Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ORIENTASI 2 HEMATOLOGI (PPDS-I PATOLOGI KLINIK FK UNDIP)

Pembimbing : dr. Meita Hendrianingtyas, Sp.PK., M.Si.Med.


Nama : Diah Ayu Kusuma, Emelia Wijayanti

1. Tes Agregasi Trombosit


Tujuan
Mengevaluasi kemampuan trombosit untuk membentuk agregat/ clump dan mengawali terbentuknya
bekuan darah

Indikasi
 Membantu diagnosis gangguan fungsi trombosit baik kongenital (Von Willebrand’s disease)
maupun didapat, pada pasien dengan riwayat perdarahan
 Dugaan peningkatan agregasi trombosit (DM, hiperlipidemia)
 Monitoring terapi anti-trombosit (aspirin, ticlopidine, clpopidogrel, abciximab) paska stroke/
heart attack
 Deteksi faktor resiko trombosis arteri (PJK, stroke)
 Deteksi resistensi aspirin
 Monitoring fungsi trombosit selama operasi CABG (sirkulasi mekanik dengan mesin jantung-
paru mengaktifkan sejumlah besar trombosit dan menyebabkan dysfungsional trombosit),
kateterisasi jantung, transplantasi hepar.
 Skrining pasien preoperasi beresiko perdarahan selama prosedur invasif, misalnya pasien
dengan riwayat perdarahan atau mengkonsumsi obat yang mempengaruhi kemampuan darah
untuk membeku seperti aspirin dan NSAID

Persiapan Pra Analitik


 Puasa 8-10 Jam (kadar lemak darah tinggi mempengaruhi hasil)
 Menghindari rokok, olahraga/ aktivitas fisik berlebihan
 Menghindari Obat yang mempengaruhi hemostasis: Vitamin K, Hormonal Cotraseption,
Aspirin, NSAID (Ibuprofen), Antidepresi tricyclic, Antihistamin, Plasma expander Dextran,
Warfarin, Beta-blocker
 Sampel darah tidak hemolisis
 Sampel darah disimpan dalam penampung plastik/ gelas berlapis silikon bertutup, suhu kamar
 Dikerjakan dalam waktu 3 jam setelah pengambilan darah (respons PRP ↓ dalam 3 jam)
 Jumlah trombosit dalam PRP > 100.000/ UL
 Jaga temperatur sampel pada suhu kamar (220C-270C)

Prinsip Pemeriksaan
Perubahan transmisi cahaya (light transmittance changes) à penambahan agonist (aggregating
agents) ke PRP  menginduksi terjadinya agregasi trombosit  transmisi cahaya melalui PRP 
Agonist : ADP (yang umumnya dipakai), epinferin, kolagen, thrombin, ristocetin

Cara pengambilan sampel


Sampel yang diambil adalah darah vena kemudian dimasukkan ke dalam tabung citras dengan
perbandingan (9 : 1) sebanyak 4 tabung untuk pemeriksaan TAT Metoda turbidimetrik yang telah
dicentrifuge kemudian diambil PRP (Platelet Rich Plasma) dan PPP (Platelet Poor Plasma)

Alat
 Agregometer trombosit chronolog model490  Centrifuge
 Kuvet, Stir Bar  Tabung plastik dan tutupnya
 Pipet + disposable plastik 5µl, 20 µl, 45 µl,  Tips
500 µl
Bahan
 Darah citras yang telah dicentrifuge  Platelet Rich Plasma (PRP), Platelet Poor Plasma (PPP)
 Larutan ADP konsentrasi 10µM ,5 µM , 2 µM , 1 µM (sebagai agonist/ induktor)

Metode Pemeriksaan Tes Agregasi Trombosit :


 Turbidimetrik (Cara BORN) sebagai Gold tandard
 Perhitungan sisa trombosit bebas
 Cara Wu dan Hoak
 Sediaan Apus darah tepi (Velaskar dan Citre)

Prinsip pemeriksaan cara BORN ( Metoda perubahan transmisi cahaya)


Sebelum penambahan agregator, transmisi cahaya melalui PRP rendah (trombositNtersuspensi
homogen dalam PRP)
Setelah penambahan agonis, maka trombosit mengalami agregasi  agregat trombosit mengendap
 plasma jernih  transmisi cahaya ↑↑

Prosedur pemeriksaan TAT Metoda Turbidimetrik


a. Nyalakan alat, tunggu sampai suhu 37 ⁰C (± 15 menit)
b. Nyalakan komputer, ketik data/identitas pasien
c. Sampel ± 20 ml darah vena Na Sitrat 1:9  Sentrifuge Plasma 15-20’ 150-200 rpm, 20-22ºC
d. Siapkan PRP dan PPP
Spesimen 1: PRP (Platelet Rich Plasma)  4 Kuvet @500μl
 Plasma Whole Blood + antikoagulan sitrat (Sodium Sitrat 3,8%)
 perbandingan 9:1.
 Sentrifugasi kecepatan 700-800 rpm 10 menit
 PRP mengandung 150.000-40.0000 trombosit / ml
Spesimen 2 : PPP (Platelet Poor Plasma)
 Sentrifugasi sisa bahan PRP kecepatan 3.000 rpm 20 menit
 PPP mengandung 700 trombosit / ml)
Tabung PPP PRP (trace 1) PRP (trace 2) PRP (trace 3) PRP (trace 4)
Sampel (μl) 500 500 500 500 500
Stir Bar (-) + + + +
e. Masukkan 5 kuvet tsb dalam masing-masing lubang incubation wells inkubasi 3 menit 37 ⁰C
 1 kuvet PPP pindahkan ke lubang optical chamber PPP
 4 kuvet PRP pindahkan ke lubang optical chamber PRP
f. Buat garis baseline untuk menentukan batas atas & bawah pada trace 1, 2, 3, 4 pada agregometer
g. Siapkan reagen ADP kemudian masukkan larutan ADP
Tabung PRP 500 μl (Tace 1) ADP 5 μl, Konsentrasi 10 Μm
Tabung PRP 500 μl (Tace 2) ADP 5 μl, Konsentrasi 5 Μm
Tabung PRP 500 μl (Tace 3) ADP 5 μl, Konsentrasi 2 Μm
Tabung PRP 500 μl (Tace 4) ADP 5 μl, Konsentrasi 1 Μm
h. Biarkan grafik berjalan 13 menit
i. Reaksi akan terlihat berupa kurva pada grafik

Harga Normal
ADP 1 µM 3-15%
ADP 2 µM 11-36%
ADP 5 µM 25-68%
ADP 10 µM 49-84%
Keterangan :

A. Agregasi irreversible (Kurva Monofasik)


B. Agregasi dengan 2 fase ( Kurva Bifasik)
C. Agregasi primer yang diikuti dengan deagregasi
D. Tidak ada agregasi

Nilai Rujukan Tes Agregasi Trombosit :


Umur 19-39 tahun Max % Pola Kurva
ADP 2,0 7,1-36,7 Agregasi primer reversible
ADP 5,0 Sukar ditentukan
ADP 10,0 66,3-97,7 Agregasi primer sekunder
Umur Umur > 40 tahun Max % Pola Kurva
ADP 2,0 13,7-37,5 Agregasi primer reversible
ADP 5,0 Sukar ditentukan
ADP 10,0 66,5-90,3 Agregasi primer sekunder
2. Prinsip Pemeriksaan Koagulasi
STAGO R MAX
Prinsip Pengukuran:
 Modus analisis: chronometri dan fotometri
 Chronometri: modifikasi viskositas media, deteksi oleh sensor elektromagnetik.
 Fotometri: pengukuran densitas optik sampai 405nm & 540nm.
 Kolorimetri
 Turbidimetri (imunologi)

Pipet: 3 250μl syringes.


