KUSTA
Atika Aziza
Faradilla Chandra Maharani
Getty Innash Nandika
Definisi
Penyakit infeksi kronik granulomatosa yang
disebabkan Mycobacterium leprae yang
menyerang saraf perifer, kulit, mukosa saluran
nafas atas, dan organ lainnya.
Epidemiologi
• Banyak pada kelompok umur 25-35 tahun
• 62,7% pasien baru tahun 2015 laki-laki
• Prevalensi nasional tahun 2015 0,79/10.000
Faktor Resiko
• Tinggal di daerah endemis
• Memiliki anggota keluarga yang menderita
kusta
• Pajanan lingkungan
Etiologi
MYCOBACTERIUM LEPRAE
• Basil tahan asam
• Gram positif
• Obligat intraseluler
• Kapsul phenolic glycolipid 1 (PGL-1)
trisakarida
Etiologi
• Inkubasi: 40 hari-40
tahun (rerata 2-5
tahun) dikarenakan
virulensi rendah
dan replikasi lambat
• Sangat bergantung
pada sistem imun
• Transmisi: kontak
erat dan lama,
droplet
Patogenesis dan Patofisiologi
Sukses Sembuh
Infeksi M. Fagositosis
leprae oleh makrofag Respon Th1 Granuloma,
(Seluler) Datia langhans
Tidak sukses
Respon Th2 IgM terhadap
(Humoral) PGL-1
Klasifikasi
Ridley-
TT BT BB BL LL
Jopling
Leproma
Madrid Tuberkuloid Borderline
tosa
WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)
Klasifikasi
• WHO tahun 1995
Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)
- 1-5 lesi - >5 lesi
1. Lesi kulit (makula - Hipopigmentasi/eritema - Simetris
datar, papul yang - Hilangnya sensasi
meninggi, nodus) - Asimetris
kurang jelas
- Hilangnya sensasi jelas
2. Kerusakan saraf
(menyebabkan
hilangnya
Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena)
Klasifikasi
• Ridley-Jopling
TT
Lesi
Distribusi Asimetris
Jumlah Satu, dapat berberapa
Batas Jelas
- Kering bersisik
Permukaan - Alopecia (+)
- Indurasi
- Makula
hipopigmentasi
- Makula dibatasi
Bentuk
infiltrat
- Plak eritematous,
annular
Anestesia jelas,
Kelainan Saraf
anhidrosis
BTA
Lesi kulit Negatif
Lepromin Positif kuat (3+)
- Tuberkel dengan
lymphocytic mantle
Histopatologi tebal
- Datia langhans (+)
banyak
Klasifikasi
• Ridley-Jopling
BT
Lesi
Distribusi Asimetris
Beberapa atau satu dengan
Jumlah
satelit
Batas Jelas
- Kering bersisik
Permukaan - Indurasi berkurang
- Makula hipopigmentasi
dibatasi infiltrat
Bentuk
- Infiltrat saja
- Annular
Anestesia jelas, baal,
Kelainan Saraf
kering, terkena <2
BTA
Lesi kulit Negatif / Positif 1+
Lepromin Positif lemah
- Tuberkel dengan
lymphocytic mantle lebih
tipis
Histopatologi
- Datia langhans jarang
Klasifikasi
• Ridley-Jopling
BB
Lesi
Distribusi Asimetris
- Dapat dihitung
Jumlah
- Kulit sehat tampak jelas
Batas Agak jelas
Permukaan Agak kasar, agak berkilat
- Plak
- Dome-shaped
- Laminasi perineurium
dengan infiltrat limfosit
Histopatologi
- Datia langhans (-)
- Epitheloid / foamy
macrophage
Klasifikasi
• Ridley-Jopling
BL
Lesi
Distribusi Hampir simetris
- Sukar dihitung
Jumlah - Masih ada kulit
sehat
Batas Agak jelas
Permukaan Halus berkilat
- Makula
Bentuk - Plak
- Papul
Kelainan Saraf Tidak jelas
BTA
Lesi kulit Banyak
Lepromin Negatif
- Laminasi
perineurium dengan
infiltrat limfosit
Histopatologi
- Epitheloid / foamy
macrophage
Klasifikasi
• Ridley-Jopling
LL
Lesi
Distribusi Simetris
- Tidak terhitung
Jumlah - Tidak ada kulit
sehat
Batas Tidak jelas
Permukaan Halus berkilat
- Makula
- Infiltrat difus
- Papul
Bentuk
- Nodus (paling
umum)
- Leonine facies
Kelainan Saraf Tidak jelas
BTA
Banyak (tampak
Lesi kulit
globus)
Banyak (tampak
Lepromin
globus)
- Banyak foamy
macrophage
Histopatologi
- Laminasi (LLs)
Gambaran Klinis
• Lesi kulit sesuai klasifikasi, alopecia, leonine
facies
• Deformitas: primer, sekunder
• Gangguan saraf perifer: anestesia, parestesia,
anhidrosis, atrofi
Gambaran Klinis
Saraf yang Terkena Gejala
- Anestesia dorsum manus serta proksimal telunjuk
N. radialis - Wrist drop
- Tak mampu ekstensi jari-jari / pergelangan
- Anestesia pada ujung jari anterior ibu jari, telunjuk, jari tengah
- Tidak mampu aduksi ibu jari
N. medianus - Clawing ibu jari, telunjuk, jari tengah
- Kontraktur ibu jari
- Atrofi tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
- Anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis
N. ulnaris - Clawing kelingking dan jari manis
- Atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis
medial
- Anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis
N. peroneal
communis - Foot drop
- Kelemahan otot peroneus
Gambaran Klinis
• Pemeriksaan Mata :
- kerusakan primer : alopesia alis dan bulu mata
- kesuakan sekunder : kerusakan N. Fasialis, paralisis N. Orbicularis, lagoftalmos
Kehamilan Tuberkulosis
Alergi Alergi
dapson (PB) dapson (MB)
Pengobatan Reaksi Kusta
Sebelum memulai penanganan reaksi, terlebih dahulu
lakukan identifikasi tipe reaksi yang dialami serta
derajat reaksinya. Lihat tanda- tanda di bawah ini:
• Adanya lagoftalmos baru terjadi dalam 6 bulan terakhir
• Adanya nyeri raba saraf tepi
• Adanya kekuatan otot berkurang dalam 6 bulan terakhir
• Adanya rasa raba berkurang dalam 6 bulan terakhir
• Adanya bercak pecah atau nodul pecah
• Adanya bercak aktif (meradang) di atas lokasi saraf tepi
Pengobatan Reaksi Kusta
Tatalaksana reaksi ringan Tatalaksana reaksi berat
– Berobat jalan, istirahat di – Imobilisasi lokal/ istirahat
rumah di rumah
– Pemberian analgetik/ – Pemberian analgetik/
antipiretik, obat penenang antipiretik, obat penenang
bila pelru bila perlu
– MDT diberikan terus – MDT tetap dibeikan
dengan dosis tetap dengan dosis tidak diubah
– Menghindari/ – Menghindari/
menghilangkan faktor menghilangkan faktor
pencetus pencetus
– Memberikan obat anti
reaksi (Prednison,
Lampren)
Pengobatan Reaksi KustaS
Cacat pada Kusta
Terjadinya cacat kusta tergantung dari fungsi
serta saraf mana yang rusak. Diduga kecacatan
akibat penyakit kusta dapat terjadi lewat dua
proses: