Anda di halaman 1dari 2

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan

zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran, berdasarkan
reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen
( artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi)
Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana jumlah asam yang
mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna dengan jumlah basa yang
mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah
yang sama dan disebut titik ekivalen. Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1.

Asam kuat Basa kuat

2.

Asam kuat Basa lemah

3.

Asam lemah Basa kuat

4.

Asam kuat Garam dari asam lemah

5.

Basa kuat Garam dari basa lemah

Titrasi yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah titrasi asam kuat dan basa kuat
dengan menggunakan Indicator phenolftalein(pp) untuk menentukan kadar asam salisilat yang
terdapat pada sampel serbuk.
Asam salisilat (C7H6O3 ) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat
digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang
terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik.
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup tinggi kegunaannya
dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat
digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan
analgesik serta pembuatan bahan baku untuk keperluan farmasi, tetapi jika menyalahgunaan obat
ini maka akan memberkan dampak buruk seperti keracunan dan sebagiannya.
Inikator phenolftalein ini digunakan karena sangat mudah diamati perubahan
warnanya. Bila dalam keadaan tidak terionisasi, indicator ini tidak akan mengalami perubahan
warna. Sedangkan dalam lingkungan basa, phenolftalein akan terionisasi dan menghasilkan
warna merah.

Penentuan kadar asam salisilat dilakukan dengan menyiapkan larutan baku terlebih
dahulu, larutan baku yang digunakan adalah larutan baku Asam oksalat, larutan baku NaOH, dan
larutan baku HCl.
Pada praktikum penetuan kadar asam salisilat ini dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu:
1.Pembakuan Larutan NaOH
Larutan asam oksalat 0,1n sebanyak 10 mL ditambahkan 3 tetes indicator phenolftalein dan
dititrasi dengan larutan baku NaOH hingga terjadi perubahan warna dari jernih (tidak
berwarna) menjadi merah muda. Kemudian diperoleh normalitas dari NaOH adalah
0,09596N
2. Pembakuan Larutan HCl
Larutan NaOH sebanyak10 mL ditambahkan 3 tetes indicator phenolftalein dan dititrasi
dengan larutan baku HCl hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi jernih
(tidak berwarna). Kemudian diperoleh normalitas dari HCl adalah 0,1149 N
3. titrasi Balik (penetapan Kadar Sampel)
Sampel serbuk 100 mg dilarutkan dengan larutan baku NaOH sebanyak 30mL, kemudian
Larutan sampel diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan 3 tetes indicator phenolftalein
dan dititrasi dengan larutan baku HCl hingga terjadi perubahan warna dari warna merah
muda menjadi jernih ( Tidak berwarna).Dari hasil titrasi balik ini diperoleh volume titrasi
yaitu 7,5 mL dan 7,7 mL.
Hasil perhitungan kadar asam salisilat pada sampel diperoleh 277,0079472 %.

Anda mungkin juga menyukai