Kuvet:
 1000 roll kuvet dengan stainless steel balls terintregasi
 Management of tracking roll: bar code
 Otorisasi pergerakan bandul bola (STAGO patent: FR 8718348, FR 8809151, US 4918984, JP
1939942, EP 0325874)
 Volume Maksimal: 400μl.
 Volume Minimal: 150μl pada chronometry & 250μl pada photometry

Kinerja
1. Pengulangan intra uji coba menggunakan produk diagnostik Stago
2. Pengulangan antar sampel menggunakan produk diagnostik Stago*
Plasma Normal (%) Plasma Patologi (%)
PT (“) < 1,5 < 3* <2 < 3*
APTT (“) < 1,5 < 3* <2 < 3*
Fib <4 < 4* <5 < 5*

CHRONOMETRY
 Prinsip: mengukur variasi amplitudo osilasi bola  ↓ amplitudo sesuai dengan ↑ viskositas
medium (fenomena koagulasi)
 Pada viskositas konstan, gerakan pendulum konstan seperti gerakan ayunan dari bola berkat 2 rel
yang melengkung ke dalam di bagian bawah cuvette & di bidang elektromagnetik (dibuat secara
alternatif di setiap sisi kepala pengukur  mempertahankan gerakan ayunan)
 Frekuensi lapangan ini mendekati frekuensi osilasi bola yang tepat  menjamin tingkat
sensitivitas sistem baik
 Setiap measurement head (emitting coil & receiving coil), medan magnet dibuat oleh 2 motor
coils & otomatis disesuaikan dengan perangkat lunak sebagai fungsi viskositas medium dan
jenis bekuan yang diuji (bekuan lemah untuk Fibrinogen, bekuan normal untuk yang lain)
 Viskositas konstan, amplitudo dari osilasi bola konstan
 Viskositas ↑ (fenomena koagulasi), amplitudo osilasi bola ↓
 Algoritma menggunakan variasi amplitudo ini untuk menentukan waktu koagulasi
Fotometri
 Prinsip deteksi dalam tes kolorimetrik/ imunologi
pada STA-R Evolution® berdasarkan pada absorbansi
(cahaya optik, O.D.) dari cahaya monokromatik (405
nm/ 540 nm) yang melewati sebuah cuvette pada saat
reaksi kromogenik terjadi
 Incident light (I0) yang menembus cuvette sebagian
terserap oleh media reagen
 Transmitted light (I1 = I0 + Ip) diukur & diubah
menjadi absorbansi  A = Log (I1/I0)
Note: Decimal logarithm
 Ambient light (Ip) dieliminasi dengan mengambil 2 pengukuran transmitted light dalam interval:
I1 = I0 + Ip (pengukuran pertama dengan incident and ambient light),
I2 = Ip (pengukuran kedua dengan menghalangi incident light, sesuai dengan ambient light)
 I0 = I2 - I1 sesuai dengan incident light (ambient light (Ip) tetap identik antara 2 pengukuran)
 Sumber monokromatik incident light (I0) diperoleh dari lampu halogen tungsten & dari filter
(405 nm / 540 nm) pada pemegang filter yang dapat dipindah.
 Berbagai bagian ada di modul optik, lampu monokromatik diarahkan ke measurement heads
oleh serat optik, kemudian ke analog measurement card melalui serat optik lain
 I0 (incident light) diketahui berkat serat referensi (serat yang masuk langsung dari modul optik
ke analog measurement card)
 Dari pengukuran densitas optik  hukum Beer-Lambert diterapkan, yaitu: A = I.C
A absorbance, coefficient of molecular extinction, I panjang optical trajectory, C concentration
 Konsentrasi kromogen yang dicari berbanding lurus dengan absorbansi.
 Catatan: Semua pengukuran densitas optik dilakukan berhubungan dengan serat referensi
Langkah – langkah dalam analisis
 Plasma (sampel, kontrol/ kalibrator) dipipet dengan jarum n°1 ± zat pengencer 
didistribusikan ke cuvette (antar jemput dengan cuvette berhenti di tempat sampel)
 Jika reagen perantara diperlukan, umpan dihentikan pada titik reagen & reagen ditambahkan ke
cuvette dengan jarum n°2
 Shuttle kemudian berhenti di measurement stop untuk lengan yang dilengkapi dengan suction
cups untuk mentransfer cuvette ke zona inkubasi
 Reagen yang akan didistribusikan setelah inkubasi pertama (terutama reagen awal) dipipet
dengan jarum n ° 3
 Saat pemanasan awal reagen diperlukan sd 37°C, pereaksi dipertahankan ± 2 detik di tabung
pemanas jarum n°3
 Then, with or without preheating, the reagents are distributed in the corresponding cuvette in the
measuring area. As soon as measuring is finished, the suction cup arm takes the cuvette and
disposes it in the cuvette wastebin.
 Kemudian, dengan atau tanpa pemanasan awal, reagen didistribusikan ke cuvette yang sesuai di
area pengukuran
 Begitu pengukuran selesai, arm with the suction cups mengambil cuvette dan menyimpannya di
cuvette wastebin

