(CROSSMATCHING)
OLEH :
KELOMPOK V
1. Ni Kadek Lina Winati
2. Ni Made Yuni Trisna Dewi
3. Ni Made Ayu Juni Anggreni
4. Ni Putu Meri Kusumawati
5. I Kadek Mardana
6. I Putu Bandem Arista Putra
7. Putu Ratna Muliartini
8. I Gusti Ayu Tari Diva Pradnya Dewi
9. Ni Made Ita Purnamadewi
10. Marissah Thamrin
( P07134013040 )
( P07134013041 )
( P07134013042 )
( P07134013043 )
( P07134013044 )
( P07134013045 )
( P07134013046 )
( P07134013047 )
( P07134013048 )
( P07134013049 )
Praktikum
: VIII (Kedelapan)
Tempat
I.
Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching)
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan uji silang serasi
(crossmatching)
b. Mahasiswa dapat menentukan hasil pemeriksaan uji silang serasi dari
II.
III.
IV.
Dasar Teori
A. Tinjauan tentang Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang
(donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang
hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatai shock, mempertahankan daya tahan
tubuh terhadap infeksi (Tarwoto, 2006).
Pertimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yangmengandung eritrosit,
adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosit.Golongan darah AB secara teoritis
merupakan resipien universal, karenamemiliki antigen A dan B di permukaan
eritrositnya, sehingga serumdarahnya tidak mengandung antibodi (baik anti-A
maupun anti-B). Karena tidak adanya antibodi tersebut, berarti darah mereka (lagilagi, secara teoritis) tidak akan menolak darah golongan manapun yang berperan
selaku donor, dengan kata lain mereka boleh menerima darah dari semua golongan
darah
lainnya.
Sedangkan
golongan
darah
secara
teoritis
merupakan
termasuk golongan A dan B.Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor Rh.
Seorang Rh (-) yang belum memiliki anti-D namun menerima donor darah Rh (+)
akan mengalami reaksi sensitisasi terhadap antigen D.
Untuk wanita hal ini dapat berbahaya bagi kehamilan (sudah dibahas di bagian
kedua). Sekali sajaseorang Rh (-) terpapar darah Rh (+); jika kali berikutnya ia
kembaliterpapar darah Rh (+), maka reaksi transfusi yang timbul dapat
sangat berbahaya.
Namun hal ini tidak berlaku sebaliknya. Jika seorang Rh (+)mendapat darah dari
donor Rh (-), darah Rh (-) itu sudah lepas dari sistemimunitas si donor, sehingga tidak
akan terjadi reaksi sensitisasi. Dengan katalain, sistem imun orang Rh (+) tidak
bereaksi imunologis terhadap paparandarah Rh (-).
B. Tinjauan tentang Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah
(Gustini, 2011).
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang
kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan
dan bahkan dapat mengakibatkan kematian (Gustini, 2011).
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan
45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar
sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter (Gustini, 2011).
Fungsi darah pada tubuh manusia yaitu (Gustini, 2011) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan
darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi
exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor
koagulasi. Studi yang mempelajari serum disebut serologi. Serum digunakan dalam
berbagai uji diagnostik termasuk untuk menentukan golongan darah. Di dalam serum
tidak ada fibrinogen, karena protein sudah berubah menjadi jaring fibrin dan
menggumpal bersama unsur figuratif yang berupa sel.
B. Hemolisis pada Darah
Hemolisis atau lebih dikenal dengan kejadian pecahnya sel darah merah
secara normal didalam tubuh tidak dapat dihindari apabila sel darah merah atau
eritrosit sudah mencapai usianya, dengan pecahnya sel darah merah atau eritrosit
didalam tubuh secara normal tubuh direspon untuk membentuk sel darah merah yang
baru. Haemoglobin yang keluar dari sel darah merah atau eritrosit akan diuraikan oleh
organ tubuh yang bertanggung jawab dan bagian yang penting dari penguraian ini
akan dimanfaatkan kembali untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Pada
kejadian yang tidak normal jumlah sel darah merah yang pecah lebih besar dari pada
pembentukan sel darah merah yang baru dan mengakibatkan dari peruraian Hb akan
membubung tinggi dan sangat mengganggu organ lain (organ tubuh) (Ismail, 2010).
Kejadian hemolisis yang tidak normal (abnormal) bisa disebabkan oleh
beberapa faktor dari dalam tubuh (invivo) sendiri, misalnya kondisi sel darah merah
itu sendiri kurang baik, atau bisa disebabkan oleh faktor luar (invitro), dari faktor luar
bisa dijumpai akibat dari faktor transfusi darah, karena disebabkan adanya reaksi
antibodi terhadap antigen yang masuk kedalam tubuh atau pada sel darah merah dan
risikonya akan lebih besar apabila sel darah merah donor yang ditransfusikan tidak
cocok dengan antibodi yang berada dalam plasma donor dengan sel darah merah
pasien. reaksi hemolisis in vivo karena transfusi ini disebut reaksi hemolitik transfusi.
Reaksi hemolitik bisa terjadi secara langsung (direck or indirec) dan dapat berakibat
fatal, dan bisa juga reaksinya baru muncul beberapa waktu kemudian setelah transfusi
( delay hemolitik tarnsfution reaction ).
Akibat yang fatal dari reaksi transfusi dikarenakan ketidak cocokan golongan
darah ABO ( antibodi-A,-B,-AB ) yang dibuat secara teratur menurut golongan darah
masing-masing. Disamping itu mungkin ada antibodi lain yang mungkin dibentuk
secara alamiah tetapi tidak beratur ( antibodi -Lewis,-A1,-P1 dll ) atau antibodi
immun (Ismail, 2010).Reaksi transfusi yang baru muncul beberapa waktu kemudian
setelah transfusi ( delay hemolitik tarnsfution reaction ) bisa disebabkan karena darah
donor sesungguhnya tidak compatible denga darah pasien, namun dalam reaksi
silang/uji silang serasi menhasilkan false-compatible (Ismail, 2010).
C. Crossmatching
Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) perlu dilakukan sebelum
melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah
donor. Pengartian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien
dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk
mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan
oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut
ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat
anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya
membahayakan pasien. Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu
mencegah reaksi hemolitik tranfusi darah bila darah didonorkan dan supaya darah
yang ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien.
Jika pada reaksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama,
baik mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya
donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan
terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok (Anonim, 2010).
Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan
penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies
maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara
dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang
dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh
yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat Celcius. Lagi pula untuk menentukan anti
Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada
beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan
garam faal dan reaksi silang pada objek glass (Anonim, 2010).
Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi kelas
IgM yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang
relevam secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi
kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat.
Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara
sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30
menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu
ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodi dengan
eritrosit donor maka terjadi gumpalan.
Untuk fase dalam cross matching terdiri atas : (Febriyanti, 2011)
a. Test fase I Cross Match yaitu fase suhu kamar
Pada fase ini antibody complete yang akan mengaglutinasikan sel dalam saline
medium atau bovine albumin yang kebanyakan kelas Ig M bisa terdeteksi
misalnya : tidak cocok golongan ABO ; adanya allo antibody : M, N, Lea, I, IH,
E ; serta adanya auto cold antibody.
b. Tes fase II Cross Match yaitu fase inkubasi 37o C
Pada fese ini bila mediumnya bovine albumin, beberapa antibody dalam sistem
Rhesus bisa terdeteksi aglutinasi,(misalnya anti D, anti E, anti c) anti Le a dan anti
Leb. Bila mediumnya saline bisa terdeteksi aglutinasi anti E, anti Le a. Antibody
yang bersifat incomplete, dan antibodi yang belum terdeteksi aglutinasi atau
hemolisisnya pada fase II ini bisa bereaksi coated (sensitized) : anti D, E, c, K,
Fya,Fyb, Jka, S, Lea, Leb. Jadi penting sekali peranan fase inkubasi 37 oC ini,
dimana setidak-tidaknya memberi kesempatan kepada antibody untuk
mengcoatedkan sel.
c. Tes fase III Cross Match yaitu fase anti globulin
Pada fase ini setalah melaluo fase II, akan terdeteksi aglutinasi incompelete
antibodi yang tadi di fase II sudah mengcoated sel.
Berikut keterangan apakah darah bisa ditransfusikan atau tidak pada uji silang
serasi:
Auto
Mayor
Minor
(-)
(+)
(-)
(-)
Control
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)
Keterangan
Dara dapat ditransfusikan
Periksa golongan darah sekali lagi,jika golongan
darah telah sesuai maka dilanjutkan dg DCT
Ada irregular antibodi pada serum/plasma donor
Lakukan DCT pada OS,jika positif pada DCT,hasil
posiitif
pada
autoantibodi
Minor
dan
AC
berasal
dari
darah
,ganti
dapat
darah
ditransfusikan,
donor
dan
lakukan
V.
Reagen :
o Bovine Albumin 22%
o Coombs serum
o NaCl
dan
VI.
Cara Kerja
UJI SILANG SERASI UNTUK 1 DONOR
Phase I : pada suhu kamar di dalam sline medium
1. Diambil 3 buah tabung uk 12x75 dimasukkan kedalam masling-masing
tabung
Tabung I (Mayor)
Tabung II (Minor)
Tabung III (Auto Control)
2. Dicampurkan isi,dihomogenkan
VII.
Interpretasi Hasil
( + ) Positif
: Terjadi aglutinasi pada tabung (Reaksi silang valid)
( -) Negatif
: Tidak terjadi aglutinasi pada tabung (Reaksi silang
invalid)
III
Nacl),Ember(tempat
5% donor,Suspensi sel 5%
buangan),Tabung reaksi
beserta raknya
crossmatching phase II
,setelahdilakukan
Auto contol).
phase I
centrifuge sebelum
sebanyak 3 kali,penambahan
dihomogenkan,tampak
eritrosit menggupal.
control)
control)
control)
control)
control)
control)
control)
control)
control)
IX.
Pembahasan
Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah
donornya yang akan di transfusikan. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan
transfusi darah.Tindakan uji silang (crossmatch) diperlukan sebelum melakukan
tranfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan donor.Untuk
tujuan tersebut, golongan darah penerima resipien harus sama dengan golongan darah
pemberi donor dan uji aglutinasi antara serum resipien (OS) dengan sel donor dan
plasma donor dengan sel resipien (OS).
Uji crossmatch ini penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang
kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Tujuan dilakukan periksaan uji silang adalah
1.
untuk melihat apakah darah dari pendonor cocok dengan penerima (resipien).
2.
untuk konfirmasi golongan darah.
3.
untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya
akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang
turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan
memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi
yang biasanya membahayakan pasien.
Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi
hemolitik darah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benarbenar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien.
Crossmatch mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Konfirmasi jenis ABO dan Rh (kurang dari 5 menit)
2. Mendeteksi antibodi pada golongan darah lain.
3. Mendeteksi antibodi dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah.
Yang dua terakhir memerlukan sedikitnya 45 menit.
Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai
berikut :
Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor.
Maksudnya apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibodi dalam serum
pasien.
Minor crossmatch adalah plasma donor dicampur dengan sel penerima. Yang
dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.
Jika golongan darah (system ABO) penerima dan donor sama, baik mayor
maupun minor tidak bereaksi, jika berlainan misalnya, donor golongan O dan
penerima golongan A, akan terjadi aglutinasi pada tes minor.
Pada praktikum kali ini digunakan sampel yang didapat dari UTD RSUP Sanglah
yang berisi label (Serum OS,Plasma donor,Suspensi sel 5% donor,Suspensi sel 5% OS)
Pada pemeriksaan uji silang serasi pada praktikum kali ini ada tiga phase yang
dilakukan ,yaitu :
1) . Phase I (fase suhu kamar, dalam medium salin)
Pada phase ini adalah mempersiapkan tiga tabung yang akan digunakan uji
(Mayor,Minor dan Auto control) pada tabung mayor berisi 2 tetes serum Udin dan 1
tetes sel darah donor 5%,pada tabung minor berisi 2 tetes plasma donor dan 1 tetes sel
darah 5% Udin,dan pada auto control berisi 2 tetes serum Udin dan 1 tetes sel darah
5% Udin.Kemudian di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik dan
dihomogenkan lalu dilihat apakah ada aglutinasi yang terbentuk atau tidak.Pada phase
ini digunakan untuk menilai kecocokan antibodi alami dengan antigen eritrosit antara
donor dan resipien, sehingga reaksi tranfusi hemolitik yang fatal bisa dihindari. Pada
fase ini juga dapat menentukan golongan darah.
2). Phase II (fase inkubasi pada suhu 37OC)
Hasil negatif pada phase I akan dilanjutkan ke phase II ini untuk mendeteksi antibodi
anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes globulin dengan menggunakan media
bovine albumin 22%. Setelah penambahan 2 tetes bouvine albumin 22 % dilakukan
inkubasi selama 15 menit pada suhu 37OC sebagai suhu yang sama dengan suhu
badan, sehingga memberi kesempatan antibodi untuk melekat pada sel. Inkubasi tidak
boleh
lebih
dari
15
menit
karena
ada
kemungkinan
terjadi
aglutinasi
Coombs control cell merupakan suspensi sel control yang dibuat dari darah
golongan O Rh (+) yang sengaja dibuat coated dengan suatu antibodi inkomplit.
Penggunaan CCC bertujuan untuk mengetahui apakah coombs serum yang
digunakan pada fase III masih aktif atau tidak, bila masih aktif penambahan CCC ke
dalam Coombs serum memberi hasil reaksi positif (aglutinasi). Setelah itu baru
kemudian tabung yang telah berisi campuran tadi disentrifugasi selama 15 detik
dengan kecepatan 3000 rpm. Reaksi dibaca terhadap hemolisis dan aglutinasi secara
makroskopis dan mikroskopis. Namun dalam praktikum ini hanya dilakukan
pengamatan secara makroskopis saja.
Dari uji validitas ini diperoleh hasil, mayor menunjukkan adanya reaksi positif
1 (gumpalan kecil dengan cairan merah disekitarnya), minor, auto control dan auto
pool juga menunjukkan adanya reaksi positif 1 (aglutinasi dengan gumpalan kecil dan
cairan berwarna merah). Hasil tersebut menunjukkan bahwa uji crossmatching test
dinyatakan valid. Hasil positif pada uji validitas dan hasil negative (compatible) dari
ketiga fase
menunjukkan bahwa
sempurna
Hasil reaksi secara visual tidak dapat didokumentasikan, dokumentasi
hanya berupa laporan kerja
Untuk sempurnanya pekerjan kita didalam Cross Match yang akan menyokong
hasil-hasil pada tingkatan fase, maka harus diperhatikan benar-benar :
Inkubator harus disetel suhunya dengan benar-benar 37oC ( 0,5 o C ).
Waktunya inkubasi : lamanya waktu harus diperhatikan dan ditaati,
minimal 15 menit. Jika waktunya dikurangi maka antibody incomplet
tidak akan coated
X.
Kesimpulan
1. Uji silang serasi (crossmatching) adalah suatu reaksi silang in vitro antara
darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan,
pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan transfusi darah
2. Uji silang serasi dilakukan dengan empat tahap pengujian. Phase I
disiapkan tiga buah tabung untuk mayor(serum OS+sel 5% donor),minor
(plasma donor+sel 5% OS)dan auto control(serum OS+sel 5% OS).Phase
II dilakukan inkubasi pada suhu 37C pada medium bouvine albumin
XI.
Daftar Pustaka
Satria,Imam.2013.Laporan
Biologi
Pemeriksaan
Golongan
Darah.
Online.
a.n Kelompok V
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing III
Pembimbing II
Pembimbing IV