PROTAP
Pengertian:
Tujuan:
Indikasi:
Kontaindikasi:
3. Untuk bahan toksit yang tajam dan terasa membakar (resiko aspirasi)
seperti pestisida.
Prosedur:
2. 2 buah baskom
4. Stetoskop
5. Spoit 10 cc
6. Plester
7. Nierbeken
8. Kom penampung
9. Air hangat
10. Kassa/tissue
11. Jelly
12. Hanscune
13. Pinset
14. Spatel
15. Corong
Prosedur:
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan
kanan (atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal : Bersihkan mukus dan sekresi dari
hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
9. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester
kecil
10. Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah di klem.
12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut (bila klien dalam keadaan
sadar)
13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring,
instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan (bila klien dalam
keadaan sadar)
15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik
udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara
sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi
slang.
16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan
salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
17. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau
kepala lebih rendah selanjutnya klem dibuka.
18. Corong dipasang diujung bawah NGT, air hangat dituangkan ke dalam
corong jumlah cairan sesuai kebutuhan (+ 500 cc). Cairan yang masuk tadi
dikeluarkan dan ditampung dalam baskom
19. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari
lambung sudah jernih.
20. Jika air yang keluar sudah jernih selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan
diletakkan dalam baki.
21. Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan
tissue.
23. Pendokumentasian
Pengertian
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur yang
dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah dilakukan
selama 200 tahun dengan indikasi :
2. Overdosis obat/narkotik
5. Dekompresi lambung
Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh racun dari dalam
tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai bersih. Untuk mengetes benar tidaknya tube
dimasukkan ke lambung, harus didengarkan dengan menginjeksekan udara dan kemudian
mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-paru.
Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan berpotensi
hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya digunakan air hangat (tap water) atau
cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali
memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.
Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke esophagus. Dan
berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi harus diberikan untuk mengurangi
rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan mencegah pasien untuk memuntahkan kembali tube/pipa
yang sedang di masukkan. Peralatan suction di siapkan apabila terjadi aspirasi isi perut. Bilas
lambung terus diulangi pada pasien yang keracunan sampai perutnya bersih. Pada pasien yang
tidak sadar dan tidak dapat menjaga jalan nafas mereka, sebelum dilakukan bilas lambung/
menginseresikan tube untuk bilas lambung, terlebih dahulu pada pasien dipasang intubasi.
Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada persiapan khusus yang
dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas lambung, akan tetapi pada waktu tindakan
dilakukan untuk mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan
menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat sementara.
Kontra Indikasi
Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas, menelan racun
yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan nafasnya, serta
mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
komplikasi
1. Aspirasi
2. Bradikardi
3. Hiponatremia
4. Epistaksis
5. Spasme laring
TINJAUAN PUSTAKA
2. Laboratorium
Nilai laboratorium tidak spesifik , yang dapat ditemukan bersifat
individual pada keracunan akut, diantaranya lekositosis, proteinuria, glikosuria
dan hemokonsentrasi. Walaupun demikian, perubahan aktifitas kolinesterase
sesuai dengan tanda dan gejala merupakan informasi untuk diagnosa dan
penanganan sebagian besar kasus.(4)
Pada konfirmasi diagnosa, pengukuran aktifitas inhibisi kolinesterase
dapat digunakan, tetapi pengobatan tidak harus menunggu hasil laboratotium.(1)
Pemeriksaan aktivitas kolinesterase darah dapat dilakukan dengan cara
acholest atau tinktometer. Enzim kolinesterase dalam darah yang tidak
diinaktifkan oleh organofosfat akan menghidrolisa asetilkolin ( yang ditambahkan
sebagai substrat) menjadi kolin dan asam asetat. Jumlah asam asetat yang
terbentuk, menunjukkan aktivitas kolinesterase darah, dapat diukur dengan cara
mengukur keasamannya dengan indikator. Pada pekerja yang menggunakan
organofosfat perlu diketahui aktivitas normal kolinesterasenya untuk dipakai
sebagai pedoman bila kemudian timbul keracunan. Manifestasi klinik keracunan
akut umumnya timbul jika lebih dari 50 % kolinesterase dihambat, berat
ringannya tanda dan gejala sesuai dengan tingkat hambatan.
4. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15
menit.
Pengobatan
1. Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar
ini tidak berbahaya pada keracunan organofosfat dan harus dulang setiap 10 15
menit sampai terlihat gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah
merah, kulit dan mulut kering, midriasis dan takikardi. Kewmudian atropinisasi
ringan ini harus dipertahankan selama 24 48 jam, karena gejala-gejala
keracunan organofosfat biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin
dibutuhkan sampai 50 mg atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 2
mg selang beberapa jam, tergantung kebutuhan. Atropin akan menghialngkan
gejala gejala muskarinik perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin) maupun
sentral. Pernafasan diperbaiki karena atropin melawan brokokonstriksi,
menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi pernafasan di otak, tetapi
atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yang berupa
kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2. Pralidoksim
Diberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator
enzim kolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah
keracunan, keefektifannya dipertanyakan.(1)
Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot tidak
ada perbaikan, dosis dapat diulangi dalam 1 2 jam. Pengobatan umumnya
dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan
tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. (1) Pralidoksim dapat mengaktifkan
kembali enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot
rangka sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.
makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tanda tanda
harus jelas juga untuk mereka yang buta huruf.
a. Pada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah
yang lebih kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.
