Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

“Sistem saraf”

Oleh :

- Sergio Paipinan (1661050003)


- Lidya ParamitaAnugerah N. (1661050034)
- Dena Carolina Sabono (1661050070)
- Andesty (1661050132)
- Richard Simon Wariyaka (1661050142)
- Like Deviana Murafer (1661050150)
- Efrilita Dwina Saraswati Sidik (1661050153)
- Besta Nisa Sastiara (1661050169)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2018/2019
I. DASAR TEORI

System saraf merupakan pusat pengolahan dan komunikasi tubuh.


Saraf menjalar dari otak menuju seluruh tubuh, saraf sensorik
mengumpulkan informasi dari lingkungan lalu mengirim informasi ke
sum sum tulang belakang dan di lanjutkan menuju otak, otak
menerima pesan tsb dan memberikan respon, neuron motoric memberi
intruksi dari otak ke efektor. Tiga bagian utama otak yaitu otak depan,
tengah dan belakang.
Tiap susunan saraf pusat mempunyai fungsi tertentu. Dengan
merangsang maupun menghambat bagian tertentu dari otak dan
mengamati reaksi yang timbul.
Katak desebrasi adalah katak yang telah di hilangkan serebrumnya.
Katak spinal adalah katak yang hanya memiliki medulla spinalis,
sedangkan serebrum, serebellum dan medulla oblongata nya telah
dirusak

II. Alat & Bahan


 Katak/Kodok sawah (Fejervarya cancrivora)
 Pinset
 Alat disekasi
 Skapel
 Arloji
 Gunting
 Baskom berisi air

III. Cara kerja


1. Katak normal
Pada lembar kerja yang disediakan amati, dan catatlah reaksi-
reaksi berikut pada katak normal
A. Sikap badan : letakkan katak dengan posisi normal atau posisi
duduk katak diatas bidang datar. Kira-kira berapa sudut yang
dibentuk tubuh dengan bidang datar, selain itu amati posisi
kepala, mata dan anggota geraknya. Sentuh kornea matanya
dengan kapas, perhatikan apa yang terjadi?
B. Gerakan-gerakan spontan : tanpa usikan
C. Keseimbangan badan : reflek bangkit jika atak diletakkan
dalam posisi tidak seimbang
D. Kemampuan berenang: lihat bagaimana gerakan kaki dan
kecepatan berenang jika dimasukkan ke dalam air di wadah air
yang disediakan
E. Frekuensi napas : amati gerakan-gerakan bagian dasar
mulut
F. Frekuensi denyut jantung : amati gerakan-gerakan lembut
pada bagian dada dengan meregang kedua kaki depan
G. Cubit jari kaki dengan pinset. Lihat apa yang terjadi
H. Masukan salah satu kaki ke dalam gelas berisi air dengan
suhu kamar. Apa yang terjadi ?. kemudian lanjutkan dengan
mencelupkan kaki katak ke dalam air panas. Apa yang terjadi ?
2. Katak Deserebrasi
Pada percobaan ini gunakan katak yang dipakai pada percobaan
1.
A. Dengan menggunakan gunting yang tajam, potonglah
dengan cepat bagian serebrum . salah satu bilah gunting
dimasukkan melintang kedalam dan bilah yang satunya tepat di
garis melintang yang menghubungkan tepi anterior kedua
gendang telinga.
B. Tunggu sekitar 10-15menit agar katak bebas dari keadaan
“shock”, kemudian catatlah reaksi-reaksi seperti pada 1 di
lembar kerja yang disediakan
3. Berbagai macam Rangsangan
Gantung katak desebrasi pada statif dengan cara menjepit
rahang bawah dengan penjepit tulang yang dipasang pada statif
1. Rangsangan Mekanis
 Jepitlah salah satu kaki belakang katak dengan pinset.
Perhatikan apa yang terjadi? Bila terjadi reaksi mata
refleks tersebut ditujukan untuk melindungi diri
 Ada kalanya kaki katak tetap berespon terhadap
rangsangan nyeri. Cobalah untuk menjepit kaki katak
sebelahnya, dan lihat apa yang terjadi
 Jepitlah kembali kaki katak dengan kuat. Lihat respon
pada kaki sebelahnya juga
 Hitunglah waktu refleks yaitu waktu antara pemberian
rangsangan dan respon reflek
2. Rangsangan listrik
 Rangsanglah kaki belakang dengan rangsangan faradis
(menggunakan induktorium), mulai dari kekuatan yang
rendah dan perlahan ditambah kekuatannya. Catatlah tiap
penambahan kekuatan rangsangan sampai dilihat adanya
refleks pada kaki yang dirangsang
 Kekuatan rangsangan ditambah lagi dan dicatat sampai
kaki belakang lainnya juga berespon yaitu ditarik menjauhi
rangsangan (crossed extension reflex).
 Kekuatan rangsangan ditambah lagi dan dicatat sampai
kaki dapat ditarik menjauhi rangsangan (irradiation reflex)
 Bedakan refleks dengan kontraksi biasa pada perangsang
listrik
3. Rangsangan kimia
 Ambilah larutan asam cuka 1% atau asam belerang 1%
dalam bekerglas.
 Celupkan salah satu kaki belakang kedalam larutan
tersebut. Perhatikan apakah terjadi refleks pelindung
atau withdrawal reflex berupa penarikan kaki katak
keluar dari larutan
 Perhatikan apakah kaki belakang lainnya berusaha
menghapus bekas larutan asam (refleks penghapus)
 Basahilah kulit perut atau dada katak dengan larutan
asam yang tersedia. Perhatikanlah refleks yang terjadi
4. Katak spinal
A. Katak pada percobaan 2 digunakan lagi
B. Rusak serebellum dan medulla oblongata dengan cara
menusuk sonde kira-kira 1-1.25 cm (sesuaikan dengan
besar katak, jangan sampai melebihi batas antara kepala
dengan punggung) ke belakang dari tempat pemotongan
pada percobaan 2 dan mengoreknya secara memutar
C. Tunggu beberapa saat supaya katak terbebas dari
“shock”, kemudian amati dan catat reaksi-reaksi seperti
pada lembar kerja yang disediakan.
IV. HAsil dan Pembahasan

