Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

SISTEM SEKRESI

KEGIATAN 12 & 13

UJI FISIK URINE DAN MORFOLOGI GINJAL

Oleh :

Nama : Novita Ardian Krisgiyanti

NIM : 19304244007

Kelompok : 04 (Empat)

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
I. Judul
Uji Fisik Urine dan Morfologi Ginjal

II. Tujuan
Tujuan Kegiatan
1. Mengamati warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine.
2. Mengamati struktur anatomi makroskopis ginjal Mammalia (kambing).
Kompetensi khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan dan menerangkan pemeriksaan warna urine.
2. Mahasiswa dapat melakukan dan menerangkan kejernihan urine.
3. Mahasiswa dapat melakukan dan menerangkan derajat keasaman (pH) urine.
4. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan stuktur anatomi makroskopis ginjal
Mammalia (kambing).
5. Mahasiswa dapat menerangkan bagian-bagian ginjal Mammalia (kambing).

III. Alat dan Bahan


1. Urine
2. Ginjal kambing
3. pH meter
4. Tabung reaksi
5. Bak parifin
6. Alat seksi yang terdiri atas: Skalpel, pinset, klem, penusuk, dan gunting.
7. Alat tulis yang terdiri atas: pensil, penghapus, dan kertas.

IV. Cara Kerja


Uji Fisik Urine

Masukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml urine.

Kemudian amati warna urine dengan cara menerawangkan tabung yang berisi urine tersebut
kearah datangnya sumber cahaya dan posisi tabung agak dimiringkan.

Setelah diamati warna dan kejernihan urine, lalu diamati juga pH urine dengan
Masukkan ujung pH meter kedalam urine lalupH
menggunakan tunggu dan bandingkan warna pH urine
meter.
dengan skala pH.
Amati dan tulis di dalam laporan sementara.

Mengamati Morfologi Ginjal

Siapkan ginjal kambing yang segar dan alat seksi.

Letakkan ginjal kambing di atas bak parifin, kemudian belah ginjal.

Amati struktur anatomi bagian luar ginjal, lalu kemudian bagian dalam ginjal

Gambar struktur anatomi ginjal baik bagian luar dan dalam ginjal dengan menggunakan
pensil di laporan sementara.

V. Hasil
No Nama Warna urine Kejernihan urine pH urine
1. Desfita Kuning bening Jernih 7
2. Novita Kuning bening Jernih 6
3. Amanda Kuning bening Jernih 6
4. Diana Kuning bening Jernih 6

VI. Pembahasan
Berdasarkan praktikum uji fisik urine dan morfologi ginjal dengan tujuan mengamati
warna, kejernihan, derajat keasaman (pH) urine serta mengamati struktur anatomi
makroskopis ginjal mammalia (kambing) yang dilakukan pada tanggal 5 Maret 2020
bertempat di Laboratorium Zoologi diperoleh hasil bahwa, Sistem urinaria terdiri atas ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Sistem ini membantu mempertahankan homeostasis
dengan menghasilkan urin yang merupakan hasil sisa metabolisme. Ginjal yang
mempertahankan susunan kimia cairan tubuh melalui berbagai proses yaitu: (1) filtrasi
glomerular, yaitu filtrasi plasma darah oleh glomerulus (2) reabsorbsi tubular, yaitu
melakukan reabsorbsi secara selektif zat-zat seperti garam, air, gula sederhana, asam amino
dari tubulus ginjal ke kapiler peritubular., dan (3) sekresi tubular, sekresi zat-zat dari kapiler
darah ke dalam lumen tubulus. Proses sekresi mengikutsertakan penahanan kalium, asam
urat, amino organik, dan ion hidrogen, yang berfungsi untuk memperbaiki komponen buffer
darah dan mengeluarkan zat-zat yang mungkin merugikan (Soewolo, 2005: 321).
Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke tulang
luarnya cembung, pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum.
Beratnya lebih kurang 150 gram sebuah, namun saat praktikum tidak dilakukan penimbangan
untuk memastikannya. Di atas sebuah ginjal terdapat supra renalis. Ginjal kanan lebih
pendek dan lebih tebal dari yang kiri. Pada saat pengamatan, ginjal yang diamati hanya 1
buah, tidak satu pasang, jadi praktikan belum dapat membuktikan sendiri jika ginjal kanan
lebih pendek dan tebal. Setiap ginjal dipisahkan di sebelah luar, bagian korteks warnanya
lebih terang, yang dibentuk oleh massa berbentuk bulat disebut glomerulus. Di sebelah
dalam, bagian medula yang warnanya relatif lebih gelap, tersusun atas 6 sampai 18 massa
berbentuk piramid yang disebut piala ginjal. Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilum
dan berakhir di kalises ginjal yang menghubungkan dengan pelvis ginjal. Pelvis membentang
terus dari badan ginjal sampai ke ureter, suatu tabung dengan otot polos pada dindingnya
yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing. Otot polos pada dinding kandung
kencing berkontraksi secara refleks (Nangsari, Nyayu Syamsiar, 1988:178).
Korpuskula renalis terdiri atas glomerulus dan dikelilingi oleh kapsul yang dinamakan
kapsula Bowman. Glomerulus adalah jaringan kapiler khusus yang tumbuh dari cabang arteri
renalis disebut arteriole renalis aferen. Kapiler-kapiler bersama-sama berkumpul membentuk
arteriole renalis eferen, yang membawa darah keluar dari glomerulus ke daerah tubulus
renalis dimana punjungnya membentuk jaringan kapiler yang luar biasa disebut kapiler
peritubuler (Nangsari, Nyayu Syamsiar, 1988:178).
Arteriole eferen glomerulus bukannya arteriole khusus dan secara keseluruhan
diameternya biasanya dua kali arteriole eferen, ini disebabkan tunika media pembuluh aferen
banyak lapisan substansi otot polos, tetapi lumen arteriole aferen besar kemungkinan sama
dengan arteriole eferen pada kebanyakan unti glomerulus (Nangsari, Nyayu Syamsiar,
1988:178).
Modifikasi lebih lanjut termasuk sekelompok sel-sel yang tidak biasa di dalam tunika
media sebelum arteriole ini memberikan reaksi kepada glomerulus; sel-sel dikenal sebagai
juxtaglomerulus, sebab sel-sel tersebut dekat berbatasan dengan glomerulus. Sel-sel
juxtaglomerulus terlihat di dalam produksi substansi kimia renin (Nangsari, Nyayu Syamsiar,
1988: 179).
Kapsula bowman adalah permulaan dari tubula renalis, dan tidak dikeluarkan oleh
glomerulus. Lapisan viseral kapsula melekat erat dengan glomerulus. Lapisan ini mempunyai
sekelompok sel-sel disebut podosit yang membentuk celah pori-pori untuk menjaga
masuknya molekul-molekul besar darah ke dalam kapsula Bowman. Akibatnya, struktur
kompleks yang mengelilingi glomerulus, yaitu filtrasi secara selektif memilih dan hanya
molekul-molekul kecil saja yang dapat melalui filter. Ruangan-ruangan di antara dua lapisan
yang berisi cairan dan material yang telah disaring oleh glomerulus; cairan ini dinyatakan
sebagai filter glomerulus. Tubulus renalis dimulai di dalam kapsula Bowman dari sini tubulus
jalannya berkelok-kelok dan dikenal sebagai kelokan pertama atau tubula proksimal dan
sesudah itu terdapat sebuah simpai disebut simpai Henle (Loop Henle). Kemudian tubula itu
berkelok-kelok lagi, kelokan kedua disebut tubula distal, yang bersambung dengan tubula
penampung yang berjalan melintasi korteks dan medula, berakhir di puncak salah satu
piramida, pada saat pengamatan terlihat adanya struktur piramida tersebut (Nangsari, Nyayu
Syamsiar, 1988:179).
Struktur ginjal
1. Korteks renalis
Korteks renalis merupakan bagian luar ginjal yang berwarna merah cokelat atau
relatif lebih terang dibandingkan dengan medula, terletak langsung di bawah kapsula fibrosa
dan berbintik-bintik. Bintik-bintik pada korteks renalis karena adanya korpuskulus renalis
dari Malphigi yang terdiri atas kapsula Bowman dan glomerulus.
1. Kapsula Bowman
Kapsula Bowman merupakan permulaan dari saluran ginjal yang meliputi glomerulus.
2. Glomerulus
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh-pembuluh darah pada ginjal. Secara fisiologis
pada glomerulus terjadi filtrasi darah untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak digunakan
tubuh.
3. Tubulus renalis
Tubulus renalis merupakan bagian korteks yang masuk ke dalam medula di antara piramida
renalis, sering disebut kolumna renalis (Bertini).
Glomerulus dan tubulus ginjal menyusun nefron (nephron) yang berperan sebagai unit
ungsional terkecil dalam pembentukan urin. Kapsula Bowmani dari glomerulus merupakan
tempat filtrasi darah, kemudian cairan hasil filtrasi (ultrafiltrat) melewati tubulus ginjal dan
akhirnya terbentuk urine (Heru dan Tri, 2013: 45)
2. Medula renalis
Medula renalis terletak dekat hilus, sering terlihat berupa garis-garis putih oleh karena
adanya saluran-saluran yang terletak dalam piramida renalis. Tiap piramida renalis
mempunyai basis yang menjurus ke arah korteks dan apeksnya bermuara ke dalam kaliks
minor sehingga menimbulkan tonjolan yang disebut papila renalis, pada papil ini terdapat
lubang-lubang keluar dari saluran-saluran ginjal sehingga disebut lamina kribrosa (jumlah
duktus papilaris ginjal kurang lebih 18-20 buah). Jaringan medula dari piramida renalis ada
yang menonjol masuk ke dalam jaringan korteks disebut fascilus radiatus ferreini. Saluran-
saluran di dalam medula lengkung Henle (pars ascenden dan pars descenden), duktus
koligentes, dan duktus Bellini (duktus papilaris) (Mashudi, Sugeng, 2011:82).
Fisiologi Ginjal
Homeostasis di dalam cairan ekstraseluler ada hubungannya dengan fisiologi ginjal.
Ada 4 aktivitas dasar yaitu ultrafiltrasi selektif, penyerapan, sekresi, dan proteksi. Aktivitas
pertama disebabkan oleh tekanan darah tinggi relatif di dalam glomerulus, memaksa plasma
darah melalui membran selektif, membentuk ultra filter darah disebut glomerular filtrat.
Glomerular filtrat akan diproses oleh nefron melalui aktivitas penyerapan dan sekresi.
Sedangkan terakhir menyebabkan pembentukan urine, nefron telah selesai mengembalikan
material yang berguna ke dalam darah dari filtrat. Sisa-sisa dari semua aktivitas ini adalah
urine. Semua aktivitas ini juga melindungi dan membantu menjaga sistem seluruhnya. Ginjal
membentuk substansi kimiawi, seperti renin, melindungi tubuh dengan cara khusus
(Nangsari, Nyayu Syamsiar, 1988:180).
- Filtrasi glomerulus
Glomerulus merupakan berkas kapiler dimana darah dibawa ke arteriole eferen dan
disalurkan oleh arteriole eferen. Keadaan demikian diperlukan untuk menjaga relatif
tingginya tekanan darah melalui loop kapiler glomerulus. Tekanan hidrostatis di dalam
kapsula Bowman rendah, dinding kapiler dan lapisan bagian dalam kapsul tipis dan
permeabel. Konsekuensinya, glomerulus sebagai alat penyaring mendorong air dan larutan-
larutan keluar aliran darah masuk ke dalam kapsular tubula renalis. Plasma yang berisi semua
garam, glukosa, dan benda-benda halus lainnya, disaring. Sel dan protein plasma yang terlalu
besar untuk menembus pori saringan tetap tinggal dalam aliran darah.
Lebih dari 500 mililiter darah masuk ke dalam masing-masing ginjal setiap menit, tetapi
jumlah yang disaring tergantung pada faktor-faktor seperti tekanan darah glomerular dan
permeabilitas kapiler serta dinding kapsula. Jumlah urine yang dibentuk 120 ml per menit
kira-kira 170 liter dalam 24 jam, tetapi hanya 1 sampai 1,5 liter urine dilepaskan setiap hari
(Nangsari,Nyayu Syamsiar.1988:181).
- Penyerapan kembali
Cairan yang telah disaring, yaitu filtrat glomerulus, mengalir melalui tubula renalis
dan sel-selnya menyerap semua bahan-bahan yang diperlukan tubuh dan yang tidak berguna
ditinggalkan. Dengan mengubah-ubah jumlah yang diserap atau ditinggalkan dalam tubula,
maka sel dapat mengatur susunan urine di satu pihak dan susunan darah di lain pihak. Dalam
keadaan normal semua glukosa diabsorbsi kembali; air sebagian besar diabsorbsi kembali,
kebanyakan produk yang tidak berguna dikeluarkan. Dalam keadaan tertentu tubula
menambah bahan pada urine. Sisa penyerapan akan dikembalikan ke bagian lain nefron
khususnya tubula distal dan tubula pengumpul.
- Pengangkutan aktif
Beberapa unsur pokok filtrat glomerulus, seperti potassium, hampir seluruhnya
diserap kembali tanpa memperhatikan konsentrasinya. Yang lain seperti glukosa secara aktif
diangkut tetapi sangat tergantung pada ada atau tidaknya pengangkutannya. Konsentrasi
plasma dimana glukosa, akan mulai ada di dalam urin disebut plasma renalis ambang.
Umpamanya, seseorang makan banyak sekali gula-gula, darahnya dipenuhi oleh glukosa, dan
sejumlah besar disaring dalam tubula renalis; akibatnya muatan mekanisme pengangkutan
aktif sangat banyak itu muncul di dalam urin. Substansi ambang lainnya yang penting adalah
asam amino, asam asetoasetik, vitamin, dan asam urik.
Sejumlah besar sodium yang disaring secara terus-menerus dikirim ke tubula-tubula,
yang berhubungan dengan klorida dan bikarbonat. Tetapi sodium diserap kembali secara
efisien dan kurang dari 1% dikeluarkan melalui urin. Kira-kira 80% sodium yang disaring
diserap kembali dihubungkan dengan klorida, lebih kurang 20% dengan bikarbonat
(Nangsari, Nyayu Syamsiar, 1988:181).
- Pengangkutan pasif
Penyerapan kembali air diselesaikan oleh proses osmosis sederhana. Selama sodium
dan larutan lainnya diangkut drai lumen tubula, konse trasi di sekitar cairan interstitial
meningkat. Sedangkan konsentrasi cairan di dalam tubula berkurang. Jadi ada jaring difusi air
dari tubula ke cairan interstitial peritubuler. Difusi dan cairan kapiler peritubuler darah relatif
dibantu oleh tekanan osmotik koloid tinggi dari darah itu; ada dua faktor yang operatif di
dalam menjaga menurunkan tekanan. Pertama, tidak sama dengan air, plasma protein tidak
siap disaring melalui membran glomeruler, jadi tinggal dalam darah selama ia meninggalkan
glomerulus dan megalir ke dalam kapiler peritubuler. Kedua, tekanan hidrostatik darah
dikurangi selama ia mengalir menuju ujung vena kapiler peritubuler. Sistem itu tidak
mempunyai pilihan mengenai penyerapan kembali air di dalam tubula proksimal, selama sel-
sel ini permeabel terhadap air dan ada gradien osmotik efektif (Nangsari, Nyayu Syamsiar,
1988:182).
- Sekresi tubula
Ginjal memiliki peranan penting dalam pengaturan keseimbangan asam dan basa
tubuh. Melalui sel-sel tubuler disekret berbagai jumlah ion hidrogen dan amoniak, ginjal
dapat meningkatkan atau menurunkan keasaman urine. Aktivitas sekresi ini pertama teradi di
dalam tubula distal dan fase akhir pembentukan urine.
Keasaman urine meningkat, amoniak dibentuk oleh sel-sel tubula selama deaminasi asam
amino. Amoniak berdifusi ke dalam lumen tubula dan bergabung dengan hidrogen
membentuk amonium radikal (NH4+), NH4+ kemudian bergabung dengan klorida,
disekresikan sebagai amonium klorida. Eksresi NH4Cl, lebih baik dari Na Cl, adalah
tambahan cara perubahan sodium untuk tubuh dan menyelamatkan seluruh basa yang ada
(Nangsari, Nyayu Syamsiar.1988:183).

Gambar 1: http://biologiumum.com

Pengasaman urine
Derajat Keasaman/ pH darah dipertahankan dalam batas-batas normal meskipun
terjadi penambahan asam dan alkali ke dalam darah dari makanan maupun sebagai akibat
reaksi-reaksi metabolisme. Ruangan ekstrasel dan intrasel keduanya banyak mengandung
sistem buffer yaitu sistem asam karbonat (H2CO3)- bikarbonat, yang konjugat asamnya yaitu
CO2 diatur oleh pusat pernapasan dan paru-paru., dan HCO-3 plasma diatur oleh ginjal.
Ginjal mengatur konsentrasi bikarbonat plasma dengan dua proses, yaitu (1) bikarbonat yang
difiltrasi semuanya diserap kembali oleh tubulus, (2) bikarbonat dibentuk lagi dalam tubulus
distalis untuk menggantikan bikarbonat yang digunakan oleh adanya asam-asam yang tidak
menguap (HCl, H3PO4, H2SO4 dan asam-asam organik) dalam cairan ekstrasel sebagai
akibat proses metabolisme (Soewolo, 2005: 330).
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur, garam-
garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun
secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk species yang berbeda.
Jumlah urin yang diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air,
temperatur lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat
membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering
dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan
menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang
diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan
kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain (1) pemeriksaan visual. Urin
mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah
dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa,
dan warna abnormal. (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila
substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan
mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas
normal atau tidak (Ganong, 2002).
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi),
penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi
terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal,
dan augmentasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang
beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah
dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma. (Roberts, 1993).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi)
sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai
kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur.
Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada
1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di
waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung
dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau
merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. Urin
yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin
meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah
pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari,
dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi
kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam.
(Evelyn, 1993).
Sifat-sifat urin adalah:
1.Volume urin normal orang dewasa 600-2500 ml/hari, jumlah ini tergantung pada
masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen
dan kopi, teh, serta alkohol mempunyai efek diuresis.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003-1,030.
3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (berkisar 4,7-8). Bila masukan
protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme
protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi alkali pada alkalosis
seperti setelah banyak muntah.
4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom,
sedikit urobilin, dan hematoporifin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau
kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau
kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin
sangat asam mengendapkan garam-garam asam urat dengan warna dadu.
5. Urin segar beraroma sesuai zat-zat yang dimakan (Soewolo.2005:335-336).
Menurut Anonim (2012), interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan
organ dalam seseorang;
1. Keruh disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel,
lemak, atau kristal-kristal mineral.
2. Pink biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu
seperti bluberi dan gula-gula,
3. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
4. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks
yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
Menurut Pearce (2002), ciri-ciri urine yang normal yaitu, Jumlah rata-ratanya 1-2 liter per
hari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan, warnanya bening
orange pucat tanpa endapan, tetapi adakala jonjot lendir tipis nampak terapung di dalamnya,
baunya tajam, Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 dan berat jenis
berkisar dari 1010 sampai 1025.
Berdasarkan teori tersebut, maka data yang diambil dari praktikum ini adalah warna,
kejernihan, dan pH urin. Berdasarkan hasil praktikum kemarin, maka dihasilkan bahwa 4
orang yang urinnya berwarna kuning bening. Pigmen utamanya urokrom, sedikit urobilin,
dan hematoporifin. Warna urin biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun secara
normal banyak variasinya Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah
biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal. Secara
keseluruhan semua urin probandus warnanya kekuning-kuningan, walaupun ada variasi
kuning muda, atau tua tapi semuanya masih dalam range normal. Warna tertinggi adalah
kuning, kuning muda, kuning tua, dan yang paling sedikit adalah yang kuning kemerahan.
Warna urin juga bergantung dari asupan makanan dan minuman probandus. Waktu
pemngambilan sampel urin juga berpengaruh, urin diambil pukul 11:00 WIB, sudah siang
jadi rata-rata warna urin sudah lebih terang apabila dibandingkan saat diambil pagi hari. Pada
keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan, pada penyakit hati pigmen
empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua, tidak ada yang berwarna coklat
jadi dipastikan saat melakukan praktikum praktikan sedang tidak demam, hepatitis, dan
serosis. Kuning gelap atau tua, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B
kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
Keseluruhan urin probandus yaitu urinnya jernih. Urin mengindikasikan kesehatan
yang baik bila terlihat bersih atau jernih. Secara keseluruhan presentase urin yang tertinggi ke
rendah adalah jernih, keruh, dan agak keruh. Keruhnya urin tersebut disebabkan adanya
partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau kristal-kristal mineral.
Kekeruhan juga dapat dikarenakan pengkonsumsian obat, probadus Failasu Aulia (L), sedang
saki sehingga dia mengkonsumsi obat yang mengakibatkan urinnya keruh.
Terdapat 3 orang dengan pH 6 dan 1 orang dengan pH 7. Menurut literatur, reaksi
urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (berkisar 4,7-8). Dapat dikatakan bahwa urin
semua probandus dikatakan baik, sebab pH nya masih termasuk dalam skala/ range normal,
yaitu 4-8. Perbedaan tersebut disebabkan adanya pengaruh dari dalam tubuh dan luar tubuh.
Bila masukan protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil
katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi alkali
pada alkalosis seperti setelah banyak muntah.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
Struktur anatomi mikroskopis ginjal mamalia ( kambing ) secara umum terdiri dari:
1. Kapsula renalis adalah jaringan ikat tipis yang menyelubungi ginjal di bagian paling luar.
2. Pelvis, yaitu bagian pada ginjal yang berfungsi untuk menampung air kencing. Pelvis
membentang terus dari badan ginjal sampai ke ureter.
3. Ureter yaitu suatu tabung dengan otot polos pada dindingnya yang menyalurkan urine dari
ginjal ke kandung kencing/ vesica urinaria.
4. Piramida renalis yaitu struktur pada medulla seperti piramida yang merupakan kumpulan
saluran pengumpul air kemih yang bersatu membentuk pelvis renalis
5. Tiap piramida renalis mempunyai basis yang menjurus ke arah korteks dan apeksnya
bermuara ke dalam kaliks minor sehingga menimbulkan tonjolan yang disebut papila renalis
6. Hilum yaitu cekungan pada ginjal yang di dalamnya terdapat bundel saraf, arteri renalis,
vena renalis, dan ureter. Batas cekungan tersebut berada di bagian tengah (medial) dan
merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah mayor dan renal pelvis, bagian hulu dari
ureter.
7. Korteks renalis, yaitu bagian ginjal sebelah luar yang warnanya lebih terang, terletak
langsung di bawah kapsula fibrosa dan berbintik-bintik. Bintik-bintik pada korteks renalis
karena adanya korpuskulus renalis dari Malphigi yang terdiri atas kapsula Bowman dan
glomerulus.
8. Medulla renalis, yaitu bagian ginjal sebelah luar yang warnanya lebih gelap. Medula
renalis terletak dekat hilus, sering terlihat berupa garis-garis putih oleh karena adanya
saluran-saluran yang terletak dalam piramida renalis.
9. Calyx minor bentuknya seperti corong; berfungsi untuk menerima urin dari renal papila;
satu ginjal berisi 8-15 calyx minor, satu calyx minor untuk satu piramid
10. Calyx mayor yaitu gabungan dari calyx minor; satu ginjal terdiri dari 2-3 calyx mayor
11. Ginjal memperoleh suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjdi arteri
renalis, arteri interlobaris, arteri arcuata, arteri interlobularis, arteriole aferen, glomerulus,
arteriole eferen, kapiler peritubuler, vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobularis, dan
vena renalis.
Hasil pengamatan warna, kejernihan, dan derajat keasaman (pH) urine adalah:
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur, garam-garam
anorganik dan pigmen-pigmen. Secara keseluruhan semua urin probandus normal karena
masih dalam range kuning. Hasil pengamatan pH, urin dengan pH 6 ada 3 orang dan pH 7
ada 1 orang. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam, pengambilan data dilakukan
siang hari jadi secara umum lebih basa. Bila masukan protein tinggi, urin menjadi asam sebab
fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada
asidosis dan demam. Urin menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah banyak muntah.
Secara keseluruhan semuanya masih dalam batas range normal. pH bervariasi sepanjang hari,
dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi
kurang basa menjelang makan berikutnya.

VIII. Daftar Pustaka


Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Heru Nurcahyo dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta:
FMIPA UNY
Mashudi, Sugeng.2011.Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Dasar Aplikasi Model
Pembelajaran Peta Konsep.Jakarta: Salemba Medika.
Nangsari, Nyayu Syamsiar.1988.Pengantar Fisiologi Manusia.Jakarta:Depdikbud.
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and Sons Ltd.
London.
Soewolo,dkk.2005.Fisiologi Manusia.Malang: UM Press
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.

Internet
Anonim. 2012 Urinalisis (Analisis Kemih). http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-
analisis kemih/. Diakses pada tanggal 6 Mei 2020 pukul 20.17 WIB
http://biologiumum.com pada tanggal 6 Mei 2020 pukul 20.20 WIB
Khidri. 2004. Respirasi. http://www.praweda. biologi_respirasi.edu. diakses pada tanggal 6
Mei 2020 pukul 20.25 WIB

IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai