Usulan Penelitian
Diajukan guna memenuhi
sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Oleh
Daru Setya Anantasisna
1910911210026
Desember 2021
Usulan Penelitian oleh Daru Setya Anantasisna
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 17 Juni 2022
Dewan Penguji
Ketua (Penguji I)
dr.
NIP.
Anggota (Pembimbing I)
dr.
NIP.
dr.
NIP.
Dr.
NIP.
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam usulan penelitian ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Stroke................................................................................... 7
B. Spastisitas ............................................................................ 10
LAMPIRAN ............................................................................................... 39
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
1. CP : Cerebral Palsy
4. KT : Kinesio tape
PENDAHULUAN
dan postur tubuh yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, dan berkaitan dengan
gangguan non progresif yang terjadi pada perkembangan otak janin atau bayi.
disertai dengan gangguan perkembangan saraf lainnya seperti defisit kognitif atau
visual tertentu.1,2
beberapa daerah aliran sungai. Prevalensi keseluruhan menurun dari 3,5 per 1000
anak berusia 8 tahun pada tahun 2006 menjadi 2,9 per 1000 pada tahun 2010.
Insiden ini lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan 2,6 hingga 2,9 per 1000
anak berusia 2 hingga 17 tahun dari Survei Kesehatan Anak Nasional 2011 hingga
2012 dan Survei Wawancara Kesehatan Nasional 2011 hingga 2013.3 Berdasarkan
data riset kesehatan dasar Republik Indonesia (Riskesdas RI) tahun 2010
masalah yang berkaitan dengan tulang, deposisi lemak tubuh yang berlebih, serta
gangguan kesehatan mental. Dampak cerebral palsy yang terjadi pada tiap
diperparah oleh ketersediaan akses terapi dan interaksi pasien dengan lingkungan
pembatasan pertumbuhan janin, kehamilan ganda, infeksi selama periode fetal dan
tidak diobati, stroke perinatal, dan trombofilia diakui sebagai faktor risiko CP.
bagian yang terlibat dan dibagi menjadi jenis spastik, diskinesia, dan hipotonik
berdasarkan jenis gangguan gerak. CP spastik adalah jenis CP yang paling sering
muncul, tetapi CP distonik adalah penyebab utama distonia pada masa kanak-
otot adalah metode kinesio taping. Kinesio taping (KT) adalah alat terapi yang
relatif baru digunakan dalam program rehabilitasi anak dengan CP, meskipun
telah digunakan untuk waktu yang lama di bidang olahraga atau ortopedi, dan
KT adalah pita khusus yang bersifat elastis dan terbuat dari serat kapas bebas
lateks yang tidak memiliki efek obat dan dirancang untuk meniru sifat elastisitas
otot, kulit, dan fasia. Pemberian KT bersama dengan program rehabilitasi lainnya
atas.8
B. Rumusan Masalah
tape terhadap spastisitas pasien anak dengan cerebral palsy spastic di RSUD Ulin
Banjarmasin.
C. Tujuan Penelitian
kinesio tape terhadap spastisitas pasien anak dengan cerebral palsy spastic di
Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
palsy spastic setelah dilakukan pemakaian kinesio tape, sehingga dapat menjadi
2. Manfaat praktis
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Efektivitas Pemberian Kinesio tape Terhadap Spastisitas
Pasien Anak Dengan Cerebral Palsy Spastic di RSUD Ulin Banjarmasin.
dimana pada penelitian ini menggunakan variabel terikat berdasarkan tonus otot
menggunakan data primer dari pasien bagian rehabilitasi medik RSUD Ulin
Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cerebral Palsy
1. Definisi
artinya berhubungan dengan otak. Palsy berarti kelemahan atau masalah dengan
2. Epidemiologi
yang mengalami sindrom ini tidak dapat bertahan hidup dan prevalensinya
perbaikan dalam perawatan perinatal dan obstetrik akan menurun kejadian CP.
3. Klasifikasi
sebagai berikut.
1. Spastik sebesar 80 – 90% merupakan bentuk paling umum. Otot terlihat kaku
dan ketat. Muncul karena kerusakan korteks motorik (area motorik di otak).
