atas papan
pengalas. Setelah itu, amatilah respon
yang terjadi pada katak. Hasilnya
menyatakan bahwa posisi tubuh katak
sedikit tergeser dari posisi sebelumnya.
Gambar 7. Pengikatan Kaki Depan Katak (Cubitan
Sedang)
Pada percobaan ini kedua kaki depan
katak diikat menggunakan benang wol.
Kemudian katak akan diangkat menjadi
posisi tergantung di udara dan dicubit
kakinya secara pelan menggunakan pinset
anatomis. Setelah diamati, diperoleh hasil
katak merespons dengan baik berupa
Gambar 5. Pemutaran Spontan mengangkat kaki ke atas.
Pada percobaan ini, 1 ekor katak
diletakkan di atas papan pengalas, langkah
selanjutnya papan tersebut akan diputar
360O. Kemudian amatilah respon yang
diberikan oleh katak. Dari perlakuan ini,
diperoleh hasil yang menyatakan bahwa
katak sedikit tergeser dari posisi semula
pada papan pengalas.
Gambar 8. Pengikatan Kaki Katak Depan
(Cubitan Kuat)
Pada percobaan ini kedua kaki depan
katak diikat menggunakan benang wol.
Kemudian katak akan diangkat menjadi
posisi tergantung di udara dan dicubit
kakinya secara kuat masih menggunakan
pinset anatomis. Diperoleh hasil bahwa
katak merespons jauh lebih baik berupa
Gambar 6. Warna Mata
mengangkat kaki lebih tinggi ke atas.
Pada percobaan ini, katak akan
diletakkan diatas papan pengalas, lalu
setelah itu perhatikanlah bagaimana
kondisi kelopak mata dan wrna mata pada
katak setelah beberapa perlakuan. Hasil
yang diperoleh dari perlakuan ini,
menyatakan bahwa warna mata pada katak
normal yang diberikan perlakuan yang
normal masih terlihat jernih. Gambar 9. Kemampuan Berenang
Pada percobaan ini untuk melihat .
kemampuan berenang katak dalam
keadaan normal. Katak akan diletakkan di
dalam sebuah wadah yang berisi 1,5 liter
air. Hasil yang diperoleh menyatakan
bahwa dari percobaan ini, katak dapat
berenang dengan baik dengan gerakan
yang lincah.
3.1.2 Katak Deserebrasi
Gambar 12. Frekuensi Pernafasan
Pada percobaan ini, dilakukan
dengan meletakkan katak deserebrasi
diatas papan pengalas. Langkah
selanjutnya ialah mengamati frekuensi
pernafasannya dihitung selama 15 detik
menggunakan stopwatch dengan
memperhatikan bagian bawah mulut atau
Gambar 10. Sikap Badan temboloknya, lalu kalikan nilai tersebut
Pada percobaan ini, dilakukan dengan empat, untuk mendapatkan nilai
dengan cara meletakkan katak deserebrasi frekuensi pernafasan katak selama kurang
diatas papan pengalas. Kemudian sikap lebih 1 menit. Dari percobaan yang telah
tubuh dari katak diamati. Setelah dilakukan, diperoleh hasil yang
melakukan percobaan didapatkan hasil menyatakan bahwa frekuensi pernafasan
yang menyatakan bahwa katak dapat katak sudah melemah, yang hanya
berdiri tegak kembali seperti pada sikap terhitung sebanyak 15 kali /menit.
normalnya.

Gambar 13. Pengangkatan Spontan


Gambar 11. Keseimbangan
Pada percobaan ini, dilakukan
(Reflek Bangkit)
dengan meletakkan katak yang telah di
Pada percobaan ini katak
deserebrasi diatas papan pengalas. Lalu
deserebrasi diletakkan dalam kondisi
papan pengalas tersebut diangkat secara
terbalik diatas papan. Lalu setelah itu,
spontan untuk melihat respon yang
sikap tubuh kembali di amati. Kemudian
diberikan oleh katak. Dari percobaan yang
setelah melakukan percobaan ini hasilnya
telah dilakukan, diperoleh hasil yang
menyatakan bahwa bahwa katak dapat
menyatakan bahwa, kemampuan katak
membalikkan dirinya pada posisi semula
masih dapat menjaga keseimbangan
dimana dari keaaan terbali kembali berdiri
ke posisi semula.
tubuhnya dengan tidak terjatuh dari atas Pada percobaan ini dilakukan dengan
papan. mengikat kedua kaki depan katak dengan
menggunakan benang wol. Setelah itu
katak akan diangkat dan dicubit kakinya
secara kuat menggunakan pinset anatomis
Dari percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil yang menyatakan bahwa
katak memberikan respon terhadap
stimulus yang diberikan tetapi terbilang
lemah.
Gambar 14. Pemutaran Spontan
Percobaan ini dilakukan dengan
cara memutar papan pengalas secara
spontan. Kemudian respon dari katak
diamati. Dari percobaan yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa katak masih
dapat mempertahankan keseimbangannya.

