PROPOSAL
ii
3.3. Populasi dan sampel penelitian .................................................................. 41
3.4. Kriteria pemilihan subjek penelitian .......................................................... 41
3.4.1. Kriteria inklusi: ................................................................................41
3.4.2. Kriteria eksklusi: ..............................................................................41
3.4.3 Kriteria dropout: ................................................................................42
3.5. Perkiraan besar sampel ............................................................................... 42
3.6. Cara pengambilan sampel .......................................................................... 43
3.7. Alur Penelitian ............................................................................................ 43
3.8. Identifikasi Variabel ................................................................................... 44
3.9. Batasan, Cara Pengukuran dan Skala Variabel Penelitian ......................... 44
3.10. Cara Kerja................................................................................................. 47
3.10.1 Jenis data, borang, dan alat yang digunakan dalam penelitian ............... 47
3.11. Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................................... 48
3.12. Etika Penelitian......................................................................................... 49
3.13. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 49
3.14 Anggaran Penelitian .................................................................................. 50
3.15. Organisasi Penelitian ................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik
PSV Peak Systolic Velocity
PWV Pulse Wave Velocity
RCC Renal Cell Carcinoma
RFR Renal Functional Reserve Capacity
RI Resistive Index
ROS Reactive Oxygen Species
RPF Renal Plasma Flow
RSUPN Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
SnGFR Single-nephron Glomerular Filtration Rate
SRA Segmental Renal Artery
TGF-β Transforming Growth Factor β
TLR-4 Toll-like Receptor 4
TNF- α Tumor Necrosis Factor- α
UACR Urine Albumin-Creatinine Ratio
USG Ultrasonografi
VEGF Vascular Endothelial Growth Factor
Vsmax Peak Systolic Blood Flow Velocity
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berukuran terlalu besar untuk melewati celah filtrasi dapat lolos dan menyebabkan
proteinuria dan pada akhirnya menyebabkan gangguan fungsi ginjal.16, 17
Hipertrofi ginjal pasca nefrektomi dipicu oleh berbagai faktor pertumbuhan
(growth factor). Salah satu yang paling berperan adalah vascular endothelial
growth factor (VEGF). Secara umum, VEGF merupakan mediator penting pada
angiogenesis dan menjadi faktor survival untuk mempertahankan sel endotel.
Menurut Schrijvers et al18 VEGF berperan terhadap proses proliferasi sel endotel
glomerulus dan peritubulus pasca uninefrektomi. Pada kasus nefrektomi, ekspresi
VEGF di glomerulus diketahui meningkat pada fase awal pasa nefrektomi,
kemudian kembali turun pada saat mulai terjadi glomerulosklerosis pada fase lanjut.
Di dalam ginjal, VEGF dihasilkan oleh epitel viseral podosit dan epitel
tubulus sementara reseptornya terdapat di sel endotel kapiler glomerulus. Untuk
dapat bekerja di reseptornya, VEGF harus terlebih dahulu mengalami filtrasi balik
ke arah yang berlawanan dengan filtrat glomerulus. Filtrasi balik VEGF terjadi
melalui proses difusi dan model elektrokinetik. Proses perpindahan VEGF ke sel
endotel kapiler glomerulus dibantu oleh proteoglikan heparan sulfat sebagai bagian
dari Endothelial Glycocalyx Layer (EGL). VEGF manusia yang bermuatan negatif
tidak dapat menembus glomerular filtration barrier yang bersifat selektif terhadap
ukuran dan muatan listrik. Hal ini menyebabkan VEGF tertahan di lumen kapiler.
Peningkatan VEGF dalam lumen kapiler akan meningkatkan tekanan kapiler
sehingga meningkatkan single-nephron GFR dan selanjutnya menyebabkan
hiperfiltrasi dan mengembalikan fungsi ginjal.18 Pernyataan ini didukung oleh
penelitian Kuppe19 yang mendapatkan peningkatan ekspresi VEGF pada endotel
glomerulus mencit yang dilakukan nefrektomi terhadap 5/6 ginjal serta adanya
hubungan yang signifikan dengan peningkatan LFG.
Sayangnya, peningkatan kadar VEGF dan proliferasi di glomerulus sampai
melebihi batas tertentu juga menyebabkan celah podosit melebar sehingga terjadi
proteinuria dan diduga menjadi dasar gangguan fungsi ginjal di kemudian hari.18, 19
Di dalam sel endotel, VEGF menyebabkan terbukanya fenestrae dan meningkatkan
permeabilitas yang berujung pada proteinuria yang dalam jangka panjang akan
menyebabkan cedera pada tubulus sehingga akan menurunkan fungsi ginjal.18
4
cedera iskemia reperfusi sebagai penyebab penurunan fungsi ginjal donor pasca
nefrektomi.
8
9
lebih tua terjadi penurunan LFG yang terkait dengan usia. Selain itu, definisi
tersebut hanya berlaku untuk LFG seluruh ginjal, padahal hiperfiltrasi adaptif bisa
terjadi hanya pada sebuah nefron.
Akibat keterbatasan definisi di atas, beberapa studi menggunakan ketentuan
lain dalam mendefinisikan hiperfiltrasi adaptif. Salah satu definisi yang digunakan
pada penelitian-penelitian terdahulu adalah peningkatan fraksi filtrasi. Dengan kata
lain, hiperfiltrasi didefinisikan sebagai bertambahnya persentase plasma yang
mengalami filtrasi setelah dialirkan ke ginjal.31
Setelah nefrektomi, hiperfiltrasi adaptif berguna untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Melalui proses hiperfiltrasi adaptif, seseorang yang telah
menjalani nefrektomi unilateral, dapat menunjukkan LFG yang mencapai 60-70%
dari LFG awal meskipun telah kehilangan 50% massa nefron.3, 11 Penelitian oleh
Celebi menunjukkan bahwa LFG subjek sejak hari ke-15 pasca nefrektomi
cenderung stabil.32
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa proses hiperfiltrasi
adaptif mempertahankan fungsi ginjal setelah massa nefron berkurang, tanpa
menyebabkan efek sampingan yang tidak diinginkan.3, 15, 33 Pasca uninefrektomi,
proses hiperfiltrasi adaptif normalnya tidak menyebabkan penurunan fungsi ginjal
jangka panjang. Hal ini bertolak belakang dengan fungsi ginjal jangka panjang
setelah pengurangan massa nefron yang lebih ekstensif. Dari studi pada hewan
diketahui bahwa pada pengurangan massa nefron yang lebih besar, seperti pada
nefrektomi subtotal, terjadi proses hiperfiltrasi adaptif yang mempertahankan LFG
namun mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler glomerulus secara signifikan
yang sering disebut sebagai hipertensi glomerular. Hipertensi glomerular diketahui
merupakan penyebab kerusakan ginjal setelah nefrektomi melalui proses sklerosis
glomerular yang terjadi akibat peningkatan tekanan kapiler glomerulus yang
menetap. Akibatnya, nefrektomi subtotal cenderung menyebabkan penurunan
fungsi ginjal jangka panjang.5
13
Salah satu mediator yang berperan dalam peningkatan aliran darah ke ginjal
adalah nitrat oksida (NO). NO dilepaskan oleh macula densa bekerja sebagai
modulator tubuloglomerular feedback yaitu dengan menyebabkan vasodilatasi
arteriol aferen. Vasodilatasi arterial aferen menyebabkan terjadinya peningkatan
aliran darah ke ginjal. Kerja NO dimulai segera setelah nefrektomi dan terus
meningkat dalam 7 hari pertama setelah nefrektomi. Selain memengaruhi aliran
darah ginjal, NO juga diduga berperan dalam menyebabkan hipertrofi ginjal setelah
nefrektomi.33, 34
Dari studi terhadap hewan diketahui bahwa terdapat mediator-mediator
yang jumlahnya meningkat secara signifikan setelah nefrektomi subtotal. Mediator-
mediator ini diduga berperan dalam perubahan hemodinamik pasca nefrektomi.
Peptida natriuretik dan prostaglandin vasodilator menyebabkan dilatasi pembuluh
darah aferen, meningkatkan aliran darah ke ginjal. Prostaglandin juga diketahui
menyebabkan peningkatan Kf yang juga berperan dalam menyebabkan hiperfiltrasi
pasca nefrektomi.34
Adanya peningkatan aliran darah ke ginjal meningkatkan suplai oksigen ke
ginjal sehingga sel ginjal tidak mengalami cedera iskemia reperfusi walaupun
terjadi interupsi aliran darah akibat nefrektomi. Jika terjadi cedera iskemia
reperfusi, penurunan suplai oksigen akan memaksa ginjal untuk melakukan
metabolisme anaerob. Adanya peningkatan aliran darah ke ginjal mencegah
terjadinya proses metabolisme anaerob yang akan menghasilkan asam laktat dan
menghasilkan adenosine triphosphate (ATP) intraselular yang tidak adekuat.
Akumulasi asam laktat dan kurangnya ATP akan menyebabkan destabilisasi
membran lisosom yang selanjutnya mengakibatkan kebocoran enzim hydrolase.
Enzim hydrolase selanjutnya menyebabkan kerusakan pada struktur sel. Selain itu,
akumulasi asam laktat dan rendahnya ATP yang dihasilkan akan menghambat
pompa Na/K ATPase. Hambatan pada pompa Na/K ATPase menyebabkan
masuknya natrium dalam jumlah yang masif ke dalam sel dan menyebabkan edema
dan menyebabkan hidrolisis sel.35
Selain itu, hiperfiltrasi adaptif juga dipertahankan melalui peningkatan Kf
yang disebabkan bertambahnya luas permukaan filtrasi akibat hipertrofi
15
mencit dapat menyebabkan peningkatan filtrasi balik VEGF. Namun, hal ini tidak
diperantarai oleh meningkatnya ekspresi mRNA VEGF. Sementara itu, menurut
Schrijvers et al18 ekspresi VEGF di glomerulus meningkat segera setelah
nefrektomi bersamaan dengan respon proliferasi di glomerulus, namun kembali
turun pada saat mulai terjadi glomerulosklerosis.
