Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

SISTEM KARDIOVASKULAR

KEGIATAN 7

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM “ABO”

Oleh :

Nama : Novita Ardian Krisgiyanti

NIM : 19304244007

Kelompok : 04 (Empat)

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
I. Judul
Uji Golongan Darah dengan Sistem “ABO”

II. Tujuan
Tujuan Praktikum
1. Menentukan golongan darah dengan sistem “ABO”.
Kompetensi Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan uji penentuan golongan darah dengan sistem “ABO”.
2. Mahasiswa dapat menerangkan dasar-dasar dari alasan penentuan golongan darah
dengan sistem “ABO”.

III. Alat dan Bahan


1. Blood lancet steril
2. Kapas
3. Alkohol 70%
4. Obyek gelas 2 buah
5. Tusuk gigi beberapa batang
6. Serum anti-A dan serum anti-B
7. Larutan garam fisiologis

IV. Cara Kerja

Siapkan kaca obyek dan bersihkan kemudian diberi tanda dengan menggunakan label
dengan format: Anti-A, NaCl, Anti-B.

Sterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan menggunakan kapas yang sudah
diberi alcohol, biarkan sampai mengering.

Tusuklah ujung jari tengah atau jari manis dengan menggunakan blood lancet steril,
sehingga darah keluar dan teteskan pada masing-masing satu tetes darah pada kaca obyek.
yang telah dipersiapkan.

Uji tetes darah pertama dengan serum anti-A, tetes darah kedua dengan NaCl, dan tetes
darah ketiga dengan serum anti-B. Kemudian aduk dengan menggunakan pengaduk ( tusuk
gigi ).
Amati pada masing-masing tetes darah, apakah terjadi aglutinasi atau tidak, kemudian
tentukan apakah jenis golongan darahnya.
V. Hasil
No Nama Anti- A Anti-B Golongan darah
1. Desfita - - O
2. Novita - - O
3. Amanda v v AB
4. Diana v - A
Ket:
- : Tidak membeku
v : Membeku

No Nama Waktu pembekuan darah


1. Desfita 01. 20 detik
2. Novita 02.44 detik
3. Amanda 03.00 detik
4. Diana 02.30 detik

VI. Pembahasan
Berdasarkan praktikum Uji golongan darah dengan sistem “ABO” dengan tujuan
untuk penentuan golongan darah dengan sistem “ABO” dan alasan penentuan golongan darah
dengan sistem “ABO” yang dilakukan pada tanggal 27 Februari 2020 bertempat di
Laboratorium Zoologi. Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh
alela ganda. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B, O, tetapi pada
tahun 1990 dan 1901, Dr Landsteiner menemukan antigen (aglutinogen) yang terdapat di
dalam sel darah merah dan juga menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam
plasma darah. Atas dasar macam antigen yang ditemukan tersebut (Cotton, 1998).
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang
menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum
aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut
mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau
AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan
darahnya adalah bergolongan darah B atau O (Fatimah, 2006).
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi, maka darah
orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan orang tersebut bergolongan
darah B atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah A atau O.
Bila diberi serum aglutinin a maupun b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya
adalah O (Isminingsih, 1978).
Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen
(antigen tipe A dan tipe B ) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan aglutinin (antibodi)
anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam plasma.
1. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B.
2. Darah golongan B mengandung aglutinogen tipeB dan aglutinin anti-A.
3. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak mengandung
aglutinin anti-A atau anti-B.
4. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutini anti-A dan
aglutini-B (Nurdin, 2007).
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, Pada uji golongan
darah yang bernama Desfita dan Novita diketahui bergolongan darah O diuji kembali
menggunakan serum A dan B. Hasil yang diperoleh baik darah yang ditetesi serum A dan
serum B tidak mengalami penggumpalan (larut). Golongan darah O setelah ditetesi dengan
serum A maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Hal ini terjadi karena golongan darah
O memiliki zat anti A dan zat anti B sehingga jika jika diberi serum A (zat anti A) dan serum
B (zat anti B) tidak akan terjadi penggumpalan karena golongan darah O memiliki zat anti
keduanya maka akan menolak (tidak menggumpal) jika bertemu dengan zat anti A maupun B
dari serum yang diteteskan.
Pada uji golongan darah yang bernama Amanda yang telah diketahui bergolongan darah
AB diuji kembali menggunakan serum A dan B. Hasil yang diperoleh baik darah yang
ditetesi serum A dan serum B mengalami penggumpalan (larut). Pada golongan darah AB
setelah ditetesi dengan serum A maupun serum B, darahnya menggumpal. Hal ini terjadi
karena golongan darah AB tidak memiliki zat anti A maupun zat anti B namun memiliki
antigen (aglutinogen) yaitu antigen A dan B. Sehingga ketika ditetesi dengan serum A dan
serum B tejadi penggumpalan.

Pada uji golongan darah yang bernama Diana diketahui bergolongan darah A diuji
kembali menggunakan serum A dan B. Hasil yang diperoleh darah yang ditetesi serum A
mengalami penggumpalan, namun darah yang ditetesi serum B tidak mengalami
penggumpalan (larut). Golongan darah A setelah ditetesi dengan serum B tidak terjadi
penggumpalan karena pada golongan darah A hanya memiliki zat anti B namun setelah
ditetesi serum A terjadi pengumpalan karena pada serum A terdapat zat anti A.
Penggumpalan tersebut terjadi karena zat anti A dari darah bertemu dengan zat anti B dari
serum B yang telah diteteskan.
Berdasarkan penjelasan mengenai penggumpalan darah di atas dapat diketahui
penggolongan darah sistem ABO yaitu terdapat 4 golongan darah yaitu golongan darah A, B,
AB dan O. Golongan darah A memiliki antigen atau aglutinogen A pada sel darahnya dan
memiliki aglutinin anti B atau zat anti B pada plasmanya. Golongan darah B memiliki
aglutinogen B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti A pada plasmanya. Golongan
darah AB memiliki aglutinogen A dan B namun tidak memiliki aglutinin pada plasmanya.
Sedangkan golongan darah O tidak memiliki aglutinogen pada sel darahnya namun memiliki
aglutinin anti A maupun anti B pada plasmanya.

Percobaan selanjutnya mengenai waktu koagulasi darah. Berdasarkan praktikum


pembekuan darah yang telah dilakukan, diperoleh hasil waktu beku darah probandus laki-laki
dan perempuan berkisar antara 1-20 menit. Koagulasi pada umumnya berakhir dalam waktu 5
menit, sehingga dapat dinyatakan tidak terserang defisiensi vitamin K, penyebabnya adalah
rendahnya penyerapan lemak dari dalam usus. Koagulasi juga dipengaruhi oleh cara atau
teknik pengambilan darah sehingga di dapat variasi dalam waktu beku darah.

Mekanisme pembekuan darah yaitu pertama, jaringan mengalami cedera, trombosit yang
mengalami lisis kemudian terjadi pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi dengan faktor
antihemofilik (plasma) dengan komponen tromboplastin membentuk tromboplastin. Kedua,
Prokonvertin diubah menjadi konvertin oleh ion Ca. Ketiga, protrombin dengan bantuan ion
Ca, konvertin, dan tromboplastin akan diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator
globulin plasma in-aktif diaktifkan menjadi akselerator globulin serum aktif oleh trombin.
Kelima, protrombin diubah menjadi trombin. Terakhir, fibrinogen diubah menjadi fibrin
dengan bantuan trombin.Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel darah merah dan memiliki
fungsi dalam pengangkutan O2. Kadar hemoglobin di dalam darah dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain umur, pakan, dan kondisi kesehatan ternak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembekuan darah antara lain sebagai berikut.

1. Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah
pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia

2. Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah
menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X
(Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk
aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia
3. Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang
berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik

4. Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah

5. Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang
hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik
koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan protrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang
langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin

6. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak
lagi dianggap dalam skema hemostasis.

7. Prokonvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan
kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor
prokonvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan
dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum
protrombin konversi faktor akselerator dan stabil.

8. Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von
Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X
sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic
A.

9. Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif


stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic
B.

10.Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk
memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan
kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan
mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan
gangguan koagulasi sistemik, disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase.

11.Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam
jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga
kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.

12.Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan
kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan
mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.

13.Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin


monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin
yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini
memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase (Winarti, 2006).

VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Golongan darah
dikelompokkan menjadi 4, yaitu;
1. Cara mengetahui golongan darah sesorang yaitu dengan melakukan test penggolongan
darah. Test penggolongan darah memerlukan bahan yaitu sampel darah, larutan zat
anti A dan larutan zat anti B serta alat yang dibutuhkan kaca preparat, blood lancet
dan tusuk gigi. Kemudian membuat lingakaran pada kaca preparat untuk penetesan
larutan zat anti A dan zat anti B. Setelah itu sampel darah diteteskan pada masing-
masing lingkaran kemudian ditetesi zat anti-nya dan diratakan menggunakan tusuk
gigi. Terakhir mengamati gumpalan darah tersebut, jika:
a. Zat anti A ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti B tidak ada maka golongan
darah tersebut adalah A.
b. Zat anti B ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti A tidak ada maka golongan
darah tersebut adalah B.
c. Zat anti A ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti A ada titik-titik gumpalan
merah golongan darah tersebut adalah AB.
d. Zat anti A tidak ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti B tidak ada maka
golongan darah tersebut adalah O.
2. Cara pengukuran waktu koagulasi darah seseorang yaitu dengan menggunakan
sampel darah seseorang kemudian sampel tersebut diambil menggunakan tusuk gigi
setiap menitnya, jika sudah terbentuk benang – benang pada sampel maka darah
tersebut sudah mengalami koagulasi.

VIII. Daftar Pustaka


Cotton, F. A and Geoffrei Wilkinson. 1988. Advance Inorganic Chemistry, 5th Edition.
New York: John Wiley and Sons.

Fatimah. 2006. Pengaruh Konsentrasi Agen Pemilar Terhadap Karakter Fisikokimiawi dan
Fotoaktivitas Zro2- Montmorillonit pada Degradasi Fotokatalitik Limbah Cair Industri.
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. Diakses dari http://www.chemistry.org pada
tanggal 3 Maret 2020 pukul 10.52 WIB.
Isminingsih Gitopadmojo. 1978. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung : ITT.
Nurdin, M .2007. Degradasi Fotoelektrokatalik Pada Potassium Hydrogen Phtalate. Jurnal
Teknologi Pengolahan Limbah Vol. 10(2) Diakses dari
http://www.batan.go.id/ptlr/08id/files/u1/jurnal/01002/JL07_M_Nurdin.pdf pada tanggal
3 Maret 2020 pukul 10.52 WIB.
Winarti dan Sumartono. 2006. Karakterisasi Katalis TiO2 Dan TiO2/Karbon Aktif Yang
Diimobilisasi pada Pelat Titanium dan Uji Aktivitasnya sebagai Fotokatalisis Jurnal
Kimia Indonesia. BATAN Vol. 1 (2). Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=62971&val=4576 pada tanggal 3
Maret 2020 pukul 10.51 WIB.

IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai