Pada penggolongan darah ini ada 2 zat yang berperan penting dalam menentukan
golongan darah yaitu aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen atau antigen ini
merupakan polisakarida yang tidak hanya terdapat pada sel darah merah tetapi juga
terdapat pada kelenjar ludah, hati, ginjal, paru-paru, testis dan semen (Guyton, 2007).
Golongan darah dengan genotip dan unsur agluinin dan aglutinogennya
Tabel di atas menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki golongan darah O berarti
tidak memiliki antigen A atau antigen B, sehingga terproduksi antibodi A dan antibodi B;
untuk golongan darah A, terdapat antigen A dalam darahnya tetapi tidak memiliki
antibodi A, namun memiliki antibodi B. Golongan darah B pun demikian, golongan
darah ini memiliki antigen B yang berarti antibodi yang dimilikinya hanya antibodi A;
begitu juga dengan golongan darah AB yang memiliki kedua antigen, yaitu antigen A
dan antigen B sehingga golongan darah ini tidak memiliki antibodi A maupun antibodi B
(Guyton, 2007).
Sel darah merah memiliki salah satu dari antigen A, B, AB, atau tidak sama sekali
pada permukaan sel tersebut. Golongan A memiliki antigen A, golongan B memiliki
antigen B, golongan AB memiliki antigen A dan B, sementara golongan O tidak
mengandung antigen. Antigen tersebut mampu memproduksi antibodi. Individu yang
memiliki golongan darah AB merupakan resipien universal (dapat menerima semua
jenis darah) karena tidak memiliki antibodi, seseorang yang bergolongan darah O
merupakan donor darah universal (dapat menerima semua jenis darah) (Kee, 2002).
Pembagian/penggolongan golongan darah dibagi menjadi :
o Golongan darah ABO didasarkan pada dua antigen glikolipid yang disebut A dan B.
Orang-orang yang sel darah merahnya hanya menampilkan antigen A memiliki
darah tipe A. Mereka yang hanya memiliki antigen B adalah tipe B. Orang yang
memiliki antigen A dan B adalah tipe AB; mereka yang tidak memiliki antigen A atau
B adalah tipe O. Plasma darah biasanya mengandung antibodi yang disebut aglutinin
(a-GLOO-ti-nins) yang bereaksi dengan antigen A atau B jika keduanya dicampur. Ini
adalah antibodi anti-A, yang bereaksi dengan antigen A, dan antibodi anti-B, yang
bereaksi dengan antigen B.
o Golongan darah Rh dinamakan demikian karena antigen Rh, yang disebut faktor Rh.
Golongan darah Rh pertama kali ditemukan dalam darah monyet Rhesus. Alel dari
tiga gen dapat mengkode antigen Rh. Orang-orang yang sel darah merahnya
memiliki antigen Rh ditunjuk sebagai Rh (Rh positif); mereka yang kekurangan
antigen Rh ditunjuk Rh (Rh negatif).
menunjukkan kejadian Rh dan Rh dalam berbagai populasi. Biasanya,
plasma darah tidak mengandung antibodi anti-Rh. Namun, jika orang Rh
menerima transfusi darah Rh, sistem kekebalan tubuh mulai membuat
antibodi anti-Rh yang akan tetap berada dalam darah. Jika transfusi kedua
darah Rh diberikan kemudian, antibodi anti-Rh yang terbentuk sebelumnya
akan menyebabkan aglutinasi dan hemolisis sel darah merah dalam darah
yang disumbangkan, dan reaksi parah dapat terjadi. (Tortora)
tambahan saja .
cara penentuan golongan darah
1) Penentuan golongan darah ABO
- Masing-masing tetes darah dicampur dengan antiserum, larutan yang mengandung
antibody.