Peran VEGF dalam hipertrofi ginjal diperantarai oleh fungsi VEGF untuk
menstimulasi proliferasi sel endotel kapiler yang selanjutnya akan menyebabkan
peningkatan luas permukaan kapiler glomerulus. Selanjutnya, antibodi-VEGF
berperan dalam stabilisasi dan menjaga pertambahan volume ginjal agar tidak
melewati batas tertentu. Stabilisasi pertambahan volume umumnya terjadi dalam
waktu 1 hingga 6 bulan setelah nefrektomi.34 Smith et al37 melaporkan median
kadar VEGF urin pada populasi normal sebesar 25 pg/L.
MDRD lebih superior karena dapat mendeteksi donor dengan LFG kurang dari 60
ml/menit/1.73 m dengan lebih akurat.44
darah ke ginjal merupakan salah satu proses yang mendasari terjadinya hiperfiltrasi
pasca donasi. Baik penelitian oleh Lenihan et al15 dan Chen et al14 melaporkan
bahwa sama halnya dengan kenaikan LFG, nilai ERPF segera setelah donasi dan 1
tahun setelah donasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
1). Setelah berikatan dengan ligan HMGB-1, TLR 4 akan menginduksi faktor
transkripsi Nuclear Factor Kappa-light-chain-enhancer of Activated B cells (NF-
κB) yang berfungsi untuk meregulasi gen inflamasi. Induksi NF-κB mengakibatkan
rekrutmen sel inflamasi dan dikeluarkannya sitokin dan kemokin proinflamasi,
termasuk diantaranya adalah Tumor Necrosis Factor- α (TNF-α).52
Salah satu fungsi TNF-α adalah untuk mengaktivasi E-selectin yang
merupakan suatu glikoprotein yang diekspresikan di permukaan sel endotel.
Diketahui bahwa NF-κB juga berperan dalam proses ini.55 E-selectin berfungsi
untuk memediasi perekrutan sel polimorfonuklear (PMN) dari sirkulasi ke sel
endotel. Apabila terdapat stimulus proinflamasi, PMN dapat mengeluarkan reactive
oxygen species (ROS) melalui suatu proses yang disebut sebagai respiratory burst.
Proses ini dimediasi oleh enzim NADPH oxidase.56
ROS diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada barrier filtrasi
glomerulus yang selanjutnya dapat menyebabkan albuminuria.57 Barrier filtrasi
glomerulus terdiri dari tiga komponen yaitu podosit, membran basal dan sel endotel.
ROS menyebabkan kerusakan podosit berupa gangguan slit diafragma dan
effacement prosesus kaki podosit. Perubahan struktur podosit ini memungkinkan
protein untuk lolos dari barrier filtrasi glomerulus dan menyebabkan proteinuria.58,
59
ROS juga diketahui menyebabkan kerusakan pada komponen barrier filtrasi
glomerulus yang lain yaitu sel endotel glomerular. Sel endotel glomerular dilapisi
oleh struktur glikoprotein yang disebut sebagai glikokaliks. Menurut Satchell et al,
ROS dapat menyebabkan luruhnya glikokaliks dari permukaan sel-sel endotel.60
Padahal, glikokaliks pada kapiler glomerulus berfungsi untuk melindungi sel-sel
endotel dari kerusakan mekanik dan kerusakan akibat ROS sendiri.61
Selain mengeluarkan ROS, E-selectin juga memicu sel PMN mengalami
degranulasi yaitu proses dikeluarkannya komponen-komponen yang terdapat di
dalam granul sel PMN. Pada sel PMN, terdapat empat jenis granul yaitu granul
azurofilik (primer), spesifik (sekunder), gelatinase (tersier) dan sekretorik.
Komponen utama yang dilepaskan PMN melalui proses degranulasi diantaranya
adalah lisozim dan Neutrophil Gelatinease-associated Lipocalin (NGAL).56
24
Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa cedera iskemia reperfusi dan
hipoksia sel ginjal akan menyebabkan peningkatan kadar biomarker ginjal
diantaranya NGAL dan heparan sulfat.
situs anionik pada membran basalis glomerulus. Hal ini selanjutnya menyebabkan
gangguan pada permeabilitas selektif glomerulus. Protein yang seharusnya tidak
bisa terfiltrasi menjadi bebas melewati glomerulus dan terekskresi di urin.76
2.3.2 Usia
Selama ini hubungan antara usia dengan penurunan fungsi ginjal telah
banyak diteliti. Selain karena banyaknya proses patologis yang timbul seiring
bertambahnya usia, penurunan fungsi ginjal juga disebabkan oleh proses penuaan
yang fisiologis. Nitta et al77 menyatakan bahwa penurunan LFG seorang individu
mulai terjadi pada usia 30-40 tahun. Selama proses penuaan, terjadi penurunan
aliran darah ke ginjal. Hal ini diduga disebabkan oleh berkurangnya respon ginjal
terhadap vasodilator dan vasokonstriktor.
Pada populasi donor ginjal, penelitian-penelitian terdahulu telah
menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan fungsi ginjal pasca donasi.
Donor ginjal yang berusia lebih tua lebih berisiko mengalami gangguan pemulihan
fungsi ginjal setelah nefrektomi.25, 78
Donor ginjal yang lebih tua cenderung mengalami hipertrofi kompensasi
ginjal yang kurang signifikan dibanding donor yang lebih muda, padahal proses
hipertrofi ginjal pasca donasi akan meningkatkan luas permukaan filtrasi yang
selanjutnya akan meningkatkan kapasitas filtrasi glomerulus. Oleh karena itu,
adanya gangguan pada proses hipertrofi kompensasi pasca nefrektomi akan
menyebabkan gangguan pada proses filtrasi ginjal. Gangguan proses hipertrofi pada
donor yang lebih tua diduga disebabkan karena adanya penurunan komplians
pembuluh darah seiring dengan bertambahnya usia.25, 49
Selain itu, selama proses penuaan terjadi penurunan massa nefron yang
fungsional akibat glomerulosklerosis.79 Sebagian penelitian menunjukkan bahwa
hubungan antara glomerulosklerosis dengan gangguan pemulihan fungsi ginjal
pasca donasi. Namun penelitian lain menunjukkan bahwa perbedaan durasi
pemulihan fungsi ginjal pada donor dengan usia muda dan tua tidak dapat dijelaskan
oleh nefrosklerosis. Penelitian oleh Tan80 bahkan menunjukkan tidak ada perbedaan
prevalensi nefrosklerosis pada donor dengan usia muda dan tua. Meskipun begitu,
28
terdapat penelitian lain yang melaporkan bahwa penurunan fungsi ginjal pada donor
yang lebih tua tidak bisa dijelaskan oleh adanya nefrosklerosis.
Tidak seluruh penelitian terdahulu melaporkan luaran yang lebih buruk pada
donor dengan usia lebih tua. Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa walaupun
fungsi ginjal pra donasi donor yang lebih tua cenderung lebih buruk, namun tidak
ada perbedaan fungsi ginjal pasca donasi pada dua kelompok usia donor.81, 82
Menurut Toyoda81 hal tersebut dapat terjadi karena donor menjalani pemantauan
yang ketat sehingga gangguan yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal
dapat ditangani sebelum berdampak lebih lanjut.
Heimbach et al88 juga menunjukkan bahwa pada subjek yang telah menjalani
nefrektomi unilateral, tidak ada perbedaan frekuensi mikroalbuminuria pada subjek
dengan IMT yang normal maupun tinggi.
PGTA pasca donasi memiliki etiologi PGTA yang sama dengan resipiennya. Dalam
hal ini, donor memiliki hubungan biologis dengan resipien. Padahal, jika faktor
familial berperan penting dalam terjadinya PGTA, seharusnya donor dan resipien
memiliki etiologi PGTA yang sama.
2.3.6. Sklerosis
Secara umum, nefrosklerosis didefinisikan sebagai keadaan patologis renal
yang ditandai oleh sklerosis pada arteriol renal dan arteri kecil. Patofisiologi
nefrosklerosis umumnya melibatkan penebalan lapisan media dan intima pada
pembuluh darah, deposisi matriks membran basal serta hyalinisasi dinding arteriol.
Hyalinisasi dinding arteriol disebabkan adanya ekstravasasi protein plasma melalui
endothelium yang mengalami kerusakan. Adanya penebalan dinding pembuluh
darah dan penyempitan lumen menyebabkan iskemia fokal pada parenkim. Iskemia
selanjutnya mengakibatkan berkurangnya massa renal yang fungsional.89
Pada penelitian-penelitian terdahulu, keberadaan nefrosklerosis
didefinsikan sebagai adanya dua dari empat komponen berikut: glomerulosklerosis,
atrofi tubular, fibrosis interstisial dan arteriosklerosis pada biopsi renal. Penelitian-
penelitian terdahulu umumnya menggunakan klasifikasi Banff 1997 (Tabel 2.1)
untuk menggambarkan kelainan histologis pada biopsi.89
Penelitian terdahulu menunjukkan donor dengan nefrosklerosis cenderung
mengalami pemulihan fungsi ginjal pasca donasi yang lebih lambat dibanding
donor yang tidak menunjukkan nefrosklerosis pada biopsi. Pemulihan fungsi ginjal
ditandai dengan meningkatnya LFG yang melebihi setengah dari LFG pra donasi.