4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapat
tembus, serta dicuci dengan baik secara berkala.
5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yang
mungkin terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja
dengan pestisida, karena keadaan ini akan mempermudah masuknya
pestisida ke dalam tubuh.
7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam
dalam satu hari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama
berlangsung dari hari ke hari (kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu
yang sama.
8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini
harus diganti dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat
perlu dicuci dengan sabun.
d. Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain
harus memakai alat yang cukup panjang.
e. Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak
mudah rusak pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.
12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat,
mudah dibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.
1. Pengertian
Keracunan merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu
zat atau makanan ke dalam tubuh melalui berbagai cara yang berbahaya
bagi tubuh. Ada tindakan-tindakan pokok yang penting saat memberikan
pertolongan pada korban keracunan. Pertolongan pada korban yang
keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dilakukan dengan
sangat hati-hati dan tidak boleh terburu-buru. Pertolongan yang salah atau
yang secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru bagi
korban.Sedapat mungkin mencari tahu atau mencari racun penyebabnya,
misalnya dari botol bekas atau sisa zat atau makanan yang masih ada
disekitar korban. Tindakan pertolongan akan sangat ditentukan dari jenis
racunnya. Tindakan pertama adalah bersihkan saluran napas korban dari
kotoran, lendir, atau muntahan. Dalam hal keracunan, penolong jangan
memberikan pernapasan buatan dengan cara mulut ke mulut karena
bahaya terkontaminasi dari korban ke penolong. Apabila pernapasan
buatan diperlukan, maka berikan cara lainnya. Apabila racun tidak dapat
dikenali atau tidak diketahui maka untuk sementara berikan norit atau
larutan arang batok kelapa yang dicampur dengan air. Selain itu dapat
juga berikan putih telur, susu, dan air sebanyak-banyaknya untuk
mengencerkan racun yang masuk dalam tubuh
Tindakan pertolongan :
1. Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan
pertolongan segera.
2. Bila perlu, segera lakukan pernapasan buatan atau
resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal atau
trakeostomi/krikotirotomi.
3. Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup,
untuk membuka saluran pernapasan dan meningkatkan tekanan
darah.
4. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan
obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran
darah berfungsi baik.
5. Antihistamin misalnya Diphenhydramine dan kortikosteroid
misalnya prednison diberikan untuk meringankan gejala lainnya.
Pencegahannya : jika sudah diketahui, hindari alergen penyebab reaksi
alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum
obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu berikan kortikosteroid,
antihistamin atau efinefrin.
6. Keracunan makanan
7. Keracunan botulinum
Kuman Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup dengan kondisi
kedap udara (anaerobic), yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya.
Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan
jalan membentuk spora, karena cara hidup yang demikian itu,
memungkinkan kuman ini banyak dijumpai pada makanan dalam kaleng
yang diolah secara kurang sempurna.
1. Keracunan jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat
muncul beberapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang
beracun tersebut. Gejalanya berupa sakit perut yang hebat, muntah,
mencret, rasa haus, banyak berkeringat, kekacauan mental dan pingsan.
Tindakan pertolongan :
1. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol dapat terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol
yang berlebih dalam saluran kencing. Gejalanya berupa nyeri pinggang
yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing dan kristal-kristal
asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing.
Kadang juga disertai darah akibat gesekan kristal asam jengkol saat
keluar dan melukai saluran kemih. Bau khas jengkol pada napas, mulut
dan air kencing. Keracunan yang berat dapat mengakibatkan
berkurangnya air kencing atau tidak dapat kencing sama sekali.
Tindakan pertolongan :
Pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-
banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk
mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang berat, penderita harus
dirawat di rumah sakit.
1. Keracunan singkong
Racun yang terdapat dalam singkong merupakan unsur senyawa sianida.
Gejalanya muntah, mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, badan
lemah, mata melotot, mulut berbusa, pingsan, kejang-kejang.
Tindakan pertolongan :
berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap
2-3 menit sekali selama 15-30 detik.
berikan pernapasan buatan.
usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang
telah dimakan.
berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas
air untuk diminum.
selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit,
selama dalam perjalanan usaha pertolongan harus dilanjutkan
atau diulangi
7. Keracunan zat kimia dan obat
Beberapa zat kimia yang sering digunakan misalnya : DDT,
pembunuh/pembasmi serangga, obat merah (yodium tinctur), racun tikus,
zat pembasmi hama, zat penutih, deterjen, alkohol, spiritus, minyak tanah,
bensin, solar, gas, korek api, zat kecantikan seperti untuk kuku atau muka.
Keracunan utamanya sering terjadi karena salah dalam penggunaan, tidak
sesuai untuk siapa yang cocok zat tersebut digunakan, dan dosis yang
berlebihan.
Tindakan pertolongan :
bawalah korban ke dokter dengan membawa botol atau
tempat zat itu disimpan sehingga cepat diberikan penawarnya.
jika ada dugaan penderita keracunan, maka upayakan
penderita memuntahkan apa yang telah dimakannya dengan
cara memasukkan jari ke dalam mulut/keronkongannya atau
berikan minum air sabun/air garam, biarkan penderita muntah
sampai muntahannya jernih. Untuk merangsang muntah
diberikan susu, air yang dicampur terigu atau telur mentah yang
telah dikocok, atau berikan satu sendok makan bubuk arang.
Tetapi jika penderita diduga menelan korosif seperti minyak
tanah, penderita dilarang muntah atau jangan dirangsang
muntahnya.
Untuk hal ini lakukan pertolongan dengan memberikan
penawar racun, penawar racun yang sering digunakan :
Arang kayu 2 bagian atau roti yang dipanggang sampai
hangus. Garam Inggris 1 bagian, asam tannin/teh pekat 1 bagian,
dan diaduk sampai merata. Lalu ambil satu sendok teh penuh
campuran tersebut dan dituangkan ke dalam 1 gelas air, lalu
diminum.
Cara lainnya adalah suruh penderita muntah.
Bila anak-anak, baringkan anak pada lutut dengan kepala
dibawah dan letakkan jari di belakang kerongkongannya supaya
dia muntah.
Untuk anak yang lebih besar, bisa diberikan satu atau dua
gelas susu atau air putih telur, atau garam satu sendok teh
ditambahkan dengan air yang bila diminum akan menambah
kecenderungan untuk muntah.
1. Tanda dan gejala serta diagnosis keracunan
2. Tingkat Kesadaran penderita Keracunan
Tingkat kesadaran merupakan petunjuk penting untuk mengetahui
beratnya keracunan yang dialami oleh penderita derajat tingkat keracunan
didalam toksikologi dibagi dalam beberapa tingkat berdasarkan kesadaran
pasien
Keram perut
Demam
Muntah-muntah
Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
Rasa lemas dan menggigil
Nafsu makan berkurang
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar selama 24 jam gejala
keracunan sikecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa dapat
berlangsung tiga sampai empat hari, tapi hati-hati, gejala ini dapat
berlangsung lebih lama jika sikecil yang keracunan masih mengkonsumsi
secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi
1. Patofisiologi
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam, baik
ragam jenis makanan itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan makanan
yang layak untuk tubuh dan tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang. Dalam mengkonsumsi makanan perlu
siperhatikan tentang kebersihan makanan , kesehatan, serta zar gizi yang
terkandung didalam makanan tersebut. Hendaknya kita harus pandai
dalam memilih makanan yang akan dkonsumsi supaya makanan tersebut
bebas dari zat-zat yang dapat memasuk tubuh seperti toksik atau racun.
1. Komplikasi
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya
teringesti
4. Syok,sindrom gawat pernafasan akut
5. Edema serebral,konvulsi
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya kesehatan.
9.1 BAHAN PENYEBAB KERACUNAN
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan,
seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas
( nitrogen, metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air
raksa, arsen), golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil
klorida fenol ).
2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll,
2. Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat.
3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada
furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban.
4. Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan.
5. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan
atau gejala lain yang tidak diharapkan.
3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam
dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan
cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari
kepala untuk memudahkan kontraksi
5. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Pertolongan Pertama:
2. Obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk menghilang-kan rasa sakitnya.
5. Selimuti korban
6. Bawa ke RS
Pemaparan oleh timah hitam dalam jumlah relatif besar bisa terjadi
melalui beberapa cara :
5. Kejang / syok
IRIGASI LAMBUNG
I. PENGERTIAN
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung
merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut
dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah dilakukan selama 200 tahun
dengan indikasi : Keracunan makanan dan obat, perdarahan saluran cerna
dan lain-lain.
II. PELAKSANAAN
a. Keracunan
Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang
memberikan gejala sesuai dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan
bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama
atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
GEJALA UMUM KERACUNAN
1. Hipersalivasi (air ludah berlebihan)
2. Gangguan gastrointestinal : mual-muntah
3. Mata : miosis
PENATALAKSANAAN
1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah
atau norit).
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara :
- Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang.
- Bilas lambung :
Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5
%, atau asam asetat 5 %.
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
- Pakaian yang terkena racun dilepas
- Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
- Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
- Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
- Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
- Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
- Beri kompres dingin di tempat suntikan
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara :
- Diuretic : lasix, manitol
- Dialisa
- Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
- Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
- Gangguan sistem susunan saraf pusat :
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
Odem otak : beri manitol atau dexametason.
4. Pengobatan spesifik dan antidotum
a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka
Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
- Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
- Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
- Tindakan :
Keracunan pada kulit dan mata :
- irigasi dengan air mengalir
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
Keracunan ditelan / tertelan :
- asam kuat dinetralisir dengan antasida
- basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
- jangan bilas lambung atau tindakan emesis
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras
- Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor
sampai koma.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan air
Beri kopi pahit
Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.
c. Keracunan Arsenikum
- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik
usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
Atasi syok dan gangguan elektrolit
Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua
sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh
dosis diturunkan.
d. Keracunan Tempe Bongkrek
- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot,
vertigo sampai koma.
- Tindakan : terapi simptomatik.
e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi,
kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan norit
Beri ATS 10.000 unit.
Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
f. Keracunan Ikan
- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual,
muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot
pernafasan.
- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
g. Keracunan Jamur
- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah,
diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
- Tindakan :
Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
Infus Glukosa.
h. Keracunan Jengkol
- Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria anuria, muncul gejala Uremia.
- Tindakan :
Infus Natrium bikarbonat
Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
i. Keracunan Singkong
- Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu,
kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).
- Tindakan :
Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
j. Keracunan Marihuana / Ganja
- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis
- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.
k. Keracunan Formalin
- Gejala :
Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala
bronchitis dan pneumonia.
Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria,
syok, koma, gagal nafas.
- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi
minum norit / air susu
l. Keracunan Barbiturat
- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi
pernafasan, syok sampai koma.
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.
m. Keracunan Amfetamin
- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis,
kegagalan pernafasan dan sirkulasi.
- Tindakan :
Bilas lambung
Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)
n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)
- Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis
- Tindakan :
Beri antihistamin im/iv
Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.
o. Keracunan Digitalis (Digoxin)
- Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi
- Tindakan :
Propranolol
KCl iv
p. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)
- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata
miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi
pernafasan dan kejang.
- Tindakan :
Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
Jangan diberi morfin dan aminophilin.
q. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)
- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d
kegagalan ventrikel, koma
- Tindakan :
Jangan gunakan epinefrin
Bilas lambung hati-hati
Beri pencahar
Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
r. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)
- Gejala :
Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi
(masuk paru)
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis
Bilas lambung hati-hati
Beri pencahar
Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im
Pengawasan : kemungkinan edem paru.
s. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)
- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala,
dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
- Tindakan :
Pasang O2 bertekanan
Jangan gunakan stimulan
Pengawasan : kemungkinan edem otak
Jika mungkin, berikan sekaligus, jika sulit (anak tidak suka), dapat
diberikan secara bertahap
Jika arang aktif tidak tersedia, rangsang muntah (hanya pada anak
sadar) yaitu dengan merangsang dinding belakang tenggorokan
dengan menggunakan spatula atau gagang sendok.
Bilas lambung
Lakukan hanya di fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan terlatih yang
mempunyai pengalaman melakukan prosedur tersebut dan keracunan terjadi
kurang dari 1 jam (waktu pengosongan lambung) dan mengancam nyawa.
Bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan bahan korosif atau
hidrokarbon. Bilas lambung bukan prosedur rutin pada setiap kasus
keracunan.
Pastikan tersedia mesin pengisap untuk membersihkan muntahan di rongga
mulut. Tempatkan anak dengan posisi miring ke kiri dengan kepala lebih
rendah. Ukur panjang pipa nasogastrik yang akan dimasukkan. Masukkan
pipa nasogastrik ukuran 24-28 F melalui mulut ke dalam lambung
(menggunakan ukuran pipa nasogastrik lebih kecil dari 24 tidak dapat
mengalirkan partikel besar seperti tablet). Pastikan pipa berada dalam
lambung. Lakukan bilasan dengan 10 ml/kgBB garam normal hangat. Jumlah
cairan yang diberikan harus sama dengan yang dikeluarkan, tindakan bilas
lambung dilakukan sampai cairan bilasan yang keluar jernih.
Catatan: Intubasi endotrakeal dengan pipa endotrakeal (cupped ET)
diperlukan untuk mengurangi risiko aspirasi.
HIPOKSIA ADALAH
Hipoksia merupakan kondisi di mana berkurangnya suplai oksigen ke jaringan di bawah
level normal yang tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
1 Hipoksia anemik, terjadi ketika tubuh tidak mampu mengangkut oksigen yang tersedia
ke jaringan target. Penyebab hal ini antara lain:
Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun kronis. Anemia yang
bersifat ringan-sedang tidak akan menyebabkan hipoksia anemik karena tubuh masih
dapat mengkompensasi walaupun pasien akan tetap mengalami hipoksia jika melakukan
aktivitas;
Keracunan karbon monoksida (CO);
Obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit;
Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya methemoglobin, suatu pigmen
darah hemoglobin yang tidak normal, pada darah);
Penyakit seperti anemia sel sabit, anemia defisiensi besi, anemia aplastik,
anemia hemolitik.
