Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN DAN MANUSIA

SISTEM SARAF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang Dibina Oleh Hendra Susanto, S.Pd, M.Kes Dan Wira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc

Oleh
Kelompok 2 Offering H
Aisyah Salma Nurfahima (180342618049)
Ajeng Ayu Pratiwi (180342618082)
Alyana Mahdavikia R Y (180342618062)
Azril Febryan (180342618001)
Lutfi Syarifa R.H (180342618053)
Wahyu Nengsih (180342618017)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2019
Hari/Tanggal : Kamis, 6 September 2019
Dasar Teori
Sistem saraf adalah suatu sistem yang merupakan adaptasi tibuh terhadap rangsangan
yang diterima dari luar tubuh. Komponen penyusun sistem saraf yang dapat ditemukan pada
sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus dan ganglia (Wiwi.2006). Sistem saraf
manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas saraf somatis dan
sistem saraf atonom (Lasinrang.2014).
Sistem saraf pusat memiliki fungsi sebagai pengendali gerak refleks. Gerak refleks
dikendalikan oleh otak (refleks karnial) atau medulla spinalis (refleks spinal) lewat saraf
motorik kranial dan spinal(Gofur,dkk. 2019). Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Urutan yang
terjadi pada gerak refleks yaitu: Sti,ulus pada organ reseptor – sel saraf sensorik – sel
penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang – sel saraf motoric – respon pada organ
efektor. Jalan pintas pada gerak refleks memungkinkan terjadi gerak cepat yang disebut
dengan lengkung reflekas (Tiur.2014). Terdapat beberapa hal yang berdampak buruk akibat
rusaknya sistem saraf pusat, diantaranya :
1. Kerusakan pada sistem saraf usat biasanya dapat menyebabkan kelumpuhan
sementara. Kerusakan yang terjadi pada bagian otak disebut neural shock, yang
mengalami kerusakan pada medulla spinalis disebut spinal shock.
2. Kerusakan salah satu komponen lengkung refleks dapat menyebabkan hilangnya
refleks tertentu.
(Gofur,dkk. 2019)
Alat dan Bahan

 Papan bedah

 Alat seksi

 Aquarium

 Lampu spiritus

 Thermometer

 Gelas piala 600 cc

 Alat penghitung

 Kapas

 Air hangat

 Katak
Prosedur Kerja
Katak Normal

Diletakkan katak dengan posisi normal pada papan, amati posisi


kepala, mata dan anggota geraknya. Sentuh kornea matanya dengan
kapas, dan lihat apa yang terjadi

Dihitung frekuensi pernapasan permenit dengan cara menghitung


gerakan kulit pda rahang

Diamati keseimbangan dengan cara meletakkan katak dalam posisi terlentang


pada papan. Putarlah papan secara horizontal,amati posisi dan gerakan
kepala,mata,dan anggota geraknya. Miringkan papan perlahan-lahan sehingga
kepal katak sedikit terangkat, amati apa yang terjadi

Dimasukkan katak ke dalam aquarium berisi air, amati cara berenangnya

Dikeluarkan katak dari aquarium, letkkan pada papan pada posisi normal
Dimasukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu kamar) kemudian
panaskan , amati yang terjadi dan dilihat pada suhu berapa katak bereaksi

Dicubit jari kaki dengan pinset, amati apa yang terjadi

Dimasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas


±80º ͦC, amat apa yang terjadi

Katak spinal (katak yang sudah mengalami pengrusakan otak)

Dirusak otak katak dengan single pithing, istirahatkan katak


selama 5-6 menit untuk menghilangkan neural shock

Diberikan perlakuan seperti katak normal

Diamati refleks yang terjadi

Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak dan medula spinalis

Dirusak otak katak dengan double pithing,


istirahatkan katak selama 5-6 menit

Diberikan perlakuan seperti katak normal

Diberikan perlakuan seperti katak normal

Data Pengamatan

N KATAK KATAK SPINAL KATAK yang sudah


O NORMAL mengalami
pengrusakan otak dan
medulla spinalis

1. POSISI AWAL
PADA SAAT
MELETAKKAN Kepala setelah di Kepala setelah double
KATAK PADA Kepala tegak single pit miring ke pit agak miring ke
PAPAN menghadap depan kanan kanan
Mata melotot Mata Mata setelah double
A. Kepala Anggota gerak sayu/menyempit pit sayu/menyempit
B. Mata aktif dan respon Anggiota gerak Anggota gerak respon
C. Anggota gerak cepat respon lambat lambat
D. Setelah kornea
Setelah kornea Setelah kornea Setelah kornea
disentuh kapas
disentuh mata disentuh mata disentuh mata tertutup
tertutup tertutup dengan dengan respon yang
respon yang lambat lambat

2. FREKUENSI 95 X 91 X 69 X
NAFAS/MENIT

3. KESEIMBANGA
N POSISI
GERAKAN
KEPALA, MATA,
DAN ANGGOTA
GERAK. Membalikkanke Membalikkan ke Membalikkan ke posisi
posisi semula posisi semula pada semula pada putaran
A. Saat diputar putaran ke-4 ke-19

Tangan kedepan, Membalikkan ke Membalikkan posisi


B. Saat kepala posisi semula namun semula respon sangat
dimirngkan mendongkrak respon lambat lambat
4.

Miring ke kanan,
Kaki depan seperti kaki depan dan
mengayuh secara belakang sebelah kiri
CARA bergantian antara masih dapat bergerak Miring ke kanan, gerak
BERENANG kanan dan kiri tetapi kaki belakang kaki melambat
Kaki belakang sebelah kanan tidak
posisi lurus dan beergerak hanya kaki
mendorong kearah depan. Gerakan
depan sudah tidak aktif
(berenang lambat)
5.

DICUBIT Ketika dicubit kaki Ketika dicubit kaki Kaki kanan dan kiri
DENGAN PINSET disembunyikan disembunyikan tidak ada respon
dengan respon dengan respon cepat
cepat

6. Dimulai dari 27©

Reflek mengangkat
kaki kanan pada suhu
Dimulai dari 26© Dimulai dari 25© 35©
SUHU
Reflek Reflek mengangkat
mengangkat kaki kaki kiri pada suhu
kanan pada suhu 41©
39©

7. REAKSI JARI
KAKI SAAT
DIMASUKKAN
KE DALAM AIR 01,16 detik 00,85 detik 01 detik
DENGAN SUHU ±
80©
Analisis Data
Pada percobaan ini, kami melakukan 3 perlakuan terhadap katak. Tiga macam
perlakuan tersebut, yaitu katak dalam keadaan normal, katak spinal atau dalam keadaan sudah
mengalami pengrusakan otak serta katak dalam keadaan yang sudah mengalami pengrusakan
otak dan medulla spinalis. Dari tiga macam perlakuan tersebut didapatkan analisis hasil
pengamatan sebagai berikut.
Pada perlakuan pertama, yaitu katak dalam keadaan normal. Posisi awal saat katak
diletakkan pada papan, kepala masih tegak menghadap ke depan, mata melotot dan anggota
gerak masih aktif dengan respon yang cepat. Pada perlakuan ini, kami menyentuh kornea
pada mata katak. Setelah kornea disentuh, mata katak langsung tertutup dengan cepat, hal itu
menandakan katak masih merespon rangsangan dengan cepat. Frekuensi pernapasan katak
yaitu 95 x per menit. Untuk mengamati keseimbangan katak, kami meletakkan katak pada
papan dengan posisi telentang kemudian mengamati gerakan kepala, mata dan anggota gerak.
Saat papan diputar, katak memberikan respon cepat dengan berusaha membalikkan badan ke
posisi semula yaitu ke arah depan dan saat papan dimiringkan, katak memberikan respon
dengan menggerakkan tangan kedepan, dan kepala katak mendongak. Dalam keadaan normal
ini, katak berenang dengan cara kaki depan bergerak seperti mengayuh secara bergantian
antara kaki kanan dan kiri, sedangkan kaki belakang posisi lurus dan mendorong ke arah
depan, katak berenang dengan keseimbangan yang baik. Saat kami memberi perlakuan
dengan mencubit jari kaki katak, katak merespon cepat dengan menyembunyikan kakinya.
Kami mengamati reaksi katak saat kaki kanan katak dimasukkan dalam air panas dengan
suhu awal 260C, katak memberikan respon dengan bergerak reflek mengangkat kaki kanan
pada suhu 390 C. Saat jari kaki katak dimasukkan ke dalam air panas dengan suhu ± 800 C
selama beberapa detik, katak memberikan respon setelah 01,16 detik.
Pada perlakuan kedua, yaitu katak spinal atau dalam keadaan sudah mengalami
pengrusakan otak, otak katak dirusak dengan cara single pit. Posisi katak pada papan setelah
di single pit kepala miring ke kanan, mata sayu atau menyipit, anggota gerak merespon
lambat. Pada perlakuan ini, kami menyentuh kornea pada mata katak, setelah kornea disentuh
katak menutup mata dengan respon yang lambat. Frekuensi pernapasan katak yaitu 91 x per
menit. untuk mengamati keseimbangan katak setelah mengalami single pit, kami meletakkan
katak pada posisi telentang kemudian mengamati gerakan kepala, mata dan anggota gerak.
Saat papan diputar, katak memberikan respon lambat dengan membalikkan badan ke posisi
semula pada putaran ke-4 dan saat papan dimiringkan, memberikan respon yang lambat
dengan berusaha membalikkan badan ke posisi semula. Dalam keadaan ini, katak berenang
dengan posisi badan yang miring ke kanan, kaki depan dan belakang sebelah kiri masih dapat
bergerak seperti biasanya tetapi kaki kanan sebelah kanan tidak bergerak hanya kaki kanan
depannya saja, gerakan katak juga tidak seaktif seperti keadaan normal. Saat kami memberi
perlakuan dengan mencubit jari kaki katak, katak menyembunyikan kakinya dengan respon
yang masih cepat. Kami mengamati reaksi katak saat kaki kanan katak dimasukkan dalam air
panas dengan suhu awal 250C, katak memberikan respon dengan bergerak reflek mengangkat
kaki kanan pada suhu 410C. Saat jari kaki katak dimasukkan ke dalam air panas dengan suhu
± 800C selama beberapa detik, katak memberikan respon setelah 00.85 detik.
Pada perlakuan ketiga, yaitu serta katak dalam keadaan yang sudah mengalami
pengrusakan otak dan medulla spinalis, otak katak dirusak dengan cara double pit. Posisi
katak pada papan setelah dilakukan double pit kepala agak miring ke kanan, mata sayu atau
menyipit, anggota gerak merespon lambat. Pada perlakuan ini, kami menyentuh kornea pada
mata katak, setelah kornea disentuh katak menutup mata dengan respon yang lambat, lebih
lambat daripada saat dalam keadaan katak spinal dengan perlakuan single pit. Frekuensi
pernapasan katak yaitu 69 x per menit. Untuk mengamati keseimbangan katak setelah
mengalami double pit, kami meletakkan katak pada posisi telentang kemudian mengamati
gerakan kepala, mata dan anggota gerak. Saat papan diputar, katak memberikan respon
lambat dengan membalikkan badan ke posisi semula pada putaran ke-19 dan saat papan
dimiringkan, memberikan respon yang sangat lambat dengan berusaha membalikkan badan
ke posisi semula. Dalam keadaan ini, katak berenang dengan posisi badan yang miring ke
kanan, gerakan kaki katak melambat. Saat kami memberi perlakuan dengan mencubit jari
kaki katak, katak tidak memberikan respon. Kami mengamati reaksi katak saat kaki kanan
katak dimasukkan dalam air panas dengan suhu awal 270C, katak memberikan respon dengan
bergerak reflek mengangkat kaki kanan pada suhu 350C. Saat jari kaki katak dimasukkan ke
dalam air panas dengan suhu ± 800C selama beberapa detik, katak memberikan respon setelah
01 detik.

PEMBAHASAN
Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan
lingkungan amupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (disebut
refleks ranial) atau medula spinalis (disebut refleks spinal) lewat saraf motorik kranial dan
spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks
otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot polos, jatung dan kelenjar.
(Gofur, dkk., 2019). Sistem saraf otonom merupakan saraf yang mengatur organ tubuh yang
bergerak secara otomatis sedangkan sistem saraf somatik bekerja sesuai dengan kesadaran
(Cahyono, dkk., 2009).
Pengamatan terhadap posisi awal pada saat katak diletakkan pada papan, diperoleh data
pada katak normal posisi kepala tegak menghadap ke depan, mata terbuka melotot, dan
anggota gerak masih aktif. Pada katak spinal posisi kepala miring ke kanan, mata menjadi
sayu, menyipit, dan anggota gerak merespon lambat. Lalu pada katak yang sudah di double
pith posisi kepala agak miring ke kanan, mata lebih sayu dan sipit daripada saat di single pith,
dan anggota gerak merespon lebih lambat. Pengamatan refleks kornea mata yang disentuh
oleh kapas, pada katak normal gerak rafleksnya langsung menutup mata secara cepat, pada
katak spinal mata tertutup dengan respon lambat sedangkan pada katak double pith mata
tertutup dengan respon lebih lambat dibandingkan katak spinal. Sentuhan pada kornea mata
katak menimbulkan kontraksi pada bola mata. Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem
saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan pemusatan lensa (Cahyono, dkk., 2009). Gerak refleks
pada katak spinal dan katak double pith mengalami penurunan dibandingkan katak normal
hal ini dikarenakan mulai rusaknya jaringan syaraf motorik kranial dan spinal. Dibandingkan
antara katak spinal dan katak double pith lebih lambat gerak refleksnya pada katak double
pith karena telah mengalami pengerusakan otak dan medulla spinalis sedangkan pada katak
spinal hanya mengalami pengrusakan otak saja.
Kemudian frekuensi nafas/menit pada katak diperoleh hasil katak normal bernafas
sebanyak 95 kali/menit, pada katak spinal bernafas sebanyak 91 kali/menit, sedangkan pada
katak double pith bernafas sebanyak 69 kali/menit. Katak normal umumnya memiliki
frekuensi nafas berkisar antara 88 – 150 kali/menit. Pada katak normal dan katak spinal
frekuensi nafas masih berkisar normal sedangkan pada katak double pith frekuensi nafas
sudah berada di ambang batas normal. Dikarenakan gerakan pada kulit rahang katak saat
bernafas merupakan gerakan spontan yang diatur oleh medulla spinalis sedangkan pada katak
double pith telah terjadi pengrusakan medulla spinalis.
Keseimbangan posisi gerakan kepala, mata, dan anggota gerak katak dihasilkan posisi
kepala mendongak ke atas dan tangan mengarah ke atas dan kaki terlentang ke bawah pada
katak normal dan pada putaran pertama di papan katak sudah membalikkan badan ke arah
kiri. Pada katak spinal kepala mendongak ke atas dengan tangan mengarah ke ats dan kaki
terlentang ke bawah dengan keadaan katak spinal lebih rileks daripada saat normal, kemudian
katak spinal membalikkan posisi sebula ke kiri pada saat putaran papan ke-4. Pada katak
double pith posisi kepala sudah tidak mendongak lagi dengan tangan dan kaki posisi
terlentang dan lebih rileks dibandingkan saat katak spinal. Katak double pith membalikkan
tubuhnya ke arah kiri untuk kembali ke posisi semula pada putaran papan ke-19. Saat katak
dimiringkan di papan, katak normal posisinya tangan ke depan dengan kepala mendongak
dan kembali ke posisi semula dengan capat, pada katak spinal tangan sedikit lebih terlentang
dan kembali ke posisi semula lebih lambat, sedangkan pada katak double pith katak
terlentang dengan keadaan rileks dan membalikkan posisinya lebih lambat daripada katak
spinal. Hal ini dikarenakan sistem saraf spinal katak normal masih berfungsi dengan baik,