Sampel Loading
 Tabung utama dimuat ke rak 5 tabung setelah sentrifugasi 
tray  loading/unloading area of the STA-R Evolution
 Software STA-R Evolution® mendeteksi adanya keranjang
rak dan mulai memuat isinya. Setiap rak bergerak di depan
pembaca bar code sampel.
 Bar code label mengidentifikasi rak
 Roda memutar tabung di depan pemindai kode batang sampai
label dipindai (hanya ada jika menggunakan Diagnostica
Stago racks & the Stago reading mode)
 Lokasi tabung dalam analyzer dapat diketahui
pleh pemindai identifikasi rack & tube
 Rak kemudian pindah ke area pipetting
 There is an area where the samples can be
pipetted immediately (zone A with 28 racks) and
a storage area where the samples can not be
directly pipetted.
 Ada area sampel dapat segera dipipet (zona A 28
rak) & area penyimpanan dimana sampel tidak
langsung dipipet
SYSMEX CS-2100
 Sysmex CS-2100i adalah instrumen koagulasi darah otomatis untuk penggunaan diagnostik in
vitro di laboratorium klinis
 Sampel plasma vena dalam 3,2% Na Sitrat menggunakan metode clotting kromogenik &
immunoassay
 Hasil analisis ditampilkan di layar Unit Pengolahan Informasi (IPU)
 Hasil dapat dicetak pada printer eksternal/ dikirim ke komputer host
 Instrumen ini mampu mengukur tes dalam mode normal dan mode sampel mikro

Prinsip Operasi
 Analisis Uji: mechanical, hydraulic, & electrical systems
 Instrumen: reagen, kontrol, kalibrator, dan bahan konsumsi untuk melakukan tes waktu
Prothrombin (PT) & PT INR, Activated Partial Thromboplastin Time (APTT), Fibrinogen,
Antithrombin, & D-dimer
Sysmex CS-2100i Analysis Principles
Reagent Application Methodology
Dade® Innovin® PT, Prothrombin Time (“) Clotting (extrinsic pathway)
PT, Prothrombin Time (INR) Clotting (extrinsic pathway),
calculated
Dade® Actin® FSL APTT, Activated Partial Clotting (intrinsic pathway)
Thromboplastin Time
Dade® Thrombin Reagent Fibrinogen quantitation Clotting (common pathway)
INNOVANCE® Antithrombin Antithrombin quantitation Chromogenic
INNOVANCE® D-Dimer D-dimer quantitation Immunochemical
 Clotting: Turbiditas berubah saat fibrinogen ditransformasikan menjadi fibrin. Perubahan
kekeruhan ini terdeteksi secara optik.
 Kromogenik: Proses emisi warna oleh substrat sintetik kromogenik; light absorbance change
 Immunoassay: proses reagen antibodi-sensitif bereaksi dg antibodi; light absorbance change
 Kinerja ini belum terbentuk (has not been established) pada populasi neonatus & pediatrik
 Prinsip Deteksi: detektor multi-panjang gelombang untuk cahaya yang ditransmisikan pada
340, 405, 575, 660 & 800 nm
 Metode Deteksi: 10 saluran/ metode; 4 saluran agregasi trombosit*

Prinsip Pemeriksaan PT
 Menilai terbentuknya bekuan pada:
Plasma yang telah diinkubasi + campuran tromboplastin jaringan & ion kalsium
 Reagen: kalsium tromboplastin (tromboplastin jaringan dalam larutan CaCl2)
 Tromboplastin jaringan dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak dan paru kelinci dalam
larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida (misalnya Neoplastine CI plus)
 Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 &npengawet (misalnya
Thromborel S).

Prinsip Pemeriksaan APTT (Normal 20-35 detik)


 Inkubasi plasma sitrat (semua faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium & trombosit) +
tromboplastin parsial (fosfolipid) & bahan pengaktif (mis. kaolin, ellagic acid, mikronized silica
atau celite koloidal)
 Penambahan kalsium  memulai proses pembekuan (bekuan fibrin)  waktu yang diperlukan
untuk membentuk bekuan fibrin dicatat sebagai APTT.
 Sampel darah vena + antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109M) 9:1 dalam Tabung plastik/
gelas yang dilapisi silikon  disentrifus 15 menit 2.500 g  Plasma dipisahkan dalam tabung
plastik tahan 4 jam suhu 20 ± 5ºC (Jika terapi heparin, plasma stabil dalam 2 jam suhu 20 ± 5ºC)
3. INR (International Normalized Ratio) = (PT pasien / PT normal)ISI
 INR adalah rasio PT yang mencerminkan hasil
yang akan diperoleh bila tromboplastin baku
WHO yang digunakan, sedangkan ISI merupakan
ukuran kepekaan sediaan tromboplastin terhadap
penurunan faktor koagulasi yang bergantung pada
vitamin K
 Untuk mengukur PT, sampel darah pasien
dicampur kalsium dan tromboplastin (memiliki
responsifitas berbeda pada reagen yang
berbeda  Semakin tidak responsif maka
perpanjangan PT  semakin memendek PT dan
sebaliknya)
 International Sensitivity Index  (ISI) didapat
berdasarkan responsifitas tromboplastin
dibandingkan responsifitas tromboplastin World
Health Organization (WHO)  Semakin
responsif maka ISI semakin kecil, dan sebaliknya
 Angka ISI tertera pada reagen yang digunakan
dalam pemeriksaan INR  ± 0.9-1.4
 Sediaan baku pertama mempunyai ISI = 1,0
(tromboplastin kurang peka mempunyai ISI >1,0)
 Dengan demikian cara paling efektif untuk
standardisasi pelaporan PT adalah kombinasi
sistim INR dengan pemakaian konsisten
tromboplastin yang peka yang mempunyai nilai
ISI sama.
 Fungsi: mengukur efek suatu antikoagulan
terhadap Prothrombin Time (PT)\
 Monitoring terapi warfarin (Coumadin) pada
pasien jantung, stroke, deep vein thrombosis
(DVT), katup jantung buatan, terapi jangka pendek
setelah operasi misal knee replacements.
 INR hanya digunakan setelah respons pasien stabil
terhadap warfarin, minimal 1 minggu terapi.
 Standar INR tidak boleh digunakan jika pasien
baru memulai terapi warfarin
 Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan nilai INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi
terbentuk bekuan, diperlukan INR sekitar 2,5 – 3,5
 INR Normal ≤1,1

