Anda di halaman 1dari 11

Mixing studies APTT atau PT 1:1

Prinsip
aPtt dan PT berguna untuk membedakan factor defisiensi dan
koagulasi inhibitor, bila plasma pasien di campur dengan pool normal
plasma yang mempunyai 100% factor untuk mengkoreksi hasil yang
memanjang yang disebabkan oleh factor difisensi aPTT aatau PT yang
abnormal
reagen dan alat
reagen aPTT atau PT
CaCI2 (0,02 atau 0,025 M) untuk aPTT mixing study
Pool plasma normal
Prosedur

Sesuai insert kit


Mix plasma pasien dengan pool normal plasma 1:1
Ulangi pemeriksaaan Aptt atau PT denagn sampel no 2 diatas
Bandingkan hasilnya dengan hasil APTT/PT pasien

Interprestasi
Jika Aptt/PT terkoreksi dengan plasma normal, maka diindekasikan
factor defisinsi
Jika aPTT/PT tidak terkoreksi diindikasikan inhibitor kuat
Antibody yang dapat menghanbat factor VIII biasanya IgG, antibody
ini merupakan inhibitor lemah namun tergantung pada suhu dan waktu,
hal ini biasanya menyebabkan PT memanjang pada awal pemeriksaan
Bila ada inhibitor factor VIII, bisa untuk melihat aktivitas factor
karena pada perkembangannya akan terjadi komplikasi pada pasien
Hemofili A pada saat pemberian AHF, sehingga harus dimonitor secara
periodic
Anemia pada kehamilan

ANEMIADALAMKEHAMILAN
Etiologi Anemia
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

Faktor genetik seperti thalasemia, hemoglobinopati, abnormal enzime glikolitik


Kekurangan nutrisi atau malnutrisi
Perdarahan
Faktor imunologi
Infeksi seperti malaria, sepsis gram negatif, toksoplasmosis
Obat-obatan dan zat kimia seperti kontrasepsi, antimetabolis, zat kimia toksik
Trombotik trombositopenia purpura dan syndrome uremik hemolitik
Penyakit kronis seperti infeksi kronis, penyakit ginjal atau hati, neoplasma

Tanda gejala anemia


Tanda gejala ibu hamil yang mengalami anemia antara lain : ibu mengeluh
lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih dalam batas normal, perlu
dicurigai anemia defisiensi.
Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala yaitu:

Letih, sering mengantuk, malaise.


Pusing, lemah.
Nyeri kepala
Luka pada lidah.
Kulit pucat.
Membran mukosa pucat (misal konjungtiva).
Bantalan kuku pucat.
Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
Riwayat yang berhubungan dengan potensi kelainan hematologi sebagai

berikut:

Riwayat anemia karena kekurangan zat besi.


Penyakit sel sabit.
Menderita talasemia atau riwayat talasemia dalam keluarga.
ITP (Idiopathic thrombocytopenic purpura).
Gangguan perdarahan
Riwayat pengobatan
Kehamilan sebelumnya disertai peningkatan perdarahan (akibat episiotomi, insisi

sesaria, atau untuk terapi darah, atau memar pada lokasi pemasangan infus).
Jika anak sebelumnya mengalami perdarahan, misal setelah sirkumsisi.
Infeksi HIV (terkait erat dengan anemia dan sindrom seperti ITP).
Riwayat diet

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di


bawah 11g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5g% pada trimester 2 (Sarwono,
2009). Perubahan fisiologis yang alami terjadi selama kehamilan akan mempengaruhi
jumlah sel darah normal pada kehamilan. Peningkatan volume darah ibu terutama
terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan jumlah sel darah merah.
Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah di dalam sirkulasi, tetapi
jumlahnya seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidak seimbangan ini
akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb.
Pada ibu hamil anemia juga disebabkan oleh salah satu keadaan dimana
jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun. Sebagai
akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer.

KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan
adalah pemberian tablet besi.
a.

Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero

glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar
Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per
oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-

kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal
2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli
dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta
500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang
lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil
setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 810 mg zat besi. Perhitungan makan 3
kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 2025 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Anemia ini
terjadi pada sekitar 62,3% pada kehamilan, merupakan anemia yang paling sering
dijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsur zat besi
dan makanan karena gangguan resorpsi, gangguan-gangguan atau karena besi keluar
terlampau banyak dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluasan besi bertambah
dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita
hamil 17 mg, juga untuk wanita menyusui 17 mg.
Tanda dan gejala :

Rambut rapuh dan halus serta kuku tipis, rata dan mudah patah,
Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis
algularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulut.

Pengobatan biasanya dengan memenuhi kebutuhan zat besi, misalnya dengan


perbaikan pola makan atau pemberian tablet besi.
Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Anemia ini terjadi pada sekitar 29% pada kehamilan. biasanya disebabkan oleh
defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Hal itu erat

1)
2)
3)
4)

hubungannya dengan defisiensi makanan.


Gejala-gejalanya :
Malnutrisi
Glositis berat (lidah meradang, nyeri)
Diare
Kehilangan nafsu makan
Pengobatannya:
a.

Asam folik 15 30 mg per hari

b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari


c.

Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan
retikulosi.
Adalah anemia yang disebabkan oleh sum-sum tulang kurang mampu membuat
sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada sekitar 8% kehamilan. Etiologi anemia
hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia

hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas maka
anemiaakan sembuh dengan sendirinya.Dalam kehamilan berikutnya ia mengalami
anemia hipoplastik lagi.
Ciri-ciri:
1) Pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciriciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12.
2) Sum-sum tulang bersifat normblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata

4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil.
Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat daripada pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila
terjadi kelainan pada organ-organ fital.
Anemia ini terjadi pada sekitar 0,7% kehamilan. Pengobatan tergantung pada
jenis anemia himolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi, maka
infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada jenis
obat-obatan, hal ini tidak memberihasil.
Wanita dengan anemia hemolitik biasanya sulit hamil. Apabila hamil, biasanya
anemia menjadi berat. Sebaliknya, mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis
hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.

PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl
atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan,
dan maksimum dimulai pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000ml, menurun
sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron (Yeyeh,2010).

PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN


1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).

17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam


jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).
Penatalaksanaan anemia pada ibu hamil
Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara
pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil
biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian
asam folat sebanyak 500g dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian zat besi
sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3
dl/gram/minggu atau dalam 10 hari.
a.

Berikut upaya pencegahan dan penaggulangan anemia (Sulistyoningsih,2011) :


Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang banyak
mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan
bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). perlu
juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin
C(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Makanan yang
berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa

diserap dengan baik oleh usus.


b. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah
(tablet besi/tablet tambah darah).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu :

Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan kopi
karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya
menjadi berkurang.

Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti


perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna

hitam.
Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan malam,
menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi disertai makan

buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll.


Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari
langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali

dengan rapat. tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum
Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah.

C. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti :


kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
Dampak anemia dalam kehamilan
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan
oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum
dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau
prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan
pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi
ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian
periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan


Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh
tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal,
angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal
meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering
dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang
anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari
keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan
abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus
lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan
terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).

Anda mungkin juga menyukai