Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BLASS NIER OVERZICHT– INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (BNO-IVP)

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada
Bagian/SMF Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh

OLEH:
Nuri Pratiwi 140611021
Puti Azilla Yuditya 140611024
Ar Rahmi Fadhilah 140611049

PEMBIMBING

dr. Nurul Machillah, Sp. Rad


Nip. 19651025 199607 2 001

SMF BAGIAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini. Adapun
presentasi kasus yang berjudul “Pemeriksaan RadiologiBlass Nier Overzicht–
Intravenous Pyelography (BNO-IVP)” ini diajukan sebagai salah satu tugas
dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Radiologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah RSUD dr. Zainoel Abidin – Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada dr.Nurul Machillah, Sp.Rad yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan
penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran
dan bekal di masa mendatang.

Banda Aceh, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................ 4


2.1 Identitas Pasien .......................................................................... 4
2.2 Anamnesis ................................................................................ 4
2.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................... 5
2.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 8
2.5Diagnosis Awal .......................................................................... 11
2.6Tatalaksana ................................................................................. 12
2.7 Prognosis ................................................................................... 12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 13


3.1 Anatomi Sistem Urinarius ......................................................... 13
3.2 Fisiologi Sistem Urinarius ......................................................... 15
3.3Definisi Blass Nier Overzicht-Intra
Venous Pyelography(BNO-IVP) .................................................... 17
3.4Kekurangan dan Kelebihan Pemeriksaan Blass Nier Overzicht-
Intra Venous Pyelography(BNO-IVP) ............................................ 18
3.5Indikasi KlinisBlass Nier Overzicht-Intra
Venous Pyelography(BNO-IVP) ..................................................... 19
3.6Kontraindikasi Blass Nier Overzicht-Intra Venous
Pyelography(BNO-IVP) .................................................................. 19
3.7Persiapan Pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra Venous

iii
Pyelography(BNO-IVP) .................................................................. 20
3.8Prosedur PemeriksaanBlass Nier Overzicht-Intra
Venous Pyelography(BNO-IVP) ..................................................... 23
3.9 Interpretasi Pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra
Venous Pyelography(BNO-IVP) ..................................................... 24
3.10 Efek Samping PemeriksaanBlass Nier
Overzicht-Intra Venous Pyelography(BNO-IVP) ........................... 32
3.11 Patologi Pada Gambaran Blass Nier
Overzicht-Intra Venous Pyelography(BNO-IVP) ........................... 33

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 41

BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Plain Photo ................................................................................... 8

Gambar 2.2 BNO-IVP menit ke 7 .................................................................... 9

Gambar 2.3 BNO-IVP menit ke 15 .................................................................. 9

Gambar 2.4 BNO-IVP menit ke 30 .................................................................. 10

Gambar 2.5 BNO-IVP menit ke 45 .................................................................. 10

Gambar 3.1 Sistem Urinarius ........................................................................... 13

Gambar 3.2 Anatomi Ginjal ............................................................................. 14

Gambar 3.3 Nefron Ginjal................................................................................ 16

Gambar 3.4 Alur Teknik Penyuntikan Kontras ............................................... 22

Gambar 3.5 Gambaran plain photo BNO-IVP ................................................. 25

Gambar 3.6 Gambaran BNO-IVP menit ke 5 .................................................. 26

Gambar 3.7 Gambaran BNO-IVP menit ke 15 ................................................ 28

Gambar 3.8 Gambaran BNO-IVP menit ke 30 ................................................ 30

Gambar 3.9 Gambaran BNO-IVP menit ke 45 ................................................ 31

Gambar 3.10 Derajat Hidronefrosis ................................................................. 34

Gambar 3.11 Hidronefrosis .............................................................................. 35

Gambar 3.12 Pielonefritis ................................................................................ 36

Gambar 3.13 Nefrolitiasis ................................................................................ 37

Gambar 3.14 Urolitiasis ................................................................................... 38

v
Gambar 3.15Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) .......................................... 39

Gambar 3.16Karsinoma Buli ...... 40

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu radiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kedokteran yang

memanfaatkan penggunaan teknologi pencitraan. Ilmu radiologi memiliki

peranan penting dalam proses menegakkan diagnosa. Untuk menegakkan

diagnosa suatu penyakit yang terletak di dalam tubuh memerlukan pemeriksaan

radiodiagnostik. Dengan pemeriksaan ini organ-organ yang berada dalam tubuh

yang tidak bisa terlihat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diperlihatkan

melalui gambaran atau pencitraan radiografi. 1

Sesuai dengan fungsinya sebagai sarana penunjang dalam menegakkan

diagnosa, maka gambaran radiografi harus mempunyai kualitas yang tinggi

sehingga diperlukan manajemen terhadap seluruh komponen yang terkait, yang

ada dalam proses pencitraan meliputi: pasien, pengolahan, dan teknik

pemeriksaan yang digunakan. 2

Pada saat ini hampir semua organ dan sistem didalam tubuh kita dapat

diperiksa secara radiologi, bahkan setelah ditemukan media kontras yang berguna

untuk memperlihatkan jaringan organ yang memiliki nomor atom yang lebih kecil

sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi

secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan radiologi tanpa kontras

dan pemeriksaan radiologi dengan kontras. 3

Pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras salah satunya

yaitu pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography (BNO-IVP).

Pemeriksaan BNO-IVP adalah pemeriksaan radiografi untuk menggambarkan

1
anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyces serta seluruh traktur urinarius

dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. 3

PemeriksaanBlass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography (BNO-IVP)

sangat bermanfaat untuk menentukan suatu diagnosa khususnya dalam bidang

nefrologi. Pemeriksaan radiologi dalam bidang nefrologi maju dengan pesat, salah

satunya dalam meneggakkan diagnosa nefrolithiasis. Nefrolithiasis adalah

keadaan dimana terdapatnya batu di dalam systema collectivus, dapat ditemukan

di dalam kaliks maupun pelvis renalis atau pada keduanya sekaligus. Beberapa

pemeriksaan radiologi seperti Ultrasonografi (USG) lebih sensitif dan spesifik

untuk pemeriksaan batu pada ginjal penderita gagal ginjal dan hidronefrosis,

namun kurang sensitif untuk pemeriksaan batu pada ureter. Pemeriksaan Blass

Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography (BNO-IVP) dapat menjadi pilihan

dalam pemeriksaan batu pada traktus urinarius. 4

Pemeriksaan Intravena Pyelografi (IVP) memiliki nilai sensitifitas 87%

dan spesifisitas 94% dan telah digunakan sebagai baku emas (gold standard)

untuk survei radiologi pada systema collectivus intra renal, yaitu untuk menilai

anatomi dan fungsi ren dari visualisasi bahan kontras pada parenkhim dan systema

collectivus, ureter dan vesica urinaria secara menyeluruh. 5

2
4

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien

Nama : MK

Jenis Kelamin : Laki-laki

MR : 0861XXX

Umur : 58 tahun

Agama : Islam

Alamat : Lhokseumawe

Masuk RS : Juli2019

Pemeriksaan : Juli2019

2.2. Anamnesis

Keluhan Utama

Nyeri pinggang

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang yang dirasakan sejak 1

bulan sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin

memberat.Pasien juga mengeluhkan warna kencing lebih pekat dari sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu

Riwayat hipetensi sejak 10 tahun yang lalu

Riwayat batu ginjal disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama dengan pasien


5

Riwayat Penggunaan Obat

Obat diabetes mellitus : metformin 2 mg

Obat antihipertensi : captopril 10 mg

2.3. PemeriksaanFisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Nadi (HR) : 86 kali/menit, reguler,isi cukup

Frekuensi Nafas : 22 kali/menit

Temperatur : 36,6 º C

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Berat Badan : 70kg

Tinggi Badan : 172 cm

Status Generalisata

Kulit

Warna : Coklat

Turgor : Kembali cepat

Ikterus : (-)

Pucat : (-)

Sianosis : (-)

Edema : (-)

Kepala-Leher

Kepala : Normochepali

Mata :Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Telinga : CAE lapang (+/+), perdarahan (-/-), sekret (-/-)


6

Hidung : Cavum nasi lapang (+/+), Krusta (-/-), Sekret (+/+), concha

inferior hipertrofi (-/-), Septum deviasi (-)

Mulut : Faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax

 Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris

Tipe pernafasan : Thorakal

Retraksi : (-)

 Palpasi

Stem fremitus Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal

 Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor

 Auskultasi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler
7

Jantung

- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : Ictuscordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra

- Perkusi

Batas atas : ICS III Linea mid clavicula sinistra

Batas kanan :ICS V Linea parasternalisdextra

Batas Kiri : ICS V Linea midclaviculasinistra

- Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)

Abdomen

- Inspeksi : Kesan simetris, distensi (+)

- Auskultasi : Peristaltik usus menurun (4 kali per menit)

- Palpasi : Distensi abdomen (+), nyeri tekan (-), hati, limpa dan

ginjal tidak teraba

- Perkusi : Hipertimpani, asites (-), nyeri ketok costo frenikus (+/+)

Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Superior Inferior
Ekstremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Atrofi otot - - - -
8

2.4. PemeriksaanPenunjang
 Kimia Klinik
Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Ureum 42 13-43 mg/dL
Kreatinin 1,47 0,67-1,17 mg/dL

 BNO-IVP

Gambar 2.1 Plain Photo


9

Gambar 2.2 BNO-IVP menit ke 7

Gambar 2.3 BNO-IVP menit ke 15


10

Gambar 2.4 BNO-IVP menit ke 30

Gambar 2.5 BNO-IVP menit ke 45


11

Interpretasi BNO-IVP

- BNO

Psoas line simetris

Kontur kedua ginjal baik

Tak tampak bayangan radioopaque di proyeksi traktus urinarius

Distribusi udara usus mencapai pelvis minor

Tulang- tulang intake

- IVP

Ginjal kanan : Terjadi penurunan fungsi ringan pada ginjal. Bentuk, ukuran dan

kontur ginjal baik. Sistem pelviokalises tak tampak melebar,

dengan kaliks cupping ampulary type.

Ginjal kiri : Terjadi penurunan fungsi ringan pada ginjal. Bentuk, ukuran dan

kontur ginjal baik. Sistem pelviokalises tak tampak melebar,

dengan kaliks cupping ampulary type.