1 Hipoksia stagnant, terjadi ketika tidak adanya aliran darah yang cukup ke jaringan
target. Organ yang paling terpengaruh adalah ginjal dan jantung karena mereka memiliki
kebutuhan oksigen yang tinggi. Penyebab hal ini antara lain:
Gagal jantung;
Menurunnya volume darah yang bersirkulasi;
Melebarnya pembuluh darah vena;
Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces (seperti yang dialami
oleh para pengemudi pesawat-pesawat tempur atau aerobatik).
1 Hipoksia histotoksik, terjadi ketika jaringan tubuh tidak dapat menggunakan oksigen
yang sudah dialirkan ke mereka. Kasus ini bukan merupakan hipoksia sebenarnya
karena tingkat oksigenisasi jaringan dapat normal atau lebih dari normal. Penyebab hal
ini sebagian besar berupa racun, antara lain:
Keracunan sianida;
Konsumsi alkohol;
Narkotika.
GEJALA
Gejala dan tanda utama dari hipoksia adalah adanya peningkatan frekuensi napas lebih
dari normal, sianosis, dan gejala-gejala (yang karena terjadi gangguan pada) otak.
Peningkatan frekuensi napas terjadi ketika reseptor (saraf penerima) di pembuluh darah
tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di (pembuluh darah) arteri. Hal ini
juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik. Akan tetapi, peningkatan
frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik karena tekanan oksigen di arteri
normal dan juga pada hipoksia stagnant karena tekanan pada reseptor di pembuluh
darah tepi tinggi (bahkan lebih tinggi dari normal).
Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir.
Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen lebih dari 5
g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis: perifer dan sentral. Sianosis perifer terlihat pada kuku dan
mengarah pada hipoksia stagnant. Bagian terluar dari tubuh (seperti ujung-ujung jari)
sangat kurang mendapat aliran darah ketika tekanan darah rendah dan melepaskan
oksigen dalam jumlah besar dari hemoglobin, sehingga
kadar deoksihemoglobin meningkat.
Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir dan cuping
telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang biasanya menerima
darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar oksigen dalam darah rendah
seperti pada hipoksia hipoksik.
Gejala-gejala otak karena hipoksia mirip dengan mereka yang sedang dalam keadaan
keracunan alkohol seperti pertimbangan yang terganggu, mengantuk atau terlalu
gembira, sensitivitas terhadap nyeri yang berkurang, disorientasi, dan sakit kepala.
Gejala lain seperti mual, muntah, denyut nadi yang meningkat, dan tekanan darah yang
tinggi.
Jari tangan atau kaki yang berbentuk seperti tabuh juga merupakan tanda yang dapat
ditemui. Akan tetapi, jari tabuh ini juga dapat disebabkan oleh kondisi lain
baik idiopatik (tidak diketahui), bawaan, atau didapat meliputi: penyakit jantung bawaan,
infeksi dinding jantung dan katupnya, kondisi paru-paru (penyebaran dari kanker
paru, abses paru, fibrosis kistik, mesothelioma, bronkiektasis), dan juga penyakit-
penyakit saluran cerna (sirosis hati, penyakit radang saluran cerna).
Akan tetapi, gejala-gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari hipoksia. Waktu
yang dihabiskan seseorang dalam satu tingkat dalam keempat tingkat ini berbeda-beda
antara masing-masing orang. Biasanya tingkat hipoksia ini dipakai oleh bagian
penerbangan. Empat tingkat hipoksia adalah:
1. Tidak Bergejala
Orang biasanya tidak awas akan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala biasanya
adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya penglihatan warna.
Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang (serendah 4000 kaki) dan
terutama sangat signifikan untuk pilot saat malam hari. Kadar oksigen dalam darah
biasanya antara 90-95%.
1 Kompensasi
Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki. Tubuh
masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman napas dan
curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit).
Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-90%.
1 Perburukan / Gangguan
Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen.
Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang berhubungan
pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat melakukan untuk
mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat terjadi pada tingkat
ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir),
mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang terganggu, inkoordinasi (kekikukan
gerakan), kesulitan melakukan tugas sederhana, berkurangnya penglihatan, kesemutan,
napas pendek, dsb. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.
1 Kritis
Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang tidak
berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan kesadaran,
kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen dalam darah biasanya
di bawah 70%.
PENYEBAB
Penyebab hipoksia dapat dilihat dari penyebab terjadinya sianosis sentral dan perifer.
