Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Nama : Widakdo
NIM : 20308141014
Program Studi & Kelas : Biologi E
Asisten Pembimbing :
Kelompok :
Unit Percobaan : Pencernaan
Percobaan yang dikerjakan : Khemis Saliva

Tujuan Percobaan
untuk melakukan pemeriksaan khemis dari saliva

Cara Kerja Pengamatan


No Kegiatan Hasil
1
Pengukuran pH 8

2
Saliva +pereaksi biuret violet

3
Saliva + Pereaksi millon Merah muda

4 Saliva +
Terdapat endapan putih
HNO3+AgNO3
5
Saliva + Molish Ungu

Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan memasukan pH stik kedalam saliva dan ditemukan bahwa pH saliva 8, untuk saliva apabila
larutan ditambah pereaksi biuret akan dihasilkan warna putih bening, apabila ditambah reaksi millon akan menjadi merah
muda, dan apabila ditambah HNO3 dan AgNO3 akan terdapat endapan putih. Hal ini sesuai dengan literasi Pada pereaksi
biuret dalam suasan basa akan bereaksi dengan polipeptida dan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah
protein terlarut dalam larutan. Setelah itu di tambahkan + CuSO4, terbentuk warna bercak biru. Semakin banyak ditetesi
CuSO4, warnanya menjadi semakin ungu. Uji Molisch adalah uji yang paling umum untuk menyatakan ada atau tidaknya
karbohidrat karena memberikan uji positif (cincin ungu) kepada semua karbohidrat yang lebih besar daripada tetrosa. pH yang
optimal pada saliva berada pada kisaran 6-9. hasil nya adalah positif dengan ditemukan endapan warna putih yang
menunjukkan adanya musin dalam saliva.
Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa 1.
Proses pencernaan berawal di dalam rongga
mulut yang dikatalis dengan enzim amilase yang
terdapat di dalam saliva.
2. Kadar hidrolisis amilum akan semakin
sempurna jika kontak permukaan substrat dengan
enzim tersebut makin lama.
3.enzim amylase memiliki range pH tertentu
untuk dapat bekerja optimal.
4. pemanasan dapat merusak struktur enzim yang
termasuk protein.
Diskusi
1. pada saat saliva ditambah dengan asam nitrat
dan perak nitrat, apakah terjadi endapan?
Endapan apa itu?
Jawaban
Daftar pustaka
1. https://www.academia.edu/28122034/LAPORAN_P
RAKTIKUM_SALIVA
2. Amerongan.1991. Ludah dan Kelenjar Ludah. Arti
bagi kesehatan gigi.Yogyakarta:Gajjah Mada
University Press
3. Poejiadi, Anna. 1996. Dasar-dasar Biokimia.
Indonesia University Press. Jakarta

Mengetahui Yogyakarta, 11 November 2020


Asisten Pembimbing, Praktikan,

Widakdo
______________________
______________________ NIM. 20308141014
NIM.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Nama : Widakdo
NIM : 20308141014
Program Studi & Kelas : Biologi E
Asisten Pembimbing :
Kelompok :
Unit Percobaan : Pencernaan
Percobaan yang dikerjakan : Aktivitas Ptialin dalam Saliva karena Pengaruh pH

Tujuan Percobaan
Untuk melakukan pemeriksaan aktivitas ptialin dalam saliva karena pengaruh pH

Cara Kerja Pengamatan


No Kegiatan Hasil (pH)
1
HCl+Amilum 2

2
Asam laktat + Amilum 6

3
Aquades+ Amilum 7

4
NaCO3+ Amilum 11

Setelah inkubasi :
1
HCl+Amilum+Saliva+i Bening
odine Terdapat endapan

2 Asam laktat +
Amilum+Saliva + Putih keruh
Iodine
3 Aquades+ Amilum+
Putih keruh
Saliva + Iodine
4 NaCO3+ Amilum+
Bening
Saliva + Iodine

Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menambahkan Hcl dengan amilum diketahui pH 2, untuk asam
laktat ditambahan ammilum maka ditemui hasil pH 6, dan untuk aquades ditambah amilum ditemukan hasil pH
sebesar 7, sedangkan pada NaCO3 ditambah amilum ditemukan hasil pH 11. Hasil ini sesuai dengan literatur
yang ada dimana pengaruh pH,enzim ptialin ini akan bekerja maksimal saat pHnya hampir netral atau sudah
netral.Keberadaan pH ini akan mendekati netral ,saat kondisi tubuh dalam keadaan normal,dan jika kondisi tubuh
kurang bagus ,maka pHnya akan melenceng yang mengakibatkan berkurangnya kinerja enzim ptialin yang
diproduksi oleh air liur itu. Larutan HCl berfungsi untuk menjadikan pH air liur menjadi 2. Larutan asam laktat
berfungsi untuk menjadikan pH air liur menjadi 6. Aquades berfungsi untuk menjadikan pH air liur menjadi 7.
Larutan natrium karbonat berfungsi untuk menjadikan pH air liur menjadi 11. Larutan kanji yang ditambahkan
berfungsi sebagai bahan yang akan dipecah oleh enzim amilase air liur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo
(2008) yang menyatakan bahwa ptialin akan terinaktivasi karena suasana asam, sehingga karbohidrat akan susah
dicerna dan proses hidrolisis akan berlangsung lambat (Laporan Prakikum Biokimia, Universitas Hassanudin
2011).
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan,dapat dikatakan
bahwa enzim ptialin yang terdapat pada air
liur,efektivitas kerjanya akan maksimal jika pada
suhu normal tubuh serta pH yang netral (pH 6,0 –
7,0) ,dan efektivitas kerjanya akan menurun jika
semakin menyimpang terhadap suhu normal tubuh
dan pH-nya jauh dari pH netral.
Diskusi
1. Kalau ptialin aktif pada pH 6,8 dan tidak
aktif pada pH 4 atau kurang. Gambarkan
grafik pengaruh pH terhadap ptialin tersebut
Jawab

Daftar pustaka
1. Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku
Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Perguruan Strata 1 Fakultas Bioesakta. Buku
kedokteran EGC. Jakarta.
2. Poejiadi, Anna. 1996. Dasar-dasar Biokimia.
Indonesia University Press. Jakarta
3. Oman, K. 1995. Biologi Umum. Ganeca
Exact: Bandung

Mengetahui Yogyakarta, 11 November 2020


Asisten Pembimbing, Praktikan,

Widakdo
______________________
______________________ NIM. 20308141014
NIM.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Nama : Widakdo
NIM : 20308141014
Program Studi & Kelas : Biologi E
Asisten Pembimbing :
Kelompok :
Unit Percobaan : Pencernaan
Percobaan yang dikerjakan : Pencernaan Protein oleh Getah Pankreas

Tujuan Percobaan
untuk mengetahui pencernaan protein oleh getah pankreas

Cara Kerja Pengamatan


No Kegiatan Hasil
1 Gelatin + getah
pancreas + (+)Oranye
Na2CO3
2 Gelatin+ cairan
(+)Pink tua
empedu
3 Gelatin + air +
(+)Pink muda
Na2CO3
Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan dengan penambahan gelatin dengan getah pancreas serta
Na2CO3 ditemukan hasil berwarna oranye. Menurut Poedjiadi (1996), pancreas mengandung
protein dan beberapa enzim yaitu, tripsin, khimotripsin dan peptidase yang berfungsi untuk
menghidrolisis protein. Enzim tripsin dan khimotripsin mampu menghidrolisis protein, pepton,
dan proteosa menjadi polipeptida dan mempunyai pH optimum 8,0 sampai 9,0. , apabila gelatin
ditambahkan cairan empedu menjadi pink tua Hal ini menunjukkan bahwa kongomerah fibrin
(sebagai substrat) mengalami hidrolisis sempurna karena adanya penambahan larutan empedu
menyebabkan hidrolisis semakin kuat dan cepat. , sedangkan jika ditambahkan air dan NaCO3
ditemukan hasil pink muda. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi hidrolisis pada kongomerah
fibrin karena tidak adanya enzim yang dapat menghidrolisis. Air tidak dapat menghidrolisis
karena tidak memiliki enzim. Penambahan larutan Na2CO3 sebagai pembentuk suasana basa
yang sesuai dengan keadaan suhu pada system pencernaan tubuh.
Kesimpulan
Protein tidak terhidrolisis atau sukar larut dalam air
dan enzim pepsin tidak bekerja secara maksimal
apabila pada suhu yang tidak optimal.
Diskusi
1. Bagaimana pengaruh empedu dalam uji
pencernaan protein oleh getah pancreas
Jawab: penambahan larutan empedu yang
berfungsi sebagai pengemulsi lemak
membantu proses pencernaan
2. Tabung nomor berapa yang tidak terjadi
pencernaan
Jawab: tabung 3 karena tidak adanya enzim
yang dapat menghidrolisis. Air tidak dapat
menghidrolisis karena tidak memiliki enzim
Daftar pustaka
1. Poejiadi, Anna. 1996. Dasar-dasar Biokimia.
Indonesia University Press. Jakarta
2. Tillman, Allen.1998. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
3. Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku
Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Perguruan Strata 1 Fakultas Bioesakta. Buku
kedokteran EGC. Jakarta.

Mengetahui Yogyakarta, 11 November 2020


Asisten Pembimbing, Praktikan,

Widakdo
______________________
______________________ NIM. 20308141014
NIM.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Nama : Widakdo
NIM : 20308141014
Program Studi & Kelas : Biologi E
Asisten Pembimbing :
Kelompok :
Unit Percobaan : Pencernaan
Percobaan yang dikerjakan : Pencernaan Amilum oleh Getah Pankreas

Tujuan Percobaan
untuk mengetahui pencernaan amilum oleh getah pancreas

Cara Kerja Pengamatan


No Kegiatan Hasil
1 amilum + getah
pancreas + Membentuk warna ungu
larutan iodine
Dipanaskan 5
Warna ungu memudar
menit pertama
Dipanaskan 5 Warna ungu semakin
menit kedua memudar
Dipanaskan 5 Warna menjadi kecoklatan
menit ketiga dan warna ungu pudar
Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan menambhakan amilum dengan getah pancreas dan larutan iodine
untuk hasilnya ditemukan warna ungu, lalu dipanaskan 5 menit sehingga warna ungu
memudar, dipanaskan lagi 5 menit warna ungu semakin memudar, dan dipanaskan lagi 5 menit
ditemukan warna berubah menjadi kecoklatan.
Hal tersebut menunjukan sampel bereaksi positif, hal ini terjadi karena adanya amilum pada
kelenjar saliva karena didalam saliva terdapat enzim ptialin yang berfungsi untuk
menghidrolisis atau mencerna pati menjadi dekstrin dan maltosa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tillman, et al. (1991) yang menyatakan bahwa dekstrin merupakan hasil intermediate
dari hidrolisa pati dan glikogen menjadi maltosa, dekstrin adalah produk atau hasil transisi
yang beberapa diantaranya berwarna merah dengan tritrasi iodium berbeda dengan pati yang
memberi warna biru. Pendapat ini diperjelas oleh Sumardjo (2009) bahwa di dalam usus proses
pencernaan pati akan dilanjutkan oleh getah pankreas dan getah usus yang mengandung enzim-
enzim amilase yang dapat menghidrolisis pati atau dekstrin atau maltosa menjadi glukosa
Kesimpulan
Karbohidrat atau sakarida adalah polihidroksi
aldehida atau polihidroksi keton, yang pada
umumnya mempunyai rumus umum Cn(H2O)n.
Enzim ptialin bekerja pada keadaan basa dan pada
suhu 30 – 37 , jika di atas atau di bawahnya enzim
tidak bekerja sehingga pencernaan terhambat.
Diskusi
1. Apa hasil akhir hidrolisisnya? Sebutkan
enzim pancreas yang memecah
karbohidrat
Jawab: hasil hidrolisisnya adalah enzim
amilase pancreas mengubah amilum
menjadi amilodekstrin sedangkan enzim
pancreas yang memecah karbohidrat
adalah enzim amilase
Daftar pustaka
1. Hart, H., Craine, L., Hart, D. C. 2003. Kimia
Organik. Erlangga. Jakarta. (diterjemahkan
oleh Suminar Setiati Achmadi)
2. Lehninger, A. L., 1982. Dasar-Dasar
Biokimia Jilid 1. Jakarta. Erlanggga.
(diterjemahkan oleh Maggy Thenawidjaja)
3. Martoharsono, S. 2006. Biokimia 1.
Yoyakarta. Gadjah Mada University Press

