Anda di halaman 1dari 11

A.

PENGGOLONGAN DARAH (SEROLOGI I)

1. ALAT

1. Blood lancing device + Blood lancet


2. Batang lidi
3. Kartu hasil sampel
4. Tissue ethyl alcohol

2. BAHAN

1. Darah
2. Anti A reagent
3. Anti B reagent
4. Anti AB reagent
5. Anti D reagent

3. CARA KEJA

1. Usapkan tissue ethyl alcohol pada permukaan jari tangan yang akan ditusuk.
2. Tusuk ujung jari yang telah diberi ethyl alcohol menggunakan blood lancing device,
pijat-pijat ujung jari agar darah mudah keluar.
3. Teteskan darah pada Kartu sampel lalu usap ujung jari tersebut dengan ethyl alcohol
kembali agar tidak terjadi infeksi.
4. Teteskan 1 tetes Anti A,B,AB,D reagent pada masing-masing sampel darah sesuai
keterangan pada kartu hasil sampel. Campurkan reagent dan darah dengan cara
mengaduk menggunakan batang lidi.
5. Amati dengan teliti serta perhatikan apakah terjadi penggumpalan atau tidak
6. Catat golongan darah dan rhesus yang telah diamati.
4. HASIL PRAKTIKUM

B.1.1 HASIL PRAKTIKUM

1. Hasil praktikum penggolongan darah A

Gambar 4.1 Hasil penggolongan darah A

Pada hasil praktikum penggolongan darah A, tampak darah menggumpal pada anti-A
dan anti-AB dan tidak menggumpal pada anti-B. Pada anti-RH juga tampak darah
yang menggumpal menandakan bahwa rhesus darah adalah positif.

2. Hasil praktikum penggolongan darah B

Gambar 4.2 Hasil penggolongan darah B

Pada hasil praktikum penggolongan darah B, tampak darah menggumpal pada anti-B
dan anti-AB dan tidak menggumpal pada anti-A. Pada anti-RH juga tampak darah
yang menggumpal menandakan bahwa rhesus darah adalah positif.
3. Hasil praktikum penggolongan darah O

Gambar 4.3 Hasil penggolongan darah O

Pada hasil praktikum penggolongan darah O, tampak darah tidak menggumpal pada
anti-A, anti-B, dan anti-AB. Pada anti-RH juga tampak darah yang menggumpal
menandakan bahwa rhesus darah adalah positif.

4. Hasil praktikum penggolongan darah AB

Gambar 4.4 Hasil penggolongan darah AB


Pada hasil praktikum penggolongan darah AB, tampak darah menggumpal pada anti-
A, anti-B, dan anti-AB. Pada anti-RH juga tampak darah yang menggumpal
menandakan bahwa rhesus darah adalah positif.

B.1.2

1. Hasil praktikum penggolongan darah A

Gambar 4.1 Hasil penggolongan darah A

Tampak di kertas uji coba darah yang diberi anti-A tampak menggumpal. Tampak
juga darah yang diberi anti-D (anti-RH) menggumpal. Hal ini menunjukkan bahwa
golongan darah adalah A+

2. Hasil praktikum penggolongan darah B


Gambar 4.2 Hasil penggolongan darah B

Tampak di kertas uji coba darah yang diberi anti-B tampak menggumpal. Tampak
juga darah yang diberi anti-D (anti-RH) menggumpal. Hal ini menunjukkan bahwa
golongan darah adalah B+

3. Hasil praktikum penggolongan darah O

Gambar 4.3 Hasil penggolongan darah O

Tampak di kertas uji coba darah tidak menggumpal pada anti-A, anti-B, dan anti-AB.
Pada anti-RH juga tampak darah yang menggumpal menandakan bahwa rhesus darah
adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa golongan darah adalah O+

4. Hasil praktikum penggolongan darah AB


Gambar 4.4 Hasil penggolongan darah AB

Tampak di kertas uji coba darah tampak darah menggumpal pada anti-A, anti-B, dan
anti-AB. Pada anti-RH juga tampak darah yang menggumpal menandakan bahwa
rhesus darah adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa golongan darah adalah AB

B.1.3

Gambar 1. Hasil praktikum penggolongan darah


5. PEMBAHASAN

B.1.1

Golongan darah adalah ilmu yang mengklasifikasikan darah dari suatu kelompok
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah
merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada
permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling
penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (Faktor Rh). Golongan darah manusia
ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai
berikut :

a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah
dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga,
orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang
dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada
sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa
negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih
umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan
dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.

B.1.2

Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada


atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein  pada permukaan
membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah
dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung


dalam darahnya, sebagai berikut :

a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di


permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima
darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan
golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan.
Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB
memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling
jarang dijumpai di dunia

Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang
menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum
aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut
mengandung aglutinogen A. Golongan darah berarti A Bila darah seseorang diberi serum
aglutinin b mengalami aglutinasi, maka darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti
kemungkinan orang tersebut bergolongan darah B. Bila saat diuji tampak darah menggumpal
pada anti-A, anti-B, dan anti-AB. Golongan darah adalah AB. Jika darah tidak menggumpal
pada anti-A, anti-B, dan anti-AB. Golongan darah adalah O. Sedangkan seseorang dengan
rhesus + maka pada sampel darah yang diberi anti-D (anti-RH) reagent didapati
penggumpalan darah dikarenakan terdapat rh antigen pada eritrositnya, sedangkan pada
seseorang dengan rhesus – tidak didapati penggumpalan darah karena tidak memiliki rh
antigen pada eritrositnya.

B.1.3

Setiap manusia pasti memiliki golongan darah, terdapat beberapa cara untuk
menentukan golongan darah yakni menggunakan sistem ABO, sistem MN dan sistem rhesus.
Penggolongan darah menggunakan sistem ABO, sistem ABO sendiri merupakan sistem
penggolongan daraha yang paling sering digunakan yang prosesnya dapat dilakukan secara
manual yakni dengan cara meneteskan 3 jenis reagen pada sampel darah yang kemudian pada
sampel tersebut akan terjadi proses aglutinasi atau penggumpalan darah (Melati dkk, 2011).

Terdapat sejumlah antigen pada sel darah merah, yang dimana antigen-antigen
tersebut yang nantinya akan digunakan untuk menentukan golongan darah manusia.
Sebenarnya hanya terdapat dua antigen di dunia yakni antigen A dan antigen B. Seseorang
dengan antigen A pada sel-sel darah merahnya mengandung antibodi B. seseorang dengan
antigen B pada sel-sel darah merahnya mengandung antibodi A. seseorang yang memiliki dua
antigen sekaligus yakni antigen A dan B memiliki golongan darah AB dan seseorang tersebut
tidak memiliki antibodi ABO pada plasmanya, sedangkan seseorang bergolongan darah O
tidak memiliki antigen pada sel-sel darahnya, tetapi memiliki kedua jenis antibodi pada
plasmanya (Fried dan Hademenos,2006).

Sistem penggolongan darah yang kedua ialah sistem M,N. pada tahun 1927
Landsteiner dan Lavine menemukan adanya golongan darah manusia yang disebut golongan
darah M,MN dan N dimana pada eritrosit seseorang tersebut terdapat antigen M,MN dan N,
hal ini hamper mirip dengan penggolongan ABO (McKusick 1971)

Sistem penggolongan darah yang terakhir adalah sistem Rhesus. Sistem rhesus
merupakan sistem yang sangat complex. Seseorang dengan rhesus + memiliki rh-antigen
pada eritrositnya sedangkan seseorang dengan rhesus – tidak memiliki rh-antigen pada
eritrositnya. Antigen pada manusia tersebut dinamakan antigen-D dan merupakan antigen
yang penting pada proses transfuse. Sistem penggolongan darah rhesus merupakan antigen
yang terkuat dibandingkan penggolongan lainnya ( Widjajakusumah,2003)

Pada praktikum kali ini digunakan penggolongan darah dengan sistem ABO dan
rhesus, penggolongan sistem ABO dilakukan dengan cara meneteskan darah pada kartu
sempel lalu mecampurkannya dengan reagent, setelah beberapa saat didapati aglutinasi pada
sampel darah, jika aglutinasi atau penggumpalan darah terjadi pada darah yang diberi reagent
anti-A maka seseorang tersebut memiliki golongan darah A karena sorang tersebut memiliki
antibodi B sehingga dapat menggumpal bila diberi reagent A, jika penggumpalan terjadi pada
darah yang diberi reagent B maka seseorang tersebut memiliki golongan darah B. apabila
terjadi penggumpalan pada darah yang diberi reagent A,B dan AB maka seseorang tersebut
memiliki golongan darah AB, karena seseorang dengan golongaan darah AB tidak memiliki
antibodi ABO, sedangkan jika pada hasil tidak didapati penggumpalan darah maka seseorang
tersebut memiliki golongan darah O, karena seseorang dengan golongan darah O tidak
memiliki antigen pasa sel sel darahnya.

Pada praktikum sistem rhesus, seseorang dengan rhesus + maka pada sampel darah
yang diberi anti-D reagent didapati penggumpalan darah dikarenakan terdapat rh antigen
pada eritrositnya, sedangkan pada seseorang dengan rhesus – tidak didapati penggumpalan
darah karena tidak memiliki rh antigen pada eritrositnya.
6. KESIMPULAN

Pada praktikum ini, bila seseorang bergolongan darah A, maka pada bagian anti A dan
anti AB akan menggumpal. Bila memiliki golongan darah B, maka bagian anti B dan anti AB
akan menggumpal. Bila memiliki golongan darah AB, maka bagian anti A, anti B, dan anti
AB tidak akan menggumpal, sedangan bila bergolongan darah O, maka pada bagian anti A,
anti B, dan anti AB akan menggumpal. Untuk seseorang yang memiliki rhesus positif maka
pada anti Rh akan menggumpal sedangkan seseorang yang memiliki rhesus negatif, anti Rh
tidak akan menggumpal.

Anda mungkin juga menyukai