Anda di halaman 1dari 8

SARAF

Veri Irawan (C031231074), ), Ayniya Nabila Ginayya (C031231087), Nabila Hanifah


(C031231033), Niasya Angelin Putri P , Nabila Alya Hanun (C031231013), Zasquee Putri
Amalia Sendye (C031231024))
Asisten : : I Putu Swastu
Laboratorium Fisiologi Veteriner dan Satwa Akuatik I, Program Studi Kedokteran Hewan
(PSKH), Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
ABSTRAK
Tujuan praktikum mempelajari fungsi - fungsi otak dengan menghilangkan bagian -bagian otak
tersebut dan mengamati reaksi yang timbul , Alat yang digunakan adalah, benang wol (1
gulang), ember (1 buah), gunting bedah tajam tajam (1 buah), papan pengalas (1 buah), pinset
anatomis (1 buah), sonde (1 buah) dan stopwatch (1 buah). Bahan yang digunakan Bahan yang
digunakan adalah air (1,5 Liter) dan katak (2 ekor). , katak normal Langkah pertama yang
dilakukan yaitu melihat keseimbangan badan (refleks bangkit) pada katak normal dapat
dilakukan dengan meletakkan katak secara terbalik, katak deserebrasi Deserebrasi dialkuan
dengan memotong bagian rahang atas hingga belakang mata yang kemudain dilihat responya,
dan katak spinal yaitu Saat merusak cerebellum dan medulla oblongata pada katak
menggunakan sonde di mana katak mengalami shock atau tidak memberikan respon setelah
diberkan rangsangan, kesimpulan praktikum Sistem saraf merupakan suatu
kombinasikombinasi sinyal listrik dan kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron)
mampu berkomunikasi antara satu sama lain, Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang
sering disebut dengan neuron, Katak spinal masi dapat melakukan reflek kulit, hambatan refleks
katak dapat terjadi apabila ada rangsangan yang merugikan atau membahayakan dan Perubahan
yang terjadi pada tubuh hewan merupakan rangsangan sensorik diamana organ sensorik
memiliki hubungan dengan saraf yang datat membawa rangsangan ke otak.
Kata Kunci : Reaksi ,Saraf , Spinal
1. PENDAHULUAN merupakan bagian yang paling besar
Sistem saraf merupakan suatu didalamnya terdapat nukleus dan
kombinasikombinasi sinyal listrik dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat
kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf mitokondria yang berfungsi
(neuron) mampu berkomunikasi antara membangkitkan energi untuk membawa
satu sama lain, Sistem saraf terdiri dari rangsangan. Dendrit berfungsi untuk
jutaan sel saraf yang sering disebut dengan menerima impuls (rangsang) yang datang
neuron. Neuron dikhususkan untuk dari ujung akson neuron lain. Kemudian
menghantarkan dan mengirimkan pesan impuls dibawa ke badan sel saraf. Akson
(impuls) yang berupa rangsangan atau atau neurit merupakan serabut yang
tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) panjang dan umumnya tidak bercabang.
terdiri atas bagian utama berupa badan sel Akson berfungsi meneruskan rangsangan
saraf, dendrit, dan akson . Badan sel saraf yang berasal sel saraf ke kelenjar dan
serabut serabut otot (Meutia Syalwa dkk bisa menunjukkan respon normal atau
2021). tidak. Langkah kedua katak diletakkan di
Persepsi sensorik supratentorial atas papan lalu papan tersebut diputar
dilayani oleh saraf trigeminal, yang beberapa kali. Lihat posisi badan katak pada
memberikan persarafan ekstensif pada saat diputar. Proses ini dilakukan untuk
dura mater dan pembuluh darah utama mengetahui apakah katak bisa
otak, Selain itu, sistem saraf trigeminal menunjukkan respon normal atau tidak.
bertindak sebagai vasodilator yang kuat, Langkah ketiga katak diletakkan di atas
dan juga mengontrol permeabilitas papan. Lalu diamati bagian kelopak mata
pembuluh darah otak. dinding pembuluh kakak. Proses ini dilakukan untuk
darah. Peningkatan permeabilitas mengetahui apakah katak memiliki refleks
pembuluh darah yang menyebabkan berkedip atau tidak. Langkah keempat
ekstravasasi plasma menyangkut katak dipegang menggunakan kedua
pembuluh kapiler dan pembuluh tangan. Lalu kaki katak dicubit
pascakapiler (Terrier Marie Louis dkk menggunakan pinset anatomis. Kemudian
2021) amati apakah terdapat gerakan refleks atau
Saraf pusat dapat muncul sebagai tidak pada katak tersebut. Langkah kelima
ensefalomielitis, abses otak, meningitis, katak diletakkan di atas papan lalu hitung
atau penyakit ekstra memiliki genom frekuensi napasnya selama 15 detik
besar yang terdiri dari 2 kromosom menggunakan stopwatch. Frekuensi napas
berukuran 4,07 dan 3,17 pasangan basa pada katak dapat dilakukan dengan melihat
mega, tingkat rekombinasi homolog yang detakan pada bagian bawah rongga
tinggi, dan pangenom terbuka Gora Hana mulutnya atau pada rongga bukal. Hasil
dkk (2022) tersebut kemudian akan dikali 4 untuk
2. MATERI DAN METODE mendapatkan hasil frekuensi napas katak
2.1. Alat dan Bahan dalam 1 menit. Langkah keenam ikat kedua
2.1.1 Alat kaki depan katak menggunakan benang
Alat yang digunakan adalah, benang nilon. Lalu angkat benang sehingga katak
wol (1 gulang), ember (1 buah), gunting bisa tergantung. Saat tergantung cubit kaki
bedah tajam tajam (1 buah), papan katak menggunakan pinset anatomis dan
pengalas (1 buah), pinset anatomis (1 lihat reaksinya. Langkah ketujuh ikatlah
buah), sonde (1 buah) dan stopwatch (1 kedua kaki depan dari katak menggunakan
buah). benang nilon. Lalu angkat benang sehingga
2.1.2 . Bahan katak dapat tergantung. Saat tergantung
Bahan yang digunakan adalah air cubitlah dengan kuat pada kaki katak
(1,5 Liter) dan katak (2 ekor). menggunakan pinset anatomis dan lihatlah
reaksinya. Langkah terakhir ember di isi
2.2 Alur Praktikum dengan menggunakan air secukupnya. Lalu
2.2.1. Katak Normal masukkanlah katak ke dalam ember
Langkah pertama yang dilakukan tersebut. Amatilah kemampuan berenang
yaitu melihat keseimbangan badan (refleks pada katak.
bangkit) pada katak normal dapat dilakukan 2.2.2. Katak Deserebrasi
dengan meletakkan katak secara terbalik di Langkah pertama dilakukan
atas papan pengalas. Kemudian melihat pembuatan sediaan katak deserebrasi. Hal
respon yang terjadi pada katak dan ini dimulai dengan memegang katak di
menghitung berapa lama waktu yang mana kepala katak berada di antara jari
diperlukan katak untuk berbalik dan telunjuk dan tengah. Buka sedikit mulut
kembali ke posisi normal. Proses ini katak lalu masukkan gunting. Setelah
dilakukan untuk mengetahui apakah katak
gunting masuk potonglah kepala katak berenang pada katak deserebrasi dengan
secara melintang tepat di belakang kedua cara memasukkan katak deserebrasi ke air
membran timpani katak secara cepat dan yang sudah disiapkan tadi. Amati
tunggu katak melewati masa shock-nya. kemampuan berenang katak tersebut.
Langkah kedua untuk melihat 2.2.3. Katak Spinal
keseimbangan badan (refleks bangkit) pada Langkah pertama pada katak adalah
katak deserebrasi dapat dilakukan dengan merusak cerebellum dan medulla oblongata
meletakkan katak secara terbalik di atas pada katak menggunakan sonde. Hal ini
papan pengalas. Kemudian melihat respon dilakukan dengan cara menusukkan sonde
yang terjadi pada katak dan menghitung pada foramen occipitale katak. Putar sonde
berapa lama waktu yang diperlukan katak untuk merusak saraf sekitarnya. Tunggu
untuk berbalik dan kembali ke posisi katak hingga melewati masa shock-nya.
normal. Proses ini dilakukan untuk Langkah kedua dilakukan untuk melihat
