Anda di halaman 1dari 7

Anastesi Cara Mengorbankan Hewan,

Cara Pengambilan Darah & Pembedahan Hewan


Tujuan
 Dapat melakukan anestesi pada tikus dan mencit
 Dapat melakukan cara mengorbankan hewan
 Dapat melakukan cara pengambilan darah
 Dapat melakukan pembelahan pada hewan perobaan

Dasar Teori
Obat yang digunakan dalam menimbulkan anastesia disebut sebagai anestetik, dan kelompok obat
ini dibedakan dalam anastetik umum dan anastetik lokal. Bergantung pada dalamnya pembiusan,
anastetik umum dapat memberikan efek analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri atau efek anestesia yaitu
analgesia yang disertai hilangnya kesadaran, sedangkan anestetik lokal hanya dapat menimbulkan efek
analgesia. Anestetik umum bekerja di susunan saraf pusat sedangkan anesteti lokal bekerja langsung pada
serabut saraf di perifer.
Dasar saraf pusat sangat peka terhadap obat-obatan, akibatnya sebagian besar obat-obatan jika
diberikan dalam dosis yang cukup besar menimbulkan efek yang mencolok terhadap neurotransmisi
diberbagai sistem saraf pusat. Kerja neurotransmitter di pascasinaps akan diikuti dengan pembentukan
second messenger, dalam hal ini cAMP yang selanjutnya mengubah tansmisi di neuron. Disamping
asetilkolin sebagai neurotransmitter klasik, dikenal juga katekolamin, serotonin, GABA, adenosine serta
berbagai asam amino dan peptide endogen yang bertindak sebagai neurotransmitter atau yang
memodulasi neurotransmitter di SSP, misalnya asam glutamate dengan mekanisme hambatan pada
reseptor NMDA (N- metal-D- Aspartat).
Anastetik umum dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya, tetapi pembagian ini tidak sejalan
dengan penggunaan di klinik yang pada dasarnya dibedakan atas 2 cara, yaitu secara inhalasi atau
intravena. Eter, halotan, enfluran, isofluran, metoksifluran, etiklorida, trikloretilen dan fluroksen
merupakan cairan yang mudah menguap. Yang dieliminasi melalui saluran pernapasan meskipun zat-zat
ini kontak dengan pasien hanya beberapa jam saja, namun dapat menimbulkan aritma pada jantung
selama proses anastetika berlangsug.

Alat & Bahan


 Alat
- Kapas
- Toples
- Papan bedah / stearoform
- Spuit 1ml
- Gunting bedah & pinset
 Bahan
- Eter
- Mencit
Perhitungan Dosis

Bobot Organ

INDEKS ORGAN X 100%

BB Mencit

Prosedur
A. Cara Menganestesi Hewan Percobaan (Mencit)
Eter digunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah obat diletakan dalam suatu wadah,
kemudian hewan dimasukan dan wadah ditutup. Hewan sudah kehilangan kesadaran, hewan
dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya diberikan dengan bantuan kapas yang
dibasahi dengan obat tersebut.
B. Cara Pengambilan Darah (Mencit)
Cara pengambilan darah darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak
terjadi syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karena bisa
menimbulkan anemia. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti atau cairan
exsanguinis. Misalnya: cairan fisiologis NaCl 0,9% / glukosa 5%.
Jumlah darah maksimal yang boleh diambil :
1. 10% total volume darah/2-4 minggu
2. 1% total volume /24 jam.
Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah untuk mencit yaitu : Sinus orbitalis mata, Vena lateral
pada ekor, Vena saphena kaki, Intrakardial.
C. Cara Mengorbankan Hewan Percobaan (Mencit)
1. Cara kimia antara lain dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang
mematikan.
2. Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher. Proses dislokasi dilakukan dengan cara:
- Ekor mencit dipegang kemudian ditempatkan pada permukaan ram kawat.
- Mencit akan meregangkan badannya.
- Saat mencit meregangkan badannya, pada tengkuk ditempatkan suatu penahan, misalnya
pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan kiri.
- Ekornya ditarik dengan tangan kanan dengan keras, sehingga lehernya akan terdislokasi dan
mencit akan terbunuh.
D. Cara Pembedahan Hewan Percobaan (Mencit)
- Mnecit dimasukkan kedalam toples lalu bius didalam toples dengan eter menggunakan kapas
- Setelah mencit pingsan, mencit diletakan di papn bedah / stearoform
- Tangan dan kaki mencit ditusukkan jarum sonde agar tidak bergeser saat proses pembedahan
berlangsung
- Pembedahan dimulai dari anus ke atas secara melintang menggunakan gunting bedah
- Kulit dibuka secara perlahan menggunakan pinset
- Sistem organ teriedentifikasi dan diisolasi
- Setelah selesai mencit dibuang kedalam kantong plastic dan alat dibersihkan.
Data Hasil Percobaan
No Organ Gambar Indeks Organ (%)
1 Paru-Paru 0,69%

2 Jantung 0,54%

3 Hati 0,35%

4 Pankreas 1,58%
5 Ginjal 1,47%

6 Lambung 1,43%

7 Usus 9,6%

8 Diafragma 1,21%
Indeks Organ
Bobot Organ / BB Mencit x 100%

1. Paru – Paru
0,19gr/27,18gr x 100% = 0,69%
2. Jantung
0,15gr/27,18gr x 100% = 0,54%
3. Hati
1,64gr/27,18gr x 100% = 2,35%
4. Pankreas
0,43gr/27,18gr x 100% = 1,58%
5. Ginjal
0,40gr/27,18gr x 100% = 1,47%
6. Lambung
0,39gr/27,18gr x 100% = 1,43%
7. Usus
2,61gr/27,18gr x 100% = 9,6%
8. Diafragma
O,33gr/27,18gr x 100% = 1,21%
Pembahasan
Dalam hal ini kami melakukan uji coba anastesi umum dengan menggunakan hewan percobaan
mencit, sesuai dengan langkah kerja kita memlih satu buah mencit. Seperti biasa sebelum dilakukan
percobaan mencit di timbang terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk penghitungan indeks organ pada
mencit setelah pembedahan nanti.
Pengorbanan hewan sering dilakukan apabila keadaan rasa sakit yang hebat/ apabila mengalami
kecelakaan, menderita sakit atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan. Etanasi atau
cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian sehingga hewan akan mati dengan seminimal
mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara fisik yaitu dislokasi leher adalah cara yang paling cepat, mudah
dan berkeprimanusiaan. Tetapi cara perlakuan kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari
pengorbanan hewan percobaan dalam rangkaian percobaan. Cara mengorbankan hewan lain adalah
dengan menggunakan gas karbondioksida dalam wadah khusus atau dengan pemberian pentobarbital
natrium pada takaran letalnya.
Pada praktikum percobaan anastesi, mencit kita masukan dalam toples yang berisi eter dalam
kapas. Dalam jangka waktu 28,23 detik, mencit mulai memasuki fase anastesi disertai dengan gerak
denyut jantung dan nafas yang semakin cepat. Kemudian pada detik ke 47,90 detik keseimbangan mencit
mulai berkurang (jalan oleng). Pada saat percobaan memasuki waktu 1 menit 7 detik, mencit mengalami
ataksia (kegagalan kontrol otot pada tangan dan kaki). Fase ini disebut dengan fase exitement. Pada menit
ke 1 lebih 28 detik, mencit mengalami hilangnya kesadaran. Lalu mencit dikeluarkan dari ruang tertutup
tadi, untuk mulai dilakukan pembedahan.
Eter menekan kontraktilitas otot jantung, tetapi in vivo efek ini dilawan oleh meningkatnya
aktivitas simpatis sehingga curah jantung tidak berubah atau meninggi sedikit. eter tidak menyebabkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin. Pada anesthesia ringan, kloroform menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit sehingga timbul kemerahan terutama di daerah muka, pada anesthesia yang lebih
dalam kulit menjadi lembek, pucat dingin basah. Terhadap pembuluh darah ginjal, eter menyebabkan
vasokonstriksi sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan produksi urin menurun secara
reversibel. Sebaliknya pada pembuluh darah otak menyebakan vasodilatasi. Kloroform dieksresikan
melalui paru, sebagian kecil di eksresikan juga melalui urin, air susu dan keringat serta melalui difusi
kulit utuh. Penggunaan eter pada sistem semi tertutup dalam kombinasi dengan oksigen atau N2O tidak
dianjurkan pada pembedahan dengan tindakan kauterisasi sebab ada bahaya timbulnya ledakan atau
terbakar yang dapat mengakibatkan pecahnya paru-paru.
Adapun efek anastetik inhalasi pada sistem organ, yaitu diantarnya terjadi pada :
1. Efek terhadap sitem kardiovaskular
Anastetika inhalasi mengubah kecepatan jantung dengan jalan mengubah secara langsung kecepatan
depolarisasi nodus sinus atau dengan menggeser keseimbangan aktifitas saraf otonomik. Semua
anastetika inhalasi cenderung meningkatkan tekanan arteri kanan sesuai dengan hubungan dosis-efek
yang kesemuanya menggambarkan adanya depresi fungsi miokardium.
2. Efek terhadap system pernafasan
Semua anastetika inhalasi yang dipakai sekarang ini menimbulkan penurunan volume tidal dan
meningkatkan kecepatan nafas sekalipun demikian, meningkatnya kecepatan ini tidaklah cukup untuk
mengkompensasi penurunan volume, yang menyebabkan penurunan ventilasi semenit. Semua anastetika
inhalasi merupakan depresan nafas seperti yang ditujukan pada kasus berkurangnya respon terhadap
berbagai kadar karbondioksida.
3. Efek terhadap otak
Anastetika inhalasi mengurangi laju metabolise otak. Sekalipun demikian, sebagian besar anastetika
inhalasi meningkatkan aliran darah menuju serebral karena mereka mengurangi resistensi pembuluh darah
serebral. Peningkatan darah serebral sering kali tidak diinginkan secara klinis.
4. Efek terhadap ginjal
Anestetika inhalasi menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan aliran plasma efektif yang menuju
ginjal, serta meningkatkan fraksi filtrasi.
5. Efek terhadap hati
Semua anastetika inhalasi mempunyai efek menurunkan aliran darah menuju hati, berkisar antara 15%-
45% dari aliran darah praanastesi.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam mengorbankan hewan
percobaan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan cara anastesi, dislokasi leher dan dengan cara
dibanting.

Daftar Pustaka
Thomson, E.B. 1985.Grug Bluscretening Fundamentals of Drug Evaluation Techniques in Pharmacology.
New York: Graceway Publishing Company.
Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik . Jakarta: Salemba Medika. Malole, M. M. B,
Pramono, C. S. U. 1989.
Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Labolatorium. Bogor: IPB.

Anda mungkin juga menyukai