Ureter : Bentuk , kaliber, dan drainase kedua ureter baik, tak tampak

dilatasi kedua ureter

Buli : Dindinglicin, tak tampak filling defect maupun additional shadow

Post void : Sisa urine minimal

Kesan : Terjadi penurunan fungsi sekresi dan eksresi pada kedua ginjal

Tak tampak tanda-tanda bendungan

2.5. Diagnosa awal

Nephrocalcinosis bilateral

Nephritis bilateral

Choleilithiasis multiple
12

Choleisistitis

Aki std 1 – renal

2.6. Tatalaksana

IVFD RL 20 gtt/i

Tramadol 1a/12j

Ranitidin 1a/12j

Omeprazole 1a/12j

2.7. Prognosis

 Ad vitam : dubia ad bonam

 Ad functionam : dubia ad bonam

 Ad sanationam : dubia ad bonam


13

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Sistem Urinarius

Gambar 3.1 Sistem Urinarius

3.1.1 Ginjal

Sisi lateralnya berbentuk cembung, sisi medial cekung, sedikit cekung

pada permukaan anterior, sedikit cembung pada permukaan posterior. Ukuran

ginjal 11cm x 6cm x 2,5 cm. Ginjal kiri sedikit lebih panjang dari pada ginjal

kanan. Letak ginjal yang normal setinggi columna vertebralis thoracalis XII

sampai dengan columna vertebralis lumbalis III dibelakang peritonium

bersinggungan dengan dinding abdomen posterior. Ginjal kanan lebih rendah dari

pada ginjal kiri.Pada bagian yang cekung memiliki hilus tempat transmisi dari

pembuluh-pembuluh darah, limfe, saraf dan ureter. Hilus berlanjut membentuk

cavitas pusat yang disebut sinus renalis.3


14

Gambar 3.2 Anatomi Ginjal

Lapisan luar dinjal disebut substansi cortical dan lapisan dalam disebut

substansi medular, permukaan luar ginjal ditutupi oleh lapisan tipis jaringan

fibrosus. Substansi medular terdiri dari sekumpulan tubuli membentuk 8 sampai

dengan 15 segmen conus yang disebut pyramid yang masing-masing puncaknya

membentuk sistem calyses.3

3.1.2 Ureter

Panjang ureter 20-30 cm, terletak pada posterior dari peritoneum dan

didepan dari musculus psoas dan processus transversum columna vertebralis

lumbalis. Bagian distal berhubungan dengan vesica urinaria pada tepi lateral

bagian superior.
15

3.1.3 Vesica Urinaria

Penampungan urine, letaknya postero-superior terhadap sympisis pubis.

Bentuk dan ukurannya bervariasi sesuai banyaknya urine yang ditampung.

Kapasitasnya sekitar 700-1000 ml.

3.1.4 Uretra

Merupakan traktus urinarius paling distal, tempat ekskresi urine.

Panjangnya kira-kira 2,5 cm-4 cm pada wanita dan 20cm pada pria.

3.2. Fisiologi Sistem Urinarius

Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar satu juta nefron yang

masing- masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk urin. Ginjal

tidak dapat membentuk nefron baru, oleh sebab itu, pada trauma, penyakit ginjal,

atau penuaan ginjal normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap.

Setelah usia 40 tahun, jumlah nefron biasanya menurun setiap 10 tahun.

Berkurangnya fungsi ini seharusnya tidak mengancam jiwa karena adanya proses

adaptif tubuh terhadap penurunan fungsi faal ginjal.

Setiap nefron memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan tubulus.

Glomerulus (kapiler glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari darah

sedangkan tubulus merupakan saluran panjang yang mengubah cairan yang telah

difiltrasi menjadi urin dan dialirkan menuju keluar ginjal. Glomerulus tersusun

dari jaringan kapiler glomerulus bercabang dan beranastomosis yang mempunyai

tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60mmHg), dibandingkan dengan jaringan

kapiler lain.
16

Gambar 3.3 Nefron Ginjal

Kapiler-kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel dan seluruhglomerulus

dilingkupi dengan kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus

masuk ke dalam kapsula Bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal,

yang terletak pada korteks ginjal. Dari tubulus proksimal kemudian dilanjutkan

dengan ansa Henle (Loop of Henle). Pada ansa Henle terdapat bagian yang

desenden dan asenden. Pada ujung cabang asenden tebal terdapat makula densa.

Makula densa juga memiliki kemampuan kosong untuk mengatur fungsi nefron.

Setelah itu dari tubulus distal, urin menuju tubulus rektus dan tubulus koligentes

modular hingga urin mengalir melalui ujung papilla renalis dan kemudian

bergabung membentuk struktur pelvis renalis.

Terdapat 3 proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi

glomerulus reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi dimulai pada saat

darah mengalir melalui glomerulus sehingga terjadi filtrasi plasma bebas-protein


17

menembus kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Proses ini dikenal sebagai

filtrasi glomerulus yang merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin.

Setiap hari terbentuk rata- rata 180 liter filtrat glomerulus.

Volume plasma rata-rata pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini

berarti seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh

ginjal setiap harinya. Apabila semua yang difiltrasi menjadi urin, volume plasma

total akan habis melalui urin dalam waktu setengah jam. Namun, hal itu tidak

terjadi karena adanya tubulus-tubulus ginjal yang dapat mereabsorpsi kembali zat-

zat yang masih dapat dipergunakan oleh tubuh.

Perpindahan zat-zat dari bagian dalam tubulus ke dalam plasma kapiler

peritubulus ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi tidak

keluar dari tubuh

melaluiurin,tetapidiangkutolehkapilerperitubuluskesystemvenadankemudiankejant

ung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari,

178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir melalui pelvis

renalis dan keluar sebagai urin.

Secara umum, zat-zat yang masih diperlukan tubuh akan direabsorpsi

kembali sedangkan yang sudah tidak diperlukan akan tetap bersama urin untuk

dikeluarkan dari tubuh. Proses ketiga adalah sekresi tubulus yang mengacu pada

perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus.

Sekresi tubulus merupakan rute kedua bagi zat-zat dalam darah

3.3. DefinisiBlass Nier Overzicht- Intra Venous Pyelography(BNO-IVP)


18

Blass Nier Overzicht(BNO) merupakan satu istilah medis dari bahasa

Belanda yang merupakan kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung

Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian). Dalam bahasa Inggris, BNO

disebut juga Kidney Ureter Blass(KUB). Jadi, pengertian BNO adalah suatu

pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada

daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria. 1

Intra Venous Pyelography (IVP) merupakan pemeriksaan radiografi pada

sistem urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras

melalui pembuluh darah vena. Tujuan pemeriksaan untuk menggambarkan

anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta seluruh tractus urinarius

dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini

dapat diketahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut.2

3.4. Kekurangan dan Kelebihan Pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra

Venous Pyelography(BNO-IVP)

a. Kelebihan

Pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous Pyelography (BNO-IVP)

bersifat invasif. Intra Venous Pyelography (IVP) memberikan gambaran dan

informasi yang jelas, sehingga dokter dapat mendiagnosa dan memberikan

pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu ginjal hingga kanker tanpa harus

melakukan pembedahan. Keuntungan lain yaitu diagnosa kelainan tentang

kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat dilakukan. Radiasi relatif rendah

serta relatif aman.


19

b. Kekurangan

Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang

diperoleh.Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3 mSv, sama dengan rata-rata

radiasi yang diterima dari alam dalam satu tahun.Penggunaan media kontras

dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi pada pasien, yang menyebabkan pasien

harus mendapatkan pengobatan lanjut. Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil.

3.5. Indikasi KlinisPemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography(BNO-IVP)

Adapun indikasi Pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography (BNO-IVP) diantaranya sebagai berikut.

1. Hydronephrosis

2. Pyelonepritis

3. Renal Hypertension

4. Polyuria

5. Nefrolithiasis

6. Urolithiasis

7. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)

8. Karsinoma Buli

3.6. Kontra IndikasiPemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography(BNO-IVP)
20

Adapun kontra indikasi Pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography (BNO-IVP) diantaranya sebagai berikut.

a. Alergi terhadap media kontras

b. Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung

c. Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung

d. Multi myeloma

e. Neonatus

f. Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah

g. Pasien yang sedang dalam keadaan kolik

h. Hasil laboratorium ureum <60mg% dan creatinin <2mg%.6

3.7. Persiapan Pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography(BNO-IVP)

a. Persiapan pasien

Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien memakanmakanan lunak

yang tanpa serat (seperti bubur kecap) supaya makanan tersebut mudah dicerna

oleh usus sehingga faeces tidak keras.Makan terakhir pukul 19.00 (malam

sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya

puasa sampai pemeriksaan berakhir.Malam hari pukul 21.00, pasien minum

laksatif (dulcolax) sebanyak 4 tablet. Kemudian 8 jam sebelum pemeriksaan

dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk menjaga kadar cairan.Pagi hari

sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien memasukkan dulcolax supossitoria

melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan / faeces.Selama
21

menjalani persiapan, pasien tidak diperbolehkan banyak bicara dan tidak merokok

supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan).

Tujuan prosedur persiapan pasien tersebut adalah untuk membersihkan

usus (gastro intestinal) dari udara dan faeces yang dapat mengganggu visualisasi

dari foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya. Pemeriksaan

yang tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karena udara dan faeces.

b. Persiapan bahan kontras

Media kontras yang digunakan adalah iodium, jumlahnya disesuaikan

dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.Bahan kontras yang

disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan mengalir ke vena capilaris, vena

subclavia, kemudian ke vena cava superior. Dari VCS bahan kontras akan masuk

ke atrium kanan dari jantung, kemudian ke ventrikel kanan dan mengalir ke arteri

pulmo. Kemudian mengalir ke vena pulmo menuju atrium kiri kemudian ventrikel

kiri dan mengalir ke aorta, serta terus mengalir menuju aorta desendens kemudian

kedalam aorta abdominalis dan masuk kedalam arteri renalis dan mulai memasuki

korteks ginjal.

Volume bahan kontras :

a. Dewasa sekitar 70 kg : 20 ml Urografin 76 % atau 40 ml Hypaque untuk dosis

rendah.

b. Untuk pasien anak-anak : 2 ml/kg berat badan, bila ada dugaan kegagalan

ginjal dosis 4 ml/kg berat badan.

c. Persiapan alat

1. Peralatan Steril
22

- Wings needle No. 21 G (1 buah)

- Spuit 20 cc (2 buah)

- Kapas alcohol atau wipes

2. Peralatan Un-Steril

- Plester

- Marker R/L dan marker waktu

- Media kontras Iopamiro (± 40 – 50 cc)

- Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)

- Baju pasien

- Tourniquet

d. Teknik Penyuntikan Kontras Media

Setelah foto pendahuluan dibuat dan hasilnya baik, maka tahapan

berikutnya adalah penyutikan kontras media. Sebelumnya harus dilakukan skin tes

untuk menyakinkan bahwa pasien tidak alergi terhadap kontras media.

