OLEH:
Nama: Salwa Sabrina
NIM: 2010911320054
Kelompok: 19
ASISTEN PRAKTIKUM:
Muhammad Ihrammuf Tezar (NIM. 1810911310014)
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
A. Tujuan Praktikum
Memahami efek obat-obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler
B. Probandus
Tikus
D. Cara Kerja
Praktikum ini dilakukan menggunakan simulator software RatCVS. RatCVS
merupakan simulator yang menunjukkan efek stimulasi saraf dan efek obat pada
sistem kardiovaskuler. Langkah-langkah yang dilakukan untuk praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Buka software RatCVS (The Virtual Rat) versi 3.3.7 yang sudah di-install
ke komputer.
2. Layar yang anda lihat adalah sebagai berikut:
F. Hasil Eksperimen
Hasil eksperimen akan ditampilkan bersama pembahasan.
G. Pembahasan
Berbeda dari otot jenis lainnya, otot jantung merupakan otot yang dapat
menghasilkan aktivitas kelistrikannya sendiri. Kelistrikan jantung ini
dikendalikan oleh sistem nodus, yang memulai depolarisasi dan
menghantarkannya hingga ke bagian lain dari jantung. Pacemaker utama
jantung adalah nodus SA (sinoatrial), yang berada pada atrium kanan. Setelah
itu, kelistrikannya akan dikonduksikan oleh nodus AV (atrioventrikular), berkas
His, left bundle branch dan right bundle branch, serta serabut purkinje. Selain
itu, aktivitas kelistrikan jantung juga dipengaruhi oleh rangsangan saraf
simpatis dan parasimpatis. Aktivasi sistem simpatis dapat menyebabkan efek
inotropik positif (peningkatan kontraktilitas jantung) dan kronotropik positif
(peningkatan denyut jantung). Sebaliknya, aktivasi saraf parasimpatis akan
menyebabkan efek inotropik negatif (penurunan kontraktilitas jantung) dan
kronotropik negatif (penurunan denyut jantung). Oleh karena adanya pengaruh
saraf otonom terhadap kinerja otot jantung, maka terdapat obat-obat otonom
yang dapat memengaruhi kerja jantung. Dalam praktikum ini, akan dibahas
efek-efek dari obat yang dapat memengaruhi kerja jantung, termasuk obat-obat
otonom seperti obat simpatomimetik, obat simpatolitik, obat
parasimpatomimetik, dan obat parasimpatolitik.
Salah satu sistem yang berperan dalam pengaturan tekanan darah adalah sistem
RAS atau Renin-Angiotensin-Aldosteron. Angiotensin II merupakan produk
akhir dari sistem RAS, yang berperan langsung untuk konstriksi pembuluh
darah arteri. Pada percobaan keempat, tikus diberikan angiotensin II sebanyak
1 µg/kg. Dapat terlihat di grafik terjadi peningkatan signifikan dari tekanan
darah arteri, yang disebabkan oleh vasokonstriksi. Sifat vasokonstriksi dari
angiotensin II lebih kuat dibandingkan oleh efek angiotensin I. Grafik tekanan
ventrikel kiri juga meningkat karena adanya peningkatan tekanan darah arteri.
Selain dari efek vasokonstriksi. Peningkatan tekanan darah akibat angiotensin
II juga dipicu sekresi aldosteron di korteks adrenal, yang menyebabkan retensi
garam, sehingga cairan juga ikut diretensi. Retensi garam juga meningkatkan
tekanan darah dan stroke volume dari venous return-nya, karena jumlah air
yang meningkat di darah. Hal ini dapat terlihat dari grafik bahwa terjadi
peningkatan tekanan darah vena, karena meningkatnya venous return.
Kompensasi dari tubuh terhadap peningkatan tekanan darah akibat pemberian
angiotensin II adalah adanya penurunan kontraktilitas dan denyut jantung,
sehingga mempertahankan homeostasis tubuh.[1] Setelah diberikan angiotensin
II, tikus diberikan obat losartan sebanyak 20 mg/kg. Losartan merupakan obat
golongan Angiotensin Receptor Blocker atau ARB, yang berfungsi untuk
menghambat reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1). Berbeda dengan ACE-
inhibitor yang memiliki efek pada metabolisme bradikinin, obat golongan ARB
tidak memiliki efek terhadap metabolismenya, sehingga obat golongan ARB
dapat digunakan sebagai pilihan selain ACE-inhibitor. Oleh karena kerjanya
yang menghambat reseptor dari angiotensin II, maka efek-efek yang akan
disebabkan oleh angiotensin II, seperti vasokonstriksi dan sekresi aldosteron,
tidak akan terjadi. Efek-efek dari losartan juga akan mirip obat golongan ACE-
inhibitor. Dari grafik didapatkan adanya penurunan tekanan darah arteri, karena
pada pembuluh darah arteri tidak terjadi vasokonstriksi seperti pada grafik
pemberian angiotensin II. Tekanan ventrikel kiri juga menjadi turun karena
berkurangnya tekanan darah arteri. Sebagai kompensasi dari tubuh, maka saraf
simpatis akan meningkatkan aktivitas jantung melalui peningkatan
kontraktilitas dan denyut jantung. Losartan dapat digunakan sebagai obat
antihipertensi seperti ACE-inhibitor.[1][2]
H. Kesimpulan
Otot jantung merupakan otot yang dapat menghasilkan aktivitas kelistrikannya
sendiri. Kelistrikan jantung ini dikendalikan oleh sistem nodus, yaitu nodus SA
(sinoatrial), nodus AV (atrioventrikular), berkas His, left bundle branch dan
right bundle branch, serta serabut purkinje. Selain dipengaruhi sistem nodus,
aktivitas kelistrikan jantung juga dipengaruhi oleh rangsangan saraf simpatis
dan parasimpatis. Oleh karena adanya pengaruh saraf otonom terhadap kinerja
otot jantung, maka terdapat obat-obat otonom yang dapat memengaruhi kerja
jantung. Contohnya adalah obat simpatomimetik, seperti isoprenaline,
adrenaline, dan noradrenaline, yang dapat menyebabkan inotropik positif dan
kronotropik positif. Namun, pemberian obat ini juga akan menyebabkan adanya
mekanisme kompensasi dari tubuh, yang diperantarai oleh refleks baroreseptor.
Kompensasi ini dilakukan dalam rangka mempertahankan homeostasis tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 12.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.
2. Brunton LL, Knollmann BC, Hilal-Dandan R. Goodman and gilman’s the
pharmacological basic of therapeutics. 13th Edition. United States of America:
McGraw-Hill Education; 2017.
3. Patocka J, Nepovimova E, Wu W, Kuca K. Digoxin: Pharmacology and
toxicology-A review. Environ Toxicol Pharmacol. 2020 Oct; 79: 103400.
4. Reiss AB, Grossfeld D, Kasselman LJ, et al. Adenosine and the Cardiovascular
System. Am J Cardiovasc Drugs. 2019;19(5):449-464.
LAMPIRAN