Oleh :
MUHAMMAD PANCA INDRA
2032111025
[FISWAN 4A]
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini berisi
tentang praktikum pengamatan Sistem Eksresi Analisis Urin. Praktikum ini
dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan bertujuan untuk
mendiagnosa kesehatan sistem ekskresi melalui analisis kimia urin dan melakukan
pengujian kandungan urin dengan baik dan benar. Laporan ini mengandung
beberapa informasi penting seperti tujuan praktikum, metodologi pengamatan,
kriteria pengamatan, hasil pengamatan, dan faktor yang mempengaruhi hasil.
Semua informasi ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang
lebih baik tentang praktikum pengamatan sistem eksresi analisis urin. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Pembimbing Praktikum yaitu Ramadani S.Si.
yang telah membimbing jalannya praktikum dan juga rekan rekan sekelompok yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum ini. Laporan praktikum
diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang
praktikum pengamatan sistem eksresi analisis urin. Kami menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari sempurna, namun kami berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Uji pH ........................................................................................................ 7
ii
F. Uji Protein ................................................................................................. 8
LAMPIRAN ......................................................................................................... 13
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.4 Manfaat
Manfaat dari adanya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi praktikan
2) Bagi penelitian
3) Bagi masyarakat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Secara umum, sifat fisik urine yang tampak dan relatif mudah diobservasi
meliputi : warna, bau, pH (alkalinitas), berat jenis, dan volume rata-ratanya
1. Warna
Urine normal berwujud encer berwarna kuning pucat. Warnanya berubah-ubah
dengan jumlah dan konsentrasi urine yang dikeluarkan. Urine segar biasanya jernih
dan menjadi keruh jika didiamkan. Pigmen utamanya adalah urokrom, tetapi juga
terdapat sejumlah kecil urobilin dan hematoporfin. Saat demam, terjadi pemekatan
urine, urine menjadi kuning tua hingga kecoklatan.
2. Bau
Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika didiamkan. Bau
ini dapat bervariasi sesuai dengan makanan yang dikonsumsi, misalnya : aspargus
memberikan bau metil merkaptan, pada ketosis ditemukan bau aseton.
3. Alkalinitas (pH)
Urine normal cenderung asam dengan pH antara 4,8 – 7,5
4. Berat jenis
Berkisar antara 1,003–1,030 dan bervariasi menurut konsentrasi zat yang terlarut
dalam urine.Jumlah urin normal rata-rata 1 sampai 2 liter sehari, tetapi berbeda-
beda sesuai jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila
terlampau banyak protein yang dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang
diperlukanuntuk melarutkan urea. Urin normal berwarna bening orange pucat tanpa
endapan, Baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-
rata 6, berat jenisnya berkisar dari 1.010 sampai 1.025 (Pearce. E. C, 2009).
Pemeriksaan urine rutin bermanfaat dalam menunjang diagnosis kondisi
urologis seperti infeksi saluran kemih dan malignansi, meliputi: kimia (berat jenis,
Ph, leukosit esterase,nitrit, albumin, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin, darah),
sedimen mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitel sel, bakteri, Kristal),
makroskopis (warna dan kejernihan).
2
BAB III
METODOLOGI
4) Pada uji pH, urin dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu diukur pH-nya dengan
indikator universal pH dan dicocokkan.
3
5) Pada uji amonia, urin 2 mL diletakkan dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan
diatas pembakar spiritus hingga mendidih dan dicium ada bau atau tidaknya.
9) Pada uji albumin, 5 mL asam nitrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 5 tetes urin. Kemudian didiamkan selama 5 menit dan diamati
ada atau tidaknya terbentuk seperti lapisan cincin putih dengan skala
(+,++,+++). Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel Hasil
pengamatan.
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1 Hasil Pengamatan
++ : Sedang
+++ : Banyak
- : Tidak ada
5
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pengamatan yang telah dilakukan didapatkan
hasil pada tabel 1 , dapat dilihat pada tabel bahwa urine yang diamati pada setiap
praktikan memililki perbedaan yang dipengaruhi oleh beberapa hal pada saat
pengujian diantaranya tampilan urine, pigmen empedu, pH, uji amonia, uji glukosa,
uji protein, uji ion klorida, dan uji albumin.
6
kandung empedu yang memiliki panjang sekitar 5-7 cm dan merupakan membran
berotot. Kandung empedu terbagi ke dalam sebuah fundus, badan dan leher. Cairan
empedu yang berwarna hijau tua berasaldari bilirubin yang merupakan pigmen
empedu. Bilirubin ini terbentuk dari penguraianhemoglobin, asam-asam
empedu, dan kolesterol. Adanya bilirubin ini dapat dibuktikan dengan reaksi
gmelin sehingga diperoleh hasil positif yang menghasilkan turunan yang
berwarna yang ditandai dengan adanya banyak fase yang terbentuk yang terdiri dari
berbagai warna ( Poedjiadi A 2014 ).
C. Uji pH
D. Uji Amonia
7
urin adalah normal dikarenakan menghasilkan aroma ammonia meskipun tingkat
aromanya berbeda beda.
E. Uji Glukosa
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa urin yang dihasilkan oleh
ketiga praktikan adalah negatif mengandung glukosa. Pada urin orang yang normal,
setelah pencampuran dengan reagen benedict dan dilakukan pemanasan, urin akan
berwarna hijau bening dan tidak ada endapan (negatif glukosa). Hal ini menunjukan
bahwa dalam urin tersebut tidak mengandung bahan-bahan lain yang masih
dibutuhkan oleh tubuh (glukosa) atau sedikit sekali terhadap resiko penyakit
misalnya diabetes melitus dan yang lainnya (Wilmar, 2013). Oleh karena itu, jika
dihubungkan dengan teori ini maka ketiga sampel urin dapat diindikasikan normal
dan sedang berada dalam keadaan yang sehat. Uji glukosa urin metode ini kurang
spesifik karena ada beberapa zat yang dapat menyebabkan hasil positif palsu, antara
lain fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, formalin, glukoronat serta
pengaruh obat antara lain streptomisin, salisilat kadar timggi, vitamin C hal ini
karena vitamin C adalah asam askorbat yang dapat mereduksi cuprisulfat menjadi
cuprosulfat, selain itu pemanasan yang terlalu lama dan hasil reaksi yang tidak
segera dibaca menyebabkan hasil menjadi positif lebih tinggi (GandaSoebrata. R,
2007).
F. Uji Protein
8
zat yang masih berguna bagi tubuh akan ikut terbuang salah satunya adalah protein.
Keberadaan protein dalam urin secara sederhana dapat di deteksi menggunakan uji
asam asetat. Hasil pengujian ini akan menunjukkan secara jelas keberdaan dan
kadar protein urin secara kualitatif.Oleh karena itu, jika dihubungkan dengan teori
ini maka ketiga sampel urin dapat diindikasikan normal dan sedang berada dalam
keadaan yang sehat.
H. Uji Albumin
9
oleh ketiga praktikan dalam keaadaan normal dan tidak endapan berwarna putih
karena urin tersebut berasal dari ginjal yang normal yang tidak memiliki
kelainan.ataupun riwayat penyakit seperti diabetes Untuk urin yang terlihat adanya
cincin berwarna putih walaupun sedikit disebabkan oleh adanya protein yang
terkandung dalam urin.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengujian dan
analisis urine dapat diperoleh banyak informasi tentang kesehatan ekskresi
seseorang. Beberapa komponen dalam urin yang diukur termasuk tampilan warna,
kejernihan, pH, amonia, pigmen empedu, kadar gula, kadar protein, ion klorida dan
albumin memberikan hasil analisis yang dapat memberikan petunjuk tentang
berbagai kondisi medis seperti infeksi saluran kemih, diabetes, gangguan ginjal,
gangguan hati, dan penyakit autoimun. Pengujian kandungan urin yang dilakukan
dengan baik dan benar dapat memberikan informasi yang penting tentang kesehatan
pasien. Proses pengujian yang benar harus memperhatikan faktor-faktor seperti
kebersihan, kualitas sampel, teknik analisis yang tepat, dan interpretasi hasil yang
akurat. Namun, hasil analisis urin harus diinterpretasikan dengan hati-hati dan tidak
boleh menjadi satu-satunya faktor yang digunakan untuk membuat diagnosis
kesehatan seseorang.
5.3 Saran
Saran untuk praktikan untuk memahami lebih mendalam tentang metode
percobaan dengan baik dan teliti saat mengamati perubahan warna , serta endapan
endapan yang terbentuk pada saat melakukan percobaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Risna (2014) ‘Jurnal Urinalisa’, Unimus Repository, pp. 6–15. Available at:
http://repository.unimus.ac.id.
Tangkin CP, Mongan AE, Wowor MF. 2016. Gambaran urin pada pasien
tuberkolosis paru dewasa di RSUP Prof Dr R D Kandou Manado. Jurnal
e-Biomedik (eBM) 4(2): 1-7.
12
LAMPIRAN
13
Lampiran 2 Pengujian Tampilan urine
14
Lampiran 3 Pengujian pH urine
15
Lampiran 5 Uji Amonia
16
Lampiran 7 Uji Protein
17
Lampiran 9 Uji Albumin
18