Vena Vena Vena


cubiti brachial Aksilaris
mediana

Atrium Vena Cava Vena


Kanan Superior subclavia

Ventrikel Arteri
Paru -paru
kanan pulmonalis

Ventrikel kiri Vena


Atrium Kiri
pulmonalis

Aorta Arteri
Aorta thoracalis
abdominalis renalis
23

Gambar 3.4 Alur Teknik Penyuntikan Kontras

Selanjutnya setelah mencapai arteri renalis kontras akan menuju arteriola

aferen dan menjadi gumpalan kapiler yang disebut glomerulus, lalu setelah

mencapai glomerulus kontras akan keluar melalui arteriola eferen hingga menuju

pelvis renal.

3.8. Prosedur Pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography(BNO-IVP)

Prosedur pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous Pyelography

(BNO-IVP) diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.

b. Pasien diminta mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medis

setelah pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).

c. Buat plain photo BNO terlebih dahulu untuk menilai persiapan yang dilakukan

pasien, untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria

secara umum,untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan

berikutnya sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor

eksposi.

d. Jika hasil foto BNO baik, dilanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test

sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti.

e. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.


24

f. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan

pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna menminialkan

rasa mual yang mungkin dirasakan pasien

g. Membuat foto 5 menit post injeksi

h. Membuat foto 15 menit post injeksi

i. Membuat foto 30 menit post injeksi

j. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil

(pengosongan blass) kemudian difoto lagi post mixi.

3.9. Interpretasi Pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra Venous

Pyelography(BNO-IVP)

Pada foto Blass Nier Overzicht- Intra Venous Pyelography (BNO-IVP)

perlu diperhatikan :

1. Bayangandengan kepadatan yang tinggi akan tampak sebagai bayangan

radioopak (berwarna lebih putih). Sedangkan bayangan dengan kepadatan

rendah akan berwarna hitam (radiolusen). Selain kepadatan, opasitas sangat

dipengaruhi berat molekul (khusus hal ini kurang bermakna bagi jaringan

tubuh manusia, hal ini berguna pada logam yang berbeda contohnya, logam

alumunium akan berwarna sedikit kehitaman dibanding timbal untuk

ketebalan yang sama).

2. Persiapan yang buruk akan menghasilkan foto yang buruk pula. Persiapan

pada hari sebelumnya seperti diet rendah gas dan rendah residu jika tidak

dijalankan dengan baik akan mengakibatkan banyaknya artefak foto sehingga

menyulitkan pembacaan.
25

a. Plain foto BNO(sebelum injeksi)

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar

dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua

tangan lurus disamping tubuh.

Gambar 3.5 Gambaran plain photo BNO-IVP

Dalam pembacaan foto BNO yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Identitas foto sesuai dengan identitas pasien

2. Foto BNOberurutan sesuai interval waktu

3. Kilovolt dan miliampersesuai yaitu dapat membedakan antara jaringan

keras (tulang) jaringan lunak dan udara. Ketiga hal tersebut harus tampak

sebagai gradasi. Bila foto terlalu keras (kilovolt) berlebih maka foto akan
26

tampak lebih hitam, sehingga sistem tulang akan tampak nyata tetapi

jaringan lunak tidak tervisualisasi dengan baik. Bila terlalu lunak foto akan

tampak putih sehingga tidak dapat dibaca.

4. Persiapan cukup, yaitu cukup jika udara usus dan feses sangat sedikit.

5. Sistema tulang intake. Dalam hal ini perlu diperhatikan kontinuitas tulang,

adakah old fracture, union fracture, malunion ataupun non union fracture

serta alignment tulang.

6. BayanganM. ilioopsoas normal tervisualisasi, membentang secara oblik

dari cranio media menuju laterokaudal.

7. Preperitoneal fat normal akan tampak sebagai gambaran lebih lusen disisi

lateral dinding perut. Pengkaburan atau tidak tampaknya preperitoneal fat

suggestif peritonitis.

8. Kontur ginjal pada foto polos kontur ginjal sering tidak tervisualisasi.

9. Bayangan radioopak yang tampak dalam foto

b. Foto 5 menit post injeksi

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar

dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua

tangan lurus disamping tubuh.Gambaran yang harus dilihat yaitu densitas baik,

tidak ada bagian nefron yang terpotong , kontras mengisi ginjal/ Calyx sampai

ureter proximal, dan opasitas mampu menampilkan organ.


27

Gambar 3.6 Gambaran BNO-IVP menit ke 5

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menilai foto 5 menit antara lain :

1. Kontras telah mengisi kedua sistem pelvikokaliks. Pada keadaan normal

kedua ginjal akan tampak dan sistem pelvikokaliks telah terisi kontras.

Pada menit 1 hingga 3 pasca penyuntikan kontras, kontras telah mengisi

korteks ginjal, pada saat ini akan dapat dilihat kontur atau bayangan tepi

ginjal. Antara bayangan kontur ginjal pada BNO dibanding dengan 5

menit, jika masih sama berarti kontras belum memasuki korteks,

seandainya kontras telah berada di korteks maka bayangan ginjal akan

lebih tampak jelas.

2. Bentuk kaliks ginjal normal atau terdistorsi.

3. Bila pada BNO terdapat bayangan radioopak, pada foto inidapat

disimpulkan letak batu tersebut, apakah di kaliks superior, medius

ataupun kaliks inferior ataupun di pyelum.

4. Bila terdapat satu bagian yang tidak terisi kontras tetapi bagian lain terisi

dengan baik, dapatdicurigai adanya tumor ginjal.

5. Mengukur panjang dan lebar tiap leher kaliks.


28

c. Foto 15 menit post injeksi

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar

dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua

tangan lurus disamping tubuh.Kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis

renalis dan ureter proksimal terisi maksimal (fungsi ekskresi ginjal yang

terbendung).

Gambar 3.7 Gambaran BNO-IVP menit ke 15

Pada foto 15 menit, terdapat 2 aliran besar pada tehnik foto 15 menit.

Aliran teori pertama adalah melakukan pembendungan ureter yang dilakukan

dengan menekankan 2 buah separuh bola tenis di sekitar lumbal 5. Pada foto akan

tampak sebagai 2 buah bayangan radioopak. Tindakan ini dimaksudkan agar

ureter dan sistema pelvikokalis terisi kontras yang akan memudahkan identifikasi

jika terdapat stenosis atau batu kecil. Tetapi pada tindakan ini sistem pelvikokalis

akan tampak hidronefrosis, sehingga kesimpulan hidronefrosis tidak boleh


29

diambil pada foto ini. Aliran kedua, adalah aliran yang tidak melakukan

pembendungan ureter. Pada foto 15 menit kita akan menilai pasase ureter, bentuk

ureter dan adanya stenosis serta batu di ureter. Jika pada BNO terdapat bayangan

radioopak di sekitar proyeksi ureter maka pada foto ini carilah bayangan tadi.

Apakah bayangan opak tadi di ureter taupun tidak.

d. Foto 30 menit post injeksi

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar

dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua

tangan lurus disamping tubuh.Gambaran yang dperhatikan yaitu densitas baik,

tidak ada bagian ginjal yang terpotong, kontras mengisi ginjal Calyx sampai ureter

distal dansedikit mengisi kandung kemih serta opasitas mampu menampilkan

organ Tractus Urinarius.

Pada foto ini juga dilihathidronefrosis pada kedua ginjal. Pada ureter distal

saat akan memasuki kandung kencing. Jika terdapat gambaran “Fish hook

appearance” (seperti mata kail) maka hal ini sangat khas pada pembesaran

prostat. Jika terdapat “Cobra head appearance” dapat dicurigai adanya divertikel

ureter.
30

Gamar 3.8 Gambaran BNO-IVP menit ke 30

Kontras media memperlihatkan nefron , Pelvis renalis dan ureter

proksimal terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih (fungsi

ekskresi ginjal tidak terbendung).

e. Foto post miksi

Pasien diminta untuk buang air kecil untuk mengosongkan blass dari

media kontras.Gambaran yang diamati yaitu densitas baik, tidak ada bagian

Ginjal hingga vesica urinaria yang terpotong, kontras Keluar dari kandung

kemih hingga vesica urinaria dapat terlihat kosong, opasitas mampu

menampilkan organ, vesica urinaria terisi penuh kontras media.

Pada foto ini yang diperhatikan yaitu regularitas dinding buli, additional

shadow (divertikel) ataupun filling defect (masa tumor) dan indentasi prostat.
31

Gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis. Bentuk

buli terkadang membantu penegakan diagnosis neurologis. Gambaran buli yang

bulat dan besar sangat mungkin menderita neurogenik bladder tipe flaksid.

Gambaran buli yang kecil dengan divertikel yang banyak (divertikulosis) dengan

bentuk “christmas tree appearance” patognomonik pada neurogenik bladder tipe

spastik.

Gamar 3.9 Gambaran BNO-IVP menit ke 45

Kontras media memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan kosong

(fungsi pengosongan kandung kemih).


32

3.10. Efek Samping Pemeriksaan Blass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography(BNO-IVP)

Efek samping yang ditimbulkan oleh media kontras pada pemeriksaan

Blass Nier Overzicht- Intra Venous Pyelography (BNO-IVP) diantaranya adalah :

1. Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan

bentol-bentol

2. Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan

3. Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.

4. Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut)

dan kelainan pada jantung.

Pencegahan alergi pada pasien sebelum dimasukan kontras dapat

dilakukan sebagai berikut:

1. Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan

kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi

reaksi merah atau bentol diarea itu, segera laporkan radiolog/dokter yang jaga.

2. Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu

dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena. Segera

laporkan dokter jika terjadi reaksi.

3. Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan

bahan kontras (contohnya : diphenhydramine).


33

3.11. Patologi pada GambaranBlass Nier Overzicht- Intra Venous

Pyelography(BNO-IVP)

1. Hidronefrosis

Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung

kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks

ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.

Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang

sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali

ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam

daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan

ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhirnya,

tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal

sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

Pemeriksaan UIV akan menghasilkan sebuah gambaran yang disebut

dengan pielogram. Pada pielogram normal, akan didapatkan gambaran bentuk

kedua ginjal seperti kacang. Kutub atas ginjal kiri setinggi vertebra Th11, batas

bawahnya setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira – kira 2 cm

lebih rendah daripada yang kiri.

Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan pergerakan ini dapat dilihat

dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli

psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal menjadi lebih jelas

terlihat.

Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis lalu
34

dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya berjumlah 2 buah. Dari kalik mayor

dilanjutkan dengan kalik minor yang jumlahnya antara 6 – 14 buah. Kedua ureter

berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sakrum dan berputar ke

belakang lateral dalam suatu arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam dan

depan untuk memasuki trigonum vesika urinaria. Tiga tempat penyempitan ureter

normal adalah pada ureteropelvical junction, ureterovesical junction, dan

persilangan pembuluh darah iliaka.

Hydroneprosis adalah distensi dan dilatasi dari renal pelvic, biasanya

disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal (Obstruksi), Hydroneprosis

biasa disebut pembesaran ginjal.4

Gambar 3.10 Derajat Hidronefrosis

Gambaran radiologis dari hidronefrosis terbagi berdasarkan gradenya. Ada

4 grade hidronefrosis, antara lain :

a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks

berbentuk blunting, alias tumpul.


35

b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks

berbentukflattening, alias mendatar.

c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks

minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentukclubbing, alias

menonjol.

d. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks

minor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias

menggembung.

Gambar 3.11 Hidronefrosis


36

2. Pyelonepritis

Pyelonepritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang

disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi bakteri pada jaringan ginjal

yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.

Gambar 3.12 Pielonefritis

3. Renal Hypertension

Renal hypertension adalah sindrom yang terdiri dari tekanan darah tinggi

yang disebabkan oleh penyempitan arteri menyuplai ginjal (stenosis arteri ginjal).

4. Polyuria
37

Polyuria adalah fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti diuresis

dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan dalam jumlah besar.

5. Nefrolithiasis

Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini

berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari

jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat

murni.Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk

menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah.

Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,

sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan

bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu

berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak

berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan

pielografi retrograd.
38

Gambar 3.13 Nefrolitiasis

6. Urolithiasis

Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu didalam

saluran ureter.

Gambar 3.14 Urolitiasis


39

7. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), atau yang biasa juga disebut benign

prostatic hypertrophy, adalah suatu neoplasma jinak (hiperplasia) yang mengenai

kelenjar prostat. Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar,

stroma, dan muskuler. Penyakit ini ditandai dengan pembesaran yang progresif

dari kelenjar prostat yang berakibat pada obstruksi pengeluaran kandung kemih

dan peningkatan kesulitan berkemih.Gambaran radiologi pada IVP/IVU pada

BPH adalah adanya indentasi buli-buli (pendesakan buli-buli oleh kelenjar

prostat) dan ureter di sebelah distal berbentuk seperti mata kail atau fish hooked

appearance.

Gambar 3.15Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

8. Karsinoma Buli

Karsinoma buli/kandung kemih merupakan suatu penyakit keganasan yang

manasel-sel yang melapisi kandung kemih kehilangan kemampuan dalam


40

mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel-selnya. Suatu pertumbuhan yang

abnormal ini akanmenghasilkan suatu kelompok sel-sel yang kemudian

membentuk tumor. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor buli berupa

filling deffect. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu

tanda tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.

Gambar 3.16Karsinoma Buli


41
42

BAB 4

PEMBAHASAN

Telah datang seorang pasien laki-laki berusia 58 tahun dari ruangan Aqsha

2 ke Departemen Radiologi RSUD dr. Zainoel Abidin dengan keluhan berupa

nyeri pinggang yang dialami sejak ±1 bulan. Pasien didiagnosis dengan

Nephrocalcinosis bilateral dengan Nephritis bilateral dan pasien direncanakan

untuk dilakukan pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography

(BNO-IVP).

Pada laporan kasus ini terdapat seorang pasien laki-laki berusia 58 tahun

dengan diagnosis Nephrocalcinosis bilateral dengan Nephritis bilateral. Pada

pasien dilakukan pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography

(BNO-IVP) untukmendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan

fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis dari sistem urinaria, misalnya batu

ginjal (pada foto rontgen, batu ginjal akan terlihat opaque (putih). Pada pasien ini

terdapat indikasi untuk dilakukannya tindakan BNO-IVP yaitu nefritis. Adapun

indikasi dilakukannya tindakan BNO-IVP yaitu Indikasi pemeriksaan IVP antara

lain nephrolithiasis (batu ginjal), vesicolithiasis (batu vesica urinari), nefritis

(radang ginjal), cystitis (radang vesica urinari), ureterolithiasis (batu ureter),

tumor, hipertrofi prostat.

Sebelum dilakukan tindakan, pasien telah menjalani persiapan diantaranya

pasien makan-makanan lunak yang tanpa serat (seperti bubur kecap) supaya

makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga faeces tidak keras sehari

sebelum pemeriksaan dilakukan. Pasien makan terakhir pukul 19.00 (malam

sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya

42
43

puasa sampai pemeriksaan berakhir. Malam hari pukul 21.00, pasien minum

laksatif (dulcolax) sebanyak 4 tablet, 8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien

tidak diperkenankan minum untuk menjaga kadar cairan. Pagi hari sekitar pukul

06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk memasukkan dulcolax

supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan /

faeces. Selama menjalani persiapan, pasien tidak diperbolehkan banyak bicara dan

tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan). Selain

menjalankan persiapan diatas, pasien diminta untuk melampirkan hasil

pemeriksaan laboratorium dari creatinin dan ureum sebelum pemeriksaan IVP.