Gambar 17. Kemampuan Berenang


Percobaan ini dilakukan dengan
mengisi air sebanyak 1,5 liter ke dalam
baskom yang telah disediakan. Kemudian
lagkah selanjutnya latak yang telah
dilepaskan ikatan kakinya dari benang tadi
Gambar 15. Pengikatan Kaki Depan Katak dimasukkan ke dalam wadah yang telah
(Cubitan Sedang) berisi air. Dari percobaan yang telah
Percobaan ini dilakukan dengan dilakukan, diperoleh hasil yang menatakan
mengikat kedua kaki katak menggunakan bahwa kemampuan katak masih mampu
benang wol. Setelah itu katak akan dan berenang. Akan tetapi katak bergerak
diangkat dan dicubit kakinya secara pelan dengan gerakan berenang yang mulai
menggunakan pinset anatomis dan melemah.
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh 3.1.3 Katak Spinal
bahwa katak masih memberikan respon.
Akan tetapi respon yang diberikan
terbilang lemah.

Gambar 18. Sikap Badan


Percobaan ini dilakukan dengan
meletakkan katak spinal diatas papan
Gambar 16. Pengikatan Kaki Depan Katak pengalas. Kemudian langkah selanjutnya
(Cubitan Kuat) sikap tubuh dari katak diamati. Setelah
melakukan percobaan, didapatkan hasil Percobaan ini dilakukan dengan
yang menyatakan bahwa katak tidak dapat meletakkan katak spinal diatas papan
berdiri tegak lagi pada sikap normalnya. pengalas. Lalu papan pengalas tersebut
diangkat secara spontan untuk melihat
respon yang diberikan oleh katak. Dari
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh
bahwa kemampuan katak dalam menjaga
keseimbangan tubuhnya sudah tidak ada.

Gambar 19. Keseimbangan


Pada percobaan ini katak spinal
diletakkan dalam kondisi terbalik diatas
papan. Kemudian sikap tubuh kembali di
amati. Setelah melakukan percobaan
bahwa katak tidak dapat lagi membalikkan
Gambar 22. Pemutaran Spontan
dirinya pada posisi semula.
Percobaan ini dilakukan dengan
cara memutar papan pengalas secara
spontan. Kemudian respon dari katak
diamati. Dari percobaan yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa sikap tubuh
katak sudah tidak normal lagi, ditandai
reaksi kata untuk menjaga keseimbangan
sudah melemah.
Gambar 20. Frekuensi Pernafasan
Pada percobaan ini, dilakukan
dengan meletakkan katak spinal diatas
papan pengalas. Kemudian mengamati
frekuensi pernafasannya dihitung selama
15 detik menggunakan stopwatch, lalu
kalikan nilai tersebut dengan 4, untuk
mendapatkan nilai frekuensi pernafasan
katak selama 1 menit. Dari percobaan yang Gambar 23. Pengikatan Kaki Depan Katak
telah dilakukan, diperoleh bahwa frekuensi (Cubitan Sedang)
pernafasan katak sudah melemah, hanya 8 Percobaan ini dilakukan dengan
kali/ menit. mengikat kedua kaki katak menggunakan
benang wol. Setelah itu katak akan
diangkat dan dicubit kakinya secara pelan
menggunakan pinset anatomis Dari
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil yang menyatakan bahwa katak sudah
tidak memberikan respon lagi ketika jari
kakinya dicubit.
Gambar 21. Pengangkatan Spontan
menimbulkan respon. Sebagaimana teori
yang dikutip dari Aspinall dan Capello.
(2015) bahwa kehadiran sistem saraf
memungkinkan hewan untuk merespons
secara terkoordinasi, baik terhadap
tuntutan lingkungan eksternal ronment dan
perubahan internal di dalam tubuhnya,
dimana sistem saraf terdiri atas unit
gabungan salah satunya sistem saraf pusat
Gambar 24. Pengukatan Kaki Depan Katak yang terdiri atas otak dan sumsum tulang
(Cubitan Kuat) belakang.
Percobaan ini dilakukan dengan 3.2.2 Katak Deserebrasi
mengikat kedua kaki katak menggunakan Dilakukan proses deserebrasi pada
benang wol. Setelah itu katak akan katak dengan menggunting bagian maxilla
diangkat dan dicubit kakinya secara kuat sepanjang satu garis yang menghubungkan
menggunakan pinset anatomis Dan tepi anterior kedua gendang telinga atau di
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh belakang mata secara melintang Hal ini
bahwa katak memberikan respon yang sesuai dengan teori Ishii, dkk. (2019)
sangat lemah. bahwa deserebrasi merupakan salah suatu
proses pengangkatan/perusakan otak dari
bagian rostrodorsal hingga otak tengah
rostroventral dan otak tengah caudal. Pada
hasil percobaan menunjukkan bahwa katak
deserebrasi menghasilkan respon yang
lemah disebabkan karena bagian otak
sudah mulai mengalami kerusakan, namun
medulla spinalisnya masih ada hal ini
sesuai dengan teori Ichwanuddin dan
Gambar 25. Kemampuan Berenang Nashirah (2022) menyatakan bahwa,
Percobaan ini dilakukan dengan robekan selaput otak dan kerusakan
mengisi air sebanyak 1,5 liter ke dalam jaringan otak itu sendiri serta
baskom yang telah disediakan. Kemudian mengakibatkan gangguan neorologis,
latak yang telah dilepaskan ikatan kakinya kerusakan pada otak dapat mengurangi
dari benang tadi dimasukkan ke dalam atau mengubah kesadaran yang mana
wadah yang telah berisi air. Dari percobaan menimbulkan kerusakan kemampuan
yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kognitif dan fungsi fisik.
kemampuan katak dalam berenang sudah 3.2.3 Katak Spinal
tidak ada respon yang diberikan oleh katak. Ketika katak dirusak bagian
cerebellum dan medulla oblongata
3.2 PEMBAHASAN tepatnya di bagian otak, katak langsung
3.2.1 Katak Normal mengalami lemas dan gerak refleksnya
Pada katak normal yang telah di berkurang. Hal ini seperti teori Putri, dkk.
berikan beberapa perlakuan. Katak dapat (2016) bahwa merusak medulla oblongata
merespon dengan baik, dikarenakan katak dan cerebellum dapat menyebabkan
memiliki sistem saraf yang dapat kematian seketika, karena fungsi utamanya
menghantarkan stimulus keotak hingga yaitu mengatur koordinasi gerakan sadar,
posisi tubuh dan juga gerakan DAFTAR PUSTAKA
keseimbangan. Amoako, Y. A., El-Duah, P., Sylverken, A.
A., Owusu, M., Yeboah, R.,
4 PENUTUP Gorman, R., Adede, T., Bonney, J.,
4.1 Kesimpulan Tasiame, W., Jectey, K. N., Binger,
Kesimpulan yang di dapatkan selama T., Corman, V. M., Dosten, C. Dan
praktikum adalah Philips, R. O.2021. Rabies Is Still
1. Pada katak normal yang telah di A Fatal But Neglected Disease.
berikan beberapa perlakuan. Katak Journal of Medical Case Reports.
dapat merespon dengan baik, 15 (1): 1-6.
dikarenakan katak memiliki sistem Aspinall, V. dan Capello, M. 2015.
saraf yang dapat menghantarkan Introducton to Veterinary Anatomy
stimulus keotak hingga menimbulkan and Physiology Textbook. 3th Ed.
respon balik pada tubuhnya. Beijing (CN): Elsevier.
2. Pada katak deserebrasi yang telah Bayram, Z. 2022. Nervous System 1:
diberiakn beberapa perlakuan, Introduction To The Nervous
menunjukkan respon yang mulai System. Nursing Times. 118(3): 40-
melemah, ini ditandai dengan 44.
semakin sedikitnya jumlah frekuensi Ichwanuddin, Nashirah, A. 2022. Cedera
pernafasan yang dihasilkan pada Kepala Sedang. Jurnal Kedokteran
tembolok, kemampuan berenang dan dan Kesehatan Malikussaleh. 8(2):
menjaga keeimbangan tubuhnya jika 1-9.
dibandingkan dengan katak normal. Ishii, K., Asahara, R., Komine, H., Liang,
3. Pada katak spinal yang telah N. dan Matsukawa, K. 2020.
diberiakn beberapa perlakuan, sudah Pivotal Role of The Ventral
mulai tidak menerima respon, mulai Tegmental Area In Spontaneous
dari frekuensi pernafasannya yang Motor Activity And Concomitant
sangat sedikit dibandingkan 2 katak Cardiovascular Responses In
sebelumnya, dan tidak memberikan Decerebrate Rats. Journal Pre-
respon pada perlakuan lainnya. proofs. 17(29): 1-28.
Konig, H. E., Liebich, H. G. 2020.
4.2 Saran Veterinary Anatomy Of Domestic
4.2.1 Saran Untuk Praktikum Animals. 7th Ed. Thiema: New
Selanjutnya York.
Saya berharap kedepannya untuk Meutia, S., Utami, N., Rahmawati, S. dan
lebih memanajemen waktunya, supaya Hamyani R. 2021. Sistem Saraf
lebih diperhatikan agar praktikum berjalan Pusat dan Perifer. Medical
dengan efektif dan efesien. Proffesion Journal of Lampung.
4.2.2 Saran Untuk Asisten 11(3): 306-311.
Sudah sangat baik, kedepannya bisa Putri, C. M., Rahayu dan Sidharta, B.2016.
lebih ditingkatkan dan simaksimalkan Hubungan Antara Cedera Kepala
kembali. dan Terjadinya Vertigo di Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Saintika Medika. 12(1): 1-6.

Anda mungkin juga menyukai