Mengetahui Yogyakarta, 11 November 2020


Asisten Pembimbing, Praktikan,

Widakdo
______________________
______________________ NIM. 20308141014
NIM.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Nama : Widakdo
NIM : 20308141014
Program Studi & Kelas : Biologi E
Asisten Pembimbing :
Kelompok :
Unit Percobaan : Pencernaan
Percobaan yang dikerjakan : Reaksi Benedict

Tujuan Percobaan
untuk mengetahui apakah hasil hidrolisis amilum mengandung gula pereduksi

Cara Kerja Pengamatan


No Kegiatan Hasil
1 sampel 2 +
reagen benedict
biru
(sebelum
dipanaskan)
2 sampel 2 +
reagen benedict
Hijau pekat
(setelah
dipanaskan
Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan menambahkan sampel 2 dengan reagen benedict, saat sebelum
dipanaskan ditemukan hasil berwarna biru. Hal ini menunjukkan hasil uji benedict negatif
karena tidak ada endapan merah bata , dan bila setelah dipanaskan maka akan berwarna hijau
pekat. Menurut McGilvery&Goldstein(1996),Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan
menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. hidrolisis juga dapat dilakukan dengan
bantuan enzim amylase, dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas
terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita oleh enzim
amylase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa.
Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa
karbohidrat kompleks mengalami hidrolisis menjadi
oligosakarida, disakarida dan kemudian
monosakarida
Diskusi
Larutan sampel sebelumnya ditambahkan larutan
benedict sebelum dipanaskan berwarna biru
sedangkan setelah dipanaskan larutan tersebut
berwarna hijau pekat yang artinya larutan tersebut
setelah dipanaskan bereaksi positif
Daftar pustaka
1. Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum
Biokimia. Yogyakarta: ANDI
2. Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta: Erlangga
3. Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku
Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Perguruan Strata 1 Fakultas Bioesakta. Buku
kedokteran EGC. Jakarta.

Mengetahui Yogyakarta, 11 November 2020


Asisten Pembimbing, Praktikan,

Widakdo
______________________
______________________ NIM. 20308141014
NIM.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Nama : Widakdo
NIM : 20308141014
Program Studi & Kelas : Biologi E
Asisten Pembimbing :
Kelompok :
Unit Percobaan : Pencernaan
Percobaan yang dikerjakan : Pencernaan Lemak oleh Getah Pankreas

Tujuan Percobaan
untuk mengetahui pencernaan lemak oleh getah pancreas

Cara Kerja Pengamatan


No Kegiatan Hasil
1 Susu + Getah
Pankreas+Na2
Coklat
CO3+Phenol
red
2 Susu + Getah
Empedu+Na2C Coklat muda
O3+Phenol red
3 Susu +
Air+Na2CO3+ Coklat
Phenol red
Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan dengan penambahan susu denhan getah pancreas dan NaCO3
beserta phenol red ditemukan hasil coklat perubahan warna karena terjadi hidrolisis lemak
yang terdapat dalam susu oleh cairan pankreas, setelah susu terhdrolisis maka susu akan pecah
menjadi asam lemak dan gliserol yang menjadikan suasana larutan jadi asam.. Untuk Susu +
Getah Empedu+Na2CO3+Phenol red ditemukan hasil berwarna coklat muda disebabkan pada
tabung kedua ditambahkan cairan empedu yang dapat menyebabkan proses hidrolisis lemak
dengan cara mengaktifkan lipase dalam cairan pankreas yang berfungsi sebagai hidrolisis
lemak dan empedu dapat menurunkan tegangan muka (Poedjiadi, 1994). Sedangkan Susu +
Air+Na2CO3+Phenol red ditemukan hasil berwarna coklat tidak adanya enzim hidrolitik
sehingga tidak terjadi proses hidrolisis.
Kesimpulan
Lipase yang disekresikan oleh getah lambung dan
asam lambung yang berfungsi mencerna lemak
menjadi asam lemak gliserol. Lipase dihasilkan oleh
pankreas, dengan ditambahkannya suatu cairan
empedu terhadap campuran lemak dan pankreas
maka akan mempengaruhi penetralisiran, yaitu
NaOH yang dibutuhkan sangat banyak karena
meluasnya permukaan lemak. Lemak dengan air
akan sangat mudah ternetralisir karena air bersifat
netral dan karena tidak adanya asam lemak yang
terbentuk karena tidak ada pankreas yang
menghasilkan lipase pankreas.
Diskusi
1. Enzim apakah yang mencerna lemak disini?
Jawab : Enzim Lipase
Daftar pustaka
1. Budiyanto, M.A.K., 2003. Mikrobiologi
Terapan. Jawa Timur. Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGT
3. Hidayat, N., Padaga, M.C. dan Suhartini, S.,
2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta.
CV. Andi Offset

Mengetahui Yogyakarta, 11 November 2020


Asisten Pembimbing, Praktikan,

Widakdo
______________________
______________________ NIM. 20308141014
NIM.
Resume

Digesti atau pencernaan merupakan proses untuk


mengubah nutrient organik dalam saluran pencernaan
menjadi senyawa-senyawa sederhana penyusunnya
melalui reaksi hidrolisis enzimatik. Khusus untuk
makronutrient, hidrolisisnya tidak berjalan spontan, tetapi
bertingkat-tingkat dan menimbulkan beberapa hasil.
Proses ini diperlukan untuk menghasilkan molekul-molekul kecil yang mudah larut dalam air
sehinga dapat diserap melalui dinding usus halus. Absorbsi merupakan kelanjutan dari proses
digesti dalam pemamfaatan bahan makanan oleh tubuh (Sumardjo, 2009).

Proses utama dari pencernan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik
terdiri dari mastikasi atau pengunyahan makanan dalam mulut dan gerakan-gerakan dalam saluran
pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau
kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa
getah-getah pencernaan. Mikroorganisme hidup dalam beberapa bagian dari saluran pencernaan
yang sangat penting dalam proses pencernaan ruminansia, dan pada non-ruminansia, proses ini
kurang penting. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga dilakukan secara enzimatik yang
enzimnya dihasilkan oleh sel-sel mikroorganisme. Tempat utama pencernaan mikrobial ini adalah
dalam retikulo-rumen pada ruminansia dan dalam usus besar baik pada ruminansia maupun pada
non-ruminansia (Tillman, 1998)

Saluran pencernaan merupakan sistem saluran yang di mulaidari mulut sampai pada anus. Didalam
mulut sudah mulai terjadiproses penyerapan dengan mekanisme difusi pasif (transportasi pasif)dan
transpot kolektif (pori-pori). Di dalam mulut terdapat enzimptyalin,maltase, dan musin. Esofagus
mempunyai panjang kira-kira25 cm, diameter 2,5 cm, pH cairannya 5-6, tidak terdapat
enzimmaupun adsorpsi (Tim penyusun:2014).
1. Khemis Saliva

Uji ini untuk melakukan pemeriksaan khemis dari


saliva. Kelenjar ludah dan ludahnya adalah
kelenjar majemuk bertanda, yang berarti terdiri
atas gabungan kelompok alveoli bentuk kantong
dan yang membentuk lubang-lubang kecil.
Saluran-saluran dari setiap alveolus bersatu untuk membentuk saluran yang lebihbesar dan
yang mengantar sekretnya ke saluran utama dan melalui inisekret di tuangkan kedalam
mulut. Kelenjar ludah yang utama ialahkelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis
(Evelyn, C. Pearce:1979). Saliva biasanya mengandung peptida tetapi tidak mutlak ada.
Hal ini dikarenakan makanan setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengandung protein
dan ada yang tidak. Pembentukan suatu ikatan amida antara dua asam amino atau lebih,
menghasilkan peptida. Peptida adalah asam poliamino dan ikatan amidanya yang
menyebabkan asam aminonya bergabung disebut ikatan peptida. Gugus perlindungan yang
tepat biasanya digunakan untuk menjamin kekhususan reaksi pada setiap tahap (Pine
1988). Uji biuret biasanya diperlukan untuk mendeteksi adanya ikatan peptida dalam suatu
larutan. Reaksi biuret terjadi ketika suatu peptida yang mempunyai dua buah ikatan peptida
atau lebih dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan membentuk suatu
senyawa kompleks yang berwarna ungu. Sementara reaksi Milon positif untuk fenol-fenol,
karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein
yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif karena tirosin memiliki gugus
fenol dalam strukturnya (Metjesh 1996).
2. Aktivitas Ptialin dalam Saliva karena Pengaruh pH

Uji ini untuk melakukan pemeriksaan aktivitas ptialin dalam saliva karena pengaruh pH. Saliva
adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva mempunyai pH antara 5,75 sampai 7,05.
pada umumnya pH saliva dalah sedikit dibawah 7. Enzim ptialin yang terdapat dalam saliva adalah
enzim amilase, yang berperan untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses
hidrolisis. Enzim ptialin bekerja secara optimal pada pH 6,6 (Poedjiadi, 1996)
3. Pencernaan Protein oleh Getah Pankreas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pencernaan protein oleh getah pankreas. Lipid merupakan
penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya (Hart, 2003). Lipida adalah
senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut didalam air, yang dapat diekstrak dari
sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform, atau eter (Lehninger, 1982). Lemak dan
minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga tubuh manusia selain itu lemak dan
minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan
protein (Winarno, 1986). Lemak adalah lipida sederhana, yaitu ester dari tiga asam-asam lemak
dan trihidro alkohol gliserol. Istilah lemak meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak dan
perbedaanya adalah pada sifat fisiknya yaitu lemak adalah solid (padat) pada temperatur kamar 20
, sedangkan minyak pada temperatur tersebut berbentuk cair. Trigliserilda yang sederhana adalah
senyawa yang mengandung gliseol dan 3 asam lemak.Struktur lemak yaitu :

H2C OH

HC OH + 3R COOH

H2C OH

Lipid mengandung unsur-unsur karbon hidrogen dan oksigen, sehingga merupakan sumber energi.
Lipida mengandung lebih banyak proporsi intramolekuler karbon dan hidrogen, tetapi lebih sedikit
oksigen dibanding karbohidrat, maka konsentrasi energinya relatif tinggi ( Tillman, et al., 1994).
Pencernaan senyawa-senyawa triasilgliserol dimulai di dalam usus halus, kedalam organ inilah
zimogen prolipase dikeluarkan oleh pankreas, di dalam usus halus tersebut, zimogen kemudian
diubah menjadi lipase yang aktif, yang dengan adanya garam-garam empedu dan protein khusus
yang disebut kolipase mengikat tetesan-tetesan senyawa triasil gliserol dan mengkatalisis
pemindahan hidrolitik satu atau dua residu asam lemak bagian luar sehingga dihasilkan suatu
campuran asam-asam lemak bebas (sebagai senyawa sabun dengan Na+ atau K+) dan senyawa 2-
monoasilgliserol. Sebagian kecil dari senyawa triasil gliserol masih ada yang tetap tidak dihirolsis.
Senyawa sabun asam lemak dan senyawa asil gliserol yang tidak terpecahkan diemulsifikasi
menjadi bentuk butir-butir halus oleh peristaltis, yaitu suatu gerakkan mengaduk pada usus,
dibantu oleh garam-garam empedu dan monoasil gliserol, yang merupakan molekul-molekul
amfipatik dan memberikan efek detergen (Lehninger, 1982).

Asam-asam lemak dan senyawa-senyawa monoasilgliserol di dalam butir-butir cairan tersebut


diserap oleh sel-sel usus, dimana sebagian besar senyawa-senyawa tersebut dirangkai kembali
menjadi triasilgliserol. Senyawa-senyawa triasilgliserol tersebut tidak masuk ke dalam pembuluh
darah kapiler, tetapi masuk ke dalam lakteal, yaitu kelenjar pembuluh limpa yang kecil didalam
vili. Emulsifikasi dan pencernaan lemak di dalam usus halus dimungkinkan dengan adanya garam-
garam empedu. Garam-garam empedu manusia yang terutama adalah natrium-glikokolat dan
natrium taurokolat, turunan dari asam kolat, adalah empat jenis asam empedu utama yang terdapat
dalam jumlah besar. Garam-garam empedu merupakan bahan pengemulsi kuat yang disekresikan
oleh hati ke dalam empedu yang selanjutnya mengeluarkan isinya ke bagian atas usus halus.
Setelah asam-asam lemak dan senyawa monoasilgliserol dari butir lemak yang teremulsi diserap
di dalam bagian bawah usus halus, garam-garam empedu yang membantu proses ini juga diserap
kembali. Garam-garam empedu tersebut kembali ke hati untuk kemudian digunakan lagi berkali-
kali, dengan demikian garam-garam empedu secara tetap berdaur di antara hati dan usus kecil.
Garam-garam empedu sangat penting di dalam penyerapan tidak hanya bagi zat-zat triasilgliserol
tetapi juga bagi semua makanan dan lemak yang dapat larut. Apabila terjadi kekurangan dalam
penbentukan dan pengeluaran garam-garam empedu yang terjadi pada beberapa penyakit, lemak-
lemak yang tidak tercerna dan tidak terserap akan tampak pada tinja, dalam keadaan-keadaan
seperti itu vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, A, D, E, dan K tidak terserap secara sempurna
dan dapat mengakibatkan kekurangan vitamin A (Lehninger, 1982).

4. Pencernaan Amilum oleh Getah Pankreas

Uji ini digunakan untuk mengetahui pencernaan amilum oleh getah pankreas. Pencernaan utama
karbohidrat terjadi didalam usus halus dan enzim yang berperan adalah amilopsin, yaitu enzim
amilase yang berasal dari pankreas, dan enzim-enzim diasakaridase yang dihasilkan oleh sel-sel
mukosa usus sendiri. Kerja amilopsin identik dengan kerja ptialin. Namun, waktu didalam usus
lebih lama sehingga lebih banyak amilum yang diubah menjadi maltosa. Maltosa yang terbentuk
ini dipengaruhi oleh maltase sehingga terhidrolisis menjadi glukosa-glukosa. Gula meja, gula tebu,
sakarosa, atau sukrosa akan dipengaruhi oleh enzim sakarase sehingga terhidrolisis menjadi
glukosa dan fruktosa. Jadi, hasil akhir pencernaan karbohidrat adalah monosakarida (glukosa,
fruktosa, dan galaktosa) yang kemudian diserap melalui mukosa usus halus, dibawa kesistem darah
vena portal, kemudian diteruskan ke hati (Sumardjo, 2009).

5. Reaksi Benedict

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil hidrolisis amilum mengandung gula pereduksi.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula
pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi
Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan
Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens. Gula pereduksi dengan
larutan benedict (campuran garam kupri sulfat, natrium sulfat, natrium karbonat) akan terjadi
reaksi reduksi oksidasi dan dihasilkan endapan warna merah dari kupro oksida. Endapan yang
terbentuk warnanya tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pada uji Benedict,
pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha
hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena
memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Pereaksi benedict
berupa larutan yang mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu2+ dari kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O.
Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat peraksi benedict bersifat asam lemah.

6. Pencernaan Lemak oleh Getah Pankreas

Uji ini digunakan untuk mengetahui pencernaan lemak oleh getah pankreas. Pencernaan senyawa-
senyawa triasilgliserol dimulai di dalam usus halus, kedalam organ inilah zimogen prolipase
dikeluarkan oleh pankreas, di dalam usus halus tersebut, zimogen kemudian diubah menjadi lipase
yang aktif, yang dengan adanya garam-garam empedu dan protein khusus yang disebut kolipase
mengikat tetesan-tetesan senyawa triasil gliserol dan mengkatalisis pemindahan hidrolitik satu
atau dua residu asam lemak bagian luar sehingga dihasilkan suatu campuran asam-asam lemak
bebas (sebagai senyawa sabun dengan Na+ atau K+) dan senyawa 2-monoasilgliserol. Sebagian
kecil dari senyawa triasil gliserol masih ada yang tetap tidak dihirolsis. Senyawa sabun asam lemak
dan senyawa asil gliserol yang tidak terpecahkan diemulsifikasi menjadi bentuk butir-butir halus
oleh peristaltis, yaitu suatu gerakkan mengaduk pada usus, dibantu oleh garam-garam empedu dan
monoasil gliserol, yang merupakan molekul-molekul amfipatik dan memberikan efek detergen
(Lehninger, 1982).

Asam-asam lemak dan senyawa-senyawa monoasilgliserol di dalam butir-butir cairan tersebut


diserap oleh sel-sel usus, dimana sebagian besar senyawa-senyawa tersebut dirangkai kembali
menjadi triasilgliserol. Senyawa-senyawa triasilgliserol tersebut tidak masuk ke dalam pembuluh
darah kapiler, tetapi masuk ke dalam lakteal, yaitu kelenjar pembuluh limpa yang kecil didalam
vili. Emulsifikasi dan pencernaan lemak di dalam usus halus dimungkinkan dengan adanya garam-
garam empedu. Garam-garam empedu manusia yang terutama adalah natrium-glikokolat dan
natrium taurokolat, turunan dari asam kolat, adalah empat jenis asam empedu utama yang terdapat
dalam jumlah besar. Garam-garam empedu merupakan bahan pengemulsi kuat yang disekresikan
oleh hati ke dalam empedu yang selanjutnya mengeluarkan isinya ke bagian atas usus halus.
Setelah asam-asam lemak dan senyawa monoasilgliserol dari butir lemak yang teremulsi diserap
di dalam bagian bawah usus halus, garam-garam empedu yang membantu proses ini juga diserap
kembali. Garam-garam empedu tersebut kembali ke hati untuk kemudian digunakan lagi berkali-
kali, dengan demikian garam-garam empedu secara tetap berdaur di antara hati dan usus kecil.
Garam-garam empedu sangat penting di dalam penyerapan tidak hanya bagi zat-zat triasilgliserol
tetapi juga bagi semua makanan dan lemak yang dapat larut. Apabila terjadi kekurangan dalam
penbentukan dan pengeluaran garam-garam empedu yang terjadi pada beberapa penyakit, lemak-
lemak yang tidak tercerna dan tidak terserap akan tampak pada tinja, dalam keadaan-keadaan
seperti itu vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, A, D, E, dan K tidak terserap secara sempurna
dan dapat mengakibatkan kekurangan vitamin A (Lehninger, 1982).
Daftar Pustaka

Evelyn C, Pearce. 2004. “ Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis”. PT.Gramedia. Jakarta

https://www.academia.edu/8420602/Laporan_sistem_pencernaan diakses pada 11/11/2020 pukul


13.53 WIB

Lehninger, A. L., 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta. Erlanggga. (diterjemahkan oleh Maggy
Thenawidjaja)

Matjesh, Sabirin. 1996. Kimia Organik II. Jakarta : Depdikbud

Poejiadi, Anna. 1996. Dasar-dasar Biokimia. Indonesia University Press. Jakarta

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Perguruan Strata
1 Fakultas Bioesakta. Buku kedokteran EGC. Jakarta.

Tillman, Allen.1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai