Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM

OBAT OTONOM

1. Pengantar
Sistem saraf otonom merupakan suatu sistem saraf yang tidak dikendalikan oleh
kesadaran. Sistem saraf ini berfungsi terutama untuk mengendalikan fungsi organ-organ
dalam, misalnya jantung, saluran nafas, saluran cerna, kelenjar, dan pembuluh darah.
Meskipun secara umum kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis hampir
selalu berlawanan satu sama lain, tetapi ternyata hal itu tidak selalu berlaku untuk
semua organ yang dipelihara oleh kedua sistem saraf tersebut. Pada arteriola misalnya,
saraf simpatis lebih dominan, pada jantung kekuatan kontraksi otot ventrikel lebih
tergantung pada aktivitas saraf simpatis, dan pada bronkus fungsi kedua sistem saraf
tersebut benar-benar tampak berlawanan. Pada kelenjar bronkus dan kelenjar ludah,
fungsi simpatis dan parasimpatis tampak sinergis, yaitu saraf parasimpatis berefek
peningkatan sekresi serous, sedangkan saraf simpatis memacu sekresi yang bersifat
mukous. Saling mempengaruhi antara dua sistem tersebut tampak pula pada efek
penghambatan pada pelepasan noradrenalin oleh asetilkolin, dan sebaliknya
noradrenalin juga dapat menghambat pelepasan asetilkolin melalui reseptor prasinaptik.
Pada sistem saraf simpatis dikenal adrenoseptor alfa dan beta. Klasifikasi
reseptor yang diajukan oleh Ahlquist (1948) itu dimaksudkan untuk menerangkan
respon beberapa organ terhadap simpatomimetika. Reseptor alfa bereaksi lemah dan
bahkan sama sekali tidak berespon terehadap isoprenalin. Stimulasi reseptor alfa
menyebabkan antara lain vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah), kontraksi otot
iris pars radier dan relaksasi usus. Reseptor beta kuat baik terhadap adrenalin dan
noradrenalin mempunyai komponen alfa dan beta dalam menimbulkan efek
simpatomimetiknya.
Pada sistem saraf parasimpatis dikenal 2 macam reseptor, yaitu reseptor
muskarinik dan nikotinik. Oleh karena itu efek yang timbul juga dua macam, yaitu efek
muskarinik dan efek nikotinik. Efek muskarinik merupakan efek yang timbul pada
pemberian muskarin, yaitu suatu racun dari jamur Amanita muscaria yang dapat
dihilangkan dengan pemberian atropin dosis kecil. Efek nikotinik menyerupai efek yang
timbul pada pemberian nikotin, yaitu berupa pacuan sistem saraf parasimpatis yang
diikuti dengan efek pacuan saraf simpatis dan pacuan otot skelet. Hal ini terjadi karena

Farmakologi 1
Kedokteran
reseptor nikotinik yang berada di ganglion simpatis dan parasimpatis serta motor end
plate terpacu.
Obat parasimpatomimetik dapat memacu langsung reseptor muskarinik
(misalnya pilokarpin), atau tidak langsung melalui penghambatan enzim kolinesterase
(misalnya fisostigmin). Obat penghambat saraf parasimpatis (parasimpatolitika) dapat
bertitik tangkap pada reseptor muskarinik (misalnya atropin), atau dapat juga melalui
hambatan pada pelepasan asetilkolin (misalnya ion Mg).
Obat pemacu sistem saraf simpatis (simpatomimetika) dapat memacu langsung
reseptor adrenergik alfa (misalnya fenilefrin) atau beta (misalnya isoprenalin) atau dapat
pula secara tidak langsung, misalnya melalui hambatan pada proses uptake (misalnya
kokain atau amfetamin). Obat penghambat sistem saraf adrenergik dapat bertitik
tangkap kerja pada reseptor alfa (misalnya prazosin memblok reseptor alfa) atau pada
reseptor beta (misalnya propanolol memblok reseptor beta) atau secara tidak langsung
antara lain dengan cara menghambat sintesis transmitter noradrenalin (reserpin).

2. Percobaan
a. Maksud Percobaan
Memahami efek stimulasi saraf dan efek beberapa obat pada sistem saraf simpatis
dan parasimpatis terhadap sistem kardiovaskuler.

b. Probandus
Tikus

c. Bahan-bahan
1. Adrenalin
2. Noradrenalin
3. Asetilkolin
4. Isoprenalin
5. Fenilefrin
6. Propanolol
7. Atropin
8. Prazosin
9. Anestetik umum
d. Alat-alat yang Digunakan
1. Kanula arteri
2. Kanula ventrikel kiri
3. Kanula vena
4. Pithing rod
5. Pressure transducer
6. Injektor obat

e. Cara Kerja
Praktikum ini dilakukan menggunakan simulator software RatCVS. RatCVS merupakan
simulator yang menunjukkan efek stimulasi saraf dan efek obat pada sistem
kardiovaskuler. Langkah-langkah yang dilakukan untuk praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Buka software RatCVS yang sudah di-install ke komputer. Pada awal, akan terbuka
pop-up window berikut ini:

Masukkan nama lengkap ke dalam kolom “Name”, lalu klik OK.


2. Layar berikutnya yang anda lihat adalah sebagai berikut:

Parameter-parameter yang dinilai adalah:


a. ABP, yaitu arterial blood pressure (tekanan darah arterial),
b. LVP, yaitu left ventricular pressure (tekanan ventrikel kiri),
c. VBP, yaitu venous blood pressure (tekanan darah vena),
d. HF, yaitu heart contractile force (kekuatan kontraktilitas jantung), dan
e. HR, yaitu heart rate (denyut jantung).
3. Untuk pelaksanaan praktikum ini, tikus dianestesi umum dan diberikan ventilasi
artifisial. Kanula arteri dimasukkan ke dalam arteri femoralis, kanula venosa
dimasukkan ke dalam vena femoralis, dan kanula ventrikel dimasukkan ke dalam
ventrikel kiri. Kanula arteri dihubungkan ke pressure transducer untuk mengukur
ABP. Kanula ventrikel dihubungkan ke pressure transducer untuk mengukur LVP.
Kanula venosa dihubungkan ke pressure transducer untuk mengukur VBP. HF
dihitung dari nilai LVP, dan HR dihitung dari ABP.
4. Tikus dilakukan pithing, yaitu merusak koneksi saraf ke otak, sehingga
menghilangkan refleks tekanan darah sentral akibat baroreseptor di arteri karotis.
Pada software, pilihlah “Pithed rat”) untuk melihat efek obat tanpa dipengaruhi efek
baroreseptor ini.
5. Lakukan keenam eksperimen berikut ini. Untuk setiap eksperimen, catat kelima
parameter di atas setiap dilakukan pemberian obat atau pemberian stimulasi saraf
(lihat Tabel). Setiap pemberian obat/stimulasi direkam sepanjang minimal 1 kotak
besar. Setiap selesai 1 eksperimen, bisa di-Save atau di-Print, lalu klik “New Rat”.
a. Start (Normal) – Stimulasi saraf simpatis (kecuali adrenal) – Stimulasi nervus
vagus – Stimulasi saraf simpatis (jantung) – Stimulasi nervus vagus – Stimulasi
saraf simpatis (adrenal) – Stimulasi nervus vagus – Stop.
b. Start (Normal) – Adrenalin (10 µg/kg) – Asetilkolin (10 µg/kg) – Stop.
c. Start (Normal) – Noradrenalin (10 µg/kg) – Asetilkolin (10 µg/kg) – Stop.
d. Start (Normal) – Isoprenalin (10 µg/kg) – Propanolol (5 mg/kg) – Stop.
e. Start (Normal) – Fenilefrin (10 µg/kg) – Prazosin (5 mg/kg) – Stop.
f. Start (Normal) – Asetilkolin (10 µg/ml) – Atropin (5 mg/kg) – Stop.
6. Bahas hasil eksperimen berdasarkan mekanisme kerja stimulasi saraf
simpatis/parasimpatis atau mekanisme kerja obat terhadap parameter-parameter di
atas.

Tabel hasil eksperimen


No Eksperimen ABP LVP VBP HF HR
1 Normal
Stimulasi simpatis (kec.adr)
Stimulasi n. vagus
Stimulasi simpatis (jtg)
Stimulasi n. vagus
Stimulasi simpatis (adr)
Stimulasi n. vagus
2 Normal
Adrenalin
Asetilkolin
3 Normal
Noradrenalin
Asetilkolin
4 Normal
Isoprenalin
Propanolol
5 Normal
Fenilefrin
Prazosin
6 Normal
Asetilkolin
Atropin
Catatan: Lampirkan printout untuk setiap eksperimen.
LAPORAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Nama :

NIM :

Kelompok :

Judul Praktikum :

Probandus :

Alat dan Bahan : 1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

6. 6.

7. 7.

8. 8.
Cara Kerja :

Hasil :
Banjarmasin, ............................
Asisten Kelompok Praktikan

( ) ( )

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

( )

Anda mungkin juga menyukai