Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM TRANFUSI DARAH

Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus Dengan Metode Tabung

OLEH :

Kelompok IV

1. Agnes Anggita Permata Sari P07134014024


2. Ni Kadek Sri Jayanti P07134014026
3. Made Wulan Kesumasari P07134014028
4. Kadek Prandingga Sugama Putra P07134014030
5. I Kadek Hardyawan P07134014032
6. Ni Made Parwati P07134014034
7. Isma Dewi Nur Ayati P07134014036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
ANALIS KESEHATAN
2016

Tanggal Praktikum : Selasa, 17 Mei 2016


Tempat Praktikum : Lab. Hematologi

I. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
dengan metode tabung.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
dengan metode tabung.
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan golongan darah ABO dan
Rhesus dengan metode tabung.
II. Metode
Metode Tabung
III. Prinsip
Antigen + Antibody = Aglutinasi
Golongan darah diidentifikasikan dengan melihat aglutinasi yaitu penggumpalan sel darah
merah akibat reaksi antara Antibody dalam serum atau plasma dengan antigen pada sel
darah merah.
IV. Dasar Teori
A. Tinjauan Umum Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan
dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani
haima yang berarti darah.
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan
tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah
manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua
apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme,
yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. (Jatmika, 2014).

B. Tinjauan Golongan Darah ABO

Golongan darah adalah hasil dari pengelompokan darah berdasarkan ada atau
tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah (eritrosit). Antigen tersebut
dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah
manusia bersifat herediter, dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua
manusia yang bersangkutan. Saat ini sudah dikenal puluhan sistem golongan darah,
namun sistem yang paling umum dikenal di dunia hanya ada beberapa. Di antaranya
adalah sistem ABO yang diperkenalkan Karl Landsteiner (1868-1943) pada tahun 1903,
sistem Rhesus yang diperkenalkan Landsteiner juga pada tahun 1937, dan sistem MNS
(sekretor dan nonsekretor). (Satrya, Aji, 2014).
Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang
terkandung di dalam sel darah merah. Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat
diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner (1996) membedakan darah
manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini
disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).
Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat
waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal
kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran
forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal. Kesesuaian golongan darah
sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B)
yang dianggap asing oleh resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang
diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga
menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat
membunuh resipien. (Asri, 2010).
Pemeriksaan Golongan Darah
1. Cell Grouping: Memeriksa antigen sel darah merah dengan cara
menambahkan anti-A, anti-B monoklonal.
2. Serum Grouping: Memeriksa antibodi dalam serum/plasma dengan cara
mereaksikannya dengan sel golongan A, B, dan O.
3. Auto Control: Memeriksa antibodi dalam serum dengan cara mereaksikannya
dengan sel darah merahnya sendiri.
Metode :
1. Metode Slide/Kartu
2. Metode Blood Grouping Plate (BGP)
3. Metde Tabung
4. Metode Tile
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut (Asri, 2010) :
1. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen Adalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darahB-negatif atau O-negatif.
3. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A
dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga,
orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan
golongan darah AB- positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama
AB-positif.
4. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapimemproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan
darahAB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah
jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Pewarisan golongan darah antara lain (Asri, 2010) :
1. Orang tua O dan O, maka anak kemungkinan : O
2. Orang tua O dan A, maka anak kemungkinan : O atau A
3. Orang tua O dan B, maka anak kemungkinan : O atau B
4. Orang tua O dan AB, maka anak kemungkinan : A atau B
5. Orang tua A dan A, maka anak kemungkinan : O atau A
6. Orang tua A dan B, maka anak kemungkinan : O, A, B, atau AB
7. Orang tua A dan AB, maka anak kemungkinan : A, B atau AB
8. Orang tua B dan B, maka anak kemungkinan : O atau B
9. Orang tua B dan AB, maka anak kemungkinan : A, B atau AB
10. Orang tua AB dan AB, maka anak kemungkinan : A, B atau AB
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai didunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigenB. Karena golongan darah
AB memerlukan keberadaan dua antigen, A danB, golongan darah ini adalah jenis yang
paling jarang dijumpai di dunia

Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah yang mendasari teknik


transfuse darah. Dalam transfusi darah, orang yang memberikan darah disebut donor,
sedangkan yang menerima disebut resipien. Transfusi (pindah tuang darah) ini harus
memperhatikan masalah aglutinin-aglutinogen, sebab jika terjadi inkompatibilitas
(ketidakkcocokan) golongan darah, maka akan menyebabkan terjadinya aglutinasi
(penggumpalan) darah, dan bisa menyebabkan kematian sang resipien. (Kalsum, 2011).
C. Tinjauan Golongan Darah Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan
faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang
diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang
tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memilihi golongan darah
Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut
memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini sering digabungkan dengan
penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun
pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, danada pula beberapa daerah dengan
80% populasi dengan golongan darah B. Kecocokan faktor Rhesus sangat penting
karena ketidakcocokan golongan (misal : donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya
Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rd(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau
dibawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat
kehamilan. (Asri, 2010).
Seperti juga golongan darah berdasarkan sistem ABO, golongan darah Rhesus
juga didasarkan pada jenis aglutinogen Rhesus pada permukaan eritrosit. Landsteiner
dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen system Rhesus pada sel darah merah. Mula-
mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada kelinci, ternyata serum
kelinci yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut, mengandung zat anti atau antibodi
yang mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada 85% orang-
orang Eropa, dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan Rhesus positif
(Rh positif). Pada 15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak
digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif) (Kalsum, 2011).
Berdasarkan pembagian ras manusia, ternyata Rhesus negatif lebih banyak dijumpai
pada orang (Kalsum, 2011).
Eropa (bule) sekitar 15% Rh dan 88% Rh +
Negro : 7-8% Rh dan 90 93% Rh +
Asia : 99% Rhesus + dan Rh < 1%
Dalam sistem Rhesus tidak ada anti RH yang timbul secara alami. Bila dalam
tubuh seseorang ada zat anti, anti RH, pasti hal itu karena immunisasi. Proses imunisasi
memerlukan waktu, mungkin beberapa minggu setelah penyuntikan antigen, sebelum
zat antinya terbentuk dalam darah Dalam sistem Rhesus telah ditemukan beberapa
macam antigen danantigen yang utama, yaitu antigen D. Antigen ini merupakan antigen
yang kuat yang dapat menyebabkan komplikasi, berupa reaksi transfusi hemolitik, yaitu
reaksi hancurnya sel-sel darah merah. Pada bayi menyebabkan penyakit Hemolytic
disease of the newborn, yaitu bayi lahir kuning atau bahkan bengkak di seluruh tubuh
atau mungkin lahir meninggal. (Kalsum, 2011).

Golongan Rhesus + Rhesus -


Antigen Antigen Rhesus -
Antibodi - Anti Rhesus

Rhesus maupun Rhesus + (dalam kondisi darurat). Tetapi orang Rhesus +


hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada Rhesus + saja, dan tidak boleh ke
Rhesus . Alasannya sama seperti golongan darah ABO, yaitu karena Rhesus + sebagai
donor memiliki antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus - sebagai resipien memiliki
antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini akan menyebabkan penggumpalan
(aglutinasi) antigen Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa menyebabkan kematian sang
resipien. Nilai medis lain dari golongan Rhesus ini terutama dalam masalah perkawinan.
Jika seorang pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus ,maka anaknya berpeluang
mengalami eritroblastosis fetalis (penyaki tkuning pada bayi). Kasus ini hanya terjadi
pada tipe perkawinan pria Rhesus+ dengan wanita Rhesus . (Kalsum, 2011).
V. Alat Dan Bahan
a. Alat :
1. Pipet Pasteur
2. Tabung serologis
3. Tempat tabung
4. Centrifuge
5. Label
b. Bahan
1. Serum donor 32
2. Suspensi eritrosit 5%
3. Suspensi eritrosit 5%
4. Suspensi eritrosit 5%
c. Reagen
1. Anti-A
2. Anti-B
3. Sel eritrosit A 5%
4. Sel eritrosit B 5%
5. Sel eritrosit O 5
6. Anti-D
7. Bovine Albumin 22%

VI. Cara Kerja


Metode Tabung
VII. Hasil Pengamatan
Sampel : Donor 32

Reagen
Anti- A
Reagen
Anti- B Reagen
Bovine
Albumin
22%

Reagen
Anti- D
Reagen yang digunakan

Suspensi
Eritrosit 5% Plasma
donor donor

Sampel

Tes Sel Eritrosit A 5%, B 5%, dan O 5%


2 4 5 6 7 8
1 3

Hasil reaksi yang terjadi

Keterangan :