4. DIAGNOSIS BANDING ANEMIA


Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Morfologi eritrosit
 Normositik Normokrom,
 Mikrositik Hipokrom,
 Makrositik
2. Fungsional
 Penurunan Produksi
 Defek Maturasi
 Peningkatan Destruksi
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM
Fe Serum ↓ Menurun Fe Serum Normal
TIBC ↑↑ TIBC ↓↓
Feritin Normal
Feritin ↓↓ Feritin Normal/ ↑
Elektroforesis Hb : Ring Sideroblast di
Besi SSTL (-) Besi SSTL +
HbA2↑, HbF↑ SSTL
Anemia Defisiensi Anemia Penyakit
Thalasemia Beta Anemia Sideroblastik
Besi Kronik

Anemia Chronic
Anemia Defisiensi Besi Hemoglobinopati
Disease
Anamnesa Lemas, lesu, pusing, Riwayat keluarga Terdapat penyakit lain
warna kulit kuning, yang kronik
mudah lelah
Px Fisik Atrofi lidah, Pembesaran Limpa Kelainan Organ
koikilonikia,
konjungtiva anemis,
cheilosis/ angular
stomatitis
Pemeriksaan CBC : Anemia Mikrositik Hipokrom (Hb, MCV, MCH ), Eritrosit ,
Laboratorium Retikulosit N/ ↓
Serum Iron  N 
Serum Feritin  N N
TIBC  N 
Saturasi Transferin  N/  N/ 
Fe SSTL (-) (+) (+)
Hiperplasi, metarubrisit Rubrisit  Besi Eritroblast 

Hb Elektro Normal Abnormal Normal
GDT Anisopoikilositosis Anisopoikilositosis Normositik
dengan sel pencil >>, sel dengan sel target >>, Normokrom sd
target, Basophilic sel pensil, benda Mikrositik Hipokrom
stippling, ring cell inklusi, bintik basofil,
eritrosit bizare, tear
drop
Tes Terapi Fe   
5. TIBC & UIBC
Pre- Analitik
 Serum/ Heparin Plasma, Sentrifuse, Turnd around time 1day, Stabilitas sampel 4ºC
 Hemolisis & Lipemia merupakan faktor intereferensi (Obat & Makanan yang dikonsumsi)
 Pengukuran Kapasitas Pengikatan Zat Besi (Iron Binding Capacity)  dx/ & th/ anamia
 Serum Besi dibawa dengan ikatan protein transport, Transferrin
 Konsentrasi besi maksimum yang dapat diikat oleh Transferrin  Total Iron Binding Capacity
 Normalnya, hanya 1/3 dari iron binding sites of Transferrin diduduki oleh Fe (III)  serum
memiliki kapasitas pengikatan besi cadangan yang cukup besar  Unsaturated Iron Binding
Capacity (UIBC)
 TIBC [µg/dL] = UIBC [µg/dL] + Iron [µg/dL] atau Fe Serum
 Saturasi transferrin & UIBC memiliki reliabilitas sama dalam kemampuan memprediksi
hemochromatosis
 UIBC adalah alternatif yang murah untuk mendeteksi hemochromatosis herediter
 Nilai normal UIBC: 12-43 µmol/L (Pria), 13-56 µmol/L (Wanita)  21 – 84 µmol/L atau 120 –
470 µg/dL
 Nilai normal TIBC : 45-72 µmol/L atau 300-360 µg/dL, pada orang tua < 300µg/dL
(Source : Abbott Diagnostics)

 Ion besi, Fe2+, dibutuhkan untuk fungsi sel darah merah (RBC) yang tepat (mengangkut O2 dari
paru-paru ke seluruh tubuh)
 Fe2+ terlarut secara bebas sangat beracun  hampir tidak ada Fe2+ yang mengapung dalam darah
 Zat besi terikat oleh protein, seperti feritin, transferin, dan hemoglobin
 Ferritin ditemukan di dalam sel dan menyediakan penyimpanan zat besi di dalam sel
 Transferrin bermigrasi melalui darah dan mengangkut besi, di dalam tubuh
 Protein pembawa lainnya ada, tapi transferin membawa hingga 70% zat besi dalam darah
 Total iron binding capacity (TIBC) mengacu pada jumlah besi total yang dibawa melalui darah
 Meskipun protein selain transferin berkontribusi pada TIBC, TIBC sering digunakan secara
bergantian dengan transferin
 Tidak seperti feritin & transferin, hemoglobin (Hb) lebih dari sekedar penyimpanan/ pembawa
zat besi  Hb adalah protein pembawa oksigen (96% dry weight RBC)
 Besi merupakan pusat fungsi hemoglobin, besi memberi dukungan struktural pada hemoglobin
& memfasilitasi perubahan struktur yang menyertai pengikatan oksigen oleh hemoglobin 
memungkinkan pengikatan oksigen lanjut terjadi lebih mudah/ cooperativit
 Kooperatifitas oleh besi di Hb penting bagi kemampuan RBC untuk mengoksigenasikan
jaringan, karena perubahan kecil tingkat pengikatan oksigen memiliki efek besar terhadap
efektivitas RBCs
 TIBC, UIBC, Tes Transferrin  menilai tingkat zat besi individu & kemampuan untuk
mengangkut besi ke seluruh tubuh
 Fe Serum - mengukur kadar Fe2+ terlarut dalam plasma darah
 TIBC - mengukur tingkat transferin yang terikat dengan besi
 UIBC - mengukur tingkat transferrin yang tidak mengikat besi
 Saturasi Besi - mengukur persentase besi yang terikat pada transferin  Fe serum : TIBC x 100
 kejenuhan transferrin
 Hanya sekitar 10% zat besi yang benar-benar diserap tubuh
 Karena kemampuan tubuh menyimpan zat besi, suplementasi zat besi dapat menyebabkan
kelebihan zat besi & toksisitas
 Makanan kaya zat besi - daging merah, kuning telur, hati, dan sayuran hijau tua
Fe Serum Saturasi Transferin TIBC UIBC
Meningkat  Keracunan Besi  Defisiensi Besi oleh karena diet
 Anemia Hemolitik  Ketidakmampuan untuk menyerap besi
 Anemia Sideroblastik
 Hemokromatosis
Menurun  Defisiensi Besi oleh karena  Hemokroatosis
diet  Infeksi Kronis
 Ketidakmampuan untuk  Keracunan Besi
menyerap besi  Anemia Hemolitik
 Anemia Sideroblastik
 Infeksi Kronis

6. ERITROSIT ROELEAUX DAN AGLUTINATION

Eritrosit Roeleaux  Eritrosit bertumpuk seperti uang logam (↑Kadar Hb/ Artefak)
 Normalnya nilai LED relatif lebih kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi
diimbangi oleh tekanan ke atas akibat perpindahan plasma
 Viskositas plasma tinggi/ kadar kolesterol ↑  tekanan ke atas mungkin dapat menetralisi
tarikan ke bawah terhadap setiap sel/ gumpalan sel
 Keadaan ↑ penggumpalan/ perlekatan sel  ↑LED
 Makromolekul dengan konsentrasi tinggi dalam plasma  < sifat saling menolak di antara sel
eritrosit  eritrosit lebih mudah melekat  memudahkan terbentuknya rouleaux
 Rouleaux: gumpalan eritrosit yang terjadi bukan karena antibodi/ ikatan konvalen, tetapi karena
saling tarik-menarik di antara permukaan sel
 Bila perbandingan globulin/ albumin ↑ /kadar fibrinogen >>  rouleaux ↑  LED ↑
 Penyakit : Multiple Mieloma, Makroglobulinemia

Autoaglutinasi : Bertumpuk dan menyatu (seperti bunga)  AIHA

Anda mungkin juga menyukai