TEMPORAL
PROPOSAL TESIS
Victor Christian
NIM: 22040918310004
SEMARANG
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
TEMPORAL
Disusun oleh:
Victor Christian
NIM: 22040918310004
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Eddy Sudijanto, Sp.Rad (K) dr. Sukma Imawati, Sp.Rad (K)
Mengetahui,
PPDS I FK UNDIP
NIP. 198209122010122002
ii
DAFTAR ISI
iii
C. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................. 26
D. Populasi Penelitian ................................................................................. 26
E. Sampel Penelitian ................................................................................... 27
F. Metode Pengambilan Sampel..................................................................... 28
G. Besar Sampel penelitian ......................................................................... 28
H. Variabel Penelitian ................................................................................. 29
I. Definisi Operasional................................................................................... 29
J. Alat dan Cara Penelitian............................................................................. 30
K. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 32
L. Alur Penelitian ........................................................................................ 32
M. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 33
N. Etika Penelitian....................................................................................... 33
O. Jadwal Penelitian .................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3 Kategorisasi indeks asimetri dan rasio NAA/( Cho + Cr) pada pasien
vi
DAFTAR SINGKATAN
Cho : Choline
Cr : Creatine
EEG : Elektroensefalogram
Glx : Glutamine/glutamate
mI : Myoinositol
NAA : N-acetyl-aspartate
vii
BAB I
PENDAHULUAN
dengan kejang berulang tanpa adanya pemicu khusus. Kejang ini merupakan
tanda akibat aktivitas neuron yang abnormal berlebihan pada otak. Sekitar 50
juta orang di seluruh dunia menderita penyakit ini. Lobus temporal adalah
daerah yang paling epileptogenic pada otak dimana 90% pasien dengan
sumber kejang baik pada sisi kanan, kiri, maupun keduanya (lateralisasi).
pemeriksaan normal pada beberapa pasien dengan klinis epilepsi fase awal.
substania alba dan substansia grisea dari otak sehingga jarang digunakan,
1
sehingga pemeriksaan MRI lebih banyak dipilih. Secara MRI konvensional
Namun kelainan morfologi jarang tersebut ditemukan pada awal onset epilepsi.
dan tidak memiliki nilai normal yang baku sehingga dibutuhkan rasio dalam
Pada pemeriksaan patologi anatomi sel saraf fokus epilepsi secara EEG
sehingga akan dibandingkan temuan lateralisasi dari EEG dengan nilai dari
yang tepat dan cepat sedini mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan
2
kualitas hidup dan mengurangi risiko adanya gangguan perkembangan otak
kedepannya 2,5,6,7
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
c. Untuk menganalisis hubungan antara rasio NAA/Cr pada pemeriksaan
lobus temporal
lobus temporal
D. Manfaat Penelitian
4
3. Bagi masyarakat
lobus temporal.
E. Keaslian Penelitian
5
Electroencephalography dan spesifisitasnya adalah
50%
ini dengan penelitian Aun et al, Aun et al hanya membandingkan rasio NAA/(Cho+
Cr) dan tidak membandingan rasio NAA/Cho, NAA/cr dan Cho/Cr dengan
populasi pada penelitian ini mencakup anak dan dewasa sedangkan penelitian Azab
et al hanya pada populasi anak, selain itu penelitian ini tidak membandingkan rasio
penelitian ini mencari rata-rata nilai NAA/(Cho+ Cr), NAA/Cr, dan Cho/Cr, namun
tidak dijelaskan pada bagian result nilai mana yang dibandingkan dengan
pemeriksaan EEG.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempengaruhi kejadian dan prevalensi kejang sekitar 5-10% dari populasi akan
memiliki setidaknya satu kali episode kejang, dengan insiden tertinggi terjadi
kronis yang mendasarinya yang terjadi tanpa adanya pencetus yang jelas. Hal ini
berarti bahwa seseorang dengan riwayat kejang tunggal atau berulang dengan
faktor pencetus yang dapat diperbaiki atau dihindari tidak termasuk dalam harus
tunggal, karena ada banyak bentuk dan penyebab epilepsi. Namun, di antara
klinis dan patologisnya khas dan menunjukkan etiologi yang mendasari proses
patologinya. Epilepsi dapat diidentifikasi berdasarkan onset usia yang khas yang
sering pada usia anak, karakteristik EEG spesifik, dan karakteristik dari kejang.
