Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI

(CROSSMATCHING)

OLEH :
KELOMPOK V
1. Ni Kadek Lina Winati
2. Ni Made Yuni Trisna Dewi
3. Ni Made Ayu Juni Anggreni
4. Ni Putu Meri Kusumawati
5. I Kadek Mardana
6. I Putu Bandem Arista Putra
7. Putu Ratna Muliartini
8. I Gusti Ayu Tari Diva Pradnya Dewi
9. Ni Made Ita Purnamadewi
10. Marissah Thamrin

( P07134013040 )
( P07134013041 )
( P07134013042 )
( P07134013043 )
( P07134013044 )
( P07134013045 )
( P07134013046 )
( P07134013047 )
( P07134013048 )
( P07134013049 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2015
PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI
(CROSSMATCHING)

Hari, Tanggal Praktikum

: Selasa, 12 Mei 2015

Praktikum

: VIII (Kedelapan)

Tempat

: Laboratorium Hematologi Analis Kesehatan

I.

Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching)
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan uji silang serasi
(crossmatching)
b. Mahasiswa dapat menentukan hasil pemeriksaan uji silang serasi dari

II.
III.

sampel darah pasien


Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode aglutinasi
Prinsip
Antibodi yang terdapat dalam serum / plasma ,bila direaksikan dengan antigen
pada sel darah merah ,melalui inkubasi pada suhu 37C dan dalam waktu tertentu
dengan penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi

IV.

Dasar Teori
A. Tinjauan tentang Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang
(donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang
hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatai shock, mempertahankan daya tahan
tubuh terhadap infeksi (Tarwoto, 2006).
Pertimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yangmengandung eritrosit,
adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosit.Golongan darah AB secara teoritis
merupakan resipien universal, karenamemiliki antigen A dan B di permukaan
eritrositnya, sehingga serumdarahnya tidak mengandung antibodi (baik anti-A
maupun anti-B). Karena tidak adanya antibodi tersebut, berarti darah mereka (lagilagi, secara teoritis) tidak akan menolak darah golongan manapun yang berperan
selaku donor, dengan kata lain mereka boleh menerima darah dari semua golongan
darah

lainnya.

Sedangkan

golongan

darah

secara

teoritis

merupakan

donor universal, karena memiliki antibodi anti-A dan anti-B.


Darah yang diberikan diharapkan tidak memicu reaksi imunitas dari resipien,
dengan kata lain mereka boleh memberikan darah ke semua golongan darah lain,

termasuk golongan A dan B.Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor Rh.
Seorang Rh (-) yang belum memiliki anti-D namun menerima donor darah Rh (+)
akan mengalami reaksi sensitisasi terhadap antigen D.
Untuk wanita hal ini dapat berbahaya bagi kehamilan (sudah dibahas di bagian
kedua). Sekali sajaseorang Rh (-) terpapar darah Rh (+); jika kali berikutnya ia
kembaliterpapar darah Rh (+), maka reaksi transfusi yang timbul dapat
sangat berbahaya.
Namun hal ini tidak berlaku sebaliknya. Jika seorang Rh (+)mendapat darah dari
donor Rh (-), darah Rh (-) itu sudah lepas dari sistemimunitas si donor, sehingga tidak
akan terjadi reaksi sensitisasi. Dengan katalain, sistem imun orang Rh (+) tidak
bereaksi imunologis terhadap paparandarah Rh (-).
B. Tinjauan tentang Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah
(Gustini, 2011).
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang
kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan
dan bahkan dapat mengakibatkan kematian (Gustini, 2011).
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan
45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar
sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter (Gustini, 2011).
Fungsi darah pada tubuh manusia yaitu (Gustini, 2011) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh


Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
Menjaga suhu temperatur tubuh
Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
Komponen-Komponen Darah

a. Sel Darah Merah


Sel Darah Merah atau SDM adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena
sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin. hemoglobin.
b. Sel Darah Putih (Leukosit)
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk
setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja
sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk
menghasilkan antibodi..
c. Platelet ( Trombosit )
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada
sel darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan
darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang
mengalami perdarahan dan mengalami pengaktivan.
d. Plasma
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang
menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume
darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan
10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan
karbon dioksida.
Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi. Plasma darah
dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat antikoagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar
tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat,
plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3
atau 1.025 kg/l.
e. Serum
Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang
bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah
tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum) berarti bagian tetap cair dari susu yang
membeku pada proses pembuatan keju. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen,
sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam
plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.

Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan
darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi
exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor
koagulasi. Studi yang mempelajari serum disebut serologi. Serum digunakan dalam
berbagai uji diagnostik termasuk untuk menentukan golongan darah. Di dalam serum
tidak ada fibrinogen, karena protein sudah berubah menjadi jaring fibrin dan
menggumpal bersama unsur figuratif yang berupa sel.
B. Hemolisis pada Darah
Hemolisis atau lebih dikenal dengan kejadian pecahnya sel darah merah
secara normal didalam tubuh tidak dapat dihindari apabila sel darah merah atau
eritrosit sudah mencapai usianya, dengan pecahnya sel darah merah atau eritrosit
didalam tubuh secara normal tubuh direspon untuk membentuk sel darah merah yang
baru. Haemoglobin yang keluar dari sel darah merah atau eritrosit akan diuraikan oleh
organ tubuh yang bertanggung jawab dan bagian yang penting dari penguraian ini
akan dimanfaatkan kembali untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Pada
kejadian yang tidak normal jumlah sel darah merah yang pecah lebih besar dari pada
pembentukan sel darah merah yang baru dan mengakibatkan dari peruraian Hb akan
membubung tinggi dan sangat mengganggu organ lain (organ tubuh) (Ismail, 2010).
Kejadian hemolisis yang tidak normal (abnormal) bisa disebabkan oleh
beberapa faktor dari dalam tubuh (invivo) sendiri, misalnya kondisi sel darah merah
itu sendiri kurang baik, atau bisa disebabkan oleh faktor luar (invitro), dari faktor luar
bisa dijumpai akibat dari faktor transfusi darah, karena disebabkan adanya reaksi
antibodi terhadap antigen yang masuk kedalam tubuh atau pada sel darah merah dan
risikonya akan lebih besar apabila sel darah merah donor yang ditransfusikan tidak
cocok dengan antibodi yang berada dalam plasma donor dengan sel darah merah
pasien. reaksi hemolisis in vivo karena transfusi ini disebut reaksi hemolitik transfusi.
Reaksi hemolitik bisa terjadi secara langsung (direck or indirec) dan dapat berakibat
fatal, dan bisa juga reaksinya baru muncul beberapa waktu kemudian setelah transfusi
( delay hemolitik tarnsfution reaction ).

Akibat yang fatal dari reaksi transfusi dikarenakan ketidak cocokan golongan
darah ABO ( antibodi-A,-B,-AB ) yang dibuat secara teratur menurut golongan darah
masing-masing. Disamping itu mungkin ada antibodi lain yang mungkin dibentuk
secara alamiah tetapi tidak beratur ( antibodi -Lewis,-A1,-P1 dll ) atau antibodi
immun (Ismail, 2010).Reaksi transfusi yang baru muncul beberapa waktu kemudian
setelah transfusi ( delay hemolitik tarnsfution reaction ) bisa disebabkan karena darah
donor sesungguhnya tidak compatible denga darah pasien, namun dalam reaksi
silang/uji silang serasi menhasilkan false-compatible (Ismail, 2010).
C. Crossmatching
Reaksi silang (Crossmatch = Compatibility-test) perlu dilakukan sebelum
melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah
donor. Pengartian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien
dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk
mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan
oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut
ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat
anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya
membahayakan pasien. Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu
mencegah reaksi hemolitik tranfusi darah bila darah didonorkan dan supaya darah
yang ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien.
Jika pada reaksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama,
baik mayor maupun minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya
donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan
terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok (Anonim, 2010).
Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan
penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies
maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara
dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang
dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh

yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat Celcius. Lagi pula untuk menentukan anti
Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high protein methode. Ada
beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang dalam larutan
garam faal dan reaksi silang pada objek glass (Anonim, 2010).
Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi kelas
IgM yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang
relevam secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi
kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat.
Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara
sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30
menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu
ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodi dengan
eritrosit donor maka terjadi gumpalan.
Untuk fase dalam cross matching terdiri atas : (Febriyanti, 2011)
a. Test fase I Cross Match yaitu fase suhu kamar
Pada fase ini antibody complete yang akan mengaglutinasikan sel dalam saline
medium atau bovine albumin yang kebanyakan kelas Ig M bisa terdeteksi
misalnya : tidak cocok golongan ABO ; adanya allo antibody : M, N, Lea, I, IH,
E ; serta adanya auto cold antibody.
b. Tes fase II Cross Match yaitu fase inkubasi 37o C
Pada fese ini bila mediumnya bovine albumin, beberapa antibody dalam sistem
Rhesus bisa terdeteksi aglutinasi,(misalnya anti D, anti E, anti c) anti Le a dan anti
Leb. Bila mediumnya saline bisa terdeteksi aglutinasi anti E, anti Le a. Antibody
yang bersifat incomplete, dan antibodi yang belum terdeteksi aglutinasi atau
hemolisisnya pada fase II ini bisa bereaksi coated (sensitized) : anti D, E, c, K,
Fya,Fyb, Jka, S, Lea, Leb. Jadi penting sekali peranan fase inkubasi 37 oC ini,
dimana setidak-tidaknya memberi kesempatan kepada antibody untuk
mengcoatedkan sel.
c. Tes fase III Cross Match yaitu fase anti globulin
Pada fase ini setalah melaluo fase II, akan terdeteksi aglutinasi incompelete
antibodi yang tadi di fase II sudah mengcoated sel.

Berikut keterangan apakah darah bisa ditransfusikan atau tidak pada uji silang
serasi:
Auto

Mayor

Minor

(-)
(+)

(-)
(-)

Control
(-)
(-)

(+)
(-)

(+)
(+)

(-)
(+)

Keterangan
Dara dapat ditransfusikan
Periksa golongan darah sekali lagi,jika golongan
darah telah sesuai maka dilanjutkan dg DCT
Ada irregular antibodi pada serum/plasma donor
Lakukan DCT pada OS,jika positif pada DCT,hasil
posiitif

pada

autoantibodi

Minor

dan

AC

berasal

dari

terhadap eritrosit dari transfusi

sebelumnya.Apabila derajat positif pada minor


sama atau lebih kecil dibandingkan dengan
AC/DCT
sebaliknya

darah
,ganti

dapat
darah

ditransfusikan,
donor

dan

lakukan

crossmatching sampai positif pada minor sama.

V.

Alat, Bahan dan Reagen


Alat :
o Tabung Reaksi
o Rak tabung reaksi
o Sentrifuge
o Pipet pasteur
o Gelas plastik
o Ember plastik
o Botol semprot
o Inkubator
Bahan :
o Sampel serum OS
o Sampel plasma donor
o Suspensi sel darah donor 5 %
o Suspensi sel darah OS 5%

Reagen :
o Bovine Albumin 22%
o Coombs serum
o NaCl

dan

(No batch : Ba-050614/Exp: Juli 2015)

o CCC (Coombs Control Cel)

VI.

Cara Kerja
UJI SILANG SERASI UNTUK 1 DONOR
Phase I : pada suhu kamar di dalam sline medium
1. Diambil 3 buah tabung uk 12x75 dimasukkan kedalam masling-masing
tabung
Tabung I (Mayor)
Tabung II (Minor)
Tabung III (Auto Control)
2. Dicampurkan isi,dihomogenkan

: 2 tetes serum OS + 1 tetes sel 5% donor


: 2 tetes plasma donor + 1 tetes sel 5% OS
: 2 tetes serum OS + 1 tetes sel 5% OS
dengan cara dikocok-kocok ,diputar pada

centrifuge pada kecepatan 3000 rpm selam 15 detik


3. Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopi
Phase II : inkubasi 37C di dalam medium bouvine albumin 22%
1. Kedalam masing-masing tabung,ditambahkan 2 tetes bouvine albumin 22%
2. Dihomogenkan,dan diinkubasi pada suhu 37C pada inkubator selama 15
menit
3. Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik
4. Dibaca reaksi terhadap hemolisi dan aglutinasi secara makroskopis bila
negatif dilanjutkan ke phase III
Phase III : Indirect Coombs Test
1. Dicuci sel darah merah di dalam tabung sebanyak 3 kali dengan NaCl/Saline
2. Ditambahkan ke dalam setip tabung 2 tetes Coombs serum
3. Dihomogenkan hingga tercampur rata dan diputar pada kecepatan 3000 rpm
selama 15 detik
4. Dibaca hasil reaksi secara makroskopis
VALIDITAS
:
1. Kepada tabung yang hasil Coombs Testnya negatif ditambahkan 1 tetes CCC
(Coombs Contol Cell)
2. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit
3. Hasil dibaca :
Positif (+) : reaksi silang valid
Negatif (-) : reaksi silang invalid

VII.

Interpretasi Hasil
( + ) Positif
: Terjadi aglutinasi pada tabung (Reaksi silang valid)
( -) Negatif
: Tidak terjadi aglutinasi pada tabung (Reaksi silang
invalid)

VIII. Hasil Pengamatan


1. Persiapan Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam

Disiapkan bahan dan reagen

Reagen Coombs Serum

praktikum ada gelas plastik

yang akan digunakan (Serum

yang digunakan pada phase

(tempat aquadest dan

OS,Plasma donor,Suspensi sel

III

Nacl),Ember(tempat

5% donor,Suspensi sel 5%

buangan),Tabung reaksi

OS , Bovine Albumin 22%

beserta raknya

dan Coombs Control Cell)

2. Hasil Pemeriksaan Uji Silang Serasi

Hasil dari uji crossmatching

Inkubasi 37C yang

Hasil dari uji crossmatching

phase I yang menunjukkan

dilakukan pada uji

phase II yang menunjukkan

hasil negatif (tidak terjadi

crossmatching phase II

hasil negatif pada ketiga

aglutinasi) pada ketiga

,setelahdilakukan

tabung (Mayor Minor dan

tabung (Mayor,Minor dan

penambahan bouvine albumin

Auto contol).

Auto Control) .Pembacaan

22% pada tabung negatif

hasil dilakukan setelah

phase I

pemutaran pada dicentifuge

dengan kecepatan 3000 rpm


sellama 15 detik

Proses pencucian sel darah Pemutaran yang dilakukan

Hasil pemutaran ketiga

merah pada phase III untuk pada centrifuge dengan

tabung (mayor,minor dan

tabung hasil negatif phase II kecepatan 3000 rpm selama

auto control) pada

dengan NaCl yang dilakukan 15 detik

centrifuge sebelum

sebanyak 3 kali,penambahan

dihomogenkan,tampak

NaCl dilakukan tabung.

eritrosit menggupal.

Hasil dari uji crossmatching


phase III yang menunjukkan
hasil negatif pada ketiga
tabung (mayor ,minor dan
auto control)yang ditandai
dengan tidak terjadi
aglutinasi ,setelah

Karena Uji Crossmatching


negative maka dilanjutkan
dengan uji validitas. Yaitu
dengan penambahan 1 tetes
CCC (Coombs Control Cell)
dan kemudian dicentrifuge
dengan kecepatan 3000 rpm
selama 15 detik

Hasil dari uji validitas


menunjukan hasil positif
(valid)dengan terbentuknya
aglutinasi positif 1
(gumpalan kecil dengan
cairan merah disekitarnya)
pada ketiga tabung
(mayor ,minor dan auto
control)

dihomogenkan dari proses


pemutaran.

3.Hasil Pemeriksaan Uji Silang Serasi Masing-masing Kelompk(I,II,III,IV)

Hasil pengamatan klp 1

Phase II yang menunjukkan

Phase III yang menunjukkan

,Phase I yang menunjukkan

hasil negatif (tidak terjadi

hasil negatif (tidak terjadi

hasil negatif (tidak terjadi

aglutinasi)pada ketiga tabung

aglutinasi)pada ketiga tabung

aglutinasi)pada ketiga tabung

(Mayor,Minor dan Auto

(Mayor,Minor dan Auto

(Mayor,Minor dan Auto

control)

control)

Hasil Uji Validitas Mayor


Positif 1 (gumpalan kecil
dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil Uji Validitas Minor


Positif 1 (gumpalan kecil
dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil Uji Validitas Auto


control Positif 1 (gumpalan
kecil dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil pengamatan klp 2,Phase

Phase II menunjukkan hasil

Phase III menunjukkan hasil

I menunjukkan hasil negatif

negatif (tidak terjadi

negatif (tidak terjadi

(tidak terjadi aglutinasi)pada

aglutinasi)pada ketiga tabung

aglutinasi)pada ketiga tabung

ketiga tabung (Mayor,Minor

(Mayor,Minor dan Auto

(Mayor,Minor dan Auto

dan Auto control)

control)

control)

control)

Hasil Uji Validitas Mayor


Positif 1 (gumpalan kecil
dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil Uji Validitas Minor


Positif 1 (gumpalan kecil
dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil Uji Validitas Auto


control Positif 1 (gumpalan
kecil dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil pengamatan klp 3,Phase

Phase II menunjukkan hasil

Phase III menunjukkan hasil

I menunjukkan hasil negatif

negatif (tidak terjadi

negatif (tidak terjadi

(tidak terjadi aglutinasi)pada

aglutinasi)pada ketiga tabung

aglutinasi)pada ketiga tabung

ketiga tabung (Mayor,Minor

(Mayor,Minor dan Auto

(Mayor,Minor dan Auto

dan Auto control)

control)

control)

Hasil Uji Validitas Mayor


Hasil Uji Validitas Minor
Positif (gumpalan kecil dengan Positif 1 (gumpalan kecil
cairan merah disekitarnya)
dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil Uji Validitas Auto


control Positif 1 (gumpalan
kecil dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil pengamatan klp 4,Phase

Phase II menunjukkan hasil

Phase III menunjukkan hasil

I menunjukkan hasil negatif

negatfi (tidak terjadi

negatif (tidak terjadi

(tidak terjadi aglutinasi)pada

aglutinasi)pada ketiga tabung

aglutinasi)pada ketiga tabung

ketiga tabung (Mayor,Minor

(Mayor,Minor dan Auto

(Mayor,Minor dan Auto

dan Auto control)

control)

control)

Hasil Uji Validitas Mayor


Positif 1 (gumpalan kecil
dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil Uji Validitas Minor


Positif 1 (gumpalan kecil
dengan cairan merah
disekitarnya)

Hasil Uji Validitas Auto


control Positif 1 (gumpalan
kecil dengan cairan merah
disekitarnya)

IX.

Pembahasan
Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah
donornya yang akan di transfusikan. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan
transfusi darah.Tindakan uji silang (crossmatch) diperlukan sebelum melakukan
tranfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan donor.Untuk
tujuan tersebut, golongan darah penerima resipien harus sama dengan golongan darah
pemberi donor dan uji aglutinasi antara serum resipien (OS) dengan sel donor dan
plasma donor dengan sel resipien (OS).

Uji crossmatch ini penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang
kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Tujuan dilakukan periksaan uji silang adalah
1.
untuk melihat apakah darah dari pendonor cocok dengan penerima (resipien).
2.
untuk konfirmasi golongan darah.
3.
untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya
akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang
turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan
memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi
yang biasanya membahayakan pasien.
Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi
hemolitik darah bila darah didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benarbenar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien.
Crossmatch mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Konfirmasi jenis ABO dan Rh (kurang dari 5 menit)
2. Mendeteksi antibodi pada golongan darah lain.
3. Mendeteksi antibodi dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah.
Yang dua terakhir memerlukan sedikitnya 45 menit.
Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai
berikut :
Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor.
Maksudnya apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibodi dalam serum
pasien.
Minor crossmatch adalah plasma donor dicampur dengan sel penerima. Yang
dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.
Jika golongan darah (system ABO) penerima dan donor sama, baik mayor
maupun minor tidak bereaksi, jika berlainan misalnya, donor golongan O dan
penerima golongan A, akan terjadi aglutinasi pada tes minor.
Pada praktikum kali ini digunakan sampel yang didapat dari UTD RSUP Sanglah
yang berisi label (Serum OS,Plasma donor,Suspensi sel 5% donor,Suspensi sel 5% OS)
Pada pemeriksaan uji silang serasi pada praktikum kali ini ada tiga phase yang
dilakukan ,yaitu :
1) . Phase I (fase suhu kamar, dalam medium salin)
Pada phase ini adalah mempersiapkan tiga tabung yang akan digunakan uji
(Mayor,Minor dan Auto control) pada tabung mayor berisi 2 tetes serum Udin dan 1
tetes sel darah donor 5%,pada tabung minor berisi 2 tetes plasma donor dan 1 tetes sel

darah 5% Udin,dan pada auto control berisi 2 tetes serum Udin dan 1 tetes sel darah
5% Udin.Kemudian di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik dan
dihomogenkan lalu dilihat apakah ada aglutinasi yang terbentuk atau tidak.Pada phase
ini digunakan untuk menilai kecocokan antibodi alami dengan antigen eritrosit antara
donor dan resipien, sehingga reaksi tranfusi hemolitik yang fatal bisa dihindari. Pada
fase ini juga dapat menentukan golongan darah.
2). Phase II (fase inkubasi pada suhu 37OC)
Hasil negatif pada phase I akan dilanjutkan ke phase II ini untuk mendeteksi antibodi
anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes globulin dengan menggunakan media
bovine albumin 22%. Setelah penambahan 2 tetes bouvine albumin 22 % dilakukan
inkubasi selama 15 menit pada suhu 37OC sebagai suhu yang sama dengan suhu
badan, sehingga memberi kesempatan antibodi untuk melekat pada sel. Inkubasi tidak
boleh

lebih

dari

15

menit

karena

ada

kemungkinan

terjadi

aglutinasi

nonspesifik.Setelah diinkubasi dicentrifuge untuk melihat terjadinya aglutinasi atau


tidak
3) . Fase III (Indirect Coombs Test)
Hasil negatif pada phase II akan dilanjutkan ke phase III ini merupakan uji
antiglobulin. Untuk mendeteksi IgG yang dapat menimbulkan masalah dalam tranfusi
yang tidak dapat terdeteksi pada kedua fase sebelumnya.Sebelum di tes, eritrosit
dicuci terlebih dahulu dari globulin plasma yang tidak bersifat antizat spesifik dengan
NaCl sebanyak 3 kali dan kemudian dicampur dengan 2 tetes Coombs serum, yaitu
serum hewan yang mengandung antizat spesifik terhadap globulin human. Kemudian
di centrifuge.Adanya aglutinasi menunjukan adanya antizat yang melapisi eritrosit.
Setelah tahap uji ketiga phase, dilakuakn Uji validitas berfungsi untuk
mengetahui, apakah uji silang yang dilakukan sudah valid atau tidak. Hasil uji
validitas pasti menunjukan hasil positif, namun positif lemah. Pada uji validitas,
tabung yang menghasilkan hasil positif pada fase sebelumnya tidak di lakukan uji
lagi, karena uji ini untuk mengetahui validitas dari uji silang. Uji Validitas dilakukan
untuk mengetahui hasil yang diperoleh pada crossmatching test fase I sampai III
benar menunjukkan cocok/compatible. Uji validitas dilakukan dengan menambahkan
CCC (Coombs Control Cell) sebanyak 1 tetes ke dalam tabung yang hasil coombs
testnya negative pada fase III.

Coombs control cell merupakan suspensi sel control yang dibuat dari darah
golongan O Rh (+) yang sengaja dibuat coated dengan suatu antibodi inkomplit.
Penggunaan CCC bertujuan untuk mengetahui apakah coombs serum yang
digunakan pada fase III masih aktif atau tidak, bila masih aktif penambahan CCC ke
dalam Coombs serum memberi hasil reaksi positif (aglutinasi). Setelah itu baru
kemudian tabung yang telah berisi campuran tadi disentrifugasi selama 15 detik
dengan kecepatan 3000 rpm. Reaksi dibaca terhadap hemolisis dan aglutinasi secara
makroskopis dan mikroskopis. Namun dalam praktikum ini hanya dilakukan
pengamatan secara makroskopis saja.
Dari uji validitas ini diperoleh hasil, mayor menunjukkan adanya reaksi positif
1 (gumpalan kecil dengan cairan merah disekitarnya), minor, auto control dan auto
pool juga menunjukkan adanya reaksi positif 1 (aglutinasi dengan gumpalan kecil dan
cairan berwarna merah). Hasil tersebut menunjukkan bahwa uji crossmatching test
dinyatakan valid. Hasil positif pada uji validitas dan hasil negative (compatible) dari
ketiga fase

menunjukkan bahwa

darah dari donor aman untuk diberikan atau

ditransfusikan kepada pasien.

Dari hasil pengamatan masing-masing kelompok (1,2,3,dan 4) juga menunjukkan


hasil yang sama seperti hasil yang kelompok kami dapatkan,dari uji ketig phase yang
dilakukan pada ketig tabung (Mayor,Minor,dan Auto Control) menunjukkan hasil

negatif yang ditandai dengan tidak terjadinya aglutinasi.


Meskipun telah dilakukan tes crossmatch dengan benar, tetap masih ada
kemungkinan terjadinya reaksi transfusi, hal ini dapat disebabkan beberapa hal, antara
lain :
kurang sensitifnya metode pemeriksaan yang digunakan
Factor human error
reaksi transfusi yang tertunda ( delayed transfusion reaction )
Dalam melakukan uji silang cocok serasi / crossmatch, menggunakan teknik
metode tabung / metode konvensional yang memiliki beberapa keterbatasan, antara
lain :
Perlu waktu lama ( time consuming )
Hasil sangat subyektif ( tergantung ketrampilan petugas )

Hasil reaksi tidak stabil sehingga pembacaan reaksi harus segera


dilakukan setelah pemutaran karena penundaan pembacaan reaksi dapat
mengakibatkan penurunan derajad reaksi, hal ini merupakan penyebab

reaksi false negative yang berbahaya bagi pasien.


Harus melakukan pencucian sel 3 kali , yang paling vital adalah pencucian
sel 3 kali sebelum penambahan Coombs serum, karena jika tahap
pencucian 3 kali tidak sempurna atau dikurangi, maka dapat menyebabkan
terjadinya reaksi false negatif, karena Coombs dapat dinetralkan oleh
serum/plasma dari sample. Sehingga darah yang seharusnya tidak boleh
diberikan kepada penderita, dapat lolos karena reaksi false negatif tersebut

dimana hal ini sangat membahayakan penerima darah


Hasil pembacaan reaksi negatif masih harus dikonfirmasi dengan
penambahan Coombs Control Cells ( CCC ) untuk meyakinkan apakah
proses pencucian sel sebelum penambahan Coombs serum sudah

sempurna
Hasil reaksi secara visual tidak dapat didokumentasikan, dokumentasi
hanya berupa laporan kerja

Untuk sempurnanya pekerjan kita didalam Cross Match yang akan menyokong
hasil-hasil pada tingkatan fase, maka harus diperhatikan benar-benar :
Inkubator harus disetel suhunya dengan benar-benar 37oC ( 0,5 o C ).
Waktunya inkubasi : lamanya waktu harus diperhatikan dan ditaati,
minimal 15 menit. Jika waktunya dikurangi maka antibody incomplet
tidak akan coated

X.

Kesimpulan
1. Uji silang serasi (crossmatching) adalah suatu reaksi silang in vitro antara
darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan,
pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan transfusi darah
2. Uji silang serasi dilakukan dengan empat tahap pengujian. Phase I
disiapkan tiga buah tabung untuk mayor(serum OS+sel 5% donor),minor
(plasma donor+sel 5% OS)dan auto control(serum OS+sel 5% OS).Phase
II dilakukan inkubasi pada suhu 37C pada medium bouvine albumin

22%.Dan phase III dilakukan Indirect Coombs Test,dan yang terakhir


dilakukan uji validitas dengan penambahan reagen Coombs Control Cell
sebanyak 1 tetes.
3. Dari pemeriksaan uji silang serasi yang dilakukan di dapatkan hasil negatif
(tidak terjadi aglutinasi) pada ketiga phase uji yang telah dilakukan baik
pada tabung mayor,minor maupun auto control,pada masing-masing
kelompok I,II,II,IV,dan V.Hal ini menandakan bahwa darah pasien dapat
ditransfusikan karena tidak terjadi reaksi antara serum pasien dengan
darah donor.Dan pada uji validitas menunjukan hasil positif pada mayor,
minor dan autocontrol yang berarti bahwa hasil tes dinyatakan valid.

XI.

Daftar Pustaka

L,W.Bunga.SE.Petujuk Praktikum Transfusi Darah.2013.IIK.Bhakti Wiyata.Kediri


Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan.
Jakarta: Kedokteran EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Omegawati, Wigati. 2010. Biologi Umum. Klaten: Intan Pariwara
Ismail.2011. Pemeriksaan pre Transfusi Darah. Online .http://ismailpemeriksaandarahpretransfusi.blogspot.com/. (Diakses tanggal 8 Mei 2015.
Sadikin, Muhamad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: University Press
Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Nistologi. Bandung: Tarsito

Satria,Imam.2013.Laporan

Biologi

Pemeriksaan

Golongan

Darah.

Online.

http://imamgery45.blogspot.com/2013/11/laporan-biologi-pemeriksaangolongan .html. (Diakses pada tanggal 8 Mei 2015).

Denpasar, 19 Mei 2015

a.n Kelompok V

LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing I

(Dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp.PK (K)

Pembimbing III

Pembimbing II

(Kadek Aryadi Hartawiguna, A.Md. AK)

Pembimbing IV

(I Gede Putu Sudana)

(Ni Made Darmaasih)


Pembimbing V

(Gusti Ayu Ngurah Wardani)

Anda mungkin juga menyukai