Anda di halaman 1dari 42

ROBERT TUNGADI,S.SI,M.

SI,APT

PENANGANAN HEWAN COBA


Setiap orang baik praktikan maupun peneliti yang

bekerja dirancang lab yg menggunakan hewan percobaan, hendaknya membaca : 1. Petunjuk memelihara dan menggunakan hewan percobaan 2. Dasar-dasar pemeliharaan hewan coba Perlakukan hewan coba dengan kasih sayang dan jangan sekali-kali menyakiti Cara memperlakukan hewan percobaan :

Cara memperlakukan hewan coba


Kelinci dan marmot

Jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena syaraf dan pembuluh darahnya dapat terganggu Tikus dan mencit Peganglah pada ekornya, tetapi hati-hati jangan sampai hewan tersebut membalikkan tubuhnya dan menggigit anda. Karena itu selain ekornya, pegang juga bagian leher belakang dengan ibu jari dan jari telunjuk

Lanjutan
Menggunakan kembali hewan yang telah digunakan

Untuk menghemat biaya, bila mungkin diperbolehkan menggunakan hewan percobaan lebih dari sekali. Walaupun demikian, jika hewan tersebut telah digunakan dalam satu periode dan obat yg digunakan pada percobaan sebelumnya masih berada dalam tubuh hewan, kemungkinan hasil percobaan berikutnya akan memberikan data yang tidak benar. Hal ini terutama terjadi pada kasus pemberian barbiturat yang menyebabkan induksi enzim. Dengan dalih ini maka hewan percobaan tersebut baru boleh digunakan untuk percobaan berikutnya setelah selang waktu 14 hari.

Memberi Kode Hewan Coba


Seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi hewan

yg terdapat dalam satu kelompok atau kandang, sehingga hewan-hewan percobaan perlu sekali diberi kode. Gunakan larutan 10% asam pikrat dalam air dan sebuah sikat atau kuas Punggung hewan dibagi menjadi 3 bagian : 1. Bagian kanan menunjukkan angka satuan 2. Bagian tengah menunjukkan angka puluhan 3. Bagian kiri menunjukkan angka ratusan

Memberi Makan Hewan Coba


Hewan coba biasanya memberikan hasil dengan deviasi

yang lebih besar dibanding percobaan in vitro karena adanya variasi biologis. Maka untuk menjaga agar variasi tsb minimal, hewan2 yang mempunyai spesies atau strain sama, usia sama dan berjenis kelamin sama dipelihara pada kondisi yang sama pula Hewan coba harus diberi makan sesuai dengan makanan standar untuknya dan diberi minum Untuk mengurangi variasi biologis, hewan harus dipuasakan semalam sebelum percobaan dimulai. Dalam periode ini hewan hanya diperbolehkan minum air.

Luka Gigitan Hewan


Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang

berhubungan dengan hewan percobaan. Luka yang bersifat abrasif atau luka agak dalam karena gigitan hewan atau alat-alat yang telah digunakan untuk percobaan hewan harus diobati secepatnya menurut cara-cara pertolongan pertama pada kecelakaan. Apabila korban gigitan belum pernah mendapat kekebalan terhadap tetanus. Ia harus mendapat imunisasi sebagai profilaksis.

Memusnahkan Hewan Coba


Cara terbaik untuk membunuh hewan ialah dengan

memberikan suatu anestetik over dosis. Injeksi barbiturat (Na pentobarbital 300 mg/ml) secara IV untuk kelinci dan anjing. Secara IP untuk marmut, tikus dan mencit atau dengan inhalasi menggunakan kloroform, karbondioksida, nitrogen, dan lain2 dalam wadah tertutup untuk semua jenis hewan tsb Hewan disembelih, kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibungkus lagi dengan kertas diletakkan didalam tas plastik, ditutup dan disimpan dalam lemari pendingin atau langsung diabukan

Pemberian Obat pada Hewan Coba


Alat Suntik A. Tabung dan alat suntik harus steril jika akan

digunakan pada kelinci, marmut, atau anjing tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk tikus dan mencit B. Setelah penyuntikan cuci tabung dan jarum suntik tersebut, semprotkan cairan kedalam gelas piala dan jarum suntik dipegang erat-erat. Ulangi cara ini tiga kali

Lanjutan
Heparinisasi A. Untuk heparinisasi (mencegah darah menggumpal)

dipakai 10 unit heparin/1 ml darah B. Untuk mencegah penggumpalan darah, sebelum dipakai, tabung dan jarum suntik dicuci dengan larutan jenuh natrium oksalat steril

Lanjutan
Pembagian Obat A. Pemberian Per Oral 1. Kelinci dan Marmut

Cairan diberikan dengan bantuan kateter yang dilengkapi dengan mouth block yaitu pipa kayu yang berbentuk silinder dengan panjang sekitar 12 cm, diameter luar 3 cm dan diameter dalam 7 mm. Mouth block dipasang ketika hewan dalam posisi duduk. Pada saat memasangnya, tekan rahang hewan dgn ibu jari dan telunjuk. Celupkan kateter ke dada osefagus melalui lubang mouth block. Kateter dimasukkan sekitar 20-25 cm (kateter ditandai pada 25 cm)

Lanjutan
Untuk memeriksa apakah kateter masuk osefagus dan

bukan pada trakea, celupkan ujung luar kateter dalam air. Jika timbul gelembung udara, berarti kateter tidak masuk ke osefagus Bentuk obat padat (tablet, puyer, atau kapsul) diberikan pada hewan pada posisi duduk dengan bantuan pipa plastik dan alat pendorong. Pipa tersebut dimasukkan kedalam farinks dan obat didorong masuk.

Lanjutan
Tikus dan Mencit

Pemberian obat dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi dilakukan dengan bantuan jarum suntik yang ujungnya tumpul atau berbentuk ola (spoit oral) B. Pemberian IV Misalnya pada kelinci : Bulu-bulu telinga disekitar pembuluh darah vena dicabut lalu diolesi dengan alkohol, xylol atau dipanasi sedikit dengan api. Tekan pembuluh darah tsb dipangkal telinga (dekat kepala). Jarum suntik bersama obatnya dimasukkan pelanpelan searah dengan letak pembuluh vena, gunakan jarum yang panjangnya 0,5 inci dengan ukuran 26 gauge. Setelah penyuntikan bekas suntikan ditekan dengan kapas bersih

KONVERSI DOSIS
CARA MENGGUNAKAN TABEL : Bila diinginkan dosis absolut pada manusia dengan BB 70

kg dari data dosis pada anjing 10 mg/kg (utk anjing dengan bobot 12 kg) Maka lebih dahulu dihitung dosis absolut pada anjing yaitu 10 x 12 mg = 120 mg Dengan mengambil faktor konversi 3,1 dari tabel diperoleh dosis untuk manusia = 120 x 3,1 mg = 372 mg Dengan demikian dapat diramalkan efek farmakologi suatu obat yang timbul pada manusia dengan dosis 382 mg/70 kg BB = yang timbul pada anjing dengan dosis 120 mg/12 kg BB dari obat yang sama

OBAT SISTEM SARAF OTONOM


SSO ialah sistem saraf yang tidak dapat dikendalikan

oleh kemauan kita melalui otak. SSO mengendalikan beberapa organ tubuh spt jantung, pembuluh darah, ginjal, pupil mata, lambung dan usus Sistem saraf ini dapat dipacu (induksi) atau dihambat (inhibisi) oleh senyawa obat Sistem SSO dibedakan menjadi 2 yaitu sistem saraf simpatik dan parasimpatik

SSO
Sistem saraf parasimpatik mekanisme kerjanya

menggunakan suatu zat kimia (neurotransmitter/neurohormon) adrenalin shg disebut saraf adrenergik Senyawa yg dapat memicu saraf parasimpatik disebut senyawa parasimpatomimetik atau kolinergik Sedangkan yang menghambat disebut senyawa parasimpatolitik atau antikolinergik Sedangkan yang memicu saraf adrenergik disebut senyawa simpatomimetik atau senyawa adrenergik Sedangkan yang menghambat disebut simpatolitik atau antiadrenergik

Efek Farmakodinamik Parasimpatomimetik


Pupil mata menyempit (miosis) Peristalsis saluran cerna meningkat Sekresi asam lambung meningkat Tremor dan kejang otot (gejala parkinsonisme) Bronkus konstriksi Kontraksi jantung diperlambat Pembuluh darah tepi melebar (vasodilatasi) Kelenjar ludah, keringat, air mata bertambah Kapasitas kandung kemih berkurang (diuresis)

Lanjutan
Efek saraf parasimpatis terhadap otot polos dan kelenjar

disebut efek muskarinik (spt alkaloid muskarin) Biasa juga disebut reseptor muskarinik Obat yang mempunyai efek utama muskarinik yaitu alkaloid pilokarpin Sedangkan efek saraf parasimpatik pada otot rangka disebut efek nikotinik (seperti alkaloid nikotin) = reseptor nikotinik Efek nikotinik berlawanan dengan efek muskarinik bahkan menyerupai efek adrenergik yaitu vasokostriksi

Lanjutan
Obat yang efek utamanya nikotinik ialah neostigmin

dan piridostigmin. Pada mencit dan tikus putih, pemberian senyawa kolinergik akan nampak gejala sebagai berikut : 1. Pupil menyempit (miosis) tidak terlalu nampak, hal ini akan nampak pada kelinci 2. Peningkatan peristalsis nampak pada faeses yang cair (diare) 3. Sekresi asam lambung tidak nampak, harus menggunakan alat yang disebut kapsul heidelberg

Lanjutan
4. Tremor dan kejang dapat diamati (=gejala parkinson) 5. Konstriksi bronkus dapat dilihat dari irama pernapasan walau tidak terlalu jelas 6. Kontraksi jantung diperlambat dan pelebaran pembuluh darah tepi menyebabkan tekanan darah turun, hal ini nampak dengan warna ujung telinga (cuping) lebih merah 7. Bertambahnya air ludah dapat dideteksi dengan menotolkan mulut mencit pada kertas saring, sedangkan keringat nampak dari bulu mencit basah dan kulit badan nampak (seperti telanjang) 8. Diuresis mudah dilihat bekasnya pada papan platform

Pembagian Senyawa Kolinergik


Ester Kolin Antikolinesterase Alkaloid tumbuhan Struktur baru

Efek samping dan Interaksi


Efek samping obat kolinergik sesuai dengan efek

farmakodinamiknya misalnya pada saluran cerna timbul mual, diare, muntah, sekresi ludah, air mata dan keringat berlebih, bradikardi dan bronkokonstriksi Interaksi : obat kolinergik dapat merangsang kontraksi lambung, shg dpt mempercepat transit obat dari lambung ke usus, sehingga beberapa obat basa lemah mudah diabsorpsi diusus spt parasetamol, diazepam, propanolol

Senyawa Parasimpatolitik
Dibedakan menjadi antimuskarinik dan antinikotinik. Antimuskarinik yaitu obat yang menghambat efek

parasimpatis terhadap otot polos dan kelenjar Antinikotinik yaitu obat yan g menghambat efek saraf parasimpatik terhadap otot rangka. Efek farmakodinamik obat parasimpatolitik atau antimuskarinik ialah : 1. SSP : merangsang sistem saraf pusat (SSP) 2. Saluran napas : mengurangi sekret hidung dan mulut

Lanjutan
3. Kardiovaskular : dosis kecil bradikardi, dosis besar takikardi 4. Saluran cerna : menghambat peristalsis lambung dan usus (antispasmodik) 5. Kelenjar eksokrin : menghambat sekresi air liur, keringat dan air mata 6. Mata : pupil mata melebar (midriasis) dan air mata berkurang 7. Saluran kemih : sulit buang air kemih

Efek farmakodinamik ini akan nampak pada mencit atau tikus putih sbb :
1. Perangsangan SSP : grooming dan straub 2. Efek terhadap saluran nafas tidak begitu jelas dilihat 3. Efek terhadap saluran cerna juga sulit diamati dibanding efek kolinergik yg menyebabkan diare 4. Efek terhadap mata yaitu midriasis lebih mudah diamati pada hewan yang lebih besar

Obat-obat simpatik / adrenergik


Tergantung pada reseptor Efek ini dapat memacu atau menghambat Reseptor adrenergik dibagi 2 yaitu : Reseptor dan reseptor Reseptor ada 2 yaitu 1 dan 2 Reseptor ada 3 yaitu 1, 2, dan 3 Reseptor 1 pada umumnya memacu (menaikkan efek, kontraksi, vasokontriksi - Reseptor 2 menghambat (vasodilatasi, menurunkan efek)
-

Efek obat adrenergik terhadap tubuh :


Pupil mata diperbesar (midriasis) Bronkus diperlebar (bronkodilatasi) Kontraksi jantung dipercepat (takikardi) Pemboluh darah tepi dipersempit (vasokontriksi) Kelenjar ludah; keringat berkurang Peristaltik otot usus dan lambung berkurang Efek Farmakodinamik ini pada mencit / tikus adalah 1. Telinga mencit pucat karena vasokontriksi 2. Eksoftalmus (bola mata mencit menonjol) 3. Fases kurang (sukar diamati 4. Piloereksi 5. Grooming (mengusap usap muka)

Obat sistem saraf pusat I


Sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf

lainnya didalam tubuh dibagi 2 golongan yaitu 1. Sistem saraf pusat (SSP) atau sistem saraf sentral (SSS) terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (spinal cord) 2. Sistem saraf perifer yang terdiri dari : a. Saraf otak dan tulang belakang b. Susunan saraf otonom Sistem saraf perifer berfungsi menghantarkan impuls dari dan ke SSP Rangsang spt sakit, panas, rasa, cahaya, suara mula-mula diterima oleh sel-sel penerima (reseptor) kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang

Lanjutan
SSP dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf

pusat yang tidak spesifik misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptik (wekamin) dan obat antidepresi. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anestetik umum (memblokir rasa sakit), hipnotik sedatif (menyebabkan tidur), psikotropik (menghilangkan gangguan jiwa), antikonvulsi (menghilangkan kejang), analgetik (mengurangi rasa sakit)

Anestetik Umum
Adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anestesi

atau narkosa yaitu suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan agak mirip keadaan pingsan Anestetik umum digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan memblok reaksi serta menimbulkan relaksasi pada pembedahan Tahap-tahap Anestesi : 1. Analgesia : kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, dan terjadi euforia (rasa nyaman) yang disertai impian yang menyerupai halusinasi. Contoh eter dan NO memberikan analgesia yang baik pada tahap ini sedangkan halotan dan tiopental tahap berikutnya

Lanjutan
2. Eksitasi : kesadaran hilang dan terjadi kegelisahan (tahap induksi) 3. Anestesi : pernapasan menjadi dangkal dan cepat, teratur seperti tidur (pernapasan perut), gerakan bola mata dan refleks mata hilang, otot lemas 4. Perlumpuhan sumsum tulang : kerja jantung dan pernapasan berhenti. Tahap ini harus dihindari

Premedikasi dan posmedikasi


Anestetik umum yang ideal adalah : 1. Mempunyai sifat analgetik 2. Relaksasi otot 3. Onset cepat 4. Tidak ada efek samping seperti gelisah dan perangsangan

mukosa 5. Kembalinya kesadaran cepat tanpa rasa kacau, mual, muntah, tidak memperbesar perdarahan Karena tidak ada anestetik lokal yang ideal maka ditambah obat lain sebagai premedikasi dan posmedikasi untuk mencapai keadaan ideal tersebut, misalnya morfin, petidin, klorpromazin, diazepam, pentobarbital untuk menghilangkan kegelisahan

Lanjutan
Atropin, skopolamin untuk menghilangkan sekresi ludah

dan dahak di tenggorokan Tubokurarin dan galamin untuk mendapatkan relaksasi otot Klorpromazin untuk mencegah mual dan gelisah EFEK SAMPING 1. Menekan pernapasan : N2O, eter dan trikloretilen 2. Mengurangi kontraksi jantung : halotan, metoksi fluran, paling ringan adalah eter 3. Merusak hati : kloroform 4. Merusak ginjal : metoksifluran

Lanjutan
Anestetik umum merupakan depresan SSP, dibedakan

menjadi anestetik inhalasi yaitu anestetik gas, anestetik menguap dan anestetik parenteral. Pada percobaan hewan dalam farmakologi yang digunakan hanya anestetik menguap dan anestetik parenteral Efek anestetik ini pada mencit, tikus putih antara lain dapat dideteksi dengan Touch Respon. Touch respon : dengan menyentuh leher mencit/tikus putih dengan suatu benda misalnya pensil Jika mencit tidak bereaksi maka mencit/tikus terpengaruh oleh obat anestetik itu

Lanjutan
Selain itu, pasivitas juga dapat mengindikasikan

pengaruh anestesi. Pasivitas yaitu mengukur respon mencit bila diletakkan pada posisi yang tidak normal Misalnya mencit dipegang tengkuknya, tetapi dalam posisi masih dapat berjalan Mencit yang normal akan menggerakkan kepala dan anggota badan lainnya dalam usaha melarikan diri Kemudian dalam hal yang sama tetapi dalam posisi berdiri, mencit normal akan meronta-ronta

Anestetik gas
Anestetik gas digunakan untuk analgesi pada

persalinan dan pencabutan gigi Anestetik gas : N2O dan siklopropan Anestetik menguap : Anestetik ini banyak digunakan pada percobaan hewan denga, cara meletakkan hewan spt mencit/tikus putih pada wadah (beker glass) kemudian kapas yang dibasahi eter / kloroform dimasukkan kedalam wadah tersebut lalu ditutup dalam beberapa detik hewan tersebut telah terbius Contoh : eter , enfluran, halotan, etilklorida

Anestetik Parenteral
Anestesi ini banyak digunakan pada percobaan hewan Biasanya dengan cara menyuntikkan anestesi secara IP Obat anestetik parenteral : 1. Golongan Barbiturat : Na tiopental 2. Ketamin 3. Droperidol dan fentanil 4. Diazepam 5. Etomidat 6. Propofol (anestetik baru) : tdk merusak hati dan

ginjal

Hipnotik dan sedatif


Hipnotik (obat tidur) : suatu senyawa yang bila diberikan

pada malam hari dalam dosis terapi, dapat merintangi keinginan fisiologis normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur Bila senyawa ini diberikan dalam dosis yang lebih rendah pada siang hari dengan tujuan menenangkan disebut sedatif Perbedaannya dengan psikotropika : Hipnotik sedatif pada dosis besar akan menyebabkan pembiusan total sedangkan psikotropika tidak Persamaannya : keduanya menyebabkan ketagihan

Tidur
Adalah kebutuhan suatu makhluk hidup untuk

menghindarkan dari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur Pusat tidur otak mengatur fungsi fisiologi ini Pada waktu tidur terjadi : miosis, bronkokontriksi, sirkulasi darah lambat, stimulasi peristaltik dan sekresi saluran cerna Tidur normal terdiri dari 2 jenis : a. Tidur tenang (slow wafe, NREM = non rapid eye movement), ortodoks yang mempunyai ciri : irama jantung, tekanan darah, pernapasan teratur, otot kendor tanpa gerakan otot muka atau mata

Lanjutan
b. Tidur REM (Rapid Eye Movement) atau paradoksal, cirinya otak memperlihatkan aktifitas listrik, seperti pada orang dalam keadaan bangun dan aktif, gerakan mata cepat, jantung, tekanan darah, dan pernapasan turun naik, aliran darah ke otak bertambah, ereksi dan mimpi. Tidur normal lamanya 6-8 jam dengan tahapan tidur tenang 1 jam, tidur REM 20 menit lalu bergantian antara NREM 90 menit dan REM 20 menit lalu diperpanjang hingga 45 menit sampai pagi hari Tidur lelap (dalam) terjadi pada jam-jam pertama dan makin lama makin dangkal

Lanjutan
Insomnia : dapat disebabkan bermacam sebab misalnya

batuk, nyeri (encok, rematik, migrain, keseleo), sesak nafas (asma, bronkitis), emosi, tegang, cemas, depresi. Tahap pengobatan insomnia : Pertama dengan menghilangkan faktor penyebab tersebut, kedua mengatur jadwal tidur yang tetap, hindari kopi, jika belum berhasil baru menggunakan hipnotik sedatif * Obat golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok benzodiazepin, kelompok barbiturat, dan kelompok lain-lain

Obat sistem saraf pusat II


Obat-obat psikotropika : obat yang mempengaruhi

fungsi psikis, kelakuan dan pengalaman

Anda mungkin juga menyukai