Sianosis sentral dapat disebabkan oleh:
Kondisi di mana kadar oksigen berkurang seperti: daerah ketinggian, fungsi paru-
paru yang sudah berkurang, hubungan yang tidak selaras antara oksigen yang masuk ke
paru dan oksigen yang dapat dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh, beberapa tipe
penyakit jantung bawaan;
Hemoglobin dengan afinitas (ketertarikan) yang rendah terhadap oksigen;
Kelainan dari hemoglobin
seperti: methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia, karboksihemoglobinemia.
Kondisi yang dapat menyebakan menurunnya curah jantung (volume darah yang
dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit);
Paparan terhadap dingin;
Sumbatan pada pembuluh darah arteri atau vena.
PENGOBATAN
Pencegahan merupakan pengobatan terbaik. Evaluasi pasien secara lengkap merupakan
hal yang penting. Hipoksia merupakan hal yang perlu dihindari pada pasien dalam
keadaan sakit berat, keracunan, dan anemia / kurang darah.
Penting untuk mengetahui sejak kapan pasien mengalami sianosis. Sianosis yang terjadi
sejak lahir mengarah ke suatu penyakit jantung bawaan. Sianosis sentral dan perifer
harus dibedakan karena penyebab yang berbeda-beda. Pemijatan atau penghangatan
pada ujung-ujung jari yang kebiruan (sianosis perifer) dapat meningkatkan aliran darah
dan menghilangkan sianosis tersebut, tetapi hal ini tidak terjadi pada kasus sianosis
sentral. Kadar oksigen di pembuluh darah arteri juga harus ditentukan dengan analisis
gas darah.
Pencegahan dan pengobatan hipoksia dapat dilakukan dengan pemberian oksigen.
Pemberian oksigen disesuaikan dengan kadar oksigen dalam darah dan diberikan
dengan aliran sedemikian sehingga kadar oksigen dalam darah di atas 90%.
Pemberian terapi oksigen juga perlu berhati-hati pada pasien dengan kegagalan
pernapasan yang berat seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Normalnya, laju
napas kita dipengaruhi oleh kadar karbondioksida dalam darah. Jika kadar
karbondioksida tinggi, otak akan mempercepat laju napas kita agar kadar oksigen naik
dan kadar karbondioksida turun.
Akan tetapi, pada pasien dengan PPOK, otak tidak sensitif lagi dengan kadar
karbondioksida yang tinggi dan laju napas justru dipengaruhi oleh kadar oksigen yang
rendah. Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat membuat otak mengurangi
laju napas sampai dapat terjadi henti napas.
Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu terbentuknya
radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi saluran napas. Jika
diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru dan mata. Selain itu, oksigen
hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti iritasi saluran napas, kedutan pada
otot, telinga berdenging, kejang, dan koma. Semakin besar tekanan oksigen yang
diberikan, semakin cepat gejala-gejala tersebut muncul.
Keracunan dapat terjadi secara akut maupun kronik. Yang kronik sulit di temukan
sebabnya karena terjadi perlahan dalam jangka waktu panjang. Biasanya keracunan
kronik terjadi dengan zat kimia yang bersifat kumulatif dalam tubuh ( misalnya insektisida
organoklorin), namun dapat juga terjadi bila sifat toksinnya bertahan sedangkan zat
kimianya sudah tidak terdapat lagi dalam tubuh (misalnya nefropati analgesic).
Gejala keracunan sering tidak spesifik, misalnya koma, dapat di sebabkan oleh
hipnotik dan penenang, obat perangsang SSP, antidepresi, karbol, insektisida dan lain-
lain. Dalam hal ini, anamnesis dapat membantu menegakan diagnosis. Untuk melakukan
diagnosis yang benar harus di kenal segala efekfarmakodinamik dari semua zat kimia
dan obat yang potensial bersifat racun. Namun biasanya keracunan menyangkut
golongan zat kimia tertentu dan beberapa diantaranya mempunyai gejala yang pasti.
Obat hipnotik misalnya, menimbulkan koma dengan tonus dan reflek otot menurun
seperti dalam anesthesia. Antikolenergik juga menimbulkan gejala yang khas seperti
midriasis, takikardia, kulit merah dan panas. Keracunan Baygon khas sekali dengan
gejala keringat yang banyak, mulut berbuih dan berbau insektisida (bila di telan), serta
koma.
Kesadaran
1. Tingkat I
2. Tingkat II
Penderita dalam keadaan spoor, dapat di bangunkan dengan rangsangan minimal seperti
bicara keras dan di goyangkan lengannya,
3. Tingkat III
4. Tingkat IV
Penderita dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikitpun terhadap rangsangan
maksimal seperti di atas. Keadaan ini paling berat tapi prognosisnya tidak terlalu buruk.
