Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM VIII

Topik : Uji Golongan Darah


Tujuan : Untuk mengetahui golongan darah seseorang dan rhesus yang
dimiliki
Hari/tanggal : Jumat/11 November 2022
Tempat : Laboratorium Biologi Umum FKIP ULM

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-alat
1. Baki
2. Jarum blood lanset
3. Kaca benda
4. Kapas
5. Tusuk gigi
6. Kertas label
7. Alkohol sprayer
8. Alat tulis
9. Alat dokumentasi (hp)
10. Buku penuntun genetika

B. Bahan-bahan
1. Alkohol
2. Darah
3. Serum anti A
4. Serum anti B
5. Serum anti AB
6. Serum anti D
7. Praktikan genetika kelas B

102
II. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Memberi label pada kaca benda dan tusuk gigi.
3. Mensterilkan jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol
lalu menusukan jari manis dengan jarum untuk mengeluarkan darah.
4. Meneteskan darah pada kaca benda dengan satu kaca benda 2 tetesan
darah, sehingga 2 kaca benda 4 tetesan darah.
5. Mendokumentasikan setiap langkah kerja.
6. Meneteskan anti A, anti B. dan anti D pada setiap darah yang telah
diteteskan pada kaca benda.
7. Mengaduk darah yang telah ditetesi dengan setiap antigen menggunakan
tusuk gigi.
8. Mengamati penggumpalan pada darah di kaca benda. dan menentukan
golongan darah serta rhesusnya
9. Mendokumentasikan hasil pengamatan.

III. DASAR TEORI


Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan
membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan
ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan
reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia, hemolisis, gagal ginjal,
syok, dan kematian (Halang, 2022).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

103
1. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serumdarahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif
hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-
negatif atau O-negatif.
3. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB- positif.
4. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang
dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada
orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal.
Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima
darah dari sesama O-negatif (Halang, 2018).
Sistem penggolongan darah pada manusia ada 3 macam yaitu MN,
sistem ABO dan sistem rhesus (Rh). Ketiga golongan darah tersebut
didasarkan atas adanya antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah
merahnya dan suatu zat anti yang dikenal sebagai aglutinin. Hanya saja
paling penting dari dua jenis penggolongan darah ada dua jenis yaitu
penggolongan ABO dan rhesus (Halang, 2018).

104
a. Sistem A-B-O
Pada tahun 1901, Dr. Karl Landsteiner dan Donath menemukan
penyebab plasma darah seseorang mampu menggumpalkan eritrosit orang
lain. Landsteiner menemukan senyawa dalam eritrosit dan memberi nama
aglutinogen A dan B. Eritrosit seseorang ada yang mengandung aglutinogen
A, ada yang mengandung aglutinogen B, atau mengandung keduanya,
bahkan ada yang tidak memiliki kedua aglutinogen tersebut (Halang, 2018).
Kekeliruan pada tranfusi darah menimbulkan akibat fatal karena di
dalam plasmadarah resipien yaitu orang yang menerima transfusi darah,
terbentuk aglutinin. Aglutinin adalah zat antibodi yang akan
menggumpalkan antimorgen donor (pemberi), dan pada akhirnya gumpalan
itu akan menyumbat pembuluh darah yang berakibat fatal. Atas dasar ini,
Landsteiner membagi darah manusia menjadi empat golongan, yaitu:
1) Golongan A memiliki aglutinogen A dan aglutinin ẞ.
2) Golongan B memiliki aglutinogen B dan aglutinin a.
3) Golongan AB memiliki aglutinogen AB, tidak memiliki agglutinina dan
B.
4) Golongan O tidak memiliki aglutinogen, memiliki aglutinin a dan ẞ
(Halang, 2018).
b. Sistem MN
Sistem golongan darah MN. Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P.
Levine telah menemukan golongan darah MN karena pada sel darah merah
(eritrosit) manusia ditemukan atigen M dan antigen N. Sistem golongan
darah ini terdiri dari 3 jenis yaitu:
a. Golongan M, mengandung antigen M
b. Golongan N, mengandung antigen N
c. Golongan MN, mengandung antigen M dan antigen N (Halang, 2018).

105
c. Sistem Rhesus
Sistem penggolongan darah yang lain adalah berdasarkan faktor
Rhesus. Sistem rhesus ditemukan oleh Lionel dan Weiner pada tahun 1940
dengan menyuntikkan darah kera Macacus rhesus ke tubuh kelinci, ternyata
darah kera tersebut digumpalkan oleh aglutinin yang dihasilkan plasma
darah kelinci. Aglutinin yang berasal dari kelinci itu juga menggumpalkan
darah manusia walaupun tidak pada semua orang.
Orang yang darahnya dapat digumpalkan oleh aglutinin dari kelinci
dikelompokkan sebagai golongan Rhesus positif (Rh+), sedangkan yang
darahnya tidak dapat digumpalkan oleh aglutinin kelinci tadi dikelompokkan
ke dalam Rhesus negatif (Rh-). Secara singkat dapat diterangkan:
1. Golongan darah Rh+, dalam eritrositnya mengandung antigen Rhesus,
pada plasmanya tidak dibentuk antibodi terhadap antigen Rhesus.
2. Golongan darah Rh-, dalam eritrositnya tidak ada antigen Rhesus, pada
plasmanya dapat dibentuk antibodi terhadap antigen Rhesus.
Golongan darah Rhesus negatif banyak dimiliki oleh orang Eropa
85% dari jumlah penduduk, sedangkan orang Asia terutama Indonesia
golongan Rhesus negatif hanya ± 0,013%.
Di dalam darah manusia ditemukan adanya aglutinogen (antigen)
yang terdapat di dalam eritrosit dan aglutinin (antibodi) yang berada dalam
plasma darah. Penemuan golongan darah itu bermula dengan terjadinya
aglutinasi (penggumpalan darah) ketika eritrosit seseorang dicampur dengan
serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran iu tidak
menyebabkan penggumpalan darah. Antigen (aglutinogen) yang dibawa
oleh eritrosit oran tertentu dapat bereaksi dengan zat antibodi atau aglutinin
yang dibawa serum darah. Oleh karena itu dikenal 2 macam antigen yaitu
aglutinogen (antigen) A dan aglutinogen (antigen) B sedangkan zat
aglutininnya dibedakan menjadi zat aglutinin a dan aglutinin ẞ. Ada orang
yang hanya memiliki antigen A atau B saja, tetapi ada yang memiliki antigen
A dan B atau tidak memiliki antigen A dan B. Berikut ini adalah klasifikasi

106
penggolongan darah berdasarkan aglutinin dan aglutinogen yang dimiliki
(Halang, 2018).
1. Orang memiliki antigen A tidak memiliki anti a melainkan anti ẞ dalam
serum plasma, dengan orang tersebut mempunyai golongan darah A
demikian bergolongan darah A.
2. Orang yang memiliki antigen B tidak memiliki anti dimasukkan orang tetapi
memiliki anti a maka orang demikian mempunyai golongan darah
3. Orang yang memiliki antigen A dan B tetapi tidak memiliki anti a dan ẞ
maka mereka bergolongan darah AB
4. Orang yang tidak memiliki antigen tetapi memiliki anti a dan ẞ maka orang
itu digolongkan O.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai
di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan
darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B.
Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan
dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin.
Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi
atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A.
Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atauAB. Bila tidak
mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan
darahnya adalah bergolongan darah B atau O.
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi,
maka darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan orang
tersebut bergolongan darah B atauAB. Bila tidak mengalami aglutinasi,
kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum aglutinin a maupun
b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah O (Halang,
2018).