1,9,10,11
7
B. Epidemiologi
dunia, dan prevalensi epilepsi telah diperkirakan terjadi pada 5-10 orang per
1000 orang. 7
C. Anatomi
Batas atas dari lobus temporal terdiri dari lobus frontal dan fisura silvii dari
lobus parietal. Tidak jelas batas secara posterior yang memisahkan lobus
oksipital dan parietal oleh garis imajiner lateral parietotemporal yang berjalan
ke bawah dari tepi posterior fisura silvii. Batas medial dibatasi oleh garis yang
Lobus temporal terdiri dari neokorteks dan struktur lobus temporal mesial,
ke kepala hipokampal), dan dan hipokampus (terdiri dari kepala, tubuh, dan
ekor). 11,12,13
Gambar 1 Anatomi lobus temporal pada MRI. FL: lobus frontal, PL: lobus parietal, SF:
fisura silvii, OL: lobus occipital, S: Lobus temporal superior, M: Medial, I: Inferior 11
8
D. Patofisiologi
yang didapati pada 90% pasien dengan epilepsi berupa adanya gangguan
hipokampus. Lokasi lesi dapat unilateral dan difus tetapi kerusakan lebih sering
terjadi pada unilateral. Pada lesi bilateral temuannya seringkali asimetris dengan
tingkat atrofi yang lebih besar pada sisi epileptogenik. Secara histologis adanya
kehilangan neuron dan gliosis terjadi paling sering pada area di cornu ammonis
dan sektor CA1 dan pada tingkat lebih rendah terjadi pada area CA3 dan CA4.
Sel-sel pada area CA2 piramidal biasanya resisten terhadap kerusakan. Bentuk
umum dari lesi temporal ini adalah sklerosis pada ujung folium di mana
kerusakan hipokampal berpusat pada hilus dan girus dentate. Sclerosis pada
ujung folium sulit terdeteksi pada pemindaian MRI dengan kekuatan medan
rendah. Sklerosis dapat pula terjadi akibat kejang demam berkepanjangan pada
masa bayi, awal masa kanak-kanak atau mungkin status epileptikus pada
individu yang lebih tua. Selain itu pada dapat pula terjadi atrrofi yang progresif
kematian neuron yang dimediasi kalsium dengan kerusakan terjadi pada sel
piramidal CA3 yang rentan dan neuron hilar dentate. CA2 relatif lebih resisten
karena lebih banyak protein pengikat kalsium dalam sel piramidalnya. 9,10,14
9
Mossy fibre merupakan akson dari granul eksitatori sel-sel di dentate gyrus.
Akson ini berakhir pada dendrit neuron piramidal dari pada asrea sekitar CA3
abnormal dan eksitasi feedforward. Selain itu teori lain menyatakan bahwa
10
E. Manifestasi klinis Temporal Epilepsi
epilepsi kedepannya. Tapi ada hubungan yang kuat antara riwayat kejang
demam pada pasien dengan epilepsi temporal akibat adanya sklerosis pada
hipokampus terutama jika kejang itu terjadi dalam waktu yang lama dan
Mungkin disertai masa bebas kejang beberapa tahun dengan penggunaan obat
mungkin mengalami aura dengan kejang fokal maupun general. Jenis aura yang
khas meliputi panca indra dan dapat berupa gejala persepsi atau otonom seperti
rasa tidak nyaman pada regio epigastrium. Gejala otonom termasuk perubahan
warna kulit, tekanan darah, detak jantung, dan ukuran pupil. Gejala afektif lain
yang terjadi termasuk perasaan depresi, marah, dan mudah tersinggung. 9,10,15
Kelainan morfologi ini yang dapat ditemukan pada pencitraan MRI adalah
Sayangnya pada banyak kasus perubahan morfologi ini sulit dideteksi walaupun
11
Hipokampus adalah struktur melengkung dengan permukaan cekung
Gambar 3 Gambaran MRI penurunan volume hipokampus. Pria 43 tahun dengan epilepsi
lobus temporal ditemukan adanya penurunan volumen hipokampus pada pemeriksaan MRI
T2 potongan korona (panah hitam) dan peningkatan intesitas sinyal hipokampus pada MRI
Fluid Attenuation Inversion Recovery (FLAIR) potongan korona (panah putih) 1
12
G. Pemeriksaan MRS
tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi
radio, tanpa operasi, tanpa penggunaan sinar-X ataupun bahan radioaktif, yang
dengan menggunakan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen dan medan
magnet. 1,16,17
Aplikasi MRS terletak pada prinsip kimia organik pada sampel yang
diperiksa yaitu untuk menilai komposisi struktur molekul dari suatu senyawa
atau untuk mendeteksi keberadaan senyawa tertentu. Pada pasien anak yang
sebuah studi pada hewan menunjukan tidak mengganggu nilai metabolit dalam
MRS. 3,18,19
Konsepnya dasar MRS adalah dengan menilai interaksi antara energi dari
metabolit pada organ yang diperiksa. Interaksi ini menyebabkan sampel bisa
informasi tentang fisiologis dan struktur kimiawi dari sampel yang diambil.
(chemical shift) dari ikatan kimia (chemical bounding) dari bagian gambar
13
anatomi yang diseleksi. Informasi signal frekuensi ini dideteksi oleh MRS dan
kurva dengan nilai-nilai puncak yang konsisten dan pada sumbu horisontal
pada frekuensi yang berbeda sehingga posisi tiap metabolit yang diplot
sepanjang grafik axis horisontal berbeda satu dengan lainnya, dan merujuk pada
chemical shift yang mempunyai skala unit dalam part per million (ppm). MRS
radiofrekuesi yang ditekan berpusat pada air bukan lemak sehingga frekuensi-
aplikasi klinis, pola spektral otak normal menjadi referensi pembanding untuk
menentukan jenis kelainan pada otak yang abnormal. Dengan kata lain,
komponen metabolit pada parenkim otak normal, merefleksikan konten air dan
sel neuron dan glial normal, Ketika sinyal air ditekan, maka spektrum frekuensi
komprehensif. Peran MRS saat ini sangat luas dan membantu dalam diagnosis
14
tatalaksana pasien neurodegenerative disorder, epilepsi, dan stroke. MRS terdiri
seperti glutathione dan ascorbate, dan komponen penting lainnya seperti creatine
tambahan muncul pada kondisi klinis tertentu, contohnya succinate, lipid (Lip),
dan acetate pada abses, serta propylene glycol setelah konsumsi alkohol. 4,15
• N- acetylaspartate (NAA)
sel saraf dan dibawa ke dalam sitoplasma dan sepanjang akson, sehingga
akan ditemukan pada substansia alba dan grisea. Walaupun NAA ditemukan
pada sel progenitor astrosit dan oligodendrosit imatur, NAA disintesis dan
disimpan terutama pada sel saraf dan kemudian disebut penanda sel saraf
atau penanda kepadatan dan viabilitas sel saraf. NAA adalah molekul yang
terbanyak di sistem saraf pusat dan memiliki peran penting. NAA berperan
sumber asetat untuk sintesis asam lemak dan steroid pada oligodendrosit
15
yang penting dalam proses sintesis lipid mielin. Fungsi yang lainnya adalah
neuronal. 2,5,15
Mayoritas studi MRS yang diterbitkan sampai saat ini telah menemukan
keadaan patologis. Peran dari NAA dalam jaringan otak belum jelas
NAA terkait dengan fungsi mitokondria dan NAA memiliki peran penting
• Creatine (Cr)
dari asam amino terutama pada ginjal dan hepar yang kemudian dibawa ke
jaringan atau organ perifer oleh darah. Metabolit ini beresonansi pada 3.03
16
kondisi patologi tertentu seperti pada stroke, tumor, dan cedera kepala. Cr
• Choline (Cho)
membran sel, seperti sintesis dan degradasi fosfolipid. Cho terlibat dalam
3.2 ppm. Pada otak dewasa sehat rasio Cho/Cr adalah < 1.0. Sinyal Cho
Lac adalah penanda glikolisis anaerob dan tidak terdapat pada jaringan
17
akhir dari nonoxidative glycolysis, dan peningkatannya tampak pada cellular
viable. Lac dapat muncul pada keadaan tumor otak, infark, hipoksia,
• Myo-inositol (mI)
sintesis lipid inositol, tetapi juga sebagai osmolit penting secara fisiologis.
Di dalam otak, mI dipercaya berada pada sel glial dan tidak terdapat pada
• Glutamine/glutamate (Glx)
sistem saraf pusat. Glutamat terlibat dalam sebagian besar aspek fungsi otak
yang meningkat terdapat pada sebagian besar, namun tidak semua, dari
18
jaringan epilepsi reseksi. Pengukuran konsentrasi glutamat pada pasien
• GABA
mamalia. Diperkirakan antara 17% hingga 50% dari semua sinapsis di otak
memiliki fungsi yang dimediasi perubahan dari sistem reseptor GABA. 2,5,15
19
H. Epilepsi dan MRI/MRS
Epilepsi idiopatik terjadi pada otak yang secara struktural normal dan
pada pengamatan perubahan nilai NAA, Cr, dan Cho. NAA merupakan penanda
untuk kepadatan neuronal dan berfungsi dalam transportasi cairan neuron yang
dihasilkan sebagai hasil dari peningkatan aktivitas metabolisme, selain itu NAA
eksitatori utama otak. Stimulasi berlebihan glutamat bisa menjadi racun dan
20
dan terutama terletak di glia. Peningkatan mI biasanya dianggap sebagai
penanda gliosis1,5,20,22
Nilai metabolit MRS bervariasi tiap individu sehingga sulit untuk menilai
sehingga dibutuhkan suatu rasio yang membandingkan nilai salah satu metabolit
dengan nilai metabolit lainnya. Rasio yang daat dipakai adalah NAA/(Cho+Cr),
NAA/Cho, dan NAA/Cr. Selain itu ada indeks asimetri untuk menilai lateralisasi
Rl)/(Rr + Rl) dimana Rr adalah nilai rasio NAA/(Cho + Cr) pada lobus temporal
sisi kanan dan Rl adalah nilai rasio NAA/(Cho + Cr) pada lobus temporal sisi
kiri.. 1,5,23,24
Parameter Nilai
0,73 – 1,13 Normal
<0,71 Abnormal
Tabel 3 Kategorisasi indeks asimetri dan rasio NAA/(Cho + Cr) pada pasien epilepsi
lobus temporal1
21
I. Epilepsi dan EEG
Aktivitas listrik otak dapat direkam dari elektroda yang diletakkan di kulit
kepala. Potensi perbedaan antara pasang elektroda di kulit kepala atau antara
elektroda kulit kepala individu dan titik referensi umum yan diperkuat dan
normal bergantung pada usia pasien. Aktivitas ritmik yang biasanya direkam
mewakili potensi postinaptik sel piramidal dengan orientasi vertikal dari korteks
serebral dan dinilai berdasarkan frekuensinya. Pada orang dewasa normal yang
berbaring tenang dengan mata tertutup, ritme alfa 8-13 Hz terlihat di posterior
EEG bercampur dengan sejumlah variabel aktivitas cepat beta dengan nilai > 13
direkam selama kejang parsial sederhana atau kompleks. Namun pada kejang
peristiwa seperti itu terjadi secara tak terduga atau jarang terjadi. 3,9,15
22
Aktivitas epileptiformis seperti itu terdiri dari adanya gelombang abnormal
tetap memiliki nilai diagnostik pada pasien epilepsi dibandingkan pada populasi
normal. Tetapi bahkan pada individu yang diketahui memiliki epilepsi EEG
interictal rutin pada pemeriksaan awal mungkin didapatkan hasil yang normal
hingga 60%. Oleh karena itu EEG tidak dapat menegakkan diagnosis epilepsi
Aktivitas gelombang tajam episodik lebih sering terjadi selama dan di antara
temuan interiktal fokal yang ditemukan pada pasien dengan kejang parsial
kompleks. Pemantauan perilaku klinis jangka panjang yang intensif dan EEG
diperlukan untuk kandidat operasi dan ini umumnya juga melibatkan perekaman
dari elektroda yang ditempatkan secara intrakranial. Temuan dalam EEG rutin
23
BAB III
A. Kerangka Teori
B. Kerangka Konsep
24
C. Hipotesis
Hipotesis Mayor
Hipotesis Minor
temporal
temporal
temporal
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
D. Populasi Penelitian
1. Populasi Target
26
2. Populasi terjangkau
E. Sampel Penelitian
pemeriksaan MRI dan MRS pada periode penelitian. Pasien yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel akan digunakan sebagai
subyek penelitian.