Orang dengan cp ini hipertonik dan memiliki apa yang dasarnya mobilitas
dari lesi neuron motorik atas di otak serta traktus kortikospinalis atau korteks
distonia, atetosis dan atau chorea. Muncul karena kerusakan area Ganglia Basalis
menahan diri dalam posisi tegak dan stabil untuk duduk atau berjalan, dan sering
menunjukkan tanpa sadar gerakan. Kerusakan terjadi pada piramida ekstra sistem
keseimbangan dan kesadaran posisi dalam ruang. Muncul karena kerusakan pada
area Cerebellum otak. Jenis CP yang langka ini mempengaruhi keseimbangan dan
persepsi. Anak-anak dengan CP ini akan sering mengalami koordinasi buruk dan
berjalan goyah dengan gaya berjalan lebar, menempatkan kaki mereka sangat
jauh. Mereka mengalami kesulitan dengan gerakan cepat atau tepat, seperti
menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga memiliki tremor, seperti meraih
buku, yang disertai dengan gemetar yang semakin parah semakin dekat tangan
4. Tipe campuran adalah CP kombinasi yang memiliki dua tipe motorik yang
terdampak misalnya.10
lengan dan tungkai terpengaruh. Otot-otot batang tubuh, muka, mulut juga sering
terpengaruhi.
terpengaruh, lengan juga mungkin terpengaruh, namun pada tingkat yang lebih
rendah.
bergerak.12
Tingkat Deskripsi
(GMFCS).12
3. Faktor risiko
atau bayi yang sedang berkembang. Gangguan tersebut dapat terjadi ketika bayi
(postnatal).
1. Prenatal
leukomalacia (PVL) pada prematuritas, (IVH), sedangkan pada bayi cukup berat
meningkatkan resiko kejadian CP. Penyebab lain pada masa prenatal adalah
2. Perinatal
3. Postnatal
Faktor resiko pada masa post natal yang banyak menyebabkan kejadian CP
4. Etiologi
lahir rendah, asfiksia lahir, pemisahan prematur plasenta, dan janin abnormal
posisi dikaitkan dengan penyakit ini. Jika seorang ibu atau bayi menderita salah
satu dari kondisi terkait ini, tidak berarti ini akan menghasilkan CP, walaupun
prevalensi untuk mengidap CP menjadi lebih tinggi. Beberapa faktor risiko juga
memainkan peran utama dalam patogenesis CP dan mungkin terjadi saat prenatal,
Cytomegalovirus, Herpes virus dan sifilis), anoksia / hipoksia yang dialami bayi
bulan pertama kehidupan), anoksia, dan luka parut pada otak setelah operasi.12
5. Patofisiologi
bawah. Ini hadir sebagai refleks regangan hiperaktif pada pemeriksaan klinis.
impuls rangsang ke neuron motorik yang lebih rendah dan mengakibatkan refleks
6. Manifestasi Klinis
gangguan sensasi, persepsi, kognisi, dan perilaku. Ini hasil dari kerusakan pada
otak janin atau bayi. Sekelompok heterogen gangguan motorik nonprogresif yang
disebabkan oleh cedera otak kronis yang berasal dari periode prenatal, periode
berkisar dari kesulitan dengan kontrol motorik halus hingga kelenturan parah
(kelenturan otot) di semua anggota badan. Diplegia spastik (penyakit kecil) adalah
subtipe yang paling umum, dan ditandai dengan spastisitas yang lebih menonjol di
7. Diagnosis
perkembangan motorik dan mental dan adanya refleks neonatus yang masih
berulang kali, karena gejala dapat berubah, terutama pada bayi yang dengan
EEG terutama pada penderita yang disertai kejang. Pemeriksaan MRI dilakukan
untuk mencoba mencari pusat lesi pada otak. Pemeriksaan psikologi untuk
8. Tatalaksana
intervensi yang lebih baru, lebih aman dan efektif. Operasi ortopedi, obat
B. Spastisitas
1. Definisi
disebabkan oleh peningkatan tonus otot dan refleks tendon dalam yang sebagian
disebabkan oleh penurunan ambang refleks regangan rangka. Hal ini sering
kerusakan upper motor neuron (UMN) dari jalur kortikoretikular di korteks otak
atau kapsul internal, atau kerusakan pada UMN di saluran retikulospinal atau
sporadis atau terus menerus, untuk periode durasi pendek dan panjang.18
2. Patofisiologi
terus menerus pada saat otot tersebut diregangkan secara pasif. Tegang otot ini
rangsang pada reseptor proprioseptif yang terdapat dalam otot. Ketegangan otot
tidak timbul pada awal gerakan pasif, tetapi timbul dan meningkat bersamaan
3. Penguatan rangsang dari area fasilitasi atau retikuler di otak bagian tengah dan
batang otak.
3. Penilaian spastisitas
anggota gerak atas dan ekstensor anggota gerak bawah. Hal ini terjadi pada awal
lingkup gerak sendi (LGS) dan khas ditandai dengan relaksasi yang terjadi secara
tiba-tiba (seperti mekanisme pisau lipat) dari anggota gerak ketika suatu kekuatan
statis yang digunakan terus menerus pada sebuah anggota gerak spastik.
lebih reabilitas dibandingkan dengan hasil dari skala pengukuran yang lainnya.