- Satu tetes darah dicampur dengan serum anti-A, yang mengandung antibody anti-A
yang akan menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah merah yang memiliki
antigen A
- Tetes lain dicampur dengan serum anti-B, yang mengandung antibody anti-B yang akan
mengaglutinasi sel darah merah yang memiliki antigen B
- Jika sel darah merah hanya menggumpal ketika dicampur dengan serum anti-A,
darahnya adalah tipe A
- Apabila teraglutinasi ketika dicampur dengan serum anti-B maka darahnya adalah tipe B
- Apabila kedua tetesan teraglutinasi maka darah bertipe AB
- Apabila tidak ada yang mengalami aglutinasi, tipe darahnya adalah O
2) Penentuan factor Rh
- Satu tetes darah dicampur dengan antiserum yang mengandung antibody yang akan
mengaglutinasi SDM yang memperlihatkan antigen Rh
- Jika darah mengalami aglutinasi, golongannya adalah Rh +
- Jika tidak mengalami aglutinasi. Golongannya adalah Rh -
3) Golongan darah ABO
- Didasarkan pada dua antigen glikolipid yang dinamai A dan B. orang yang SDM-nya
memperlihatkan hanya antigen A maka memiliki goldar A, yang hanya memiliki antigen
B maka goldarnya B. yang memiliki antigen A dan B maka goldarnya AB. Yang tidak
memiliki keduanya maka goldarnya O.
- Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam SDM, maka dalam plasmanya akan
terbentuk antibody yang dikenal sebagai aglutinin anti-A. demikian pula sebaliknya,
apabila tidak terdapat aglutinogen tipe B di SDM, maka dalam plasmanya akan
terbentuk antibody yang dikenal aglutinin anti-B
- Golongan darah O tidak memiliki agglutinogen tetapi memiliki aglutinin anti-A dan anti-
B, golongan darah A memiliki agglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B, golongan darah B
mengandung agglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A, dan golongan AB memiliki kedua
agglutinogen tetapi tidak memiliki aglutinin.
- Aglutinin merupakan gamma globulin yang dihasilkan oleh sel yang sama di sumsung
tulang dan kelenjar limfe yang menghasilkan antibody terhadap antigen yang lain.
4) Golongan darah Rh
Diberi nama demikian karena antigen Rh, yang dinamai factor Rh. Orang yang SDMnya
memiliki antigen Rh disebut Rh+ dan yang tidak memiliki antigen Rh disebut Rh-. Normalnya,
plasma darah tidak memiliki antibody anti Rh. Namun, ketika seseorang dengan Rh-
menerima transfuse darah Rh+ maka system imun akan membentuk antibody anti Rh yang
akan tetap dalam darah. Apabila dapat darah Rh+ lagi akan menyebabkan aglutinasi dan
hemolisis dn dapat timbul reaksi hebat
4. Mengapa golongan darah dengan rhesus negatif tidak boleh di donorkan kepada rhesus
positif?
Seseorang yang memiliki darah rhesus negatif tidak boleh ditranfusikan kepada seseorang yang
darah rhesus positif. Hal Ini dikarenakan sistem pertahanan tubuh resipien akan menganggap
darah (rhesus positif) dari donor itu sebagai “benda asing” yang perlu dilawan seperti virus atau
bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan memproduksi antirhesus. Saat
transfusi pertama, kadar antirhesus masih belum cukup tinggi sehingga relatif tak menimbulkan
masalah serius. Tapi pada tranfusi kedua, akibatnya bisa fatal karena antirhesus mencapai kadar
yang cukup tinggi. Antirhesus ini akan menyerang dan memecah sel-sel darah merah dari donor,
sehingga ginjal harus bekerja keras mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu.
Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan tranfusi darah tak tercapai, tapi malah
memperparah kondisi si reseptor sendiri.
yang akan terjadi Seseorang dengan Rh- menerima transfusi darah Rh+
Jika seseorang dengan Rh- menerima transfusi darah Rh+, sistem imun mulai membentuk
antibodi anti-Rh yang akan tetap berada dalam darah. Kemudian jika ia diberi tranfusi kedua
dengan darah Rh+ di kemudian hari, antibodi anti-Rh yang telah terbentuk akan
menyebabkan aglutinasi dan hemolisis SDM darah donor, dan dapat timbul reaksi hebat
Bahwa sejumlah kecil antigen golongan A dan B memasuki tubuh melalui makanan,
bakteri, atau dengan cara lain, dan zat-zat ini memprakarsai timbulnya aglutinin anti-A
atau anti-B. Misalnya, infus antigen golongan A ke dalam resipien yang memiliki golongan
darah non-A akan menyebabkan respons imun yang khas dengan pembentukan aglutinin
dalam jumlah yang lebih besar daripada sebelumnya. Bayi yang baru lahir juga
mempunyai aglutinin dalam jumlah sedikit, yang menunjukkan bahwa pembentukan
aglutinin terjadi hampir seluruhnya setelah lahir.
Sumber :guyton and hall of medical physiology edisi 12
6. Bagaimana pengambilan darah saat donor dan bagaimana penyimpanannya? Dan berapa
lama darah tersebut bisa bertahan dan dapat digunakan?
Jadi menurut jurnal yg saya baca darah disimpan pada lemari pendingin dan dijaga pada
suhu ±4 derajat celcius. Apabila darah tidak disimpan pada suhu ± 4 derajar celcius,
kemampuannya untuk menyalurkan oksigen akan sangat berkurang. Darah yang disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu tsb memiliki waktu paruh 35 hari. Semakin lama darah donor
disimpan maka semakin berkurang nilai eritrositnya. Penurunan ini disebabkan karena zat yang
dibutuhkan oleh darah seperti dekstrosa yang digunakan sebagai sumber energi dalam menjaga
kelangsungan hidupnya akan mengalami penurunan selama penyimpanan dan menyebabkan
lisisnya eritrosit. Oleh karena itu darah lengkap yang disimpan dalam lemari pendingin dengan
suhu 4 derajat celcius selama 35 hari masih mempunyai khasiat meningkatkan volume tubuh
akibat perdarahan hebat tetapi kurang berkhasiat meningkatkan oksigenasi jaringan dan kurang
bekhasiat juga untuk memperbaiki keadaan hemostatis di dalam tubuh.
Pada masa Perang Dunia I, digunakan antikoagulan berupa larutan sodium sitrat dan
glukosa digunakan untuk menyimpan darah selama beberapa hari.
Pada perang dunia II ditemukan tambahan Acid Citrate Dextrase (ACD), yang dapat
mencegah koagulasi darah selama 21 hari.
Pengembangan selanjutnya digunakan larutan Citrate phosphate dextrose (CPD), akan
tetapi belum dapat meningkatkan masa viabilitas dan sel darah merah masih kehilangan
ATP untuk dapat survive pada masa penyimpanan.
Selanjutnya digunakan CPD-A1 yaitu modifikasi larutan CPD ditambahkan dengan
adenine yang dapat meningkatkan masa hidup eritrosit hingga 35 hari.
Pemisahan RBC dan sel plasma koagulasi dan penambahan SAG meningkatkan masa
hidup sel hingga 42 hari. Darah disimpan dalam blood bag dan harus didinginkan di
dalam blood refrigerator dengan suhu 1-6 derajat celcius untuk mempertahankan fungsi
optimalnya
7. Apa yang harus dilakukan saat transfusi darah agar tidak terjadi pengumpalan darah pada resipien?
Golongan darah sistem ABO ini didasarkan pada adanya antigen dalam sel darah merah (eritrosit).
Sistem kekebalan tubuh akan bereaksi bila terjadi masuknya antigen yang asing (tidak dimiliki oleh
tubuh) ke dalam sistem peredaran darah. Akibatnya akan terjadi penggumpala darah. Karena itu, dalam
transfusi, golongan darah dan antigen harus tepat, agat tidak terjadi penggumpalan ini.
Orang dengan golongan darah A memiliki antigen A, sedangkan pemilik darah B memiliki antigen B, dan
orang dengan golongan AB memiliki kedua jenis antigen. Sebaliknya, pemilik golongan darah O tidak
memiliki antigen apapun.
Pemilik golongan darah A dan B masing, masing hanya dapat menerima dari golongannya, atau golongan
darah O. Pemilik golongan darah AB dapat menerima semua golongan darah. Pemilik golongan darah O
hanya dapat menerima dari golongan darah O.
Bila pemilik golongan darah A, misalnya, menerima golongan darah B, maka akan terjadi penggumpalan
karena tidak cocoknya antigen. Sebaliknya, bila menerima golongan darah A, maka transfusi akan
berjalan baik.
Sumber : Depkes RI. 2003. Buku Pelayanan Transfusi Darah: Mutu dan Keamanan dalam Penyediaan
Darah. Jakarta. Depkes RI
8.salah satu syarat pendonor dalam transfusi darah adalah tidak mengalami darah rendah dan darah
tinggi. Mengapa demikian ?
Tekanan darah normal yang diperbolehkan untuk melakukan donor darah yaitu systole 100 sampai
140 mmHg dan diastole antara 60-90 mmHg. Sedangkan, tekanan darah di bawah 90/60 mmHg
dikategorikan sebagai tekanan darah jenis rendah atau hipotensi, hipotensi adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai lebih rendah dari
90/60 mmHg (Damon Runyan,2008) . orang yang mempunyai tekanan darah rendah biasanya karena
dapat mengganggu perfusi atau penyerapan oksigen di dalam jaringan tubuh.
Persyaratan dasar untuk ikut serta dalam kegiatan donor darah adalah pendonor berusia 17
hingga 70 tahun. Berat badan minimal adalah 45 kg dengan tekanan darah sistole di bawah 180
dan diastole di bawah 100, untuk orang dengan tekanan darah yang cenderung tinggi. Sementara,
orang dengan tekanan darah rendah, tekanan darah sistole/diastole yang dianggap aman adalah
90/50. Pendonor juga sebaiknya memiliki kadar hemoglobin sekitar 12,5-17 g/dL, dan tidak
lebih dari 20 g/dL.
Setelah hal di atas telah dipenuhi, maka Anda harus lulus syarat berikutnya, yaitu memiliki tubuh
sehat secara jasmani. Hal ini penting mengingat darah Anda akan masuk ke dalam tubuh
seseorang. Jika Anda memiliki penyakit tertentu, maka bisa memengaruhi kondisi kesehatan
penerima.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang tidak diperbolehkan untuk menjadi pendonor darah:
Tidak diizinkan dokter untuk menyumbangkan darah terkait kondisi kesehatan Anda.
Menderita diabetes.
Menderita kanker.
Mengidap penyakit jantung dan paru-paru.
Memiliki tekanan darah tinggi.
Menderita epilepsi atau sering kejang-kejang.
Mengidap penyakit menular atau berisiko terkena penyakit menular seperti sifilis,
HIV/AIDS, flu, hepatitis B dan/atau C.
Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Memiliki gangguan perdarahan seperti hemofilia.
Pernah menjadi pecandu narkoba atau minuman keras.
Sedang hamil dan menyusui.
Perempuan yang sedang menstruasi masih dapat menjadi seorang pendonor jika tidak merasa
sakit atau atau memenuhi standar hemoglobin yang dianggap aman saat melakukan donor darah.
Pendonor darah yang sedang menstruasi dapat ditangguhkan jika mengalami perdarahan
menstruasi yang berlebihan dan memiliki kadar hemoglobin yang rendah.
Sumber : Muhiddin, Triyono dan Sukorini. 2013. Indikator Kualitas Pelayanan Darah Bank Darah RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Fakultas Kesehatan-Universitas MakassaR.
Mapping
JENIS GOLONGAN