Respirasi
Seringkali hambatan pada pusat nafas merupakan sebab kematian pada keracunan,
karena itu frekwensi nafas dan volume semenit harus di perhatikan. Volume semenit
dapat di ukur dengan Spirometer Wright yang di letakan di atas mulut dan hidung
penderita. Bila kurang dari 4 ltr/mnt maka di perlukan O2 dan respirator mekanik bila
tersedia. Jalan nafas juga sering terlambat oleh sekresi mucus yang dapat berbahaya jika
tidak segera di bersihkan. Hal ini di jumpai pada keracunan insektisida organofostat atau
karbamat.
Tekanan Darah
Syok sering di jumpai pada keracunan. Biasanya keadaan syok tidak terlalu berat dan
dapat di tangani dengan tindakan yang sederhana. Syok biasanya berkaitan dengan
kerusakan pusat vasomotor dan prognosisnya buruk.
Kejang
Kombinasi antara koma dan rangsangan SSP dapat terjadi pada keracunan beberapa
obat . Misalnya metakualon dapat menimbulkan koma, hipertoni, reflex meninggi, klonus
serta hiperekstensi reflex plantar.
Pupil dan Refleks Ekstremitas
Bertentangan dengan pendapat umum, gejala pupils dan reflex ekstremitas tidak
begitu penting untuk diagnosis karena bervariasi, kecuali pada keracunan atropine dan
morfin. Juga dalam menentukan prognosis, gejala ini tidak dapat di jadikan pegangan.
Pada keracunan hipnotik, pupil sering anisokor dan midriasis menetap tetapi tidak selalu
menandakan prognosisi buruk.
Bising Usus
Jantung
Beberapa obat membuat kelainan pada rytme jantung. Misalnya digitalis, antidepresi
trisiklik dan hidrokaebon berklorida sehingga dapat terjadi gejala payah jantung atau henti
jantung. Untuk menetukan keracunan obat tersebut serta pengobatannya, di perlukan
pengetahuan khusus tentang mekanisme terjadinya aritmia ini.
Lain-Lain
Gejala yang lain perlu di perhatikan , seperti gangguan keseimbangan asam dan basa
atau air, tanda kerusakan hati dan ginjal, retensi air seni, muntah dan diare serta kelainan
spesifik misalnya pada X-poto tulang. Pada 6% penderita keracunan akut barbiturate
atau hipnotik lain di temukan bulu di kulit.
PERAN LABORATORIUM
Diagnosisi pasti keracunan di tentukan oleh pemeriksaan analitik darah, air seni dan
meuntahan penderita. Namun pemeriksaan darah idak selalu di perlukan karena
pengobatan sudah bisa dilakukan dengan mengetahui gejalanya saja.
TERAPI KERACUNAN
Sebagian besar kasusu keracunan tidak perlu di obati di pusat pelayanan kusus
karena mereka hanya membutuhkan pengobatan simtomatik. Lima persen kasus
memerlukan terapi kusus seperti hemodialistis, dan antidotum khusus hanya terseia
untuk kurang dari 2-3% kasus, misalnya untuk keracunan Pb, As, Hg, Sianida, Insektisida
Organofosfat, Karbamat, Derivat morfin dan warfarin. Tetapi tidak bisa disangkal bahwa
suatu unit keracunan banyak manfaat dan keunggulannya, yang tercermin dari kecilnya
angka kematian dalam unit seperti ini.
Dalam 25 tahun terakhir ini pengobatan pada keracunan mengarah pada prinsip
perawatan penderita dan tidak memeberikan pengobatan yang berlebihan.Pengobatan
simtomatik tidak kalah pentingnya dari penggunaan antidontum. Selama fungsi vital
tubuh masih bisa di pertahankan maka penderita dapat mengadakan biotransformasi dan
eksresi obat dengan demikian dapat mengatasi keracunan sendiri. Keadaan semakin
sulit jika terjadi komplikasi seperti terjadi kerusakan alat penting seperti otak, hati ataupun
ginjal.
Keadaan Darurat
Gagal nafas. Hambatan respirasi tidak hanya terjadi pada keracunan hipnotik
sedative, tetapi juga pada zat kimia lain seperti salisilat dan perangsang SSP. Gangguan
nafas bisa berakibat anoksia dan gangguan keseimbangan asam basa.
Sering sekresi saliva dan bronkus menyumbat jalan nafas, terutama pada keracunan
obat-obat kolinergik (seperti baygon). Dalam hal ini membersihkan mulut dan jalan nafas
merupakan tindakan pertama yang harus di lakukan untuk mengurangi kemungkinan
aspirasi, penderita harus selalu di baringkan dalam posisi miring bergantian pada sisi
kanan dan kiri bila ia tidak sadar.
Evaluasi pernafasan yang obyektif dapat di lakukan dengan resfirometer. Bila volume
semenit kurang dari 4 ltr maka di perlukan oksigen. Pemgikuran Ph, Pco2, Po2 dan
bikarbonatdari darah arteri juga di perlukan. Dalam keadaan darurat niketamid boleh di
gunakan sebagai perangsang nafas, pemberian satu kali 2 ml sudah cukup.