A. Katak Normal
1. Sudut yang dibentuk oleh badan katak adalah 45 derajat dengan posisi
kepala mendongak. Yang terjadi pada katak apabila korneanya
disentuh kapas adalah reflex mengedip.
2.Apabila katak diletakkan di bidang datar tanpa diusikan maka katak
akan melakukan gerak relfex yaitu melompat
3. Saat katak diletakan dalam posisi tidak seimbang (tidur pada sisi
perut) katak tidak memberikan perlawanan atau berusaha
membalikkan badannya
4. Saat di dalam air katak berenang dengan cepat, ekstremitas bawah
bergerak lebih banyak
5. Frekuensi napas terhitung 70 kali per menit
6. Frekuensi jantung terhitung
7. Yang terjadi pada katak apabila kakinya dijepit oleh pinset adalah
refleks menarik kaki
8. Pada saat kaki katak dicelupkan kedalam air bersuhu kamar katak
tidak memperikan respon, tetapi saat kaki katak dicelupkan kedalam
air bersuhu 60 derajat celcius katak memberikan respon menarik kaki
B. Hasil Kerja

1 2 3 4 5 6

Sikap Gerakan Keseimbangan Kemampuan Frekunsi Frekuensi


badan spontan (bangkit) berenang napas (per denyut
menit) jantung
(per menit)
Katak 45o, normal ++ Baik Punggung 72 x/menit 80 x/menit
normal tegak dan kepala
diatas air,
kaki lincah
bergerak
Katak 35o, perut + Kurang baik Tenggelam, 26 x/menit -
deserebrasi mulai tetapi masih
mengempis dapat
melompat
Katak 30o, buruk. + Tidak ada tidak Tidak ada -
spinal Katak tenggelam,
lemas perut tidak
mengempis melompat
Ket : ++ = melompat aktif
+ = melompat
- = tidak aktif
PEMBAHASAN
- Praktikum yang kami lakukan tentang “Refleksi Tubuh Katak”,
praktikum ini kami
- lakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas refleks yang ada pada
tubuh hewan khususnya katak normal, deserebrasi, dan spinal.
- Gerak spontan pada katak normal agresif dilihat dari sikap katak
dalam mempertahankan posisi ketika terjadi perubahan arah papan.
- Katak deserebrasi (kerusakan pada cerebellum) dan katak spinalis,
gerakan spontan kurang baik karena sudah terjadi kerusakan bagian otak
besar. Ketika katak dimasukkan ke dalam air, katak normal
menunjukkan kemampuan berenang, untuk katak deserebrasi dan
katak spinal tidak mampu berenang. Katak deserebrasi memiliki tingkat
kesadaran baik dan menurun kesadaran katak ketika sereberum rusak.
Kesadaran katak hilang pada katak spinalis. Menurut Watson (2000)
serebrum bertanggung jawab dalam proses belajar, kecerdasan,
dan kesadaran. Hasil praktikum tidak sesuai literatur karena kerusakan
serebrum tidak menghilangkan kesadaran katak. Saat otak kecil dirusak
kesadaran katak menurun. Kemungkinan kerusakan serebrum dalam
tahap parsial sehingga kesadaran katak tidak hilang seluruhnya.
- Frekuensi jantung katak meningkat setelah perusakan serebrum.
- Frekuensi jantung pada katak tidak dipengaruhi serebrum