Nilai kreatinin menunjukkan fungsi penyaringan ginjal masih normal atau tidak.

Nilai kreatinin yang dianggap normal dan boleh melakukan pemeriksaan IVP

biasanya < 2,0 mg/dL, nilai kreatinin pada pasien ini adalah 1,47 mg/dL.

Pasien mulai dilakukan pemeriksaan BNO-IVP dengan interval waktu

tertentu yang disesuaikan dengan lamanya aliran bahan kontras untuk mengisi

ginjal sampai bahan kontras itu masuk ke blass. Pertama sekali dilakukan plain

foto (foto pendahuluan) pada rangkaian pemeriksaan BNO-IVP, kemudian

menggunakan zat kontras akan dilakukan penilaian saat menit ke 5 untuk melihat

dan menilai neprogram / fungsi ginjal, menit ke 15 untuk melihat ureter, menit ke

30 dan menit ke 45 untuk melihat vesica urinaria apakah sudah terisi bahan

kontras atau belum serta post void untuk melihat pengosongan blass. Bahan

kontras atau media kontras adalah berguna untuk membedakan jaringan yang

tidak dapat dilihat oleh foto rontgen biasa. Pada pemeriksaan IVP, bahan kontras

yang digunakan berbahan baku yodium (I) dan jenis bahan kontrasnya positif

(yang tampak opaque pada foto rontgen).


44

Hasil pemeriksaan BNO didapatkan tidak ada kelainan, psoas line

simetris, kontur kedua ginjal baik, tak tampak bayangan radioopaque di proyeksi

traktus urinarius, distribusi udara usus mencapai pelvis minor, serta tulang-tulang

intake. Sedangkan hasil pemeriksaan IVP didapatkan terjadi penurunan fungsi

ginjal ringan pada kedua ginjal, kontur ginjal baik, bentuk dan ukuran ginjal

normal, sistem pelviokalises tak tampak melebar, dengan kaliks cupping ampulary

type. Bentuk, kaliber, dan drainase kedua ureter baik, tak tampak dilatasi kedua

ureter. Dinding buli licin, tak tampak filling defect maupun additional shadow.

Hasil post void, sisa urine minimal. Hasil BNO-IVP adalah terjadi penurunan

fungsi sekresi dan ekskresi pada kedua ginjal serta tak tampak tanda-tanda

bendungan.
45

BAB 5

KESIMPULAN

Telah datang seorang pasien laki-laki berusia 58 tahun dari ruangan Aqsha

2 ke Departemen Radiologi RSUD dr. Zainoel Abidin dengan keluhan berupa

nyeri pinggang yang dialami sejak ±1 bulan. Pasien didiagnosis dengan

Nephrocalcinosis bilateral dengan Nephritis bilateral dan pasien direncanakan

untuk dilakukan pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography

(BNO-IVP).

Pada laporan kasus ini terdapat seorang pasien laki-laki berusia 58 tahun

dengan diagnosis Nephrocalcinosis bilateral dengan Nephritis bilateral. Pada

pasien dilakukan pemeriksaan Blass Nier Overzicht-Intra Venous Pyelography

(BNO-IVP). Kesimpulan pada kasus ini adalah:

1. Sebagian besar data-data yang didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, pada pasien ini mengarah pada diagnosisNephrocalcinosis bilateral

dengan Nephritis bilateral, pada pemeriksaan penunjang BNO-IVP terjadi

penurunan fungsi sekresi dan ekskresi pada kedua ginjal serta tak tampak

tanda-tanda bendungan.

2. Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang BNO-IVP, hasil BNO

didapatkan tidak ada kelainan, psoas line simetris, kontur kedua ginjal baik,

tak tampak bayangan radioopaque di proyeksi traktus urinarius, distribusi

udara usus mencapai pelvis minor, serta tulang-tulang intake.

3. Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang BNO-IVP, hasil IVP

didapatkan terjadi penurunan fungsi ginjal ringan pada kedua ginjal, kontur

ginjal baik, bentuk dan ukuran ginjal normal, sistem pelviokalises tak tampak
46

melebar, dengan kaliks cupping ampulary type. Bentuk, kaliber, dan drainase

kedua ureter baik, tak tampak dilatasi kedua ureter. Dinding buli licin, tak

tampak filling defect maupun additional shadow. Hasil post void, sisa urine

minimal.

4. Hasil BNO-IVP adalah terjadi penurunan fungsi sekresi dan ekskresi pada

kedua ginjal serta tak tampak tanda-tanda bendungan.


47

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam, Andy. 2008. Diagnostic Radiologi. Phila de iphia: ELSEVIER

CHURCILL LIVINGSTONE. Pp. 768.

2. Guyton Arthur C, Hall, John E 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Jakarta :EGC. Pp. 843-6.

3. Suswaty, Susy. 2011. Teknik Radiografi BNO-IVP. Cetakan pertama,

Kementerian Kesehatan Jakarta II.

4. Rasaad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit

FK UI, 453-455.

5. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik .Jakarta : EGC. pp. 240-247, 289-90.

6. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai

Penerbit FK UI, 453-455.

7. Rasad, Sjariar. 2009. Radiologi Diagnostik .Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

453-455.

8. Sherwood, La ura lee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:

EGC pp.565-70.

Anda mungkin juga menyukai