Diketahui bahwa LFG merupakan hasil penjumlahan dari LFG tunggal dari seluruh
nefron yang berfungsi. Maka, semakin banyak nefron yang tidak berfungsi akibat
sklerosis, LFG akan semakin kecil.89
34
Lisosim Albuminuria
Nekrosis podosit
Hipertrofi glomerular
Karakteristik donor:
1. Usia
2. Indeks massa tubuh
3. Hubungan donor-resipien
4. Kekakuan arteri
Periode intraoperatif:
1. Periode hipotensi/gangguan hemodinamik
2. Cedera iskemia tubulus: Kadar NGAL
urin
Memengaruhi
Variabel bebas
Variabel tergantung
Variabel perancu
BAB 3
METODE PENELITIAN
Q :1–P
P0 : proporsi efek pada kelompok berisiko
Q 0 : 1 – P0
P1 : proporsi efek pada populasi tidak berisiko
Q 1 : 1 – P1
P0 – P1 : selisih P0 dan P1 yang dianggap bermakna, ditetapkan 0,25
Hingga saat ini belum ada penelitian yang melaporkan proporsi insidensi
hiperfiltrasi adaptif dan maladaptif pada donor di hari ke-30 pasca nefrektomi. Oleh
karena itu, pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan studi awal dengan 40 orang
subjek. Data yang diperoleh dari studi awal tersebut selanjutnya akan digunakan
sebagai dasar untuk penghitungan besar sampel.
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Praoperasi Laboratorium dan Penunjang: eGFR,
ACR, NGAL, USG Doppler, PWV,
VEGF, heparan sulfat, urin lengkap
Karakteristik
donor
1. Usia Usia donor pada Sesuai data rekam Numerik Tahun
saat penelitian medik
dimulai
46
1. Pasien yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah donor hidup yang akan
menjalani nefrektomi di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Seluruh pasien
yang masuk dalam kriteria inklusi akan diberikan penjelasan dan diminta
persetujuan untuk mengikuti penelitian.
48
1 Proposal x x x x
2 Pengajuan etik x x
3 Pengumpulan x x x x
data
4 Pengolahan x
data
5 Pelaporan x
DAFTAR PUSTAKA
15. Lenihan CR, Busque S, Derby G, Blouch K, Myers BD, Tan JC. Longitudinal
study of living kidney donor glomerular dynamics after nephrectomy. The
Journal of clinical investigation. 2015;125(3):1311-8.
16. Srivastava T, Celsi GE, Sharma M, Dai H, McCarthy ET, Ruiz M, et al. Fluid
flow shear stress over podocytes is increased in the solitary kidney. Nephrology
Dialysis Transplantation. 2013;29(1):65-72.
17. Srivastava T, Hariharan S, Alon US, McCarthy ET, Sharma R, El-Meanawy
A, et al. Hyperfiltration-mediated injury in the remaining kidney of a transplant
donor. Transplantation. 2018;Online First.
18. Schrijvers BF, Flyvbjerg A, Tilton RG, Rasch R, Lameire NH, De Vriese AS.
Pathophysiological role of vascular endothelial growth factor in the remnant
kidney. Nephron Experimental nephrology. 2005;101(1):e9-e15.
19. Kuppe C, Rohlfs W, Grepl M, Schulte K, Veron D, Elger M, et al. Inverse
correlation between vascular endothelial growth factor back-filtration and
capillary filtration pressures. Nephrology Dialysis Transplantation. 2018.
20. Cutajar M, Hilton R, Olsburgh J, Marks SD, Thomas DL, Banks T, et al. Renal
blood flow using arterial spin labelling MRI and calculated filtration fraction
in healthy adult kidney donors Pre-nephrectomy and post-nephrectomy.
European Radiology. 2015;25(8):2390-6.
21. Mulier JLH, Rozemeijer S, Röttgering JG, Spoelstra-de Man AM, Elbers PW,
Tuinman PR, et al. Renal resistive index as an early predictor and discriminator
of acute kidney injury in critically ill patients; A prospective observational
cohort study. PloS one. 2018;13(6):e0197967.
22. Nekouei S, Ahmadnia H, Abedi M, Alamolhodaee MH, Abedi MS. Resistive
index of the remaining kidney in allograft kidney donors. Exp Clin Transplant.
2012;10(5):454-7.
23. Avguštin N, Rotar Ž, Pajek J, Kovač D, Osredkar J, Lindič J. The predictive
value of urinary vascular endothelial growth factor (VEGF) on worsening
kidney function in proteinuric chronic kidney disease. Clinical nephrology.
2017;88(13):10-3.
24. Nogueira JM, Weir MR, Jacobs S, Breault D, Klassen D, Evans DA, et al. A
study of renal outcomes in obese living kidney donors. Transplantation.
2010;90(9):993-9.
25. Jeon HG, Lee SR, Joo DJ, Oh YT, Kim MS, Kim YS, et al. Predictors of kidney
volume change and delayed kidney function recovery after donor nephrectomy.
The Journal of urology. 2010;184(3):1057-63.
26. Muzaale AD, Massie AB, Wang M-C, Montgomery RA, McBride MA,
Wainright JL, et al. Risk of End-Stage Renal Disease Following Live Kidney
Donation. JAMA. 2014;311(6):579-86.
27. Singer E, Markó L, Paragas N, Barasch J, Dragun D, Müller DN, et al.
Neutrophil gelatinase-associated lipocalin: pathophysiology and clinical
applications. Acta physiologica (Oxford, England). 2013;207(4):663-72.
28. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13 ed: Elsevier
Health Sciences; 2015.
29. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems: Cengage learning;
2015.
53
30. Blantz RC, Steiner RW. Benign hyperfiltration after living kidney donation.
The Journal of clinical investigation. 2015;125(3):972-4.
31. Helal I, Fick-Brosnahan GM, Reed-Gitomer B, Schrier RW. Glomerular
hyperfiltration: definitions, mechanisms and clinical implications. Nature
Reviews Nephrology. 2012;8:293.
32. Kendi Celebi Z, Peker A, Kutlay S, Kocak S, Tuzuner A, Erturk S, et al. Effect
of unilateral nephrectomy on urinary angiotensinogen levels in living kidney
donors: 1 year follow-up study. Journal of the Renin-Angiotensin-Aldosterone
System. 2017;18(4):1470320317734082.
33. Fong D, Denton KM, Moritz KM, Evans R, Singh RR. Compensatory
responses to nephron deficiency: adaptive or maladaptive? Nephrology.
2014;19(3):119-28.
34. Taal MW, Brenner BM, Rector F. The Consequences of Advanced Kidney
Disease. Brenner & Rector's The Kidney. 1. 9 ed. Philadelphia: Elsevier; 2012.
p. 1918.
35. Chatauret N, Badet L, Barrou B, Hauet T. Ischemia-reperfusion: From cell
biology to acute kidney injury. Progrès en urologie. 2014;24:S4-S12.
36. Moreno JA, Sanchez-Nino MD, Sanz AB, Lassila M, Holthofer H, Blanco-
Colio LM, et al. A slit in podocyte death. Current medicinal chemistry.
2008;15(16):1645-54.
37. Smith ER, Zurakowski D, Saad A, Scott RM, Moses MA. Urinary biomarkers
predict brain tumor presence and response to therapy. Clinical cancer research.
2008;14(8):2378-86.
38. Satchell SC. The glomerular endothelium emerges as a key player in diabetic
nephropathy. Kidney international. 2012;82(9):949-51.
39. Sigmon DH, Gonzalez-Feldman E, Cavasin MA, Potter DAL, Beierwaltes
WH. Role of Nitric Oxide in the Renal Hemodynamic Response to Unilateral
Nephrectomy. Journal of the American Society of Nephrology.
2004;15(6):1413-20.
40. Na J, Park J, Yoon M-G, Lee H, Yoon Y, Huh K, et al., editors. Delayed
Recovery of Renal Function After Donor Nephrectomy. Transplantation
proceedings; 2018: Elsevier.
41. Zoja C, Morigi M, Figliuzzi M, Bruzzi I, Oldroyd S, Benigni A, et al. Proximal
tubular cell synthesis and secretion of endothelin-1 on challenge with albumin
and other proteins. American journal of kidney diseases. 1995;26(6):934-41.
42. Gómez-Garre D, Largo R, Tejera N, Fortes J, Manzarbeitia F, Egido J.
Activation of NF-κB in tubular epithelial cells of rats with intense proteinuria:
role of angiotensin II and endothelin-1. Hypertension. 2001;37(4):1171-8.
43. Yoon Y, Lee H, Na J, Han W. Prospective assessment of urinary NGAL in
living kidney donors: toward understanding differences between chronic
kidney diseases of surgical and medical origin. BJU international. 2018.
44. Issa N, Kukla A, Jackson S, Riad SM, Foster MC, Matas AJ, et al. Comparison
of cystatin C and creatinine-based equations for GFR estimation after living
kidney donation. Transplantation. 2014;98(8):871-7.
45. Yoon YE, Lee KS, Choi KH, Kim KH, Yang SC, Han WK. Prospective
measurement of urinary microalbumin in living kidney donor nephrectomy:
54
60. Satchell S. The role of the glomerular endothelium in albumin handling. Nature
Reviews Nephrology. 2013;9(12):717.
61. Reitsma S, Slaaf DW, Vink H, van Zandvoort MAMJ, oude Egbrink MGA.
The endothelial glycocalyx: composition, functions, and visualization.
Pflügers Archiv - European Journal of Physiology. 2007;454(3):345-59.
62. Kim B-S, Goligorsky MS. Role of VEGF in kidney development,
microvascular maintenance and pathophysiology of renal disease. The Korean
journal of internal medicine. 2003;18(2):65.
63. Mayer G. Capillary rarefaction, hypoxia, VEGF and angiogenesis in chronic
renal disease. Oxford University Press; 2011.
