Anda di halaman 1dari 12

OBJEK III

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH SISTEM ABO


I. TUJUAN PRATIKUM
1. Untuk mengetahui golongan darah seseorang berdasarkan antigen yang
terdapat di sel darah merah.
II. TEORI DASAR
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan
sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam
tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%. Sel-sel darah
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit yang
berperan dalam pembekuan darah.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan A B O dan
Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan
yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat
anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A
di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga,
orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan
golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-
positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan
darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebutdonor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-
negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan
darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah
jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner,
memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi danKedokteran pada tahun
1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Penyebaran
golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras.
Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda.
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan
faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang
diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang
tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah
Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut
memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan
dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai,
meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa
daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.
Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat menyebabkan
produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini
terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena
faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
Darah tersusun dari beberapa unsur yang mempunyai peran utama dalam terapi
tranfusi darah. Komponen ini meliputi antigen, antibodi, tipe Rh, dan antigen
HLA. Antigen adalah zat yang mendatangkan respon imun spesifik bila terjadi kontak
dengan benda asing. Sistem imun tubuh berespon dengan memproduksi antibodi
untuk memusnahkan penyerang. Reaksi Antigen (Ag) dan Antibodi (AB) ini
diperlihatkan dengan aglutinasi atau hemolisis. Antibodi dalam serum berespon
terhadap antigen penyerang dengan mengelompokkan sel-sel darah merah bersama-
sama dan menjadikan mereka tidak efektif atau memusnahkan sel darah merah.
Sistem penggolongan darah didasarkan pada reaksi Ag-AB yang menentukan
kompabilitas darah.
Golongan darah yang paling penting untuk tranfusi darah ialah sistem ABO,
yang meliputi golongan berikut: A, B, O, AB. Penetapan penggolongan darah
didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu
dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah merah;
individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan
golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.
Aglutinin, atau antibodi yang bekerja melawan antigen A dan B, disebut
aglutinin anti A dan aglutinin anti B. Aglutinin ini terjadi secara alami. Individu
dengan golongan darah A memproduksi aglutinin anti B di dalam plasmanya secara
alami. Begitu juga dengan individu dengan golongan darah B, akan memproduksi
aglutinin anti A di dalam plasma secara alami. Individu dengan golongan darah O
secara alami memproduksi kedua aglutinin tersebut, inilah sebabnya individu dengan
golongan darah O disebut sebagai donor universal. Individu golongan AB juga
menghasilkan antibodi AB, oleh karena itu individu dengan golongan AB disebut
resipien universal. Bila darah yang ditranfusikan tidak sesuai, maka akan timbul
reaksi tranfusi.
Setelah sistem ABO, tipe Rh merupakan kelompok antigen sel darah merah
dengan kepentingan klinis besar. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terjadi pada
individu normal dan tidak diimunisasi, antibody Rh tidak terbentuk tanpa stimulasi
imunisasi. Individu dengan antibodi D disebut Rh positif, sedangkan yang tidak
memiliki antibodi D disebut Rh negatif, tidak menjadi soal apakah ada antibodi Rh
lainnya. Antibodi D dapat menyebabkan destruksi sel darah merah, seperti dalam
kasus reaksi tranfusi hemolitik lambat.
Penggolongan darah mengidentifikasi penggolonga ABO dan Rh dalam donor
darah. Pencocok silangan (crossmatching) kemudian menentukan kompatibilitas
ABO dan Rh adalah penting dalam pemberian terapi tranfusi darah.
Sistem HLA merupakan komponen berikutnya untuk dipertimbangkan dalam
pemberian tranfusi. System HLA didasarkan pada antigen yang terdapat dalam
leukosit, trombosit dan sel-sel lainnya. Penggolongan dan pencocoksilangan HLA
kadang-kadang diperlukan sebelum tranfusi trombosit diulangi.
Macam-macam Komponen Darah :
a. Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan pasif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan
dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam,
maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume
yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia dalam volume 400-500 ml dengan
masa hidup 21 hari. Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi
masalah sirkulasi. Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.
b. Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena
sebagian plasma telah dihilangkan (80%). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama
2 sampai 4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari
menggunakan komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat.
Masa hidup komponen ini 21 hari.
c. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat
kehilangan darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah
(faktor V, VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP
dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat
dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah
mencair. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan sistem Rh.
d. Albumin 5% dan albumin 25%
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah
dan pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag. Volume
yang diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien. Hindarkan untuk mencampur
albumin dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.
III. PROSEDUR KERJA
III.1 Alat dan Bahan
1. Biotest kartu golongan darah
2. Objek glass
3. Lanset darah
4. Test tube
5. Kapas kering
6. Kapas alkohol
7. Satu set reagen penentuan golongan darah
III.2 Cara Kerja
1. Lakukan pengambilan darah kapiler
2. Kemudian teteskan satu tetes darah pada biotest kartu golongan darah
3. Kemudian teteskan satu tetes anti sera A disebelah kiri biotest kartu
golongan darah, satu tetes anti sera B ditengah, dan satu tetes anti AB di
sebelah kiri
4. Homogenkan tetesan anti sera dengan darah, dengan menggunakan ujung
ujung kaca objek glass yang berbeda
5. Goyang melingkar selama 30 detik
6. Amati terbentuknya aglutinasi
Interprestasi hasil :

Golongan darah Anti A Anti B Anti AB


A + - +
B - + +
AB + + +
O - - -
IV. HASIL PENGAMATAN

Nama Antigen A Antigen B Antigen AB Hasil


Amanda + - + A
Anisa S + - + A
Annisa - - - O
Dielfi - + + B
Zahra - - - O

V. PEMBAHASAN
Pada pratikum ini dilakukan tes golongan darah terhadap 5 pratikan, sampel yang
telah diambil kemudian diuji dengan anti sera A, anti sera B, dan anti sera AB yang
telah disiapkan sebelumnya. Dalam pengujian ini digunakan sampel darah dan
diperoleh hasil sebagai berikut.
Sampel darah milik Amanda dan Anisa S diketahui bergolongan darah A diuji
kembali menggunakan anti sera A, anti sera B, dan anti sera AB dan didapati hasil
pada biotest kartu golongan darah yaitu pada anti sera A mengalami penggumpalan,
anti sera B tidak mengalami penggumpalan, dan pada anti sera AB mengalami
penggumpalan. Hal ini terjadi karena golongan darah A tidak memiliki zat anti sera A
dan AB sehingga jika ditetesi anti sera A dan AB terjadi penggumpalan.
Sampel darah milik Dielfi diketahui bergolongan darah B diuji kembali dengan
menggunakan anti sera A, B, dan AB. Hasil yang diperoleh darah yang ditetesi anti
sera tidak mengalami penggumpalan, namun darah yang ditetesi anti sera B dan AB
mengalami penggumpalan. Golongan darah B setelah ditetesi dengan serum A tidak
terjadi penggumpalan karena pada golongan darah B hanya memiliki zat anti sera A
namun setelah ditetesi serum B terjadi penggumpalan karena pada serum B terdapat
zat anti sera B. Penggumpalan tersebut terjadi karena zat anti sera A dari darah
bertemu dengan zat anti sera B dari serum B yang telah didteteskan.
Sampel darah milik Annisa dan Zahra telah diketahui bergolongan darah O diuji
kembali menggunakan anti sera A, B, dan AB. Hasil yang diperoleh baik darah yang
ditetesi anti sera A, B, dan AB tidak mengalami penggumpalan atau aglutinasi.
Golongan darah O setelah ditetesi dengan anti sera A, B, dan AB tidak terjadi
penggumpalan. Hal ini dikarenakan golongan darah O memiliki zat anti A dan zat
Anti B sehingga jika diberi anti sera A, B, dan AB tidak akan terjadi penggumpalan
karena golongan darah O memiliki zat anti semuanya maka akan menolak (tidak
menggumpal) jika bertemu zat anti sera A maupun B dari serum yang diteteskan.
Berdasarkan penjelasan mengenai penggumpalan darah di atas dapat diketahui
penggolongan darah sistem ABO yaitu terdapat 4 golongan darah yaitu golongan
darah A, B, AB dan O. Golongan darah A memiliki antigen atau aglutinogen A pada
sel darahnya dan memiliki aglutinin anti B atau zat anti B pada plasmanya. Golongan
darah B memiliki aglutinogen B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti A
pada plasmanya. Golongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B namun tidak
memiliki aglutinin pada plasmanya. Sedangkan golongan darah O tidak memiliki
aglutinogen pada sel darahnya namun memiliki aglutinin anti A maupun anti B pada
plasmanya.
Penggolongan darah ini sangat penting dalam proses transfusi darah. Transfusi
darah adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut donor, kepada orang yang
memerlukan yang disebut resipien. Golongan darah AB tidak memiliki zat anti pada
plasmanya sehingga seseorang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari
orang golongan darah ABO apapun (A, B, AB dan O) dan disebut resipien universal.
Namun golongan darah AB tidak dapat mendonorkan darahnya kecuali pada sesama
AB. Sedangkan karena golongan darah O memiliki zat anti A maupun zat anti B,
maka golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan
darah ABO apapun (A, B, AB dan O) dan disebut donor universal. Namun orang
dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama golongan darah
O.
Pada praktikum, apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan
yang terdiri atas unsur terbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum
sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen dan protrombin (protein). Apabila
pembekuan dicegah maka perbandingan antara unsur terbentuk yang sebagian besar
merupakan sel-sel darah merah, dan plasma adalah sekitar 40-50%. Pada laki-laki
dewasa perbandingan ini tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma
darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55%
dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada
darah sekitar 45%.
2. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit, leukosit,
dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah.
3. Dalam sistem ABO, ada tidaknya antigen tipe A dan B di dalam sel darah
merah menentukan golongan darah seseorang. Sistem tersebut
mengelompokkan darah manusia menjadi empat golongan yaitu A, B,
AB, dan O.
VI.2 Saran
1. Menaati peraturan laboratorium
2. Fokus dan tenang saat melakukan pratikum agar mendapati hasil yang
maksimal
3. Berhati hati saat melakukan pratikum terutama saat pengambilan darah
4. Menggunakan sepatu, hanscoon, dan jas lab
DAFTAR PUSTAKA
Baron, D. 1990. Patologi Klinik. Jakarta : EGC
Chernecky, C dan Berger. 2008. Laboratory Test and Diagnostic Prosedures 5th
Edition. USA : Elsevier Saunders
Gandasarbata, R. 2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta Timur : PT. Dian
Rakyat
Lestari, Endang. 2009. Biologi 2 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya untuk SMA
kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Tobat, Sanubari Rela dan Irwandi. 2021. Modul Pratikum Interprestasi Data Klinik.
Padang : Universitas Perintis Indonesia
LAMPIRAN

NO GAMBAR KETERANGAN
1 Sampel darah Amanda dengan hasil golongan
darah A

2 Sampel darah Anisa S dengan hasil golongan


darah A

3 Sampel darah Annisa dengan hasil golongan


darah O

4 Sampel darah Dielfi dengan hasil golongan


darah B

5 Sampel darah Zahra dengan hasil golongan


darah O

Anda mungkin juga menyukai