Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

OLEH:
RABIYATHUL ADAWIYAH ABBAS
1906050080

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk Mengetahui Fungsi dan Gerak refleks katak ketika
dihilangkan bagian saraf pusatnya seperti serebulum, medulla oblongata kemudian
mengamati rekasi yang timbul. Pada Pengamatan ini dilakukan terhadap, katak normal,
katak decereberasi, dan katak spinal
II. DASAR TEORI
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf
tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Pada tingkat yang paling
sederhana, organisasi sistem saraf hanya tersusun atas sebuah neuron dengan dendrit dan
akson. Meskipun masih sangat sederhana, dengan susunan sistem saraf yang demikian
ternyata hewan mampu menanggapi berbagai perubahan di lingkungannya. Neuron
tersusun dalam sirkuit yang terdiri dari dua atau atau lebih jenis fungsional. Sirkuit
neuron yang paling sederhana hanya melibatkan sinapsis antara dua jenis neuron, neuron
sensoris dan neuron motoris. Tiap neuron sensoris mengirimkan sinyal dari reseptor
sensoris ke neuron motoris, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke efektor. Hasilnya
adalah suatu respons otomatis yang sederhana disebut refleks.
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi
rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada
sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberikan
rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot
umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan
berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya.

Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls. Impuls
dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain dengan
melintasi sinaps. Komunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya
atau dengan otot dan kelenjar melalui proses transmisi sinaptik. Terdapat dua jenis
transmisi sinaptik: transmisi sinaptik elektrik dan kimiawi. Pada transmisi sinaptik
terjadi hubungan dimana akson dari suatu neuron sel presinaps akan berhubungan
dengan dendrit dan akson neuron postsinaps (Halwatiah, 2009).
Menurut Campbell (2004), fungsi utama sistem saraf adalah :
a. Untuk mendeteksi, menganalisa, menggunakan, dan menghantarkan semua
informasi yang ditimbulkan oleh rangsang sensoris dan perubahan mekanis dan
kimia yang terjadi di dalam lingkungan internal dan eksternal.
b. Untuk mengorganisir dan mengatur, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, sebagian terbesar fungsi tubuh, terutama kegiatan endokrin.
Menurut Tika (2011), ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf,
yaitu:
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.
Seperti halnya pada hewan berderajat tinggi, susunan syaraf pusat katak dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu prosensepalon, mesensefalon, rombesefalon, dan medulla
spinalis. Lebih lanjut prosensefalon dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu telensefalon dan
diensefalon.  Telensefalon setelah masa embriona akan berubah menjadi serebrum. Daerah
serebrum merubah pangkal dari saraf otak I (nervus olfaktorius) dan saraf otot II (nervus
optikus).
Bagian kulit serebrum (kortek serebri) terdiri atas berpuluh-puluh area dengan fungsi
yang berbeda-beda, antara lain sebagai pusat sensorik, pusat motorik, pusat asosiasi, pusat
kesadaran, pusat penerimaan ransang penglihatan, pusat pengaturan tingkah laku dan pada
hewan yang berderajat lebih tinggi, juga merupakan pusat reflek bersyarat.
Bagian otak lain berkembang menjadi serebellum, medula oblongata dan medula spinalis.
Serebellum merupakan otak pengendali keseimbangan tubuh serta  gerakan tubuh. Medulla
oblongata mengatur pusat syaraf otonom berupa kendali pernafasan, mengatur system
kardiovaskular, fungsi gastrointerstinal, mengatur gerakan tubuh yang stereotipi, keseimbnagan
dan gerakan mata, serta medulla spinalis yang terletak memanjang disepanjang tulang belakang
memegang kendali refleks tubuh.
Pada dasarnya, system-sistem organisme bekerja secara selaras dan teratur dalam
menyelenggarakan aktivitas metabolisme tubuh secara keseluruhan. Untuk mengontrol dan
mengatur kerja system organ tubuh kita memiliki suatu system yang dikenal sebagai system
koordinasi atau system syaraf.
Untuk mengetahui cara kerja dan fungsi sistem saraf maka dilakukan percobaan dengan
lebih awal mengamati aktivitas normal pada katak kemudian untuk mempelajari fungsi dari suatu
organ atau suatu sistem dapat diketahui dengan cara melakukan rangsangan (stimulasi) atau
penghambatan (inhibisi) pada organ atau sistem tersebut dan dengan cara menghilangkan bagian-
bagian dari organ atau sistem, kemudian diamati aktivitas fungsional organ atau sistem yang
hilang dan dilanjutkan pengamatan deserebrasi, dan spinal.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Katak
b. Baskom
c. Dulang
d. Stopwatch,
e. Tali
f. Air
g. Gunting
h. Pingset
i. sarung tangan
IV. PROSEDUR KERJA

Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

a. Katak normal

1. Diletakkan katak dengan posisi normal pada dulang. diamati sikap badan sudut
antara kepala dengan lantai dan sikap kaki

2. Diamati kondisi kelopak mata

3. Diamati sikap refleks bangkit

4. Diamati gerakan spontan dilakukan dengan cara mengagetkan katak


5. Dimasukan katak kedalam wadah berisi air dan diamati cara mengambang dan
berenang meliputi kaki depan

6. Diamati reaksi terhadap pengangkatan tiba-tiba dengan diletakan katak pada


dulang dan diangkat papan beserta kataknya secara tiba-tiba . Diamati arah
kepala, sikap badan, dan sikap kaki

7. Diletakan katak pada dulang dan diputar dulangnya . diamati arah kepala, sikap
badan, dan sikap kaki.
8. Dihitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara dilihat pada bagian leher
9. Dihitung frekuensi denyut jantung per menit dengan cara dilihat pada bagian
dada
b. Diikat erat-erat kaki pada katak dengan tali kemudian diulangi prosedur 1-9
c. Katak Desebrasi
1. Dipotonglah Bagian atas rahang katak dengan batas pemtotngan tepat didepan
membrane timpani. Diamkan selama 5 menit.
2. Diulangi prosedur 1-9
d. Katak Spinal
1. Dirusaklah cerebulum dan medulla oblongata dengan ditusukan jarum 1cm
kebelakang dari tempat pemotongan terakhir. Diputarlah jarum untuk merusak
saraf.
2. Diulangi prosedur 1-9
V. HASIL PENGAMATAN
NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
A Katak Normal
1. Posisi normal Kepala mendonga Alat gerak tungkai depan : terlipat dan jari-jari terbuka Alat gerak
tungkai belakang : terlipat dan jari-jari terbuka
2 Kondisi kelopak mata Melotot dan bulat
3 Sikap refleks bangkit Cepat
4 Gerakan spontan (dikagetkan) Melompat
5 Cara berenang Menggunakan 2 kaki dan tangan
6 Pengangkatan tiba-tiba Diam ditempat
7 Pemutaran dulang Ikut berputar
8 Frekuensi pernapasan 120 permenit
9 Frekuensi denyut jantung 75 permenit
B Katak Desebrasi
1 Posisi normal Sikap badan normal
2 Kondisi kelopak mata -
3 Sikap refleks bangkit Agak lama
4 Gerakan spontan (dikagetkan) Sedikit bergerak
5 Cara berenang Tidak bergeark
6 Pengangkatan tiba-tiba diam
7 Pemutaran dulang Sedikit bergerak
8 Frekuensi pernapasan 40 permenit
9 Frekuensi denyut jantung Tidak terlihat
C Katak Spinal
1 Posisi normal lemas
2 Kondisi kelopak mata -
3 Sikap refleks bangkit -
4 Gerakan spontan (dikagetkan) -
5 Cara berenang -
6 Pengangkatan tiba-tiba -
7 Pemutaran dulang -
8 Frekuensi pernapasan -
9 Frekuensi denyut jantung -
Ulangi prosedur 1-9

VI. PEMBAHASAN

Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah gerak refleks merupakan gerak
yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini
disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Sistem saraf
pusat sebagai pengendali gerak refleks merupakan sebuah mekanisme yang terjadi pada
makhluk hidup, salah satunya katak sebagai bentuk pertahanan diri dari berbagai
rangsangan yang diberikan. Apabila suatu saraf diberi rangsangan, maka sel saraf akan
merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf
yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf.
Pada pengamatan ini menggunakan katak (Rana cancarivora) sebagai sampel
dalam mengamati berbagai gerak refleks. Pengamatan pertama menggunakan katak
normal, pengamatan kedua dengan katak deserebrasi, dan pengamatan ketiga dengan
katak spinal.
a. Katak normal

Pada pengamatan katak normal, beberapa rangsangan yang diberikan akan


menghasilkan gerak refleks yang dikendalikan oleh otak dan sumsum tulang
belakang. Data-data yang didapatkan adalah saat posisi normalnya, mata melotot
dan bulat, kepala dalam keadaan posisi mendongak, dan alat geraknya pada tungkai
depan dan tungkai belakang melipat. Cara berenang pada katak normal adalah
dengan menggunakan tungkai depan dan tungkai belakangnya

Pada pengangkatan tiba tiba katak tidak melakukan respon pergerakan


namun pada saaat di beri gerakan spontan dengan dikagetkan katak merespon
dengan melompat. Pada keseimbangan katak setelah diputar yaitu mata tetap
melotot dan bulat, kepala mendongak, dan alat geraknya yaitu tungkai depannya dan
tungkai belakangnya tetap melipat, sedangkan ketika dimiringkan matanya menjadi
normal, kepala mendongak, dan pada alat geraknya yaitu tungkai depannya
terangkat dan tungkai belakangnya melipat serta menempel pada dulang . Frekuensi
pernapasannya sangatlah cepat yaitu 120 kali dalam 1 menit hitungan dan frekuensi
denyut jantungnya 75 permenit .
b. Katak Deserebrasi
Pengamatan kedua dilakukan pada katak decerebrasi (cerebrumnya telah hilang)
dengan cara memotong secara cepat otak yang berada dibelakang. Secara sekilas
tidak ada perbedaan yang begitu mencolok dengan katak pada saat keadaan normal.
Namun setelah menunggu sekitar 5 menit, sehingga katak terlepas dari keadaan
shock maka akan tampak perbedaan pada postur badan katak tersebut. Perut katak
akan mengempis dengan seketika. Akan tetapi katak masih dapat sedikit melompat.
Bila katak dimiringkan maka katak dapat kembali ke posisinya. Pada saat pemutaran
dulang katak mengalami sedikit pergerakan . Kemampuan katak untuk berenang
tidak terlihat karena katak hanya terdiam terlepas dari keadaan habisnya darah karena
cerebrum yang di hilangkan. Pengamatan selanjutnya adalah frekuensi nafas didapat
40 kali/menit. Frekeunsi denyut jantung sulit terlihat. Dilihat dari keseluruhan hasil
pengamatan pada katak deserebrasi ini dapat diketahui bahwa katak mengalami
penurunan frekuensi pernafasan akibat dari hilangnya cerebrum (otak besar) katak.
c. Katak Spinal
Pengamatan selanjutnya adalah pada katak spinal. Pembedahan dilakukan dengan
cara mengorek serebellum dan medulla oblongata ke kiri dan ke kanan. Katak
langsung menunjukkan perubahan yang drastis. Tanpa harus menunggu waktu
shocknya, katak langsung tergulai lemah. Bahkan untuk sesaat akan terlihat seperti
mati. namun setelah beberapa lama katak tampak memberikan sedikit respon berupa
gerakan pada kaki. Bila dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air maka katak
tampak akan tenggelam.
Semua hasil pengamatan ini berkaitan dengan rusaknya serebellum dan medulla
oblongata. Serebellum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Menurut Aji, (2009)
Serebellum pada katak mereduksi, karena aktivitas otot relative berkurang. Sumsum
tulang belakang (medulla oblongata) berfungsi menghantarkan impuls yang datang
dari medulla spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks
fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi juga
mengatur gerak refleks lainnya.
VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dengan mengamati reaksi yang timbul pada katak yang
diberi perlakuan berbeda terlihat bahwa Refleks yang dikendalikan oleh otak adalah refleks
cerebellar (melibatkan otak kecil) yang dimana otak kecil ini berperan sebagai pusat
keseimbangan, koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka dan fungsi
serebrum adalah kesadaran, gerakan spontan, posisi istirahat, dan rasa nyeri. Fungsi medulla
oblongata adalah sebagai pengendali pernafasan. Serebellum berperan dalam keseimbangan.
Sedangkan Medulla spinalis berperan dalam refleks.
DAFTAR PUSTAKA

Nature. 2012. Blog Nature. Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali.


http://nature.blogspot.com/2012/08/sistem-saraf-pusat-sebagai-pengendali.
Hendra. 2011. Blog Hendra. Modul Praktikum Fisiologi Hewan.
http://hendrasusantofaal.blogspot.com/2011/03/modul-praktikum-fisiologi-
hewan-jurusan.

Anda mungkin juga menyukai