64. Ow CP, Ngo JP, Ullah MM, Hilliard LM, Evans RG. Renal hypoxia in kidney
disease: cause or consequence? Acta Physiologica. 2018;222(4):e12999.
65. Levy AP, Levy NS, Goldberg MA. Post-transcriptional regulation of vascular
endothelial growth factor by hypoxia. Journal of Biological Chemistry.
1996;271(5):2746-53.
66. Kim B-S, Chen J, Weinstein T, Noiri E, Goligorsky MS. VEGF expression in
hypoxia and hyperglycemia: reciprocal effect on branching angiogenesis in
epithelial-endothelial co-cultures. Journal of the American Society of
Nephrology. 2002;13(8):2027-36.
67. Kanellis J, Mudge SJ, Fraser S, Katerelos M, Power DA. Redistribution of
cytoplasmic VEGF to the basolateral aspect of renal tubular cells in ischemia-
reperfusion injury. Kidney international. 2000;57(6):2445-56.
68. Rahbar E, Cardenas JC, Baimukanova G, Usadi B, Bruhn R, Pati S, et al.
Endothelial glycocalyx shedding and vascular permeability in severely injured
trauma patients. Journal of translational medicine. 2015;13(1):117.
69. Neufeld G, Cohen T, Gengrinovitch S, Poltorak Z. Vascular endothelial growth
factor (VEGF) and its receptors. The FASEB journal. 1999;13(1):9-22.
70. Devarajan P. Neutrophil gelatinase-associated lipocalin: a promising
biomarker for human acute kidney injury. Biomarkers in medicine.
2010;4(2):265-80.
71. Yoon YE, Cho YI, Kim SY, Lee HH, Huh KH, Kim YS, et al. Plasma
Neutrophil Gelatinase-associated Lipoprotein in Living Kidney Donors.
Transplantation Proceedings. 2016;48(3):738-41.
72. Cullen MR, Murray PT, Fitzgibbon MC. Establishment of a reference interval
for urinary neutrophil gelatinase-associated lipocalin. Annals of Clinical
Biochemistry. 2012;49(2):190-3.
73. Fuster MM, Wang L. Endothelial heparan sulfate in angiogenesis. Progress in
molecular biology and translational science. 93: Elsevier; 2010. p. 179-212.
74. Borza D-B. Glomerular basement membrane heparan sulfate in health and
disease: a regulator of local complement activation. Matrix Biology.
2017;57:299-310.
75. Gengrinovitch S, Berman B, David G, Witte L, Neufeld G, Ron D. Glypican-
1 is a VEGF165 binding proteoglycan that acts as an extracellular chaperone
for VEGF165. Journal of Biological Chemistry. 1999;274(16):10816-22.
76. Stefanidis I, Heintz B, Stöcker G, Mrowka C, Sieberth H-G, Haubeck H-D.
Association between heparan sulfate proteoglycan excretion and proteinuria
56
Nama Subjek :
Tanggal Lahir :
No. RM :
Kode Penelitian :
Tanggal operasi :
60
61
Lampiran 1. (Lanjutan)
Kriteria Penelitian
A. Kriteria Inklusi
Donor berusia lebih dari 18 tahun yang menjalani nefrektomi di RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta
B. Kriteria Eksklusi
1. Donor dengan data yang tidak lengkap
2. Menolak ikut penelitian
Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Tempat/tanggal lahir
Suku
Pendidikan terakhir
Alamat
No Telepon
No rekam medik
Tanggal operasi
Tanggal masuk RS
Tanggal keluar RS
62
TB
BB
IMT
Pemantauan Intra Operasi Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4
Perdarahan
Lampiran 1. (Lanjutan)
Pemeriksaan Laboratorium
I II III IV
VEGF
Creatinin
eGFR
ACR
NGAL
Lampiran 1 (Lanjutan)
A Arkuata 1. 1. 1.
2. 2. 2.
3. 3. 3.
Rerata
A Interlobaris 1. 1. 1.
2. 2. 2.
3. 3. 3.
Rerata
A Segmentalis 1. 1. 1.
2. 2. 2.
3. 3. 3.
Rerata
A Renalis 1.
2.
3.
Rerata
∆ RI7, perubahan RI hari ketujuh dan praoperasi; ∆ RI30, perubahan RI hari ketiga
puluh dan praoperasi
INFORMED-CONSENT
Penjelasan Mengenai Penelitian
PENGARUH PENINGKATAN ALIRAN DARAH GINJAL DAN
PENINGKATAN KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH
FACTOR (VEGF) URIN TERHADAP MEKANISME HIPERFILTRASI
ADAPTIF DAN MALADAPTIF GINJAL DONOR PASCA NEFREKTOMI
Lampiran 3 (Lanjutan)
Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa sampel darah
dan urin sebanyak 10 ml. Pemeriksaan sampel darah akan dilaksanakan sebanyak Commented [v2]: DARAH ATAU URIN?
empat kali yaitu sekali sebelum operasi dan tiga kali setelah operasi. Sementara
pemeriksaan urin dilaksanakan sebanyak satu kali sebelum operasi dan tiga kali
setelah operasi. Kemungkinan risiko yang diakibatkan pengambilan darah seperti
rasa nyeri, perdarahan, infeksi bersifat minimal. Hal ini juga akan dicegah dengan
prosedur yang benar dan steril. Seluruh biaya pemeriksaan laboratorium maupun
pemeriksaan lainnya ditanggung oleh peneliti.
Bapak/Ibu bebas untuk ikut maupun menolak terlibat dalam penelitian ini.
Bila Bapak/Ibu telah memutuskan untuk ikut, kerahasiaan data dan hasil
pemeriksaan akan terjaga hanya untuk penelitian ini. Apabila bila Bapak/Ibu
menolak untuk ikut penelitian ini, kualitas pelayanan dokter tidak akan berubah dan
tetap sesuai dengan standar operasional RSCM.
Apabila ada hal yang kurang jelas sehubungan dengan keikutsertaan
Bapak/Ibu pada penelitian ini, dapat menghubungi peneliti:
FORMULIR PERSETUJUAN
(______________________)
(______________________)
73
Prosedur pemeriksaan:
1. Dilakukan persiapan sejumlah well sesuai kebutuhan.
2. Dilakukan penambahan 100 µl assay diluent RD1W ke dalam masing-masing
well menggunakan multichannel pipet.
3. Dilakukan penambahan 100 µl standard atau sampel ke dalam masing-masing
well. Dilakukan penutupan plate dengan plastic sealer dan inkubasi selama 2
jam pada suhu ruang.
4. Dilakukan pencucian dengan 400 µl enceran wash buffer dan dilakukan
pengulangan sampai 3x.
5. Dilakukan penambahan 200 µl larutan VEGF konjugat ke dalam masing-masing
well menggunakan multichannel pipet. Dilaukan penutupan plate dengan
plastic sealer dan inkubasi selama 2 jam pada suhu ruang.
6. Dilakukan pencucian dengan 400 µl enceran wash buffer dan dilakukan
pengulangan sampai 3x.
7. Dilakukan penambahan 200 µl larutan substrat ke dalam masing-masing well
menggunakan multichannel pipet. Dilakukan penutupan plate dengan plastic
sealer dan inkubasi selama 25 menit pada suhu ruang.
8. Dilakukan penambahan 500 µl larutan stop untuk menghentikan reaksi.
9. Dilakukan pembacaan plate memakai microplate reader dengan panjang
gelombang 450 nm dan panjang gelombang koreksi 540 nm.
74
10. Dilakukan plotting kurva standard dan estimasi konsentrasi sampel terhadap
kurva.
Lampiran 5 (Lanjutan)
1. USG Doppler ginjal dimulai dengan memperoleh gambar ginjal kanan. Pasien
diposisikan supine. Hepar digunakan sebagai penanda sehingga ginjal dapat
dengan mudah diperlihatkan.
2. Lakukan pengukuran ginjal.
3. Doppler digunakan untuk memperlihatkan aliran darah.
4. Pasien lalu diposisikan pada sisi kanannya (dekubitus kiri lateral) untuk
memperoleh gambar ginjal kiri. Posisi ini menjadikan usus berpindah ke kanan
sehingga ginjal lebih jelas terlihat. Limpa dapat digunakan sebagai penanda,
namun tidak selalu dapat dikerjakan.
Penilaian
Indeks Resistif dihitung dengan rumus:
𝑃𝑆𝑉 − 𝐸𝐷𝑉
𝑅𝐼 =
𝑃𝑆𝑉
PSV = peak systolic velocity
EDV = end diastolic velocity
Pemeriksaan Sphygmocor
Pemeriksaan untuk menilai pulse wave velocity arteri karotis-femoral dengan
menggunakan Sphygmocor
1. Melakukan pengaturan di komputer.
2. Palpasi denyut arteri karotis kanan. Pasien diminta menoleh ke arah kiri.
3. Ukur jarak antara denyut arteri karotis kanan ke titik tengah lekuk suprasternal.
Jarak ini merupakan jarak proksimal.
75
Lampiran 5 (Lanjutan)
buffer dengan mengetuk-ngetukkan plate secara terbalik pada lap kertas yang
bersih.
8. Dilakukan penambahan 200 µl substrate solution ke dalam masing-masing
well. Dilakukan penutupan plate dengan plate sealer baru, diinkubasi pada
suhu kamar selama 30 menit terlindung dari cahaya.
9. Dilakukan penambahan 50 µl stop solution ke dalam masing-masing well.
Lampiran 5 (Lanjutan)
10. Ditentukan optical density dari tiap well dalam waktu 30 menit menggunakan
microplate reader pada panjang gelombang 450 nm dan panjang gelombang
koreksi pada 540 nm atau 570 nm.