1. Tidak ada aglutinasi (-)


2. Ada aglutinasi (++++) reaksi antara anti-A dengan suspensi sel eritrosit 5%
3. Ada aglutinasi (+++) reaksi antara suspensi sel B dengan serum pasien
4. Tidak ada aglutinasi (-)
5. Tidak ada aglutinasi (-)
6. Tidak ada aglutinasi (-)
7. Ada aglutinasi (++++) reaksi antara Anti-D dengan suspensi sel eritrosit 5%
8. Tidak ada aglutinasi (-)

Jadi, dapat disimpulkan sampel dengan kode Donor 101 adalah golongan darah B dengan
rhesus positif (+)

VIII. Pembahasan
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan. Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan
mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam
hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus kedokteran
forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal dan juga mengetahui keturunan.
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah donor
mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien, protein spesifik yang
disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing
tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal (aglutinasi.
Penggumpalan ini sering diebut sebagai reaksi tranfusi yang dapat menyebabkan kematian
pada resipien.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Individu dengan golongan darah A, memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran sel dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum
darahnya. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A atau B. Sedangkan individu dengan
golongan darah O (nol) memiliki sel darah tanpa antigen, tetapi memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh). Proses penentuan golongan darah pada manusia yaitu berdasarkan
aglutinogen dan aglutinin. Penentuan golongan darah ABO ditetapkan berdasarkan ada
tidaknya antigen A dan atau B pada eritrosit. Ukuran berat molekul antigen tersebut besar
sehingga bersifat imunogenik yang dapat menimbulkan respons imun apabila dipindahkan
kepada orang lain dengan golongan darah yang berbeda, dan disebut antigen karena dapat
berikatan dengan antibodinya.
Penentuan golongan darah ABO ditetapkan berdasarkan ada tidaknya antigen A dan
atau B pada eritrosit. Ukuran berat molekul antigen tersebut besar sehingga bersifat
imunogenik yang dapat menimbulkan respons imun apabila dipindahkan kepada orang lain
dengan golongan darah yang berbeda, dan disebut antigen karena dapat berikatan dengan
antibodinya.
Sistem golongan darah yang memperhatikan faktor Rh berarti darah seseorang
dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh dalam eritrositnya. Pada sistem ABO,
yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor,
golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D).
Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh,
maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh
pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+). Jadi, berdasarkan ada
tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi
positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh
(antibodi Rh).
Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan
reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-Rh
(antibodi Rh).
Dalam praktikum ini dilakukan penentuan golongan darah sistem ABO dan Rhesus
menggunakan metode tabung. Prinsip pemeriksaan golongan darah ini adalah reaksi antara
Antigen dan Antibodi membentuk aglutinasi. Golongan darah diidentifikasikan dengan
melihat aglutinasi yaitu penggumpalan sel darah merah akibat reaksi antara Antibodi dalam
serum atau plasma dengan Antigen pada sel darah merah.
Metode tabung ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
adalah waktu yang cepat jika pengerjaan dilakukan dengan sentrifuge. Kekurangannya
adalah waktunya lebih lama jika pengerjaan tanpa sentrifuge dan penggunaan tabung reaksi
yang banyak. Pemeriksaan golongan darah juga dapat dilakukan dengan metode bioplate.
Dalam praktikum ini dilakukan dengan dua metode yaitu cell grouping dan serum
grouping.
1. Cell grouping / cell typing
Menentukan antigen atau aglutinogen seseorang dengan antisera yang telah diketahui
yaitu anti-A, anti-B, dan anti-AB untuk antibodi poliklonal dan anti-A, anti-B untuk
antibodi monoclonal.
2. Serum grouping / serum typing
Menentukan antibodi atau agglutinin dalam serum dengan cara mereaksikannya dengan
suspensi sel yang telah diketahui yaitu suspensi sel A, B dan O.
Sebelum melakukan pemeriksaan golongan darah, praktikan harus menggunakan
Alat Pelindung Diri yang lengkap untuk melindungi praktikan dari kontak langsung dengan
bahan yang infeksius. Selanjutnya dilakukan preparasi sampel yang akan diperiksa
(suspensi sel 5% dengan serumnya), menyiapkan reagen dan memastikan reagen tersebut
masih dalam kondisi yang baik, dan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam
pemeriksaan ini seperti, tabung, pipet tetes dan tempat pembuangan limbah. Dipastikan
alat dan bahan dalam keadaan baik dan siap digunakan sebelum melakukan tahap analitik.
Pada pemeriksaan golongan darah, pertama-tama disiapkan 8 buah tabung reaksi
dalam keadaan bersih dan diberi label dari tabung 1 sampai 8 sebagai berikut :

