Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO

I. TUJUAN PRAKTIKUM :
Untuk mengetahui cara pemeriksaan golongan darah.
II. TINJAUAN PUSTAKA :
Ditinjau dari golongan ini, manusia dikelompokkan menjadi 4
golongan. Pengelompokan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat
tertentu di dalam sel darah merah yaitu yang dikenal dengan nama
aglutinogen (antigen) dan ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam
plasma darah. Ada dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan
aglutinogen B, dan dua macam aglutinin yaitu aglutinin A/alIa dan
aglutinogen B/beta. (Wulangi, 1993)
Hukum Landsteiner mengatakan : Kalau aglutinogen bertemu
dengan aglutinin yang bersangkutan (misalnya, aglutinogen A bertemu
dengan aglutinin/anti A atau aglutinogen B bertemu dengan
aglutinin/anti B) maka terjadilah aglutinasi, yaitu sel darah merah akan
berkelompok dan diikuti oleh 'hemolisa. Hemolisa adalah peristiwa
keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke cairan
sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya
membran sel darah merah. (Eckert, 1978)
Ada 2 macam hemolisa yaitu :
1. hemolisa osmotic.
Hemolisa osmotic terjadi karena adanya perbedaan yang
besar antara tekanan osmosis cairan di dalam sel darah
merah dengan cairan di sekililing sel darah merah
2. hemolisa kimiawi
Pada hemolisa kimiawi, membran sel darah merah dirusak
oleh macam-macam substansi kimia. Pada dasarnya
membran sel darah merah terutama terdiri dari lipida dan
protein yang membentuk suatu lapisan yang disebut
lipoprotein. Jadi setiap substansi kimia yang dapat
melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau
melarutkan membran sel darah merah.
Kehadiran aglutinin di dalam plasma darah sudah ada sejak
lahir, namun demikian kadar aglutinin akan berbeda menurut umur.
Kadar maksimum aglutinin tercapai pada umur 8 sampai 10 tahun,
kemudian menurun lagi pada umur berikutnya. Sebagaimana diketahui
bahwa aglutinin adalah gama globulin dan dibuat di dalam sel-sel
yang juga menghasilkan benda kebal. Globulin merupakan benda
penolak yang dapat melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh.
(Wilson, 1986)
Golongan darah menurut sistem ABO dapat diwariskan dari
orang tua kepada anaknya. LandSteiner dalam Suryo (1996)
membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB
dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang
dikandung oleh eritrosit (sel darah merah). Adanya antigen di dalam
eritrosit ditentukan oleh suatu seri alel ganda yaitu I
A
, I
B
, dan I
o
.
Populasi penduduk hampir seluruh dunia memiliki ketiga buah alel
tersebut, meskipun penyebaran alelnya berbeda-beda.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Yang mana
golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen B dalam serum darahnya, begitu juga golongan darah B
memiliki sel darah merah dengan antigen B di permukaan membran
selnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A.
Golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A atau antigen B, atau bahkan keduanya dan tidak menghasilkan
antibodi. Oleh karena itu, golongan darah AB yang tidak memiliki
aglutinin A dan aglutinin B, dapat bersiIat recipient universal, dimana
golongan ini hanya mampu menerima darah yang ditransIusikan dari
berbagai golongan darah termasuk golongan darah AB itu sendiri.
Karena golongan ini mempunyai dua macam aglutinogen (A&B),
maka ketika darah dari golongan lain (A,B, dan O) ditransIusikan ke
golongan ini, pada saat itu golongan AB akan mempertemukan satu
macam aglutinogen (misalnya B) yang terdapat di dalam sel darah
merah tertentu dengan aglutinogen yang bersangkutan (B) yang
terdapat di dalam sel darah merah dari golongan di luar AB (A, B, dan
O). ini berarti bila aglutinin tidak terdapat di dalam plasma darah,
maka aglutinogen yang bersangkutan harus ada di dalam sel darah
merah. Golongan darah AB hanya dapat mentransIusikan darah ke
sesama golongannya.
Golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A dan
aglutinogen B, karena golongan darah O bersiIat donor universal, yaitu
golongan ini dapat mentransIusikan darah ke berbagai golongan darah
(A, B, dan AB) termasuk golongan darah O. Karena golongan ini
mempunyai dua macam aglutinin (A&B), maka ketika darah
ditransIusikan dari golongan ini ke berbagai golongan lainnya, pada
saat itu golongan darah O akan mempertemukan satu macam aglutinin
(misalnya A) yang ada dalam plasma darah dengan aglutinin yang
bersangkutan (A) dari golongan darah di luar O (golongan darah B).
ini berarti bila aglutinogen tidak terdapat di dalam sel darah merah,
maka aglutinin yang bersangkutan harus ada di dalam plasma darah.

Golongan darah Antigen pada sel darah
merah
Antibody dalam serum
A A Anti-B
B B Anti-A
AB AB Bukan anti-A/anti-B
O O Anti-A/anti-B






III. CARAKERJA:
ALAT
O Pipet tetes
O Objek glass
O Tusuk gigi
O Kapas dan kaca
BAHAN :
Alkohol 70 (antiseptik), kit golongan darah ABO (Anti A, Anti B,
dan Anti AB), darah kapiler atau darah vena.
PROSEDUR :
1. Bersihkan jari manis bagian kiri dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol.
2. Tusuk dengan lanset dengan satu kali tusukan, tetesan pertama
dibuang dan tetesan selanjutnya diteteskan pada 4 buah objek
glass, masing-masing satu tetes.
3. Teteskan diatas tetesan darah pada objek glass pertama kit Anti
A,objek glass kedua kit Anti B, objek glass ketiga kit Anti AB, dan
yg keempat kit rhesus (Anti D).
4. Aduk dengan tusuk gigi dengan cara melingkar, amati reaksi
aglutinasi yang terjadi.
5. Pengamatan :
GOLONGAN DARAH ABO
Kit Anti A Kit Anti B Kit Anti AB Gol. Darah
- A
- B
AB
- - - O


IV. HASIL :
KELOMPOK A B AB O
I 1 - 2 2
II 1 2 1 1
III - 2 1 3
IV 2 - - 4
V 3 1 1 1
VI 3 - - 3
JUMLAH 10 5 5 14
29,41 14,71 14,71 41,18

V. PEMBAHASAN :
Dari hasil praktikum pemeriksaan darah golongan ABO ini di
lihat ada atau tidak adanya aglutinasi atau penggumpalan saat
aglutinin di dalam plasma darah bertemu dengan aglutinin yang tidak
bersangkutan.
Golongan darah A akan memberikan antibody terhadap
golongan darah B, dan sebaliknya golongan darah B memberikan
antibody terhadap golongan darah A. karena di permukaan sel darah
merahnya memiliki antigen (Aglutinogen). Sedangkan O tidak
memberikan aglutinogen terhadap golongan darah A atau golongan
darah B. dan golongan darah AB yang memiliki antigen AB, Karena
golongan ini mempunyai dua macam aglutinogen (A&B), maka ketika
darah dari golongan lain (A,B, dan O) ditransIusikan ke golongan ini,
pada saat itu golongan AB akan mempertemukan satu macam
aglutinogen (misalnya B) yang terdapat di dalam sel darah merah
tertentu dengan aglutinogen yang bersangkutan (B) yang terdapat di
dalam sel darah merah dari golongan di luar AB (A, B, dan O). ini
berarti bila aglutinin tidak terdapat di dalam plasma darah, maka
aglutinogen yang bersangkutan harus ada di dalam sel darah merah.
Golongan darah AB hanya dapat mentransIusikan darah ke sesama
golongannya.
VI. KESIMPULAN :
Percobaan pemeriksaan golongan darah ABO dilihat dari
aglutinasi setiap uji.
Dapat disimpulkan dari hasil yang di dapat dari percobaan
pemeriksaan golongan darah ABO praktikum kelompok ganjil adalah
golongan darah A 29,41, golongan darah B 14,71, golongan
darah AB 14,71, golongan darah O 41,18.
Jadi persentase golongan darah terbanyak kelompok ganjil yaitu
golongan darah O, dan yang sedikit yaitu golongan darah AB dan
golongan darah B.

VII. SARAN :
Pada saat uji hendak nya dilakukan dengan teliti, cepat dan
cermat. Jangan sampai kit antigen bercampur dengan kit antigen lain,
karena akan menghasilkan kekeliruan. Usahan jarak uji antigen A dan
antigen B berjauhan, untuk memudahkan saat mengaduk setelah diberi
kit.
Ketika menetesi kit golongan darah ABO hendaknya langsung
di aduk melingkar dengan tusuk gigi dan langsung amati rekasi
aglutinasinya, jika belum terbentuk rekasi aglutinasi tunggu sampel
tersebut agak kering dan amati lagi sampel tersebut sampai terlihat
gumpalan / reaksi aglutinasi. Jika tidak jelas lihat dibawah sinar
matahari.
Buanglah lancet setiap kali habis digunakan, jangan gunakan
lancet untuk lebih dari 1 orang agar menghindari tertularnya penyakit.





VIII. DAFTAR PUSTAKA
Eckert, R., and D. Randall. 1978. Animal Physiologi . Mechanism and
Adaptation, W. H. Freeman and company

Suryo. 1996. Genetika. Departemen P dan K Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Jakarta.


Wilson, J.A. 1986. Principles of Animal Physiology. The Macmillan
Company

Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Biologi
FMIPA - ITB

Anda mungkin juga menyukai