saat katak spinal sudah mengalami pengrusakan sedikit dan pada katak double pith sudah
banyak mengalami pengrusakan.
Cara berenang pada katak diatur oleh sistem saraf somatik dalam tubuh. Pada katak
normal cara berenang katak kaki depan seperti mengayuh secara bergantian antara kanan dan
kiri, posisi kaki belakang lurus dan mendorong ke arah depan, tubuh katak normal dapat
mengatur keseimbangan dengan benar saat berada di air. Pada katak spinal tubuhnya miring
ke kanan, kaki depan dan belakang sebelah kiri masih dapat bergerak namun kaki kanan tidak
bergerak, hanya tangannya saja. Gerakan berenang katak spinal mulai pasif dan tidak lagi
seimbang. Pada katak double pith cara berenang katak miring ke kanan, gerak kakinya juga
melambat, katak berenang secara pasif (lebih banyak diam), tidak berenang jika tidak diberi
rangsangan langsung dan keseimbangan tubuh berkurang.
Saat diberi perlakuan dicubit dengan pinset, kaki katak normal disembunyikan dengan
respon yang cepat. Pada katak spinal kakinya disembunyikan dengan respon cepat namun
tidak secepat katak normal. Pada katak double pith tidak ada respon dari kedua kaki katak
walaupun pencubitan sudah maksimal.
Perendaman kaki katak normal dalam air yang dipanaskan dimulai dari suhu air 26 oC dan
katak bereaksi mengangkat kaki kanan pada suhu 39oC. Pada katak spinal suhu awal air
sebelum pemanasan adalah 25oC dan katak refleks mengangkat kaki kiri pada suhu 41oC.
Sedangkan pada katak double pith suhu awal air sebelum dipanaskan adalah 27oC dan kaki
kanan pada suhu 35oC. Pada katak double pith seharusnya gerak refleknya semakin
merambat, namun pada data pengamatan kami gerak refleks kaki katak double pith paling
cepat diantara katak normal dan katak spinal. Hal ini mungkin terjadi karena saat pengamatan
suhu kaki katak dalam air yang dipanaskan waktu praktikum sudah hampir habis dan anggota
kelompok kami yang melakukan pengamatan sedikit tidak teliti dan teledor dalam mengamati
gerak refleksnya.
Pengamatan reaksi kaki katask saat dimasukkan ke dalam air dengan suhu ±80oC, kaki
katak normal refleks mengangkat setelah 1,16 detik, pada katak spinal kaki katak refleks
mengangkat setelah 0,85 detik, sedangkan pada katak double pith kaki katak refleks
mengangkat setelah 1,00 detik. Apabila dengan suhu air yang sama seharusnya katak normal
memiliki gerak refleks paling cepat diantara katak spinal dan katak double pith dikerenakan
sistem saraf refleksnya yang masih berfungsi normal. Namun, terdapat beberapa kesalahan
yang mungkin terjadi yaitu, suhu air tidak selalu ±80oC karena semakin tinggi suhu air maka
gerak refleks yang terjadi pada kaki katak akan semakin cepat. Lalu mungkin terjadi kurang
tanggapnya anggota kelompok yang memegang stopwatch sebagai penunjuk waktu saat katak
tersebut mengangkat kakinya.
KESIMPULAN
Dari praktikum ini, diketahui bahwa :
1. Refleks yang dikendalikan oleh otak atau saraf kranial : refleks cerebellar yang
melibatkan otak kecil, sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kerja otak, dan
koordinasi kerja otot dan rangka. Contoh gerakan yang dikendalikan otak adalah
frekuensi pernafasan, gerakan kepala, kekenyalan otot, cara berenang, dan gerak
tungkai depan dan belakang.
2. Refleks yang yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal :
refleks yang mengatur refleks somatik dan autonomik. Contoh gerakan yang
dikendalikan oleh safar spinal adalah dicubit, perubahan mata, dan refleks saat kaki
dimasukkan air panas.
DAFTAR PUSTAKA
Ghofur, dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia. Malang: FMIPA
Biologi UM.
Lasinrang.2014.Laporan Praktikum Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Saraf Reflek.
Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Tiur. 2014. Gerak Refleks Pada Katak. Medan:Universitas Sumatra Utara.
Wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Yogyakarta:Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai