Anda di halaman 1dari 22

KOROSI

 
Nama         : M.Setio budi                                             12173019

                    Herdiansyah                                           12173024

                    Uud Saputra                                           121730

Fakultas     : Teknik

Jurusan      : Teknik Industri

Kelas          : IN4A

Matkul       : Proses Produksi

Dosen        : Ir.amiluddin

 
 
UNIVERSITAS BINADARMA PALEMBANG
SUMATERA SELATAN
2014/2015
 
 
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT pemelihara alam semesta. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SWA, keluarga, sahabat serta semua pengikut jejak dari masa
kemasa. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang berkenanan dengan
“KOROSI”.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
proses pengerjaan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makalah ini berjudul tentang “Pemeriksaan Bahan dan Heat Treatment” untuk memenuhi nilai tugas Mata
Kuliah “Pengetahuan Bahan II”. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila banyak kesalahan
dalam penulisan kata dan kalimat dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi seluruh
pembaca, amien.

Palembang,06  FEBRUARY  2013

DAFTAR ISI
 
 
COVER MAKALAH

KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………………………………………………………
………… i

DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………………………………………………
……………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


…………………………………………………………………………………………………………………………
4

1.2 RUMUSAN MASALAH


……………………………………………………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
KOROSI………………………………………………………………………………………………………………
….. 6

2.2PROSES TERJADINYA
KOROSI……………………………………………………………………………………………………. 10

2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB


KOROSI………………………………………………………………………………………….. 12
2.4 DAMPAK DARI
KOROSI………………………………………………………………………………………………………………
….. 13

2.5 BENTUK-BENTUK
KOROSI……………………………………………………………………………………………     16

2.6 BAKTERI PENYEBAB


KOROSI………………………………………………………………………………………………………… 31

2.7 MASALAH-MASALAH
DILAPANGAN……………………………………………………………………………………………. 35

2.8 KOROSI DAN CARA


PENCEGAHANNYA……………………………………………………………………………………….. 36

2.9 MENCEGAH TERJADINYA


KOROSI……………………………………………………………………………………………….. 37

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
…………………………………………………………………………………………………………………………
……….. 40

3.2 SARAN
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………….. 40

3.3 DAFTAR PUSTAKA


………………………………………………………………………………………………………………………….
41

 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang masalah
Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan.Karat adalah sebutan bagi korosi pada besi,
padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah
satu dari banyak jenis logam yang mengalami korosi. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi
dan karat hampir dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak logam
danmembahayakan.Oleh karena itu,dengan pentingnya mempelajari pencegahan korosi.
KOROSI pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di
Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi yang menyerang permesinan industri,
infrastruktur, sampai perangkat transportasi di negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini
berarti 3,1 persen dari Gross Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan
tropis seperti Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data yang
jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.

Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas
mikroba dan proses korosi. Korosi pertama di indentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal
tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat
degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an. Ketika pengaruh
serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi
serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan
tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi
pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama
tahun 1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan
perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi
mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi
tersebut.

Penulisan ini makalah ini ditujukan sebagai bahan perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen
dan pendidikan secara khususnya dan orang- orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi
dan ilmu pengetahuan alam pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas
baik air, udara dan tanah di sekitar kita.

Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya
dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan
pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan
nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.

Mikro organisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga danprotozoa. Korosi ini
bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu
area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada
permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.
Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya
bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.

Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan,
namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam
lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau
logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte.
Mikro organisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :

1. Jenis Anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.

2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.

3. Jenis Anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.

4. Mikro Aerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen.

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya korosi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?

1.3. Tujuan masalah


1. Mengetahui proses bagaimana terjadinya korosi.

2. Mengetahui penyebab terjadinya korosi

3. Bagaimana cara mencegah korosi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat
logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu
zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <–> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak

sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.


O2(g) + 4H+(aq) + 4e <–> 2H2O(l)
atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e <–> 4OH–(aq)


Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana

dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,

bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimiaatau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi
adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di
alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi.
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena
lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda
bila masih bersih dari oksida.
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi.  Besi merupakan logam yang mudah

berkarat.  Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat

padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.  Rumus kimia dari karat

besi adalah Fe2O3.xH2O.  Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan.  Contoh nyata adalah keroposnya

jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak
kecewa  bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi. Pasti tidak

ada.

Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil

langkah-langkah antisipasi. Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu

proses (perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik.  Bagian tertentu dari

besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain

sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda).  Elektron mengalir dari anoda ke katoda,
sehingga terjadilah peristiwa korosi.

Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang

kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.


Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena
lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda
bila masih bersih dari oksida.
Secara garis besar korosi ada dua jenis yaitu :

1. Korosi Internal
yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2 dan H2S pada minyak bumi, sehingga apabila
terjadi kontak dengan air akan membentuk asam yang merupakan penyebab korosi.

Contoh gambar Korosi internal

2. Korosi Eksternal
yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak
dengan udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara dari tanah.

2.2   Proses Terjadinya Korosi


Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada dasarnya
merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan
berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat
oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.

Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron
ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang
sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya.
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan
sebagai berikut :

Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e}

x2

Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)

Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)


Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwaemf standar untuk proses korosi ini, ,yaituE0sel =
+1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi
karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian
teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :

4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)

Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi elektron
dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam.

Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :

O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)

Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit berhubungan
dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat
(II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium
heksasianoferat (III).

Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi (III) oksida yang
terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi meskipun alumunium
mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi
terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi
logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar. 
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Korosi
        Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal
dari               bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur
bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan
sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan
zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.

1. Oksigen

Oksigen berperan dalam proses korosi. Hal ini dapat dibuktikan dgn berkaratnya besi jika terjadi oksidasi
pada logam.

2. Air dan kelembapan udara

Semakin besi tersebut terkena air, semakin cepat pula korosinya. Kelembapan udara juga sangat
mempengaruhi dalam korosi.
3. Zat elektrolit

Zat-zat elektrolit terutama hujan asam dan garam dapat mempengaruhi korosi.

4. Permukaan logam

Apabila didekatkan (dilengketkan) dengan besi, maka dapat mempercepat korosi. Dan permukaan yang
kasar relatif lebih mempercepat korosi.

5. Sel elektrokimia

Sel elektrokimia dapat terbentuk ketika dua atau lebih logam potensial elektrodanya berbeda bersentuhan
satu sama lain.

             6.     B a k t e r i → tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena


mereka akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), selama masa putaran
hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti sehingga menaikkan kecepatan korosi. H2S dan besi
sulfida, Fe2S2, hasil reduksi sulfat (SO42–) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerob, dapat
mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air. Zat-zat ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika
terjadi korosi logam besi maka hal ini dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang,
karena mereka senang dengan air yang mengandung besi.
2.4   Dampak Dari Korosi
                        AKIBAT ATAU DAMPAK KOROSI DALAM KEHIDUPAN
Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami kerusakan berbentuk
keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat.
Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan
secara umum istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya.

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan
sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya.

Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke
lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya
sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan
elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan
mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam.

       Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam. Bangunan-
bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-
baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Seng untuk atap dapat bocor karena
termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat terbebas dari masalah korosi. Jembatan
dari baja maupun badan mobil dapat menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Hal ini
disebabkan karena korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat
mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen
renik elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan sebagainya dalam kehidupan
rumah tangga menjadi rusak.

Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju sekalipun, masalah ini
secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang
merupakan kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi
wilayah kajian para ahli kimia.

Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi pemakaian
suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan industri. Milyaran Dolar AS telah dibelanjakan setiap
tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-mesin industri
serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan lebih lama.

Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan cara yang berbeda-beda,
umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 – 5,0 persen dari GNP (Gross National Product)/PNB
(Produk Nasional Bruto). Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar
3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak
langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang
umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung. Dari semua kerugian yang ditimbulkan tersebut
maka dipandang perlu agar kita dapat mengetahui langkah-langkah apa saja yang dapat mencegah atau
menekan laju korosi.

Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun
sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga 126 milyar
dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam
bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya
dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum
terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat
berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya
kerusakan pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung
berupa terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi,
terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau jaringan
pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan
jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain sebagainya.

2.5   Bentuk-Bentuk Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah, korosi
retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat
pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.

1. Korosi Merata
    Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu
pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per
satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi,
keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas
dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance). 
2. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat khususnya metal besi yang
berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka.

Faktor-faktor yang menentukan tingkat karat atmosfer, yaitu :

 Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal,
 Suhu
 Kelembapan kritis
 Arah dan kecepatan angin
 Radiasi matahari
 Jumlah curah hujan
3. Korosi Sumuran
   Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat pecahnya lapisan
pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada
antar muka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif
secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi
sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat
menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.

4. Korosi Pelarut Selektif


    Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen dari zat paduan yang biasa disebut
pelarutan selektif (Selective Dissolution) atau partino / de alloying. Zat komponen yang larut selalu
bersifat anodic terhadap komponen yang lain. Walaupun secara visual tampak perubahan warna pada
permukaaan paduan namun tidak tampak adanya kehilangan materi berupa takik, perubahan dimensi,
retak atau alur. Bentuk permukaan tampaknya tetap tidak berubah termasuk tingkat
kehalusan/kekasarannya. Namun sebenarnya berat bagian yang terkena jenis karat ini menjadi
berkurang, berpori-pori dan yang terpenting adalah kehilangan sifat mekanisnya menjadi getas dan
mempunyai kekuatan tarik sangat rendah.

Karat ini biasa terjadi melalui struktur logam dalam dua macam :
1. Logam antara (unsur antara) unsur ini biasa bersifat anoda atau katoda terhadap logam utama.

2. Senyawa (unsur-unsur bukan logam) unsur ini bersifat katoda terhadap ferit.

5. Korosi celah
    Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme
terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi
oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan
oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian
luar menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah
yang terkorosi.

6. Korosi Erosi
    Korosi erosi ialah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh aliran fluida yang
sangat cepat. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu :

1.Kondisi aliran laminar


2.Kondisi aliran turbulensi
3.Kondisi peronggaan

Korosi erosi disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :

1.Perubahan drastis pada diameter lubang bor atau arah pipa

2.Penyekat pada sambungan yang buruk pemasangannya

3.Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar aliran utama

4.Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran laminer

7. Korosi Retak
           Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan
korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material
mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam
yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan
terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat
pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.

8.   Korosi Arus Liar


      Korosi arus liar ialah merasuknya arus searah secara liar tidak disengajapada suatu konstruksi baja,
yang kemudian meninggalkannnya kembali menujusumber arus. Prinsip serangan karat arus liar ini
adalah merasuknya arus searahsecara liar tidak disengaja pada suatu konstruksi baja,
kemudianmeninggalkannnya kembali menuju sumber arus. Pada titik dimana arus meninggalkan
konstruksi, akan terjadi serangan karat yang cukup serius sehingga dapat merusak konstruksi tersebut.

Terdapat dua jenis sel arus yang dipaksakan, yaitu :

         1.      Sel arus liar yang terjadi secara eksidentil (tidak sengaja).

Seperti arus liarpada kereta apilistrik, yang melaju disamping atau berdekatan dengan pipaair minum di
dalam tanah yang terbuat dari baja bergalvanis atau bajaberlapis beton sebelah dalam dan berbalut
(wrapped) sebelah luar. Karatakan terjadi pada daerah keluarnya arus luar yang berasal dari rel
keretalistrik tersebut.

          2.      Sel arus paksa disengaja.

Seperti sel perlindungan katodik pada pipa bawah tanah. Arus berasal dari sumber arus listrik searah
menuju elektroda dan melalui tanah arus mengalir dari elektroda ke pipa sehingga pipa menjadi katoda
yang tidak berkarat. Selanjutnya arus kembali ke sumber (rectifier).

9. Korosi Intergranular
          Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya reaksi
antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila
diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas
butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi
dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.

10. Selective Leaching
            Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu
unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme
terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah
satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya
lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain
selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran.
Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi poros dan
lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
11.  Karat Titik Embun
Karat titik embun ini disebabkan oleh factor kelembaban yang menyebabkan titik embun (dew point) atau
kondensasi. Tanpa adanya unsur kelembaban relative, segala macam kontaminan (zat pencemar) tidak
akan atau sedikit sekali menyebabkan pengkaratan. Titik embun ini sangat korosif terutama di daerah
dekat pantai dimana banyak partikel air asin yang terhembus dan mengenai permukaan metal, atau di
daerah kawasan industry yang kaya dengan zat pencemar udara.

Saat jarang jatuh hujan, maka zat pencemar di permukaan metal tidak terganggu, sehingga sewaktu
terjadi kondensasi di permukaan dengan factor cuaca yang relative dingin dan factor kelembaban relative
cukup tinggi ( di atas 80%), maka air embun tersebut tercampur dengan zat pencemar yang ada menjadi
larutan elektrolit yang sangat baik, sehingga mempercepat proses pengkaratan atmosfer. Tingkat
pengkaratan akan sangat ganas apabila di samping keberadaan zat pengkarat (corrodent) yang tinggi,
kelembaban yang tinggi juga suhu yang bersifat cyclic (baik turun secara teratur).

Dengan suhu yang relative hangat dan terlarut di dalam embun yang cukup banyak maka akan tercipta
larutan asam belerang yang sangat reaksif.

Contoh, pada puncak cerobong suhu udara cukup rendah sehingga berada di bawah suhu kondensasi
(titik embun).

12.   Korosi Regangan
Korosi ini terjadi karena pemberian tarikan atau kompresi yang melebihi batas ketentuannya. Kegagalan
ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR) atau stress corrosion cracking. Sifat retak jenis ini sangat
spontan (tiba-tiba terjadinya/spontaneous), regangan biasanya bersifat internal yang disebabkan oleh
perlakuan yang diterapkan seperti bentukan dingin atau merupakan sisa hasil
pengerjaan (residual)seperti pengelingan, pengepresan dan lain-lain.
Untuk material kuningan jenis RKR disebut Season Cracking, dan pada material Low Carbon
Steeldisebut Caustic Embrittlement (kerapuhan basa), karat ini terjadi sangat cepat dalam ukuran menit,
yakni jika semua persyaratan untuk terjadinya karat regangan ini telah terpenuhi pada suatu moment
tertentu yakni adanya regangan internal dan terciptanya kondisi korosif yang berhubungan dengan
konsentrasi zat karat (Corrodent) dan suhu lingkungan.
Zat penyebab karat dan kondisi lingkungan penyebab RKR pada berbagai sistem paduan.

Sistem Paduan Lingkungan


 Klorida
 Udara industri yang lembab
Paduan Aluminium  Udara laut
 Ion Amonium
Paduan Tembaga (Kuningan dan lain-lain)  Amine
 Hidroksida terkonsentrasi dan panas
Paduan Nikel  Uap asam Hidrofluroida (hydrofluoric)
 Hidroksida terkonsentrasi dan mendidih
 Nitrat terkonsentrasi dan mendidih
Baja Karbon Rendah  Produk penyuling destruktif dari batu bara
Baja “Oil-Country/Oil Field”  H2S dan CO2
Baja paduan rendah berkekuatan tinggi  Klorida
Baja nir noda
Baja Austentic (seri 300)

 Klorida mendidih
 Hidroksida terkonsentrasi dan mendidih
 Asam politionik
Baja feritik dan Baja martensitik (seri 400)

 Klorida
 Air pendingin reactor
Baja “maraging” (18% Ni)

 Klorida
Paduan Titanium

 Klorida
 Metal alcohol
 Klorida padat suhu di atas 550° F
 
Contoh sebuah paku dimasukan dalam air asin/air laut maka paku tersebut akan berkarat yang diawali
dari bagian kepala dan bagian yang runcing. Bagian kepala dan bagian runcing paku dibentuk secara
paksa dengan sistem Cold Forming (pembentukan dingin). Di dalam pengerjaan Cold Forming selalu
dihasilkan regangan sisa, akibatnya bagian tersebut akan menjadi anodic terhadap bagian paku lainnya
apabila dihubungkan melalui elektrolit.
13. Korosi Galvanis
            Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda potensial
dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron mengalir dari metal kurang mulia
(Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi
ion-ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negative yang berada
di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal
sehingga terbentuklah sumur-sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.
Sel galvanic tidak berhubungan langsung walaupun keduanya berada di dalam elektrolit yang
sama(Open Circuit).  Standar electromotive ini dapat berubah akibat pengaruh perubahan suhu,
perubahan konsentrasi zat-zat yang terlarut, kondisi permukaan elektroda, kotoran/sampah pada
elektroda dan lain-lain.
Contoh, suatu tube sheet  atau sebuah alat penukar kalori (tube sheet terbuat dari karbon steel/baja
karbon) dan tubenya dari paduan tembaga (Aluminium bronze), kalau ditinjau pada electromotive series
jelas bahwa baja (ferrum) lebih tinggi letaknya daripada tembaga, jadi baja dalam kondisi ini menjadi
lebih anodic terhadap paduan tembaga, karenanya terjadilah sel karat galvanic dan akibatnya tube sheet
baja tersebut berkarat dan kehilangan metal pada permukaannya.
 
14. Korosi Retak Tegang
      Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking) dan
korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material
mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam
yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan
terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat
pengaruh hidrogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.

2.6     Bakteri Penyebab Korosi


Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba
dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun
1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi
pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan
mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi
lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga
saat itu, korosi jenis ini merupakan salahsatu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri,
industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan
berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya
operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan
memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.
Korosi ini hanya disebabkan oleh suatu bakteri anaerobic yang hanya bertahan dalam kondisi tanpa ada
zat asam. Bakteri ini disebut Mikroba Korosi. Mikroba sendiri merupakan suatu mikroorganisme yang
hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya
dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu
yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta
nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur,
alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh
inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi
kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuklapisan tipis atau biodeposit.
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Bakteri ini mengubah
garam sulfat menjadi asam yang reaktif dan menyebabkan karat.

Adapun bakterinya Sporvobrio Desulfuricans, pencegahannya dengan memberi

aerasi ke dalam air.

Adapun mikro organisme yang lain yaitu bakteri yang membentuk lapisan berlendir (slime) menyebabkan
deposisi besi, jamur dan alga. Bakteri ini melubangi filter, menyebabkan karat dengan cara membuntu
pipa-pipa pendingin. Pencegahannya dengan senyawa Quarternary Ammonium dan Phenol (Pengendali
slime), Curri Sulfat (Pengendali Alga).

Macam-macam bakteri yang dapat menimbulkan korosi :

1. Bakteri reduksi sulfat


Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau lingkungan
reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga
mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri
ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.

Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau
Besisulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan
campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis
ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
 
2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau sulfur.
Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1.
bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi
asam.

 
 
3. Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan dengan bakteri korosi.
Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit
pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.

Nama Jenis
 Flavobacterium
 Mucoids
 Aerobactery
 Pseudomanas
 B. Subtilis Bakteri pembentuk lender penyebab sel karat
 B. Cereus konsentrasi oksigen.
 Desulfovibrio Closfridia Bakteri penyebab karat
 Gallionella Crenothrix Bakteri pendeposisi bakteri
 Chrococcus
 Oscillatoria
 Chlorococcus
 Ulothrix
 Scenedesmus
 Navicula Algae (Lumut)
 Aspergillus
 Alternaria
 Penicillium
 Trichoderma
 Torula Monilia Jamur
Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel diferensial oksigen,
konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan
proteksi hidrogen.

   Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan oleh fenomena
biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :

A. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi dalam suatu contoh kasus dari perusahaan
Korea Gas Corporation (KOGAS) menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis dengan polyethylene (APL 5L
X-65). Selama instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi katodik
dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun dicek kondisi
lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak
coating defect di sepanjang pipa. Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di
permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan terekspos. Coating
defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada
disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap
kelompok. Kedalaman pit 5-7 mm (0,22– 0,47 mm/year)
 
 
 
 
 
 
 
2.7     Masalah-masalah di lapangan
Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan oleh fenomena
biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :

1. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi


Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS) menggunakan pipa-pipa
gas yang dilapis dengan polyethylene (APL 5L X-65). Selama instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan
diproteksi dengan impressed current proteksi katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated
Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan
pengujian potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa. Kegagalan
selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang disebabkan adanya arus
proteksi katodik yang berlebihan terekspos. Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik
untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang
pit berbentuk hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok.

Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 – 0,47 mm/year)4, bentuk pit ini menindikasikan karakter bakteri reduksi
sulfat terlihat pada Gambar di bawah ini:

Lubang korosi 1. Kerusakan pada pipa akibat korosi (karat) secara mikrobiologis

2.       Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.


Di kota California Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami masalah cukup sulit
dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup besar, setelah diselidiki maka di
dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding
bagian dalam yang terbuat dari baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan pembelian.

Hal ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di dinding bagian dalam, kemudian di
dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi pitting sehingga mengurangi tebal
pipa dan aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan
mempercepat kelarutan logam.

 
 
 
 
 
2.8  Korosi dan Cara Pencegahannya
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi.  Besi merupakan logam yang mudah berkarat. 
Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat
kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.  Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O.  Bila
dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan.  Contoh nyata adalah keroposnya jembatan,
bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa  bila bodi
mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi.  Pasti tidak ada.  Karena itu, sangat
penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang
melibatkan adanya aliran listrik.  Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda
negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda).  Elektron
mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.

Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang kemudian
membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.
Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air.  Karena itu, besi yang disimpan
dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang lembab.  Korosi pada besi
ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak
dengan pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta
keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya permukaan).

2.9 Mencegah terjadinya korosi


            Prinsip sederhananya adalah ”menutup” jalan masuk dan kontak antara permukaan besi dengan
air dan udara. Caranya bisa bermacam-macam, misal dengan cara pengecatan, dan melapisi besi
dengan bahan lain misal chrom, nekel (misal pada pelg roda sepeda kamu), penyepuhan atau
galvanisasi. Ada juga logam yang dibentuk dari campuran besi sedemikian rupa namun tetap kuat yang
disebut dengan STAINLESS STELL atau baja tahan karat, biasanya digunakan untuk pisau, alat dapur
atau alat-alat kedokteran/kesehatan. Cara lainnya adalah dengan apa ayang disebut dengan PROTEKSI
KATODIK, yaitu menlindungi benda
besi dari karat dengan menjadikannya benda itu sebagai KATODA, secara sederhana bisa dijelaskan
bahwa sebatang besi akan lebih mudah terkena karat dibandingkan tembaga, maka dengan
“menempelkan” besi pada sebuah tembaga, maka karat yang muncul akan “terserap” menuju besi,
bukannya tembaga. Cara ini biasanya digunakan untuk jalur pipa yang panjang, menara tinggi, dan juga
mulai dikembangkan dalam teknologi pencegah karat di kendaraan mobil. misalnya menara menara
antena, terbuat dari besi kan. Lalu kenapa mereka tidak bisa berkarat? Itu disebabkan karena setiap
beberapa waktu selalu di cat ulang, tidak menyisakan tempat bagi udara dan air bertemu dengan
permukaan besi membentuk karat.

Pencegahan korosi bisa menerapkan pada dua prinsip berikut :

 
1. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat
terjadi.  Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam
yang lebih aktif seperti seg dan krom).  Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga)
sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat
mampercepat proses korosi.

2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)


Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia
dengan besi sebagai katoda.  Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen.
Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.  Dalam hal ini besi, sebagai katoda,
terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan).  Besi akan aman terlindungi selama logam
pelindungnya masih ada / belum habis.  Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah
tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg.  Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.

3. Membuat alloy atau  paduan logam yang bersifat tahan karat,  misalnya besi dicampur
dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
4. Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang
mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.

5. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk.


Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.

6. Pembalutan dengan Plastik.


Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik
mencegah kontak dengan udara dan air.

7. Tin Plating (pelapisan dengan timah).


Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara
elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah
hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak,
misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena
potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan
membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong
korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
8. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).
Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat
melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang
disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi
yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan
demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada
umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
9. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap,
misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink,
kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
1. Sacrificial Protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam
magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini
digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik,
batang magnesium harus diganti.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
1. Korosi merata dapat terjadi pada logam dan paduan logam karena reaksi oksidasi dan
reduksinya tersebar secara merata pada logam dengan laju korosi yang relatif sama.
2. Logam yang terkorosi merata terjadi akibat seluruh permukaan logam kontak dengan
lingkungannya.
3. Aktivitas mikroba khususnya bakteri reduksi ,oksida sulfat dan mangan oksidasi mengakibatkan
degradasi fungsi peralatan yang memakai bahan dasar logam dengan kondisi lingkungan kritis
dan temperatur tertentu. Maka pencegahan dengan pemilihan lingkungan kerja material yang
tidak memberikan nutrisi dan temperatur untuk berkembang dan perlindungan korosi berupa
pengecatan dan proteksi katodik.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar memperluas pengetahuan kami, Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama mahasiswa-mahasiswi Fakultas Teknik Industri
Universitas Bina Darma Palembang.

3.3 Daftar pustaka


http://kimia-korosiku.blogspot.com/
http://sainsforhuman.blogspot.com/2013/07/apa-itu-korosi-penyebab-dan-cara.html
http://nova-novianti.blogspot.com/2011/03/korosi-pengertian-korosi-korosi-adalah.html
http://irianpoo.blogspot.com/2010/10/pengertian-korosi.html
http://icheanindita.blogspot.com/2012/06/makalah-korosi.html
http://aarifin471.blogspot.com/2013/10/pengertian-korosi.html

Anda mungkin juga menyukai