Jika terjadi apnea tau keadaan yang mendekati apne, maka harus di gunakan
respirator mekanik. Bila pipa trakeal respirator perlu di pertahankan lebih dari 48 jam,
maka harus di lakukan trakeotomi untuk mencegah kerusakan pita suara.
Syok. Pada keracuanan barbiturate, syok terjadi karena depresi otot jantung dan
berkurangnya curah jantung. Kedua rupa berdasarkan mekanisme sentral. Curah jantung
menurun karena alir balik terganggu oleh dua hal :
2. Katup Vena di extremitas tidak bekerja dengan baik sehingga darah terkumpil di bagian
vena.
Kemungkinan besar mekanisme ini juga terjadi pada keracunan sedative lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas maka urutan tindakan untuk mengatasi syok pada
keracunan barbitural adalah :
1. Penderita di letakan pada posisi tungkai lebih tinggi dari pada jantung,
2. Berikan metraminol 5 mg IM dan di ulang 2-3 kali dengan interval 20 menit bila perlu,
tekanan darah tidak boleh melebihi 100 mmHg sistolik, karena pada tekanan di atas 100
mmHg terjadi inefesiensi jantung serta vasokonstriksi pembuluh darah ginjal,
3. Bila tindakan di atas belum menolong dapat di berikan infuse deketran (berat molekul
60.000-70.000),
5. Asidemia dan payah jantung memperhebat syok dan tindakan untuk mengatsi kedua hal
ini perlu di lakukan,
6. Hidrokortison 100 mg tiap 6 jam dapat di tambahkan dalam pengobatan kasus resisten.
Prevensi Absorpsi obat. Bila keracunan terjadi melalui kulit, harus di ingat tidak
boleh menggunakan zat pelarut organic untuk membersihkan, sabun dan air merupakan
pembersih yang baik. Pada keracunan inhalasi, penderita harus di pindahkan pada ruang
yang lebih segar.
Bila obat di telan, ada 3 cara untuk mengeluarkannya, yaitu dengan menimbulkan
muntah, membilas lambung, dan memberikan pencahar.
1. Memberikan muntah pada penderita yang sadar di lakukan dengan cara mengorek
dinding faring belakang dengan spatel atau memberikan apomorfin 5-8 mg subkutan.
Pemberian larutan garam tidak terlalu baik karena ada kemungkinan terjadi penyerapan
garam berlebihan. Mustard dapat di berikan 2 sendok makan dalam segelas air hangat.
Tindakan ini mungkin sia-sia apabila penyebab meracunannya adalah suatu antiemetic.
2. Bilas lambung dengan pipa karet berdiameter besar di anggap lebih berguna sebab
memungkinkan keluarnya tablet yang belum hancur. Tindakan ini hanya boleh di lakukan
pada penderita yang masih sadar. Cara yang baik untuk mengerjakannya adalah dengan
cara memiringkan ke kiri dan kepala lebih rendah untuk mengurangi kemungkinan
aspirasi paru. Prosedur ini di kerjakan dalam 4 jam obat di telan, kecuali untuk salisilat
dan barbiturate atau obat lain yang memperpanjang pengosongan lambung. Cairan yang
di gunakan untuk ini adalah air hangat tetapi dalam beberapa keadaan bisa di gunakan
larutan lain misalnya untuk sianida dan pemutih pakaian di berikan larutan tiosulfa dan
untuk opiate di gunakan larutan KMnO4.
Tindakan Lain
Antidotum
Antidotum hanya tersedia untuk beberapa jenis keracunan, dan sebaiknya di atasi
dengan pengobatan simtomatis. Antidotum yang paling di butuhkan karena efek
penyembuhannya yang sangat dramatis tercantum di bawah ini.
Penyebab
Gambaran Klinis
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi
otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut,
muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya
karena depresi pernafasan.
Sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.
Diagnosis
Penatalaksanaan
1. General Management
b. Karbon aktif . Dosis 12 tahun : 25 100 gr dalam 300-800 ml. Dosis <>
3. Pharmacologic terapi
a. First line
Atropine :
12 tahun : 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis
pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai
kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48
jam.
<>Supportif :
Pembahasan
Intoksikasi adalah masuknyazat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Pestisida adalah zat
untuk membunuh atau mengendalikan hama.
Toksin masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara yaitu :
- Penyerapan melalui kulit yang sehat atau kulit yang sakit
- Terhisap bersama udara pernafasan ( inhalasi )
- Ditelan ( per oral atau digesti )
b) Oxime
Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan
efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena
Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat.
Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil
organofosfat dari sisi aktif enzim.Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang
tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load diikuti 1g/jam selama 48 jam),
Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan mengurangi jumlah
penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal 30mg/kg iv
bolus diikuti 8mg/kg/jam dengan infus. Efek samping yang dapat ditimbulkan karena
pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness,
nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal,
dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi dan tidak ada
kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan
organofosfat.