107
IV. HASIL PENGAMATAN
a. Tabel Hasil Pengamatan
Golongan
Kesimpulan
Darah Orang
No. Partisipan Golongan Darah
Tua
Ibu Ayah A B Rh
Muhammad Nazhief
1. - - + O+
Ramadhan
2. Noor Hasanah O AB + - + B+
3. Sulistiani A O - - + O+
4. Nisrina Nurhijriani B O + - + B+
Keterangan :
(+) : Menggumpal
(-) : Tidak Menggumpal
A : Anti A
B : Anti B
D : Anti D (Rh/Rhesus)
b. Foto Hasil Pengamatan

(Sumber : Dok. Kel III B)


c. Foto Literatur

(Sumber : David, 2017)

108
d. Foto Pengamatan

(Sumber : Dok. Kel III B) (Sumber : Dok. Kel III B)

(Sumber : Dok. Kel III B) (Sumber : Dok. Kel III B)

(Sumber : Dok. Kel III B) (Sumber : Dok. Kel III B)

109
V. ANALISIS DATA

Pada praktikum uji golongan darah, terdapat 16 sampel darah yang diuji
menggunakan serum anti A, serum anti B, dan serum anti Rh yang bertujuan
untuk mengetahui golongan darah dan rhesus dari sampel darah tersebut.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di
dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan
darah A lebih dominan anti gen A lebih umum dijumpai dibanding anti gen
B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua anti gen A dan
B. Golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia
(Alrasyid. 2010).
Sekitar kurang lebih 85% orang-orang Eropa mempunyai golongan
Rhesus positif (Rh positif). Pada kurang lebih 15% sisanya yang sel-selnya
tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan rhesus negatif
(Rh negatif) (Budi. 2009).
Insidens yang mengalami inkompatibilitas rhesus (yaitu rhesus negatif)
adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam, jarang pada bangsa
Asia. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi , kecuali adanya
perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif. Pada
wanita rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama rhesus positif, resiko
terbentuknya antibodi sebesar 8%. Sedangkan insidens pada kehamilan
pertama sebesar 16% (Irianto. 2014).
Tertundanya pembentukan antibodi pada kehamilan berikutnya
disebabkan oleh proses sensitasi, diperkirakan berhubungan dengan respons
imun sekunder yang timbul akaibat produksi antibodi pada kadar yang
memadai. Kurang lebih 1% dari wanita akan tersensitasi selama kehamilan,
terutama trimester ketiga (Irianto. 2014).
Dalam kehidupan nyata bila seorang laki-laki yang memiliki Rhesus
positif (Rh+) menikah dengan wanita yang memiliki rhesus (Rh-), maka
kebanyakan akan mengalami masalah pada anaknya, kemungkinan anak
pertamanya lahir dengan normal tetapi untuk keahiran kedua biasanya sering
terjadi keguguran, semua ini disebabkan karena kebanyakan janin yang

110
dikandung sama ibunya mengikuti rhesus ayahnya yaitu rhesus positif
(Rh+),dan itu sangat berbeda dengan ibunya yang memiliki rhesus negatif
(Rh-), karena perbedaan inilah yang akan membuat jadi masalah pada
kelahiran anak.
Tetapi, sebaliknya seorang laki-laki yang memiliki rhesus positi (Rh+)
dan menikahi perempuan yang memiliki rhesus positif (Rh+) juga maka tidak
akan jadi masalah.
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B,AB dan O ditentukan oleh
sepasang gen yang diwarisi dari kedua orang tuanya. Setiap golongan darah
dapat dikenal dari zat kimia yang disebut anti gen yang terletak dipermukaan
sel darah merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah
yang disubangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan
dalam melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius
(Irianto. 2014).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk
diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi
pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus
kriminal (Arif. 2009).
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah.
Jika donor darah mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh
resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resepien
akan mengikat diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-
sel darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat
membunuh resipien (Azmielvita. 2009).

111
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, Tendapat hasil
sebagai berikut:
1. Muhammad Nazhief Ramadhan
Setelah meneteskan darah ke kaca benda darah saudara Muhammad
Muhammad Nazhief Ramadhan di teteskan dengan serum anti A, B,
AB, dan Rh , maka dapat dilihat serum anti A, B dan AB mencampur
karena di darah O terdapat antibody A dan B sehingga pada pengamatan
kali ini mengakibatkan serum A, B dan AB mencampur , sedangkan
pada serum Rh menggumpal , dapat diambil kesimpulan darahnya
bergolongan O+.
2. Noor Hasanah
Diketahui golongan darah Ibu dari Noor Hasanah adalah O ,
kemudian golongan Bapak dari Saudari Noor Hasanah adalah AB,
kemudian disini Saudari Noor Hasanah ingin mengetahui golongan
darah dirinya, dengan cara meneteskan darah ke kaca benda kemudian
diteteskan serum anti A, B, AB dan Rh setelah itu diketahui bahwa
darah yang mencampur diteteskan serum B, dan AB , pada serum anti
A, dan Rh mengumpal kenapa pada darah yang di teteskan serum anti
A tidak mencampur karena pada golongan darah B adalah antibodi A
itulah yang mengakibatkan pada darah yang diteteskan anti bodi A
menggumpal karena itu dianggap asing oleh darah yang bergolongan
darah B ,dapat kita ambil kesimpulan golongan darah Saudari Noor
Hasanah adalah B+.
3. Sulistiani
Diketahu golongan darah dari Saudari Sulistiani adalah O dan Bapak
dari Saudari Sulistiani adalah A kemudian Saudari Sulistiani ingin
mengetahi golongan darahnya, pertama meneteskan darah pada keca
benda, kemudian menteskan serum anti A, B, AB dan Rh, dapat dilihat
dari pengamtan darah yang di teteskan serum anti A, B, dan AB tidak
menggumpal, sedangkan serum Rh menggumpal, dapat kita ambil
kesimpulan bahwa darah Saudari Sulistiani adalah O +.

112
4. Nisrina Nurhijriani
Diketahui Ibu dari Saudari Nisrina Nurhijriani adalah B, kemudian
golongan darah Bapak dari Nisrina Nurhijrian adalah O, kemudian
Saudari Nisrina Nurhijrian ingin mengetahui golongan darahnya sendiri
dengan cara menteskan darahnya ke kaca benda, setelah itu ditetskan
serum anti A, B, AB dan Rh, dapat dilihati dari foto di atas darah yang
diteteskan serum anti A dan Rhmenggumpal, kemudian darah yang di
teteskan serum anti B, AB mencampur, dapat kita ambil kesimpulan
golongan darah Saudari Nisrina Nurhijriani adalah B+.

113
VI. KESIMPULAN
1. Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh
alel ganda.
2. Golongan darah pada manusia yang memiliki 2 sistem, yaitu sistem ABO
adalah golongan darah A, B, AB, dan O. sistem rhesus yaitu rhesus
positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh-).
3. Untuk penentuan dengan menggunakan sistem ABO dapat dilakukan
dengan menggunakan serum anti A (Alfa), anti B (Beta), anti AB (Alfa
Beta) dan anti D (Rhesus).
4. Laki-laki dengan Rh+ maka diharapkan untuk tidak menikahi wanita
yang memiliki Rh- dikhawatirkan terjadi masalah dengan janin yang
akan dikandung.
5. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi,
donor yang tepat serta identifikasi pada kedokteran forensik.

114
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid, (2010). Golongan Darah. Jember: UNEJ.

Azmielvita dkk. (2009). Genetika Dasar. FK UNRI.

Halang. B. (2022). Penuntun Praktikum Genetika, Banjarmasin PMIPA FKIP


ULM.

Irianto. (2014). Biologi Reproduksi. Bandung: ALFABETA.

Kimball, J.W. (1999). Biologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Priadi, Arif. (2009). Biologi SMA Xi. Yudhistira. Bogor.

115

Anda mungkin juga menyukai