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi
penelitian
27
F. Metode Pengambilan Sampel
rumus besar sampel untuk uji diagnostik terhadap rerata dua populasi
n = jumlah sampel
ini adalah
2
(1,96 + 0,842) 0,07
𝑛1 = 𝑛2 = 2 [ ]
0,05
𝑛 = 30
a. Variabel prediktor
b. Variabel outcome
Variabel outcome pada penelitian ini adalah hasil pemeriksaan EEG pada
I. Definisi Operasional
29
J. Alat dan Cara Penelitian
Alat:
3. Data pemeriksaan MRI dan MRS dari mesin MRI General Electric (GE)
Cara Kerja:
epileptogenik
30
4. Melakukan pemeriksaan MRI konvensional baik dengan maupun tanpa
pemeriksaan MRI kepala rutin (sekuen T1, T2, FLARE, DWI potongan
hipokampus kanan dan kiri dengan mencegah adanya kontak dengan likuor
31
9. Data dikumpulkan dan dilakukan analisis statistik dan nilai diagnostik
rekam medis.
L. Alur Penelitian
32
M. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh adalah data primer, data dimasukkan ke dalam file
N. Etika Penelitian
orang tua/wali pasien sebelumnya telah diberi penjelasan mengenai tujuan dan
33
O. Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penyusunan Proposal
Ujian Proposal
Revisi Proposal
Pengumpulan data
Ujian hasil
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Aun AAK, Mostafa AA, Fotouh AMA, Karam KS, Salem AA, Salem A, et
2. Caruso PA, Johnson J, Thibert R, Rapalino O, Rincon S, Ratai EM. The Use
3. Azab SF, Sherief LM, Saleh SH, Elshafeiy MM, Siam AG, Elsaeed WF, et
Radiol. 2012;9(1).
6. Mobarakeh NM, Fadaie F, Zadeh MRN, Habibabadi JM, Rad HS. The Use
35
7. Cendes F, Knowlton RC, Novotny E, Min LL, Antel S, Sawrie S, et al.
8. Berg AT, Berkovic SF, Brodie MJ, Buchhalter J, Cross JH, Van-Emde-Boas
9. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et
Epilepsy; p. 2498-2512.
10. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
12. Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology. 2 nd ed.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc, 2012. Chapter 12,
36
14. Khashper A, Chankowsky J, O’Donovan RC. Magnetic Resonance Imaging
16. Cohen-Gadol AA, Pan JW, Kim JH, Spencer DD, Hetherington HH. Mesial
et al. 1 H-MRS profile in MRI positive- versus MRI negative patients with
37
22. Parikh S, Cohen BH, Gupta A, Lachhwani DK Wyllie E, Kotagal P.
Metabolic testing in the pediatric epilepsy unit. Pediatr Neurol. 2008; 38:
191–5.
MRS may predict AED response in patients with TLE. Epilepsia 2010; 51:
783–8.
24. Chernov MF, Ochiai T, Ono Y, Muragaki Y, Yamane F, Taira T, et al. Role
patients with mesial temporal lobe epilepsy. J Neurol Sci 2009; 285: 212–
9.
38