Skala ini mengukur resistensi yang terjadi ketika jaringan diregangkan secara
pengukuran yang lebih akurat dan skor yang lebih rendah karena adanya
3) Tes dilakukan maksimal tiga kali untuk setiap sendi. Apabila dilakukan
lebih dari tiga kali, efek singkat dari peregangan akan mempengaruhi skors.
2 Peningkatan tonus otot pada seluruh LGS, namun bagian yang terkena
masih dapat digerakkan dengan mudah.
4 Bagian yang terkena menjadi rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi.
C. Kinesio Taping
dikembangkan oleh Dr. Kenzo Kase sekitar 5 tahun yang lalu di Jepang.
Karakterisrik dari kinesio taping sendiri adalah sama dengan kulit manusia.
Dengan bobot, ketebalan, dan elastisitas hingga 130% - 140%. Ini membuat
kinesio taping menjadi “lapisan kedua” kulit, sehingga aplikasinya jauh lebih
Kinesio tape terbuat dari kapas dengan lapisan perekat anti alergi yang yang
bersifat elastis dan cepat kering. Sifat-sifat ini membuat kinesio tape dapat
bertahan dan dipakai untuk waktu yang lama periode, secara umum, pita ini dapat
merangsang reseptor cutaneous. Ini dapat mengurangi rasa sakit dan memberikan
alami juga.17
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
otak yang belum matang, dan adalah salah satu penyebab paling umum disabilitas
di kalangan anak-anak. Cerebral palsy tipe spastik merupakan tipe yang paling
Tidak ada terapi khusus untuk otak yang mengalami kerusakan pada
peningkatan kualitas hidup penderita. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi
psikososial, jika dibandingkan dengan rekan sebayanya yang normal.20 Saat ini
ada juga metode lain yang tersedia disebut kinesio taping (KT) atau
neuromuskular perban.16
Kinesio tape dapat mempengaruhi tonus otot karena adanya respon dari SSP
terhadap umpan balik perifer yang berasal dari aferen perifer pada kulit, otot,
maupun proprioseptor dari sendi melalui sistem umpan balik perifer. Secara
fisiologis, kinesio tape akan menstimulasi sinyal aferen pada kulit pada sistem
Cerebral Palsy
Spastisitas
Pengurangan
stimulasi yang
mengganggu
Mengurangi aktivitas
gelendong otot yang
Peregangan, Kinesio Taping naik yang
casting, ortosa menyebabkan
penurunan stimulasi
aferen.
Stimulasi
listrik
Mengurangi
ketegangan visco-
Positioning elastis mioarticular
Modalitas Spastisitas
fisik berkurang
Gambar 3.1 Kerangka Teori Usulan Penelitian Penelitian Efektivitas Pemberian Kinesio
tape Terhadap Spastisitas Pasien Anak Dengan Cerebral Palsy Spastic Di RSUD Ulin
Banjarmasin.
Cerebral palsy
spastic
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Kinesio Taping Terhadap Tonus Otot
Ekstremitas Atas Pada Pasien Spastisitas Pasca
B. Hipotesis
H0: Tidak ada pengaruh kinesio taping terhadap spastisitas pada pasien
H1: Terdapat pengaruh kinesio taping terhadap spstisitas pada pasien Cerebral
palsy spastic.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien CP Spastic yang berobat
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian dan
dianggap memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Sampel dalam penelitian ini
pasien yang diberi terapi Cold Pack di RSUD Ulin Banjarmasin yang memenuhi
4. Pasien dengan luka terbuka pada area yang akan dilakukan intervensi.
C. Instrumen Penelitian
3. Lembar penilaian.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian Kinesio tape terhadap
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah skor spastisitas yang dinilai
dengan spastisitas.
3. Variabel Pengganggu
terapi lain, seperti pasien yang telah mendapatkan terapi injeksi toksin
botulinum.
E. Definisi Operasional
Banjarmasin.
didapatkan dari hasil skor Modified Ashworth Scale (MAS) dalam skala 0-4.
F. Prosedur Penelitian
1. Ethical clearance
2. Perizinan
Surat perizinan dibuat oleh Unit P2M dan KTI PSPD FK ULM, kemudian
surat tersebut diserahkan ke bagian Tata Usaha dan Pendidikan dan Penelitian
3. Informed concent
melaksanakan penelitian, tujuan, serta manfaat dari penelitiaan ini dan setelah itu
4. Pelaksanaa penelitian
Ashworth Scale
dimana otot-otot lengan berada dalam posisi relax dan lengan pronasi.
- Kinesio tape dipasang oleh satu petugas yang berkompeten dalam bentuk I-
strip dari lekukan siku hingga ke procesus coracoid dengan regangan 10-
15%.
- Pasien dalam posisi duduk atau berbaring dan dalam keadaan rileks
- mencatat hasil.
Informed consent
Kesimpulan
Hasil penelitian
Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian Penelitian Efektivitas Pemberian Terapi Kinesio tape
Terhadap Spastisitas Pasien Anak Dengan Cerebral Palsy Spastic Di RSUD
Ulin Banjarmas
dari pasien. Data sekunder pada penelitian ini berupa hasil pengamatan terhadap
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara uji statistik
Wilk, jika data terdistribusi normal akan dilakukan uji homogenitas dan apabila
homogen akan dilakukan uji Paired T Test. Namun jika data tidak terdistribusi
normal akan dilakukan Uji Wilcoxon Signed Ranks Test dengan tingkat
menggunakan software Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) versi
20.
Banjarmasin, dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober
2022.
Bulan ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengumpulan dan
persiapan referensi
Penyusunan proposal
Konsultasi
Seminar Skripsi I
Perbaikan
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan Data
Seminar Skripsi II
J. Biaya Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
11. Sitorus F, Ranakusuma TA. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed.
Setiatati S, Alwi I, editors. Jakarta: Internal Publishing; 2014. 1557–1568
p. 2014. 1557–1568 p.
12. Marbun JT. Klasifikasi Stroke Menggunakan Convolutional Neural
Network. Universitas Sumatera Utara; 2017.
13. ATKINS BRG. Physical medicine: Rehabilitation. Vol. 27, Journal.
Medical Association of Eire. 1950. 102–107 p.
14. Syafitri Pusparani. Hubungan antara Hipertensi dan Stroke Hemoragik
pada Pemeriksaan Ct-Scan Kepala di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Moewardi Surakarta [Internet]. Universitas Sebelas Maret; 2009. Available
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.refiri.2017.07.010%0Ahttp://coop-
ist.cirad.fr%0Ahttp://www.theses.fr/2014AIXM5048%0Ahttp://www.cairn.
info/revue-management-et-avenir-2010-6-page-
84.htm%0Ahttp://www.cairn.info/bifurcations--9782707156006-page-
349.htm%0Ahttp://w
15. Sari RP, Margareth Y, Sorayya RA, Saputri K, Pahlevi MFR, Akbar A.
Manajemen Spastisitas. Universitas Lambung Mangkurat; 2014.
16. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologis Duus: Anatomi,
Fisiologi, Tanda, Gejala. 5th ed. Lestari WA, editor. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC; 2016. p. 13-48
17. Nam KE, Lim SH, Kim JS, Hong BY, Jung HY, Lee JK, et al. When does
spasticity in the upper limb develop after a first stroke? A nationwide
observational study on 861 stroke patients. J Clin Neurosci. 2019;66:144–8.
18. Kuo CL, Hu GC. Post-stroke Spasticity: A Review of Epidemiology,
Pathophysiology, and Treatments. Int J Gerontol. 2018;12(4):280–4.
19. Levine, Pete. Testing Spasticity : The Modified Ashworth Scale. 2009.
20. Sari RP, Ked S, Margareth Y, Ked S. Manajemen spastisitas. 2014.
21. Gramatikova M, Nikolova E, Mitova S. Nature, application and affect os
kinesio-taping. Act Phys Educ Sport. 2014;4(2):115–9.
22. Kocyigit F, Turkmen MB, Acar M, Guldane N, Kose T, Kuyucu E, et al.
Kinesio taping or sham taping in knee osteoarthritis? A randomized,
double-blind, sham-controlled trial. Complement Ther Clin Pract [Internet].
2015;21(4):262–7. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ctcp.2015.10.001
23. Kumbrink B. K Taping An Illustrated Guide. In Dortmund; 2012. p. 1–25.
24. Cristea A. Keefektifan Kinesio Taping Terhadap Tahap Pemulihan Pasca
Cedera Bahu Member Fitnes di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta
LAMPIRAN
Peneliti mengajak Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian
ini membutuhkan sekitar 30 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan
masing-masing subjek sekitar 1 hari
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan
diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta
menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Anda simpan, dan
satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Anda akan diwawancarai untuk menanyakan: Nama, usia, alamat, nomor
telpon, riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat.
2. Melakukan pengukuran tonus otot menggunakan SEMG.
3. Saya akan mencatat hasil pengukuran tonus ototnya di lembar isian.
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang Anda dapatkan adalah anda mendapatkan
pengobatan non farmakologi untuk mengurangi ketegangan otot lengan atas tanpa
dikenakan biaya.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.
G. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
H. Informasi Tambahan
Bapak/ ibu/ saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu terjadi efek
samping atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/ ibu/ saudara dapat
menghubungi Daru Setya Anantasisna pada no. HP 081331024607 dan dr. Sidik
Sp.KFR di bagian Rehabilitasi Medik RSUD Ulin Banjarmasin, atau melalui no.
HP 0811506987. Bapak/ ibu/ saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian
kepada Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
ULM
Banjarmasin,.................................