mengetahui apakah katak tersebut keseimbangan badan (refleks bangkit) pada
menunjukkan respon normal atau tidak. katak spinal dapat dilakukan dengan
Langkah ketiga katak deserebrasi meletakkan katak secara terbalik di atas
diletakkan di atas papan. Lalu papan papan pengalas. Kemudian melihat respon
diangkat-angkat hingga katak sedikit yang terjadi pada katak. Hitung berapa lama
terlempar. Lihat sikap tubuh katak setelah waktu yang diperlukan katak untuk berbalik
terlempar apakah normal atau tidak. dan kembali ke posisi normal. Langkah
Langkah keempat katak deserebrasi ketiga diletakkan katak spinal di atas papan.
diletakkan di atas papan. Lalu papan Lalu papan tersebut diangkat-angkat hingga
tersebut diputar-putar. Lihat sikap badan katak sedikit terlempar. Perhatikan sikap
selama dan setelah papan diputar apakah yang ada pada katak setelah dilempar
normal atau tidak. Langkah kelima katak apakah normal atau tidak. Langkah
dipegang menggunakan kedua tangan. Lalu keempat diletakkan katak spinal di atas
diberikan perlakuan pada kaki katak dengan papan. Lalu papan tersebut diputar-putar.
cara dicubit menggunakan pinset anatomis. Lihat sikap badan katak selama dan sesudah
Kemudian amati apakah terdapat gerakan diputar apakah normal atau tidak. Langkah
refleks atau tidak pada katak desebrasi kelima katak dipegang menggunakan kedua
tersebut. Langkah keenam letakkan katak tangan. Lalu kaki katak bagian kanan dan
deserebrasi di atas papan. Lalu hitung kiri dicubit menggunakan pinset anatomis.
frekuensi napasnya selama 15 detik Kemudian amati apakah terdapat gerakan
menggunakan stopwatch. Hasil tersebut refleks atau tidak pada katak. Langkah
kemudian dikali 4 untuk mendapatkan hasil keenam dilakukan perlakuan pada katak
frekuensi napas katak selama 1 menit. dengan meletakkan katak spinal tersebut di
Langkah ketujuh ikat kedua kaki depan atas papan. Lalu hitung frekuensi napasnya
katak menggunakan benang nilon. Lalu selama 15 detik menggunakan stopwatch.
angkat benang sehingga katak tergantung. Setelah itu hasil dikali 4 untuk
Saat tergantung cubit kaki katak mendapatkan frekuensi napas katak selama
menggunakan pinset anatomis dan lihat 1 menit. Langkah ketujuh ikat kedua kaki
reaksinya. Langkah ke delapan ikat kedua depan katak menggunakan benang nilon.
kaki depan katak menggunakan benang Lalu angkat benang sehingga katak dalam
nilon. Lalu angkat benang sehingga katak posisi tergantung. Setalah berada dalam
tergantung. Saat tergantung cubit dengan posisi tergantung cubit kaki katak
kuat kaki katak menggunakan pinset menggunakan pinset anatomis dan lihat
anatomis dan lihat reaksinya. Langkah reaksinya. Langkah kedelapan ikat kedua
Langkah terakhir yaitu melihat kemampuan kaki depan katak menggunakan benang
nilon. Lalu angkat benang sehingga katak dengan benang wol pada tangannya,
dalam posisi tergantung. Setalah berada diperoleh hasıl berupa terjadinya respon
dalam posisi tergantung cubit dengan kuat pada kedua kaki katak yakni menarik
kaki katak menggunakan pinset anatomis kakinya lebih cepat dibandingkan ketika
dan lihat reaksinya. Langkah terakhir yaitu dicubit pelan.
melihat kemampuan berenang pada katak
spinal dengan cara memasukkan katak
spinal ke air yang sudah disiapkan tadi.
Amati kemampuan berenang pada katak
tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL Gambar 3. Keseimbangan Badan Katak
3.2 3.1.1. Katak Normal Normal
Pada pengecekan keseimbangan
badan katak, katak ditaruh secara terbalik di
atas papan pengalas. Hasilnya yaitu katak
memberikan respon dengan membalikkan
badannya dalam kurun waktu 1,04 detik.
3.3

Gambar 1. Sikap Badan ketika Katak


Normal Diayunkan dan Putar
Pada percobaan ini, melihat sikap
badan dari katak ketika memutar papan.
Hasıl yang didapatkan yaitu percobaan ini
adalah katak tetap berada pada posisinya
Gambar 4. Frekuensi Nafas Katak
normalnya dalam kurun waktu 1,22 detik.
Normal
Kemudian untuk percobaan dengan
Pada proses pengecekan frekuensi
mengayunkan papan pengalas, hasıl yang
napas katak normal dilakukan dengan
didapatkan yaitu katak kembali ke posisi
melihat pada rongga bukal. Dimana hasil
normalnya dalam kurun waktu 1,32 detik.
frekuensi napas yang didapatkan yaitu
sebanyak 60 kali/menit.

3.4 Gambar 2. Cubitan Sedang dan Cubitan


Keras pada Katak Normal
Pada uji ini diberikan rangsangan Gambar 5. Kemampuan Berenang
berupa cubitan sedang pada katak yang Katak Normal
telah diikat dengan benang wol pada
tangannya. Hasil yang diperoleh dari Pada percobaan ini dilakukan uji
rangsangan ini adalah terjadinya respon kemampuan berenang katak. Hasil yang
pada kedua kaki katak berupa menarik didapatkan di percobaan ini adalah katak
kakinya secara lambat. Kemudian pada uji
normal dapat berenang dengan baik dan
yang diberikan rangsangan berupa cubitan
kepala terapung atau tidak tenggelam.
keras pada katak normal yang telah diikat
3.1.2. Katak Deserebrasi

Gambar 8. Keseimbangan Badan Katak


Deserebrasi
Gambar 6. Sikap Badan ketika Katak
Pada proses melihat keseimbangan
Deserebrasi Diayunkan dan Putar
badan (refleks bangkit) pada katak
Pada percobaan dengan memutar
deserebrasi dapat dilakukan dengan
papan pengalas terhadap katak deserebrasi
meletakkan katak secara terbalik di atas
di atas papan pengalas tersebut. Hasil yang
papan pengalas. Kemudian lihat respon
didapatkan pada praktikum ini yaitu katak
yang terjadi pada katak tersebut, yaitu katak
tetap berada pada posisi awal atau posisi
menunjukkan respon dengan katak dapat
normal, namun kaki katak tidak terlipat
membalikkan badannya ke posisi normal,
sempurna dalam kurun waktu 2 detik. Pada
namun cenderung lambat dan terlihat
percobaan dengan mengangkat papan
lemas.
pengalas dilakukan dengan cara meletakkan
katak deserebrasi di atas papan pengalas
terlebih dahulu, kemudian papan pengalas
diangkat beserta kataknya dengan gerakan
tiba-tiba dan secara cepat. Lalu perhatikan
respon yang terjadi pada katak setelah
papan diangkat. Hasil yang didapatkan pada
praktikum ini yaitu katak tidak memberikan Gambar 9. Frekuensi Nafas Katak
reaksi. Deserebrasi
Pada proses pengecekan frekuensi
napas katak deserebrasi dilakukan dengan
melihat pada rongga bukal. Dimana hasil
frekuensi napas yang didapatkan yaitu
sebanyak 12 kali/menit.
Gambar 7. Cubitan Sedang dan Cubitan
Keras pada Katak Deserebrasi
Pada uji ini diberikan rangsangan
berupa cubitan sedang pada katak
deserebrasi yang telah diikat dengan benang
wol pada tangannya. Hasil yang diperoleh Gambar 10. Kemampuan Berenang
dari rangsangan ini adalah tidak ada respon Katak Deserebrasi
yang diberikan oleh katak. Kemudian pada Pada percobaan untuk melihat
uji yang diberikan rangsangan berupa kemampuan berenang pada katak
cubitan keras pada katak deserebrasi yang deserebrasi dilakukan dengan meletakkan
telah diikat dengan benang wol pada dan membiarkan katak pada air dan diamati
tangannya, diperoleh hasıl berupa tidak ada kemampuan berenangnya. Hasil yang
respon yang diberikan oleh katak didapatkan dari praktikum adalah katak
deserebrasi tenggelam namun masih
melakukan pergerakan sedikit

3.1.3. Katak Spinal

Gambar 13. Keseimbangan Badan


Katak Spinal
Pada proses melihat keseimbangan
badan (refleks bangkit) pada katak spinal
Gambar 11. Sikap Badan ketika Katak dapat dilakukan dengan meletakkan katak
Spinal Diayunkan dan Putar secara terbalik di atas papan pengalas.
Pada percobaan dengan memutar Kemudian lihat respon yang terjadi pada
papan pengalas dan meletakkan katak katak tersebut, yaitu katak tidak
spinal di atas papan pengalasnya diperolah menunjukkan respon atau reaksi.
hasil tidak adanya respon yang terjadi pada
katak setelah diberikan perlakuan. Pada
percobaan dengan mengangkat papan
dilakukan dengan meletakkan katak spinal
di atas papan pengalas kemudian papan
diangkat beserta kataknya dengan. Hasil
Gambar 14. Frekuensi Nafas Katak
yang diperoleh adalah tidak adanya respon
Spinal
yang terjadi pada katak setelah diberikan
Pada proses pengecekan frekuensi
perlakuan.
napas katak spinal dilakukan dengan
melihat pada rongga bukal. Hasil yang
diperoleh dari percobaan ini adalah tidak
ada frekuensi napas dari katak tersebut.