Tabung 1 : Anti-A
Tabung 2 : Anti- B
Tabung 3 : Eri-A
Tabung 4 : Eri-B
Tabung 5 : Eri-O
Tabung 6 : Auto Control
Tabung 7 : Anti - D
Tabung 8 : Bouvine Albumin

Pemberian label sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi hasil yang tertukar.
Masing-masing reagen, suspensi sel darah merah, dan serum dikondisikan dengan suhu
ruang agar stabil dan nantinya dapat bereaksi secara optimal saat digunakan, lalu
dihomogenkan agar seluruh komponen di dalamnya tercampur merata. Kemudian tabung-
tabung tersebut diisi dengan :

Tabung1 : 2 tetes Anti-A


Tabung 2 : 2 tetes Anti-B
Tabung 3 : 1 tetes Tes Sel A 10 %
Tabung 4 : 1 tetes Tes Sel B 10 %
Tabung 5 : 1 tetes Tes Sel O 10 %
Tabung 6 : 1 tetes suspensi sel 5 %
Tabung 7 : 2 tetes Anti-D
Tabung 8 : 2 tetes Bovine Albumin 22%
Setelah semua tabung terisi, diteteskan sel darah merah pasien suspensi 5 % pada
tabung 1, 2, 6, 7, dan 8 sebanyak 1 tetes. Pada tabung 3, 4, 5 dan 6 diteteskan 2 tetes
serum pasien. Kemudian tabung disentrifuge selama 60 detik dengan kecepatan 3000 rpm,
fungsi dari disentrifuge adalah untuk mempercepat reaksi aglutinasi. Jika tidak terdapat
sentrifuge, tabung tadi dapat didiamkan selama 60 menit pada suhu kamar. Dalam metode
ini, hal diamati dengan melihat gumpalan yang terbentuk. Cara membedakannya adalah
dengan cara menggoyangkan kembali tabung reaksi tersebut secara perlahan. Hasil negatif
ditunjukkan dengan gumpalan yang akan kembali tercampur (homogen) setelah
digoyangkan. Hasil positif ditunjukkan dengan gumpalan yang tetap saat menggumpal saat
digoyangkan. Pada metode tabung penggumpalan yang terjadi dapat diinterpretasikan
berdasarkan derajat aglutinasinya, sebagai berikut :

DERAJAT AGLUTINASI
++++ Tampak aglutinasi besar berbentuk satu gumpalan di dasar tabung.
Oleh karena semua sel darah bereaksi membentuk satu gumpalan besar di dasar
tabung, maka cairan disekitarnya tampak jernih
+++ Tampak aglutinasi dalam bentuk beberapa gumpalan kasar.
Oleh karena semua sel darah bereaksi membentuk beberapa gumpalan kasar,
maka cairan disekitarnya tampak jernih.
++ Tampak aglutinasi dalam bentuk gumpalan-gumpalan kasar.
Oleh karena tidak semua sel darah bereaksi, tampak beberapa sel-sel bebas,
sehingga cairan disekitarnya tampak agak keruh.
+ Tampak aglutinasi dalam bentuk gumpalan-gumpalan halus.
Juga tampak lebih banyak sel-sel yang bebas, sehingga cairan disekitarnya
tampak keruh.
- Tidak tampak adanya aglutinasi, sehingga yang tampak hanya campuran yang
keruh.

Darah akan menggumpal jika kita tetesi dengan antibodi yang spesifik terhadap
aglutinogen (antigen) yang terdapat dalam darah tersebut. Misalnya, anti serum B
diteteskan pada darah yang mengandung antigen B, maka akan terjadi penggumpalan. Hal
ini terjadi karena antigen B dianggap sebagai molekul asing oleh antibodi (antiserum B)
sehingga antibodi ini akanmengikatkan diri pada molekul asing tersebut yang
menyebabkan sel-sel darah menggumpal. Fungsi dari anti serum A dan anti serum B
adalah untuk mengetahui apakah darah akan menggumpal atau tidak, ketika bertemu
dengan anti serum A dan anti serum B atau bisa dikatakan untuk mencari aglutinogen (zat
yang digumpalkan).
Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:

Golongan Aglutinogen (antigen) Aglutinin (antibodi)


pada eritrosit pada plasma darah
A A b
B B a
AB A dan B -
O - a dan b

Seseorang dengan golongan darah tertentu selain memiliki antigen pada permukaan
sel darah merahnya, menghasilkan juga antibodi terhadap antigen yang berlawanan dalam
serum darahnya, sehingga dalam serum grouping test ini, akan memberikan
aglutinasi positif terhadap suspensi selnya. Dalam penentuan golongan darah ABO dengan
cara metode bioplate, yang penting untuk diperhatikan adalah adanya auto kontrol.
Autokontrol ini dibuat untuk memeriksa Antibodi dalam serum dengan cara
mereaksikannya dengan Sel Darah Merah sendiri. Di dalam Autokontrol terdapat
komponen-komponen sehingga tidak menghasilkan reaksi aglutinasi. Autokontrol harus
memberikan hasil yang negative karena apabila serum direaksikan dengan Sel Darah
Merah sendiri maka tidak akan menghasilkan reaksi aglutinasi dan apabila autokontrol
memberikan hasil yang positif terjadi aglutinasi maka pemeriksaan harus diulang. Karena
kemungkinan terjadi kesalahan pada saat dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan hasil
praktikum penentuan golongan darah pada sampel yang diuji dapat dilihat dalam tabel
berikut :

Penggolongan Darah ABO


Cell Rhesus
Serum Grouping
Sampel Grouping Auto Interpretasi
Anti Anti Sel Sel Sel kontrol Anti D
BA
A B A B O
++++ Golongan
I - ++++ +++ - - - -
darah B, Rh+

Dari tabel di atas dapat dilihat golongan darah pada sampel dengan kode (Donor 32).
Pada sampel yang diuji memberikan hasil yang positif aglutinasi (++++) terhadap anti B,
yang ditunjukkan dengan terjadinya aglutinasi besar berbentuk satu gumpalan di dasar
tabung. Oleh karena semua sel darah bereaksi membentuk satu gumpalan besar di dasar
tabung, maka cairan di sekitarnya tampak jernih. Pada suspensi sel A juga didapatkan hasil
positif (+++) yang ditunjukkan dengan terjadinya dalam bentuk beberapa gumpalan kasar.
Oleh karena semua sel darah bereaksi membentuk beberapa gumpalan kasar, maka cairan
di sekitarnya tampak jernih. Jadi, dapat disimpulkan golongan darah sampel kode (Donor
32) dalam sistem ABO adalah B. Hal ini karena seseorang dengan golongan darah B
memiliki sel darah merah dengan antigen B serta menghasilkan antibodi terhadap antigen
B yaitu antibodi A. Selain pemeriksaan golongan darah berdasarkan sistem ABO dalam
praktikum ini dilakukan juga penggolongan darah berdasarkan sistem Rhesus. Seseorang
yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah
Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut
memiliki golongan darah Rh+. Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena
ketidakcocokan golongan, Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat
menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis.
Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO.
Pada penggolongan darah Rhesus ini memiliki pengerjaan yang sama dengan
penggolongan yang dilakukan secara langsung, namun antisera yang digunakan adalah
anti D dan dibuat juga autokontrolnya. Dua tetes antisera D dihomogenkan dengan
setetes sel darah merah 5%.Apabila terjadi aglutinasi maka menunjukan golongan darah
Rhesus+ (Rh+). Namun diperhatikan juga autokontrol yang dibuat dengan mereaksikan
sampel sel darah merah 5% dengan Bovine Albumin dengan konsentrasi 22%. Autokontrol
ini harus menunjukan hasil yang negative, jika tidak maka pemeriksaan harus diulang
kembali. Pada pemeriksaan golongan darah sistem Rhesus yang dilakukan, sampel yang
diuji menunjukan hasil yang positif (++++) dimana terjadi aglutinasi besar berbentuk satu
gumpalan di dasar tabung. Hal ini menunjukan golongan darah pada sampel berdasarkan
sistem rhesus adalah Rhesus+ (Rh+).
Dalam melakukan penggolongan darah ABO dengan metode bioplate terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

- Sampel dan reagen yang digunakan, sebelum dilakukan pemeriksaan harus di suhu
ruangkan terlebih dahulu dan dikocok untuk menghomogenkan.
- Diperhatikan juga batas kedaluarsa dari reagen yang digunakan. Reagen yang telah
kedaluarsa tentu dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan sehingga hasilnya tidak valid.
- Penetesan sampel dan reagen harus dilakukan secara hati-hati dan saat penetesan
antiserum, ujung pipet tidak boleh ditempelkan ke sampel darah, begitu juga
sebalikanya. Ini dilakukan untuk menghindarkan kontaminasi dan dilakukan secara
cepat dalam pengerjaanya dari penetasan, apabila tidak segera dihomogenkan maka
suspensi darah dengan sel darah yang diuji akan cepat membeku dan sulit untuk
melakukan penghomogenannya.
- Dan yang paling utama adalah pelabelan. Apabila salah memberi label akan akan
menimbulkan reaksi setelah melakukan transfuse. Reaksi tersebut adalah reaksi
hemolitik dimana gejalanya adalah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan
vena leher, nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi,
hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan
ikterus.
IX. Simpulan
1. Pada saat praktikum penentuan golongan darah dan rhesus kita melakukan penentuan
golongan darah dan rhesus dengan menggunakan metode tabung dan prinsipnya yaitu
reaksi antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan aglutinin yang
terdapat dalam serum atau plasma yang membentuk aglutinasi atau penggumpalan
untuk menentukan golongan darah seseorang.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sampel dengan kode
Donor 32 memiliki golongan darah B dengan rhesus positif (+).
X. Daftar Pustaka

Anonym.2013. Laporan Imunologi Golongan Darah ABO dan Rhesus. [online] tersedia:
https://www.scribd.com/doc/112447660/Laporan-Imunologi-Golongan-Darah-ABO-
Rhesus. Diakses pada 22 Mei 2016.
Asri. 2010. Tinjauan Pustaka Golongan Darah.
[online].tersedia:http://asriepdbgt.blogspot.com/2010/11/golongan-darah.html. Diakses
pada 22 Mei 2016.
Gustini, Yulisa. 2011. Pemeriksaan Golongan Darah ABO. [online].tersedia:http://yulisa-
gustini.blogspot.com/2011/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada 22 Mei
2016.
Jatmika, 2014. Laporan Transufusi Darah. [online]. Tersedia:
http://dokumen.tips/documents/laporan-1-utd.html. Diakses pada 22 Mei 2016.
Kalsum, Pertiwi. 2011. Transfusi Darah. Online. http://pratiwi-
kalsum.blogspot.com/2011/06/materi-transfusi-darah.html. Diakses pada 22 Mei 2016.
Panji. 2015. Golongan Darah Sistem ABO. [online] tersedia:
http://www.edubio.info/2015/10/golongan-darah-sistem-abo.html. Diakses pada 22
Mei 2016.
Poojie, Dina. Laporan Praktikum Golongan Darah. [online] tersedia:
https://www.academia.edu/8070112/Laporan_Praktikum_Golongan_Darah. Diakses
pada 22 Mei 2016.

Saraswati, Lulus.2015. LAPORAN PRAKTIKUM TRANSFUSI DARAHPENENTUAN


GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS.
[online].tersedia:https://www.scribd.com/doc/298340980/Laporan-Praktikum-
Transfusi-Darah. Diakses pada 22 Mei 2016
Suantari, Febi.2013. LAPORAN PRAKTIKUM I Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan
Rhesus. [online].tersedia:https://www.scribd.com/doc/172395442/Laporan-Praktikum-
i. Diakses pada 22 Mei 2016
Satrya, Aji. 2014. Golongan Darah Manusia. [online]. Tersedia:
http://satriyoajii.blogspot.co.id/2014/06/laporan-praktikum-golongan-darah-
manusia.html. Diakses pada 22 Mei 2016.
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Denpasar, 24 Mei 2016


Pembimbing Praktikan

dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp., PK Mahasiswa Kelompok IV

Anda mungkin juga menyukai