Anda di halaman 1dari 3

Golongan Darah

1 (satu), Berlian Nursyanti Mahardhika, 1653024001.


Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

Tujuan:
Mengetahui golongan darah masing-masing berdasarkan sistem A, B, dan O.

Cara Kerja:
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Alkohol+kapas

-diteteskan alkohol 70% pada kapas


-diusapkan pada jari tengah tangan bagian kiri yang akan diambil darahnya supaya steril

Blood lancet
-ditusukkan ujung jari tersebut dengan menggunakan Blood lancet, pijat-pijat ujung jari agar darah mudah
keluar

Kartu golongan darah


-diteteskan darah yang keluar dari jari pada bagian dari kartu golongan darah yang diberi keterangan anti-
A, anti-B, dan anti-AB secukupnya di kartu golongan darah
Serum anti A dan
serum anti B

-diteteskan satu tetes serum anti-A pada bagian A, serum anti-B pada bagian B dan serum anti-AB pada
bagian AB

Tusuk gigi
-diaduk secara hati-hati dengan tusuk gigi yang berbeda-beda bagian A,B dan AB agar tidak tercampur
-didiamkan beberapa saat
-diamati dengan cermat ada atau tidaknya penggumpalan pada cairan darah yang mengalami aglutinasi
-ditentukan tipe golongan darahnya menggunakan sistem ABO berdasarkan hasil analisis reaksi
penggumpalan
-ditabulasikan data golongan darah untuk semua praktikan

Hasil
Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum golongan darah diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Data Hasil Pengujian Golongan Darah Kelas A
Golongan Darah Jumlah Anti-A Anti-B Anti-AB

A 11 √ - √
B 6 - √ √
AB 3 √ √ √
O 11 - - -
Jumlah = 31

Keterangan: √ = menggumpal; - = tidak menggumpal

Pembahasan:
Berdasarkan data hasil praktikum golongan darah dengan sampel darah seluruh mahasiswa kelas A yang berjumlah
31 orang, diperoleh mahasiswa yang memiliki golongan darah A sebanyak 11 mahasiswa, golongan darah B sebanyak
6 mahasiswa, golongan darah AB hanya 3 mahasiswa, dan golongan darah O sebanyak 11 mahasiswa. Pada
pengamatan setelah ditetesi serum anti-A dan anti-B pada kartu golongan darah, kemudian diaduk dan diidentifikasi
dari hasil pengujian golongan darah terlihat bahwa mahasiswa yang memiliki golongan darah A ditunjukkan dengan
darah yang ditetesi serum anti-A dan anti-AB menggumpal, sedangkan darah yang ditetesi serum anti-B tidak
menggumpal. Pada mahasiswa yang bergolongan darah B ditunjukkan dengan darah yang ditetesi serum anti-B dan
anti-AB menggumpal, sedangkan darah yang ditetesi serum anti-A tidak menggumpal. Pada mahasiswa yang
bergolongan darah AB ditunjukkan dengan darah yang ditetesi serum anti-A, anti-B dan anti-AB semuanya
menggumpal. Adapun, pada mahasiswa yang bergolongan darah O ditunjukkan dengan darah yang ditetesi serum
anti-A, anti-B, dan anti-AB tidak ada yang menggumpal. Hasil dari praktikum golongan darah tersebut sesuai dengan
teori bahwa untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian dengan menggunakan
serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin-a mengalami aglutinasi atau
penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen-a. Dimana orang tersebut kemungkinan
bergolongan darah A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi berarti tidak mengandung antigen-A kemungkinan
bergolongan darah B atau O (Kimball, 1999:294). Landsteiner membagi orang menjadi 3 golongan, yaitu A,B, dan O.
Golongan darah yang ke empat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB. Landteiner mengatakan bahwa
antigen atau agglutinogen yang dibawa oleh eritrosit orang teretentu dapat mengadakan reaksi dengan zat anti atau
antibodi atau agglutinin yang dibawa oleh serum darah. Orang yang memiliki antigen-A, lain lagi dengan yang
memiliki antigen-B. Ada juga yang memiliki kedua antigen, yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan ada pula yang
tidak memiliki anigen-A maupun antigen –B. Orang yang memiliki antigen-A tidak memiliki anti-A, melainkan anto-
B di dalam serum atau plasma darah. Orang demikian dimasukkan dalam golongan darah A. Orang dari golongan
darah B mempunyai antigen-B dan anti-A. Orang dari golongan B mempunyai antigen-B dan anti-A. Apabila antigen-
A bertemu dengan anti-A, begitupula antigen-B dengan anti-B, maka darah akan menggumpal dan dapat
mengakibatkan kematian pada orang yang menerima darah. Darah tipe A tidak dapat ditransfusikan kepada orang
golongan darah B, demikian pula sebaliknya. Orang yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B, tetapi
memiliki anti-A dan anti-B didalam serum atau plasma darah, diasukka dalam golongan darah O. Adapun orang
yang memiliki antigen-Amaupun antigen-B, tetapi tidak memilki anti-Amaupun anti-B didalam serum atau plasma
darah maka dimasukkan ke dalam golongan darah AB.(Suryo,2013:254-256). Golongan Darah A Individu A memiliki
sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif. 2. Golongan Darah B Individu memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah Bnegatif atau O-negatif.
Golongan Darah AB Individu memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi
terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif. Golongan Darah O Individu dengan
golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga,
orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan
darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. (Amroni,2016.322)

Golongan darah adalah hasil dari pengelompokkan darah


berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel
darah merah. Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein,
glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat
herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang
tua. Antigen adalah sejenis zat yang bila masuk ke dalam tubuh, lalu
dikenali sebagai benda asing, akan menimbulkan respon imun. Hal
ini akan berakibat pada diproduksinya antibodi yang akan bereaksi
spesifik dengan antigen tersebut (Winotasara,1993:53).
Sumber: edubio.info.co.id
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil praktikum golongan darah yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada golongan darah A
terjadi penggumpalan darah ketika darah tersebut di tetesi serum anti-A dan serum anti-B, karena pada golongan
darah A mengandung aglutinogen A dan serum aglitini anti-B. Pada golongan darah B terjadi penggumpalan darah
ketika darah tersebut ditetesi serum anti-B dan serum anti-AB, karena golongan darah B mengandung aglutinogen B
dan serum aglutinin anti-A. Pada golongan darah AB terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum anti-A, serum anti-
B, dan serum anti-AB, karena golongan darah AB mengandung aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung serum
aglutinin. Adapun pada golongan darah O tidak terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum anti-A, serum anti-B,
dan serum anti-AB, karena golongan darah O tidak mengandung aglutinogen A dan B.
Referensi:
Amroni,2016. Penerapan Rule Base Expert System Untuk Mengetahui Hasil Perkawinan Antar Golongan Darah.
Junral Ilmiah Media SISFO.Jambi.Vol,10,No.2:322
Suryo. 2013. Genetika. UGM Press. Yogyakara.
Winotasara dkk.  1993. Biologi Umum. Depdikbud. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai