DIABETES INSIPIDUS
Rika Andriany, Fitriani Mangarengi, Ruland DN. Pakasi
Departemen Patologi Klinik FK Unhas / RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
I. PENDAHULUAN
Diabetes insipidus (DI) merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi
peningkatan rasa haus dan peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang rendah.
Kelainan ini ditandai dengan rasa haus yang hebat meskipun mendapat banyak asupan
cairan (polidipsi), dan berkemih berlebihan (poliuri). Hal ini terjadi karena tubuh
tidak cukup menghasilkan anti-diuretic hormone (ADH)/arginine vasopressin (AVP),
atau karena ginjal tidak dapat merespons hormon tersebut. Poliuria ditandai dengan
volume urin sekitar 150 ml / kg / 24 jam pada kelahiran, 100-110 ml / kg / 24 jam
sampai usia 2 tahun dan 40-50 ml / kg / 24 jam pada anak yang lebih tua dan orang
dewasa.1,2
Diabetes insipidus adalah penyakit yang jarang ditemukan yang diakibatkan
oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu mekanisme neurohypophyseal-renal
reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkoversi air. Berdasarkan
sistem yang terganggu DI dapat diklasifikasikan menjadi :2,3
1. Diabetes insipidus sentral, pada dewasa penyebab yang sering antara lain karena
kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus akibat pembedahan, tumor,
inflamasi, cedera kepala, atau penyakit (seperti meningitis). Sedangkan pada
anak-anak, penyebabnya karena kelainan genetik. Kerusakan ini mengganggu
pembuatan, penyimpanan, dan pelepasan ADH.
2. Diabetes insipidus nefrogenik, kelainan akibat cacat tubulus ginjal, menyebabkan
ginjal tidak berespons baik terhadap ADH. Beberapa obat juga menyebabkan
kelainan ini.
3. Diabetes insipidus gestasional, kelainan akibat degradasi ADH oleh
vasopressinase yang dihasilkan berlebihan oleh plasenta. Keadaan ini
II. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi DI di Amerika Serikat terdapat 3 kasus per 100.000 penduduk. Tidak
ada perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin dan etnis. Diabetes insipidus
sentralis lebih sering dijumpai daripada diabetes insipidus nefrogenik dengan
prevalensi satu kasus dalam 25.000. Penyebab utama adalah tindakan bedah saraf,
tumor, trauma kepala, lesi infiltratif, dan malformasi (sentral). Di Indonesia belum
ada laporan angka kejadian diabetes insipidus. 1,4
III. ETIOLOGI
A. Diabetes Insipidus Sentral ( DIS )
Diabetes insipidus sentralis merupakan bentuk tersering dari diabetes insipidus
dan biasanya berakibat fatal. Diabetes insipidus sentral merupakan manifestasi dari
kerusakan hipofisis yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan ADH. Hal
ini bisa disebabkan oleh kerusakan nukleus supraoptik, para ventrikular, dan filiformis
hipotalamus yang mensistesis ADH. Diabetes insipidus sentral juga timbul karena
gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supra
optikohipofisealis dan akson hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-
waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan. Penyebab lain dari DIS karena
tidak adanya sintesis ADH atau sintesis ADH tidak mencukupi kebutuhan atau jumlah
ADH yang cukup tetapi tidak berfungsi normal. 3
Ada beberapa keadaan yang mengakibatkan DIS. Keadaan-keadaan tersebut
digolongkan dalam bentuk DIS primer dan DIS sekunder. Diabetes insipidus primer
IV. PATOGENESIS
Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di
nukleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus dan terikat dengan
neurofisin II. Vasopresin kemudian disalurkan melalui akson menuju ke ujung-ujung
saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior yang merupakan tempat
penyimpanannya.3,5
Secara fisiologis vasopressin dan neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan
bila ada rangsang tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat
pada reseptor volume (baroreseptor) dan osmotik (osmoreseptor). Suatu peningkatan
osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume intravaskuler akan merangsang
sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan permeabilitas epitel duktus
koledukus ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan
adenolisin dan peningkatan Adenosine monophosphate (AMP) siklik. Akibatnya,
konsentrasi urin meningkat dan osmolalitas serum menurun. Osmolalitas serum
biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang sempit antara 290 dan 296
mOsmol/kg.3,5,8
Sekresi ADH dalam mereabsorbsi air diatur oleh dua mekanisme yaitu
osmoreseptor dan baroreseptor . Osmoreseptor terletak di anterolateral hipotalamus.
Sel ini berperan dalam menjaga keseimbangan air dan natrium. Perubahan dalam
tekanan osmolar plasma akan merangsang signal untuk sekresi atau inhibisi ADH.
Tekanan osmolalitas di bawah 280 mOsmol/kg tidak akan merangsang sekresi ADH.
Rangsang pelepasan ADH mulai ketika terjadi perubahan tekanan osmolalitas diatas
280 mOsmol/kg.7,9
Baroreseptor terletak di sinus carotis dan arkus aorta yang mengatur tekanan
darah. Stimulasi sekresi ADH terjadi jika tekanan darah turun sehingga mensupresi
Fungsi utama ADH adalah meningkatkan reabsorbsi air di tubulus ginjal dan
mengontrol tekanan osmotik cairan ekstraselular. Ketika produksi ADH menurun
secara berlebihan, tubulus ginjal tidak mereabsorbsi air, sehingga air banyak
diekskresikan menjadi urin. Urinnya menjadi sangat encer dan banyak ( poliuria )
sehingga menyebabkan dehidrasi dan peningkatan osmalalitas serum. Peningkatan
osmolalitas serum akan merangsang kemoreseptor pada korteks serebral yang
menimbulkan sensasi haus. Sehingga akan meningkatkan intake cairan peroral
(polidipsi ). Akan tetapi bila mekanisme ini tidak adekuat atau tidak ada, dehidrasi akan
semakin memburuk.7
Secara biokimia DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau
sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi
tidak berfungsi normal. Kerusakan osmoreseptor yang terdapat pada hipotalamus
anterior dan disebut Verney’s osmareseptor cells yang berada di luar sawar daerah otak
juga diklasifikasikan dalam DIS.3
Kelainan pada diabetes insipidus nefrogenik disebabkan oleh ketidakmampuan
ginjal merespon ADH dan kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotik
dalam medulla renalis. Ginjal menyaring 70-100 liter cairan dalam 24 jam, dan dari
X. PROGNOSIS
Prognosis pasien DI umumnya baik, tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Pasien DIN yang disebabkan oleh obat (misalnya lithium), fungsi ginjal
dapat normal setelah pengobatan dihentikan. Mortalitas DI sangat jarang pada orang
dewasa selama tersedia air minum. Dehidrasi berat, hipernatremi, kolaps
kardiovaskuler dan kematian dapat terjadi pada anak-anak dan orang tua serta pada
pasien dengan komplikasi.1,3
XI. RINGKASAN
Diabetes insipidus merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi peningkatan
rasa haus dan peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang rendah. Kondisi ini
merupakan manifestasi klinis dari defisiensi ADH atau merupakan kondisi klinis akibat
dari ketidakpekaan tubulus ginjal terhadap ADH. Penyebab diabetes insipidus dapat
karena penyebab sentral yang menyebabkan penurunan produksi ADH (diabetes
insipidus sentral) maupun kelainan ginjal (diabetes insipidus nefrogenik) yang
menyebabkan ginjal kurang peka terhadap ADH, diabetes insipidus dipsogenik, serta
diabetes insipidus gestasional.
Gejala klinis khas diabetes insipidus yaitu poliuria dan polidipsia, gejala
lainnya yaitu dehidrasi, hipertermia, nyeri kepala, lemah dan lesu, nyeri otot,
hipotermia dan takikardia. Berat badan turun dengan cepat, serta gejala enuresis, pada
anak yang telah dapat mengendalikan kandung kencing, keringat sedikit sehingga kulit
kering dan pucat, dan anoreksia. Komplikasi dari dehidrasi, bayi bisa mengalami
demam tinggi yang disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera
Poliuria
Vol urin>3 L/24jam
jsmjam
Osmolalitas Osmolalitas
<600 mOsmol/kg >600 mOsmol/kg