Gambar 12. Cubitan Sedang dan


Cubitan Keras pada Katak Deserebrasi
Pada uji ini diberikan rangsangan
berupa cubitan sedang pada katak spinal
yang telah diikat dengan benang wol pada
tangannya. Hasil yang diperoleh dari
rangsangan ini adalah tidak ada respon yang
diberikan oleh katak. Kemudian pada uji
Pada percobaan untuk melihat
yang diberikan rangsangan berupa cubitan
kemampuan berenang pada katak spinal
keras pada katak spinal yang telah diikat
dilakukan dengan meletakkan dan
dengan benang wol pada tangannya,
membiarkan katak pada air dan diamati
diperoleh hasıl berupa tidak ada respon
kemampuan berenangnya. Hasil yang
yang diberikan oleh katak.
diperoleh dari percobaan ini adalah katak
spinal tenggelam dan sudah tidak ada
pergerakan.
3.5 PEMBAHASAN Gerakan refleks ( Gerakan yang tidak di
3.2.1 Katak Normal sengaja atau tidak disadari ) imlus yang
Pada praktikum, di jelaskan bahwa menyebabkan Gerakan ini disampaikan
frekuensi nafas adalah 15 dikali 4 =60 melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
menit. Saat katak diberikan perlakuan di melewati otak.
angkat dan dilempar secara spontan , gerak
3.2.3. Katak Spinal
katak Kembali ketempat selama 1,22 detik .
perlakuan kedua dengan diputar pada papan Saat merusak cerebellum dan
pengalas dan diterlentangkan lalu dilepas medulla oblongata pada katak
secara spontan , katak mampu membalikan menggunakan sonde di mana katak
badannya dengan waktu 1,35 menit . mengalami shock atau tidak memberikan
kemudian pada percobaan perlakuan refleks respon setelah diberkan rangsangan , namau
kaki dengan di angkat dan kemudan kaki pada selang beberapa detik katak memberi
kedua kakat didikat dengan tali nilon respon pada saat di angkat dan dilempar ,
kemudan salah satu kaki di jepit terdapat pergerakan pada kakinya ,
menggunakan pinset anatomi dan kemudian katak diputar pada papan dan
memberikan reaksi yang cepat denga waktu diterlentangkan dan posisi katak sebelumny
1,04 detik. Berdasarkan hasil tersebut , yaitu selama 5 detik meskipun geraakan nya
diperoleh semua aktivitas katak normal dan sangat lambat dengan frekuensi nafas 1
dalam keadaan baik karena saraf mampu menit . Hal tersebut sesuai dengan pendapat
menerjemahkan informasi dengan otak . Purnamasari dan Dwi (2017) bahwa hal itu
Hal ini sesuai dengan pendapat penelitian dikarenakan medulla oblongata mengontror
oleh Cahyono dkk (2019). sebagain besar aktivitas tubuh seperti
3.2.2.Katak Deserebrasi pernapasan dan tekanan darah . Dan
menurut Wongwandes dan Linasmita (
Deserebrasi dialkuan dengan 2019) bahwa secara umum cerebellum
memotong bagian rahang atas hingga berfungsi untuk mengordinasi implus -
belakang mata yang kemudain dilihat implus dari koteks dengan kontraksi otot.
responya ,katak mengalami shock atau
tidak terjadi pergerakan . kemudaian katak 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
diangkat dilempar keatas dan diliahat
Kesimpulan yang di dapatkan selama
respon kembalinya yaitu 2,5 detik .
praktikum adalah :
kemudian katak diputar dipapan dan
dibaliakn badanya terlentang, waktu yang 1. Sistem saraf merupakan suatu
diperlukan untuk ke posisi semula yaitu 4 kombinasikombinasi sinyal listrik dan
,23 detik . kemudian ikat kedua kaki depan kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf
katak menggunakan benang nilon. Lalu (neuron) mampu berkomunikasi antara
angkat benang sehingga katak tergantung. satu sama lain, Sistem saraf terdiri dari
Saat tergantung cubit kaki katak jutaan sel saraf yang sering disebut dengan
menggunakan pinset anatomis dan terdapat neuron.
respon pada katat yaitu dengan memberikan 2 Perubahan yang terjadi pada tubuh
tekanan pada kakinya. Hal ini sesuai dengan hewan merupakan rangsangan sensorik
penelitian Manalu (2014) bahwa perusakan diamana organ sensorik memiliki
pada cerebrum maka respon terhadap hubungan dengan saraf yang datat
efektorstimulus tidak akan terjadi , adanya membawa rangsangan ke otak.
gerakan pada katak secara spontan adalah
3. katak medular hanya bisa menghasilkan Purnamasari dan Dwi R,W 2017 Fisiologi
gerakan bertahan . Hewan: Program Studi Arisektrum ;
4 . Katak spinal masi dapat melakukan Surabaya Jawa Bogor
reflek kulit . Terrier L,M , Nochine H, Stephanae V,
5 . Gerak refleks terjadi Ketika implus Carlloni M, Aymerich A, Florian B,
melaui jalan yang pendek. LillaZ, dan Charistpohane D 2021 .
6 . Hambatan refleks katak dapat terjadi The Tregemenial Syestem The
apabila ada rangsangan yang merugikan Menigovascular Complex Review :
atau membahayakan. Jurnal Anatomy Society Wiley;
2(2):1-11
4.2 Saran
Wongwande M dan Petcharasarn L 2019.
4.2.1 Saran Untuk Praktikum
Central Nervous Syestem Systematic
Selanjutnya
Review Of Induvidual Participant
Untuk praktikum selanjutnya mudah -
data of Case Repost and Case Series;
mudahan agar lebih tepat waktu sesuai
Jurnal Plos Neglected Trocipial
dengan astum.
Diases : 10(13) ;1-13
4.2.2 Saran Untuk Asisten
Untuk asisten praktikum
penjelasanya sudah sangat baik, Cuma
terlalu cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono D,I, Himawan, Aria dan Primatika
2019. Neurotransmitter Dalam
Fisiologi Saraf Otonom . Jurnal
Anestesiologi Indonesia ;1(1): 42-55
Gora H, Tasnim H, Simon S, Ian W, Mark
M, Celesta W, Jesisca R,W , Brat J,C,
Josh M, dan Ella M ,M 2022 .
Meliodisis Of the Central Nervous
System Impach of the Allele on
Patient Presenation and Outocome .
Jurnal Clinicial Infectious Disiages ;
1(1) : 12- 21
Monkhouse T 2016 . Cranial Nerves
Funcional Anatomy : Cambridge
University Press.
Meutia S, Nurul U, Selvi R , dan Rani H
2021 . Sistem Saraf Pusat dan Perifer
; Jurnal Meduula :11(3); 4- 12
Manula N,T 2014 . Gerak Refleks pada
Spinal Katak Sawah: Laboraturium
Fisiologi Hewan Air Universitas
Sumatra Utara : Medan

Anda mungkin juga menyukai