maupun serebelum karenak jantung memiliki mekanisme sendiri dalam
mempertahankan denyut walaupun telah terpisah dari tubuh
C.Katak Spinal
A. Rangsangan Mekanik
Pada sedian katak kami tidak terdapat respon terhadap rangsangan
mekanik setelah serebellum dan medulla oblongatanya dirusak.
B. Rangsangan listrik
Pada sediaa katak spinal kelompok kami terdapat 4 tingkakan respon saat
diberi rangsangan listrik:
a. Tegangan 3V : Tidak ada respon
b. Tegangan 6V : Terdapat sedikit gerakan
c. Tegangan 7V : Gerakan otot semakin terlihat
d. Tegangan 12V: Kaki katak tersebut terangkat
C. Rangsangan Kimia
Pada sediaan katak kelompok kami, hanya salah satu kaki katak saja yang
melakukan reflex pelindung (withdrawal reflex) pada saat dicelupkan
kedalam larutan asam cuka 1% yaitu kaki kanan katak, sedangkan kaki kiri
katak tidak memberi respon.
Pada sediaan katak kami juga tidak memberi respon saat perutnya ditetesi
larutan asam cuka 1%.
Pembahasan
Katak yang sudah diserebrasi tadi kemudian dirusak otak dan medula
oblongatanya sehingga diperoleh katak spinal. Katak yang sudak dirusak
otak dan medula oblongatanya tersebut mengalami shock, dan setelah
berapa lama didiamkan baru ia bergerak. Hal ini dikarenakan sistem saraf
pusatnya telah mengalami kerusakan. Namun saat rahangnya dijepit dan
kataknya digantung, katak tersebut mengangkat kakinya menandakan
katak tersebut memberi respon, untuk menyeimbangkan posisi tubuhnya,
begitupun saat kaki depan dan kaki belakangnya yang dijepit.
Pada percobaan untuk melihat refleks pada katak spinal, diperoleh
hasil bahwa katak tersebut mengalami penurunan fungsi fisiologis
yakni kerusakan pada sistem saraf pusat yang menyebabkan responnya
terhambat

V. KESIMPULAN

- System saraf pusat dapat di identifikasi fungsinya dengan melakukan


perlakuan katak normal, katak desebrasi dan katak spinal.
- Pada perlakuan perusakan otak katak sebesar 1 cm tidak ditemukan
respon pembalikan badan, sementara pada kaki depan dan belakang
saat di jepit dengan pinset menunjukan adanya pergerakan
- Pada percobaan katak, pada saat di celupkan dengan larutan asam
cuka, ditemukan adanya pergerakan pada kaki depan dan belakang
pada katak
- Factor lain yang mempengaruhi reflex spinal katak antara lain ada
tidak nya rangsangan atau stimulus, rangsangan dari luar adalah
tempratur (suhu), tekanan

VI. SARAN

Dalam pelaksanaan praktikum dilakukan dilakukan lebih


hati hati dan serius, agar kita dapat lebih memahami dan lebih mudah
untuk mengerti praktikum tsb dan menghindarkan maupun
memperkecil risiko yang terjadi seperti kesalahan dalam melakukan
saat praktikum dan agar praktikum berjalan dengan lancer serta hasil
yang diperoleh dapat sesuai dengan yang di harapkan

Anda mungkin juga menyukai