Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

TES GOLONGAN DARAH

XI MIPA 3
Kelompok 5
Carencia Glory Putri
Elva Dwi Reza
M. Fatih Hendra
Ni Wayan Sri
Okti Prameswari
Raziq Altaf Rusdy
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-
nya sehingga tugas Praktikum Biologi Tes Darah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami
buat sebagai kewajiban memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu mewujudkan tugas ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang
dimaskud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini kami sangat hargai.

I. Judul
Tes Golongan Darah

II. Tujuan
Mengetahui golongan darah sistem ABO dan rhesus seseorang

III. Dasar Teori


Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan
yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat
anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi


yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen
A.Di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen
B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau
O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel.Darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen.A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun
B. Sehingga orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah
dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.
Namun orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan
darah kecuali pada sesama AB-positif
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-
negatif.

Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4


golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan
darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan
mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal
dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen,
dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di
sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang
disebut golongan O.

Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari
Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah
AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah
sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.

Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung


populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah
terhadap populasi yang berbeda-beda.

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan


memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis
Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki
golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah
merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali
digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling
umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada
pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.


Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi
antibodi terhadap antigen Rh (D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama
terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh
dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.

Golongan darah dikelompokkan menjadi 4, yaitu; A, B, O, dan AB. Penetapan


penggolongan darah didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B.
Individu-individu dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada
sel darah merah, individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B, dan individu
dengan golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut. Berikut adalah
tabel hubungan golongan darah dan antigennya.

IV. Alat dan bahan


 Kertas objek
 Blood lancet
 Pengaduk (tusuk gigi)
 Kapas
 Alkohol 70%
 Serum anti-A
 Serum anti-B
 Serum anti-AB
 Serum anti-D (anti-Rho)

V. Cara kerja
1) Siapkan kaca objek dan blood lancet yang sudah dibersihkan dengan alkohol
70%.
2) Bersihkan salah satu jari (biasanya jari tengah) dengan kapas yang dibasahkan
dengan alkohol 70%. Bersihkan juga blood lancet yang akan digunakan dengan
alcohol.
3) Tusuklah ujung jari tersebut menggunakan blood lancet, pijat-pijat ujung jari
agar darah mudah keluar.
4) Teteskan pada kertas objek di empat titik dengan jarak tidak terlalu berdekatan.
Bersihkan lagi ujung jari bekas tusukan dengan alkohol 70% agar tidak terkena
infeksi
5) Teteskan satu tetes serum anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti anti-D (anti-Rho)
pada masing-masing tetesan darah. Aduk darah yang bercampur serum
menggunakan tusuk gigi yang masing-masing berbeda, agar tidak tercampur
6) Amati dengan cermat, perhatikan ada atau tidaknya penggumpalan
7) Tentukan tipe golongan darah berdasarkan hasil analisis reaksi penggumpalan

VI. Tabel Pengamatan

Reaksi Terhadap Serum Tipe Golongan Darah


No. Nama Sistem Sistem
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D ABO Rh
1 Derryl + + + + AB Rh +
2 Desiree - - - + O Rh +
3 Pingkan + + + + AB Rh +
4 Aila - + + + B Rh +
5 Okti - + + - B Rh -
6 Raziq + + + + AB Rh +
*) menggumpal (+)
*) tidak menggumpal (-)

VII. Analisa
Dari hasil percobaan yang telah kita lakukan, hasil.tes darah menunjukan 3 jenis golongan
darah yaitu O, B, dan AB. Pada golongan darah O tidak terjadi reaksi penggumpalan setelah
di teteskan serum anti-A, antu-B, anti-ABkarena tidak memiliki aglutinogen (antigen) yang
dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan). Pada golongan darah AB terjadi
penggumpalan setelah diteteskan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB karena memiliki
Aglutinogen A dan B, namun tidak memiliki Aglutinin. Lalu pada golongan darah B terjadi
penggumpalan setelah diteteskan serum anti-B dan anti-AB karena pada golongan darah B
memiliki aglutinogen B sehingga serum Anti-B terjadi penggumpalan.
Pada golongan darah yang memiliki rhesus positif akan terjadi penggumpalan setelah
diteteskan serum anti-D karena didalam eritrositnya terdapat aglutinogen atau antigen
rhesus (disebut juga aglutinogen D). Sedangkan pada rhesus negatif di dalam
eritrositnya tidak terdapat aglutinogen atau antigen rhesus (disebut juga aglutinogen D).

VIII. Soal dan Jawaban


1) Berapa tipe golongan darah sistem ABO dan sistem rhesus yang dimiliki oleh
teman sekelas anda? Tuliskan tipe golongan darah tersebut.
Jawab : Banyaknya tipe golongan darah yang dimiliki teman sekelas kami
sebanyak 3 tipe yaitu AB, O, dan B, dan rhesus yang dimiliki teman sekelas
kami sebanyak 2 tipe yaitu Rh + (berjumlah 5 orang) dan Rh – (berjumlah 1
orang)

2) Tipe golongan darah sistem ABO manakah yang terbanyak di kelas?


Jawab : Tipe golongan darah sistem ABO yang terbanyak di kelas kami yaitu
AB sebanyak 3 orang.

3) Tipe golongan darah sistem rhesus manakah yang terbanyak di kelas?


Jawab : Tipe golongan darah sistem rhesus yang terbanyak di kelas kami yaitu
Rh+ sebanyak 5 orang.

4) Mengapa pada tipe golongan darah O, tidak ada reaksi yang menggumpal?
Jelaskan alasannya.
Jawab : Karena golongan darah O tidak memiliki aglutinogen (antigen) yg dapat
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan), sehingga apabila golongan darah O
direaksikan dengan serum anti A, anti B, anti AB maka tidak akan menggumpal.

5) Mengapa pada tipe golongan darah AB, semua reaksi menggumpal? Jelaskan
alasannya
Jawab : Karena memiliki Aglutinogen A dan B, namun tidak memiliki
Aglutinin.

6) Gambarkan skema transfusi darah pada golongan darah sistem ABO, uraikan
penjelasannya
Jawab :

7) Apa yang akan terjadi jika orang yang bergolongan darah AB menerima
transfusi darah dari donor yang bergolongan darah A?
Jawab : Tidak akan terjadi apa-apa. Golongan darah AB tidak mengandung
aglutinogen A pada golongan darah A. sehingga tidak terjadi gumpalan darah
saat golongan darah A ditransfusikan ke AB.
8) Apa yang akan terjadi jika orang yang bergolongan darah B menerima transfusi
darah dari donor yang bergolongan darah O?
Jawab : Tidak akan terjadi apa-apa. Golongan darah B mengandung aglutinogen
di dalam eritrositnya dan mengandung aglutinin A di dalam plasma darahnya.
sehingga golongan darah B hanya bisa menerima transfusi dari golongan darah
O dan B jadi tidak apa jika golongan darah B menerima transfusi dari golongan
darah O

9) Jika seseorang memiliki darah Rh – mendapatkan transfusi dari donor yang


memiliki Rh + , pada awalnya tidak membahayakan, tetapi transfusi darah Rh
+ selanjutnya akan berbahaya, mengapa? Jelaskan terjadinya kasus tersebut
Jawab : Karena pada saat transfusi pertama si penerima membuat antibodi untuk
melawan Rh+. tetapi di transfusi pertama tidak mebahayakan. Bahayanya
ditransfusi kedua karena tubuh si penerima sudah mengenali antingen Rh+ dan
sudah membuat antibodi. Nanti akan ada penolakan di dalam tubuh. Menagapa?
karena Rh- punya antibodi untuk melawan Rh+, sedangkan Rh+ tidak punya
antibodi untuk melawan Rh-.

10) Jelaskan akibatnya jika seorang wanita yang memiliki darah Rh – mengandung
janin dengan darah Rh +
Jawab : Saat dalam kandungan, sel darah merah Rh+ anaknya dapat keluar
menembus plasenta ke sistem sirkulaai ibunya, yaitu saat plasenta rusak
sebelum / sesudah bayi dilahirkan. Hal itu menyebabkan si ibu memproduksi
antibodi Rh-. Jika ibu tersebut hamil lagi & anaknya memiliki faktor Rh+, maka
antibodi Rh- ibu akan masuk lewat plasenta dan merusak sel darah merah anak.
Akibatnya, anak kedua akan mengalami anemia berat dan dapat menyebabkan
kematian, keadaan seperti ini disebut penyakit Eritroblastosis Fetalis.

Daftar Pustaka

Dra. Irnaningtyas, M.Pd. 2019. Biologi. Jilid 2 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta. Erlangga
https://www.edubio.info/2015/10/golongan-darah-sistem-abo.html?m=1
http://marufatuamaliya.blogspot.com/2012/03/laporan-biologi-golongan-darah.html?m=1
http://mysketcbook.blogspot.com/2015/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai