Anda di halaman 1dari 60

SOP (Standard Operational Prosedure) Kumbah Lambung

PROTAP

Pengertian:

Kumbah lambung merupakan salah satu tindakan dalam memberikan pertolongan


kepada pasien dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu dan kemudian
mengeluarkannya menggunakan alat yaitu NGT.

Tujuan:

1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran


pencernaan

2. Mendiagnosa perdarahan lambung

3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy

4. Membuang cairan atau partikel dari lambung

Indikasi:

1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu

2. Persiapan operasi lambung

3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung

4. Tidak ada reflex muntah

5. Gagal dengan terapi emesis

6. Pasien dalam keadaan tidak sadar

Kontaindikasi:

1. Tidak dilakukan secara rutin. Prosedur dilakukan selama 60 menit setelah


tertelan.
2. Pasien kejang

3. Untuk bahan toksit yang tajam dan terasa membakar (resiko aspirasi)
seperti pestisida.

Prosedur:

1. Baki berisi selang NGT (ukuran dewasa 14 20 dan anak-anak 8 16)

2. 2 buah baskom

3. Perlak dan handuk pengalas

4. Stetoskop

5. Spoit 10 cc

6. Plester

7. Nierbeken

8. Kom penampung

9. Air hangat

10. Kassa/tissue

11. Jelly

12. Hanscune

13. Pinset

14. Spatel

15. Corong

16. Gelas ukur

Prosedur:

1. Cuci tangan dan atur peralatan

2. Jelaskan prosedur pada klien


3. Bantu klien untuk posisi semifowler (bila memungkinkan)

4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan
kanan (atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)

5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal : Bersihkan mukus dan sekresi dari
hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas

6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah


dalam jangkauan klien

7. Gunakan sarung tangan

8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.

9. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester
kecil

10. Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah di klem.

11. Minta klien menengadahkan kepala (bila memungkinkan), masukkan selang


ke dalam lubang hidung yang paling bersih

12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut (bila klien dalam keadaan
sadar)

13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring,
instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan (bila klien dalam
keadaan sadar)

14. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan


lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang
menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-
langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam

15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik
udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara
sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi
slang.
16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan
salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang

17. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau
kepala lebih rendah selanjutnya klem dibuka.

18. Corong dipasang diujung bawah NGT, air hangat dituangkan ke dalam
corong jumlah cairan sesuai kebutuhan (+ 500 cc). Cairan yang masuk tadi
dikeluarkan dan ditampung dalam baskom

19. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari
lambung sudah jernih.

20. Jika air yang keluar sudah jernih selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan
diletakkan dalam baki.

21. Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan
tissue.

22. Perawat mencuci tangan

23. Pendokumentasian

BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)

Pengertian

Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur yang
dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah dilakukan
selama 200 tahun dengan indikasi :

1. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam

2. Overdosis obat/narkotik

3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.

4. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.

5. Dekompresi lambung

6. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi

Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh racun dari dalam
tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai bersih. Untuk mengetes benar tidaknya tube
dimasukkan ke lambung, harus didengarkan dengan menginjeksekan udara dan kemudian
mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-paru.

Cairan yang digunakan

Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan berpotensi
hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya digunakan air hangat (tap water) atau
cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali
memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.

Bagaimana tindakan dilakukan

Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke esophagus. Dan
berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi harus diberikan untuk mengurangi
rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan mencegah pasien untuk memuntahkan kembali tube/pipa
yang sedang di masukkan. Peralatan suction di siapkan apabila terjadi aspirasi isi perut. Bilas
lambung terus diulangi pada pasien yang keracunan sampai perutnya bersih. Pada pasien yang
tidak sadar dan tidak dapat menjaga jalan nafas mereka, sebelum dilakukan bilas lambung/
menginseresikan tube untuk bilas lambung, terlebih dahulu pada pasien dipasang intubasi.

Persiapan pelaksanaan Prosedur

Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada persiapan khusus yang
dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas lambung, akan tetapi pada waktu tindakan
dilakukan untuk mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan
menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat sementara.

Kontra Indikasi

Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas, menelan racun
yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan nafasnya, serta
mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
komplikasi

1. Aspirasi

2. Bradikardi

3. Hiponatremia

4. Epistaksis

5. Spasme laring

6. Hipoksia dan hiperkapnia

7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas


8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit

9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi

TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme Keracuna Insektisida


Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan
sempurna. Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di Indonesia adalah
golongan organofosfat dan organoklorin. Golongan karbamat efeknya mirip efek
organofosfat, tetapi jarang menimbulkan kasus keracunan. Masih terdapat jenis
pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng fosfit) dan herbisida
(parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus keracunan golongan ini jarang terjadi.
Organofosfat diabsorbsi dengan baik melalui inhalasi, kontak kulit, dan tertelan
dengan jalan utama pajanan pekerjaan adalah melalui kulit.(4)
Pada umumnya organofosfat yang diperdagangkan dalam bentuk thion
(mengandung sulfur) atau yang telah mengalami konversi menjadi okson
(mengandung oksigen), dalam okson lebih toksik dari bentuk thion. Konversi
terjadi pada lingkungan sehingga hasil tanaman pekrja dijumpai pajanan residu
yang dapat lebih toksik dari pestisida yang digunakan. Sebagian besar sulfur
dilepaskan ke dalam bentuk mercaptan, yang merupakan hasil bentuk aroma dari
bentuk thion organofosfat. Mercaptan memiliki aroma yang rendah, dan reaksi-
reaksi bahayanya meliputi sakit kepala, mual, muntah yang selalu keliru sebagai
akibat keracunan akut organofosfat.(4)
Konversi dari thion menjadi -okson juga dijumpai secara invivo pada
metabolisme mikrosom hati sehingga okson menjadi pestisida bentuk aktif pada
hama binatang dan manusia. Hepatik esterase dengan cepat menghidrolisa
organofosfat ester, menghasilkan alkil fosfat dan fenol yang memiliki aktifitas
toksikologi lebih kecil dan cepat diekskresi.
Organofosfat menimbulkan efek pada serangga, mamalia dan manusia
melalui inhibisi asetilkolinesterase pada saraf.(1,2,3,4,5,6,7)
Fungsi normal asetilkolin esterase adalah hidrolisa dan dengan cara
demikian tidak mengaktifkan asetilkolin. Pengetahuan mekanisme toksisitas
memerlukan pengetahuan lebih dulu aksi kolinergik neurotransmiter yaitu
asetilkolin (ACh) . Reseptor muskarinik dan nikotinik-asetilkolin dijumpai pada
sistem saraf pusat dan perifer.(1)
Pada sistem saraf perifer, asetilkolin dilepaskan di ganglion otonomik :
1. sinaps preganglion simpatik dan parasimpatik
2. sinaps postgamglion parasimpatik
3. neuromuscular junction pada otot rangka.
Pada sistem saraf pusat, reseptor asetilkolin umumnya lebih penting
toksisitas insektisitada organofosfat pada medulla sistem pernafasan dan pusat
vasomotor. Ketika asetilkolin dilepaskan, peranannya melepaskan neurotransmiter
untuk memperbanyak konduksi saraf perifer dan saraf pusat atau memulai
kontraksi otot. Efek asetilkolin diakhiri melalui hidrolisis dengan munculnya
enzim asetilkolinesterase (AChE). Ada dua bentuk AChE yaitu true cholinesterase
atau asetilkolinesterase yang berada pada eritrosit, saraf dan neuromuscular
junction. Pseudocholinesterase atau serum cholisterase berada terutama pada
serum, plasma dan hati.(1,4)
Insektisida organofosfat menghambat AChE melalui proses fosforilasi
bagian ester anion. Ikatan fosfor ini sangat kuat sekali yang irreversibel. Aktivitas
AChE tetap dihambat sampai enzim baru terbentuk atau suatu reaktivator
kolinesterase diberikan. Dengan berfungsi sebagai antikolinesterase, kerjanya
menginaktifkan enzim kolinesterase yang berfugnsi menghidrolisa
neurotransmiter asetilkolin (ACh) menjadi kolin yang tidak aktif. Akibatnya
terjadi penumpukan ACh pada sinapssinaps kolinergik, dan inilah yang
menimbulkan gejala-gejala keracunan organofosfat.(1,2,3,4,6,7) Pajanan pada
dosis rendah, tanda dan gejala umumnya dihubungkan dengan stimulasi reseptor
perifer muskarinik. Pada dosis lebih besar juga mempengaruhi reseptor nikotinik
dan reseptor sentral muskarinik. Aktivitas ini kemudian akan menurun, dalam dua
atau empat minggu pada pseudocholinesterase plasma dan empat minggu sampai
beberapa bulan untuk eritrosit.(1)

Manifestasi Klinis Keracunan Insektisida

1. Tanda dan Gejala

Keracunan organofosfat dapat menimbulkan variasi reaksi keracunan.


Tanda dan
gejala dihubungkan dengan hiperstimulasi asetilkolin yang persisten.(1)
Tanda dan gejala awal keracunan adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot
polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis, gangguan
perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi (MUDDLES).(1,2,3,4,5,6,7)
Efek yang terutama pada sistem respirasi yaitu bronkokonstriksi dengan sesak
nafas
dan peningkatan sekresi bronkus.(1) Dosis menengah sampai tinggi terutama
terjadi stimulasi nikotinik pusat daripada efek muskarinik (ataksia, hilangnya
refleks, bingung, sukar bicara, kejang disusul paralisis, pernafasan Cheyne Stokes
dan coma.(1,2,4,7) Pada umumnya gejala timbul dengan cepat dalam waktu 6 8
jam, tetapi bila pajanan berlebihan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa
menit. Bila gejala muncul setelah lebih dari 6 jam,ini bukan keracunan
organofosfat karena hal tersebut jarang terjadi.(4)
Kematian keracunan akut organofosfat umumnya berupa kegagalan
pernafasan. Oedem paru, bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernafasan
yang kesemuanya akan meningkatkan kegagalan pernafasan.(1,4)
Aritmia jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit
sebagai penyebab kematian.(4)
Insektisida organofosfat diabsorbsi melalui cara pajanan yang bervariasi,
melalui inhalasi gejala timbul dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan
subkutan umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk menimbulkan tanda
dan gejala. Pajanan yang terbatas dapat menyebabkan akibat terlokalisir. Absorbsi
perkutan dapat menimbulkan keringat yang berlebihan dan kedutan (kejang) otot
pada daerah yang terpajan saja. Pajanan pada mata dapat menimbulkan hanya
berupa miosis atau pandangan kabur saja. Inhalasi dalam konsentrasi kecil dapat
hanya menimbulkan sesak nafas dan batuk. Komplikasi keracunan selalu
dihubungkan dengan neurotoksisitas lama dan organophosphorus-induced delayed
neuropathy(OPIDN).(1)
Sindrom ini berkembang dalam 8 35 hari sesudah pajanan terhadap
organofosfat. Kelemahan progresif dimulai dari tungkai bawah bagian distal,
kemudian berkembang kelemahan pada jari dan kaki berupa foot drop.
Kehilangan sensori sedikit terjadi. Demikian juga refleks tendon dihambat .(7)

2. Laboratorium
Nilai laboratorium tidak spesifik , yang dapat ditemukan bersifat
individual pada keracunan akut, diantaranya lekositosis, proteinuria, glikosuria
dan hemokonsentrasi. Walaupun demikian, perubahan aktifitas kolinesterase
sesuai dengan tanda dan gejala merupakan informasi untuk diagnosa dan
penanganan sebagian besar kasus.(4)
Pada konfirmasi diagnosa, pengukuran aktifitas inhibisi kolinesterase
dapat digunakan, tetapi pengobatan tidak harus menunggu hasil laboratotium.(1)
Pemeriksaan aktivitas kolinesterase darah dapat dilakukan dengan cara
acholest atau tinktometer. Enzim kolinesterase dalam darah yang tidak
diinaktifkan oleh organofosfat akan menghidrolisa asetilkolin ( yang ditambahkan
sebagai substrat) menjadi kolin dan asam asetat. Jumlah asam asetat yang
terbentuk, menunjukkan aktivitas kolinesterase darah, dapat diukur dengan cara
mengukur keasamannya dengan indikator. Pada pekerja yang menggunakan
organofosfat perlu diketahui aktivitas normal kolinesterasenya untuk dipakai
sebagai pedoman bila kemudian timbul keracunan. Manifestasi klinik keracunan
akut umumnya timbul jika lebih dari 50 % kolinesterase dihambat, berat
ringannya tanda dan gejala sesuai dengan tingkat hambatan.

Penatalaksanaan Keracunan Insektisida


Penanganan keracunan insektsida organofosfat harus secepat mungkin
dilakukan. Keragu-raguan dalam beberapa menit mengikuti pajanan berat akan
meningkatkan timbulnya korban akibat dosis letal.(1)
Beberapa puluh kali dosis letal mungkin dapat diatasi dengan pengobatan cepat.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan :

1. Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita


dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain,
dan atau memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh
dalam segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh
dimuntahkan karena bahaya aspirasi.

2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan.


Terlebih dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang
menyumbat jalan nafas. Bila organofosfat tertelan, jangan lakukan
pernafasan dari mulut ke mulut.
3. Bila kulit terkena organofosfat, segera lepaskan pakaian yang terkena dan
kulit dicuci dengan air sabun.

4. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15
menit.

Pengobatan
1. Segera diberikan antidotum Sulfas atropin 2 mg IV atau IM. Dosis besar
ini tidak berbahaya pada keracunan organofosfat dan harus dulang setiap 10 15
menit sampai terlihat gejala-gejala keracunan atropin yang ringan berupa wajah
merah, kulit dan mulut kering, midriasis dan takikardi. Kewmudian atropinisasi
ringan ini harus dipertahankan selama 24 48 jam, karena gejala-gejala
keracunan organofosfat biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin
dibutuhkan sampai 50 mg atropin. Kemudian atropin dapat diberikan oral 1 2
mg selang beberapa jam, tergantung kebutuhan. Atropin akan menghialngkan
gejala gejala muskarinik perifer (pada otot polos dan kelenjar eksokrin) maupun
sentral. Pernafasan diperbaiki karena atropin melawan brokokonstriksi,
menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi pernafasan di otak, tetapi
atropin tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yang berupa
kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.

2. Pralidoksim
Diberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan reaktivator
enzim kolinesterase. Jika pengobatan terlambat lebih dari 24 jam setelah
keracunan, keefektifannya dipertanyakan.(1)
Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan otot tidak
ada perbaikan, dosis dapat diulangi dalam 1 2 jam. Pengobatan umumnya
dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan
tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. (1) Pralidoksim dapat mengaktifkan
kembali enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot
rangka sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.

Pencegahan Keracunan Insektisida


Cara-cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada
pekerjapekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut :
a. Penyimpanan pestisida :

1. Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda,


sebaiknyatertutup dan dalam lemari terkunci.

2. Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh


disimpan dekat

makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya paling berbahaya. Tanda tanda
harus jelas juga untuk mereka yang buta huruf.

3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi


harus dibakar agar sisa pestisida musnah sama sekali.

4. Penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman


seperti di botolbotol, sangat besar bahayanya.

b. Pemakaian alat-alat pelindung :

1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama


melakukan pencampuran kering bahan-bahan beracun.

2. Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari


neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut
dengan minyak atau pelarut-pelarut organis. Pakaian pelindung harus
dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.

3. Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan selama


menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol, jika kulit
atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut.

c. Cara-cara pencegahan lainnya :

1. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin membawa


bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja yang
bersangkutan.
2. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat tertutup
dengan penguap termis, juga alat demikian tidak boleh digunakan di
tempat kediaman penduduk atau di tempat pengolahan bahan makanan.

3. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia akan


bersentuhan dengannya.

Di bawah ini dikutip pedoman dan petunjuk-petunjuk pemakaian pestisida yang


dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi :

1. Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila


diketahui cara-cara bekerja dengan aman dan tidak mengganggu
kesehatan.

2. Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah :

a. Pada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah
yang lebih kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.

b. Pada waktu mempersiapkannya sesuai dengan konsentrasi yang


dibutuhkan.

c. Pada waktu dan selama menyemprot.

d. Kontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap tingkat


pekerjaan

e. tersebut di atas (waktu memindah-mindahkan, bongkar muat, peredearan


dan

f. transportasi, penyimpanan, pengaduk, menyemprot atau pemakaian


lainnya).

3. Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian intensif


:
a. Mereka yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu bahaya yang akan
dihadapinya atau mungkin terjadi dan menerima serta memperhatikan
pedoman dan petunjuk-petunjuk tentang cara-cara bekerja yang aman dan
tidak mengganggu kesehatan.

b. Harus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup.

c. Harus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan) mengingat efek keracunan pestisida yang dapat berbahaya
pada pekerja. Bila dipakai pestisida golongan organofosfat harus tersedia
atropin, baik dalam bentuk tablet maupun suntikan. Untuk ini perlu adanya
seorang pengawas yang terlatih.

4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapat
tembus, serta dicuci dengan baik secara berkala.

5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yang
mungkin terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja
dengan pestisida, karena keadaan ini akan mempermudah masuknya
pestisida ke dalam tubuh.

6. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit (mandi) dan mencuci


pakaian harus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot adalah
merupakan keharusan yang perlu mendapat pengawasan.

7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam
dalam satu hari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama
berlangsung dari hari ke hari (kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu
yang sama.

8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini
harus diganti dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat
perlu dicuci dengan sabun.

9. Disamping memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, pekerja tidak boleh


merokok, minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih
memakai sabun dan air.
10. Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat, karenanya
perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini :

a. Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, haruslah


dipakai bak pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup
panjangnya untuk mencegah percikan, dan dapat bekerja sambil berdiri.
Demikian pula untuk mencairkan past yang padat.

b. Mengisi bak pencampur harus demikian, sehingga bahaya percikan dapat


ditiadakan atau sekecil mungkin.

c. Pekerja disini selain memakai alat pelindung seperti pada penyemprot,


harus pula memakai skor dan sarung tangan yang tidak dapat tembus.

d. Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain
harus memakai alat yang cukup panjang.

e. Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak
mudah rusak pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.

11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan


kerja.

12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat,
mudah dibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.

13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang telah


kosong atau hampir kosong, yaitu :

a. Wadah ini harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau dirusak


dan kemudian dikubur.

b. Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan


tertentu.

14. Sedapat mungkin diusahakan supaya tenaga kerja pertanian yang


bersangkutan dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, terhadap yang
menggunakan pestisida organofosfat dilakukan setiap bulan sekali
pemeriksaan kesehatan berkala yang berpedoman kepada standard
kolinesterase dalam darah.

1. Pengertian
Keracunan merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu
zat atau makanan ke dalam tubuh melalui berbagai cara yang berbahaya
bagi tubuh. Ada tindakan-tindakan pokok yang penting saat memberikan
pertolongan pada korban keracunan. Pertolongan pada korban yang
keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dilakukan dengan
sangat hati-hati dan tidak boleh terburu-buru. Pertolongan yang salah atau
yang secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru bagi
korban.Sedapat mungkin mencari tahu atau mencari racun penyebabnya,
misalnya dari botol bekas atau sisa zat atau makanan yang masih ada
disekitar korban. Tindakan pertolongan akan sangat ditentukan dari jenis
racunnya. Tindakan pertama adalah bersihkan saluran napas korban dari
kotoran, lendir, atau muntahan. Dalam hal keracunan, penolong jangan
memberikan pernapasan buatan dengan cara mulut ke mulut karena
bahaya terkontaminasi dari korban ke penolong. Apabila pernapasan
buatan diperlukan, maka berikan cara lainnya. Apabila racun tidak dapat
dikenali atau tidak diketahui maka untuk sementara berikan norit atau
larutan arang batok kelapa yang dicampur dengan air. Selain itu dapat
juga berikan putih telur, susu, dan air sebanyak-banyaknya untuk
mengencerkan racun yang masuk dalam tubuh

1. Macam- macam penyebab terjadinya keracunan

1. Racun masuk melalui mulut


Umumnya racun masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang dengan
sendirinya dapat merangsang terjadinya muntah, hal tersebut baik bagi
korban. Namun, jika tidak disertai muntah, korban dirangsang untuk
memuntahkan racunnya atau dibantu dengan cara menekan
tenggorokannya dengan jari melalui mulut.Pada anak-anak, merangsang
muntah dapat dilakukan dengan memberinya minum air atau susu
sebanyak mungkin, biasanya muntah akan terjadi dengan sendirinya.
Penatalaksanaannya :
1. Muntah tidak boleh dirangsang
beberapa catatan yang tidak boleh merangsang muntah adalah keracunan
yang disebabkan oleh bensin, minyak tanah, asam dan basa keras, serta
apabila penderita dalam keadaan tidak sadar. Memuntahkan zat tersebut
malah akan merugikan atau merusak saluran cerna korban.
1. Pembilasan lambung : pembilasan lambung perlu dilakukan
apabila racun masuk melalui mulut kurang dari 3 jam.
Pembilasan lambung dapat dilakukan setelah lewat dari 3 jam,
apabila penderita sudah diberi minum susu dalam jumlah banyak
terlebih dahulu. Pembilasan lambung tidak boleh dikerjakan
apabila racun yang termakan bersifat korosif, misalnya asam
atau basa keras atau berupa bensin dan sejenisnya.
2. Cara yang dilakukan dalam penatalaksanaan keracunan
melalui mulut : penderita diberi minum air garam (satu sendok
makan garam dapur dalam satu liter air) atau satu sendok
makan bubuk norit (arang) dalam satu liter air. Kemudian cairan
tersebut dimuntahkan. Apabila penderita tidak sadar, jangan
melakukan prosedur memuntahkan sendiri isi lambungnya.
Dalam hal ini korban cepat dibawa ke rumah sakit
2. Racun yang masuk melalui saluran napas
Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan yang merupakan sumber
masuknya racun melalui hidung. Bawa korban ke tempat yang udaranya
lebih segar. Bila perlu berikan pernapasan buatan.

3. Racun masuk melalui kulit


Kulit yang terkena racun disiram dengan air mengalir. Sedapat mungkin,
pakaiannya sudah dilepas terlebih dahulu. Demikian pula pakaian yang
dipakainya disiram dengan air mengalir atau dilepas. Apabila sudah terjadi
syok atau pingsan, penderita segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

4. Racun masuk melalui suntikan


Segera pasang penekan (torniket) di atas dari tempat suntikan untuk
menghambat racun menjalar lebih jauh di dalam tubuh, atau dapat pula
dengan menyedotnya dari tempat suntikan dengan mempergunakan alat
penyedot.

5. Reaksi alergi berat : anafilaksis


Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan
biasanya berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah
mengalami perangsangan (sensitisasi) akibat pemaparan terhadap suatu
zat penyebab alergi. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan
alergen, tapi pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya baru
terjadi reaksi alergi. Reaksi anafilaksis ini terjadinya mendadak, berat dan
sistemik (melibatkan seluruh sistem tubuh).

Anafilaksis bisa terjadi sebagai respon terhadap zat asing/ alergen.


Beberapa jenis obat-obatan misalnya morfin, pada pemaparan pertama
bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang menyerupai
anafilaksis, namun masih lebih ringan). Hal ini biasanay merupakan reaksi
idiosinkratik atau reaksi keracunan dan bukan merupakan mekanisme
sistem kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksis sesungguhnya.
Paling sering terjadi pada gigitan atau sengatan serangga, alergi makanan
dan alergi obat. Jarang terjadi pada alergen yang berupa serbuk sari
bunga.

Gejala yang muncul merupakan respon sistem kekebalan tubuh yang


melepaskan antibodi dan diikuti jaringan melepaskan histamin dan zat
lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi penyempitan saluran
udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek)saat bernapas, gangguan
pernapasan dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri
perut, kram perut, muntah dan diare.

Tindakan pertolongan :
1. Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan
pertolongan segera.
2. Bila perlu, segera lakukan pernapasan buatan atau
resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal atau
trakeostomi/krikotirotomi.
3. Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup,
untuk membuka saluran pernapasan dan meningkatkan tekanan
darah.
4. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan
obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran
darah berfungsi baik.
5. Antihistamin misalnya Diphenhydramine dan kortikosteroid
misalnya prednison diberikan untuk meringankan gejala lainnya.
Pencegahannya : jika sudah diketahui, hindari alergen penyebab reaksi
alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum
obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu berikan kortikosteroid,
antihistamin atau efinefrin.

6. Keracunan makanan
7. Keracunan botulinum
Kuman Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup dengan kondisi
kedap udara (anaerobic), yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya.
Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan
jalan membentuk spora, karena cara hidup yang demikian itu,
memungkinkan kuman ini banyak dijumpai pada makanan dalam kaleng
yang diolah secara kurang sempurna.

Gejalanya muncul secara mendadak antara 18-36 jamm setelah


mengkonsumsi makanan tercemar kuman ini. Gejalanya berupa badan
lemas yang kemudian diikuti dengan penglihatan yang kabur dan ganda.
Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak
lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah
menelan.

Korban harus dirawat di rumah sakit dengan penyuntikkan


serumantitoksin yang khas untuk botulinum. Sebelum disantap, makanan
kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air
sampai mendidih untuk beberapa menit.

1. Keracunan jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat
muncul beberapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang
beracun tersebut. Gejalanya berupa sakit perut yang hebat, muntah,
mencret, rasa haus, banyak berkeringat, kekacauan mental dan pingsan.

Tindakan pertolongan :

Apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah.


Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer Kalium Permanganat
( 1 gram Kalium Permanganat dalam 2 liter air) atau dengan meminum
putih telur dicampur susu. Bila ada gangguan napas, berikan pernapasan
buatan, setelah itu bawa penderita ke rumah sakit.

1. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol dapat terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol
yang berlebih dalam saluran kencing. Gejalanya berupa nyeri pinggang
yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing dan kristal-kristal
asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing.
Kadang juga disertai darah akibat gesekan kristal asam jengkol saat
keluar dan melukai saluran kemih. Bau khas jengkol pada napas, mulut
dan air kencing. Keracunan yang berat dapat mengakibatkan
berkurangnya air kencing atau tidak dapat kencing sama sekali.

Tindakan pertolongan :
Pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-
banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk
mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang berat, penderita harus
dirawat di rumah sakit.

1. Keracunan singkong
Racun yang terdapat dalam singkong merupakan unsur senyawa sianida.
Gejalanya muntah, mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, badan
lemah, mata melotot, mulut berbusa, pingsan, kejang-kejang.

Tindakan pertolongan :
berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap
2-3 menit sekali selama 15-30 detik.
berikan pernapasan buatan.
usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang
telah dimakan.
berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas
air untuk diminum.
selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit,
selama dalam perjalanan usaha pertolongan harus dilanjutkan
atau diulangi
7. Keracunan zat kimia dan obat
Beberapa zat kimia yang sering digunakan misalnya : DDT,
pembunuh/pembasmi serangga, obat merah (yodium tinctur), racun tikus,
zat pembasmi hama, zat penutih, deterjen, alkohol, spiritus, minyak tanah,
bensin, solar, gas, korek api, zat kecantikan seperti untuk kuku atau muka.
Keracunan utamanya sering terjadi karena salah dalam penggunaan, tidak
sesuai untuk siapa yang cocok zat tersebut digunakan, dan dosis yang
berlebihan.

Tindakan pertolongan :
bawalah korban ke dokter dengan membawa botol atau
tempat zat itu disimpan sehingga cepat diberikan penawarnya.
jika ada dugaan penderita keracunan, maka upayakan
penderita memuntahkan apa yang telah dimakannya dengan
cara memasukkan jari ke dalam mulut/keronkongannya atau
berikan minum air sabun/air garam, biarkan penderita muntah
sampai muntahannya jernih. Untuk merangsang muntah
diberikan susu, air yang dicampur terigu atau telur mentah yang
telah dikocok, atau berikan satu sendok makan bubuk arang.
Tetapi jika penderita diduga menelan korosif seperti minyak
tanah, penderita dilarang muntah atau jangan dirangsang
muntahnya.
Untuk hal ini lakukan pertolongan dengan memberikan
penawar racun, penawar racun yang sering digunakan :
Arang kayu 2 bagian atau roti yang dipanggang sampai
hangus. Garam Inggris 1 bagian, asam tannin/teh pekat 1 bagian,
dan diaduk sampai merata. Lalu ambil satu sendok teh penuh
campuran tersebut dan dituangkan ke dalam 1 gelas air, lalu
diminum.
Cara lainnya adalah suruh penderita muntah.
Bila anak-anak, baringkan anak pada lutut dengan kepala
dibawah dan letakkan jari di belakang kerongkongannya supaya
dia muntah.
Untuk anak yang lebih besar, bisa diberikan satu atau dua
gelas susu atau air putih telur, atau garam satu sendok teh
ditambahkan dengan air yang bila diminum akan menambah
kecenderungan untuk muntah.
1. Tanda dan gejala serta diagnosis keracunan
2. Tingkat Kesadaran penderita Keracunan
Tingkat kesadaran merupakan petunjuk penting untuk mengetahui
beratnya keracunan yang dialami oleh penderita derajat tingkat keracunan
didalam toksikologi dibagi dalam beberapa tingkat berdasarkan kesadaran
pasien

1. Keracunan tingkat 1: penderita mengantuk tetapi masih


sadar dan mudah di ajak berbicara
2. Keracunan tingkat 2: penderita dalam keadaan sopor,
tetapi dapat dibangunkan dengan rangsangan minimal seperti
panggilan atau digoyangkan lengannya
3. Keracunan Tingkat 3: Penderita dalam keadaan soporkoma
dan hanya bereaksi terhadap rangsangan maksimal seperti
dengan menggosok tulang dada dengan keras menggunakan
kepalan tangan.
4. Keracunan Tingkat 4: Penderita dalam keadaan koma dan
tidak ada reaksi sedikitpun terhadap rangsangan seperti diatas.
ini merupakan tingkat yang lebih parah dan mengancam
keselamatan jiwa.
Pada anak-anak, gejala lebih cepat muncul karena kondisi lebih rentan.
Berkisar dua jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
akan cepat terlihat. Gejalanya antara lain :

Keram perut
Demam
Muntah-muntah
Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
Rasa lemas dan menggigil
Nafsu makan berkurang
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar selama 24 jam gejala
keracunan sikecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa dapat
berlangsung tiga sampai empat hari, tapi hati-hati, gejala ini dapat
berlangsung lebih lama jika sikecil yang keracunan masih mengkonsumsi
secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi

1. Patofisiologi
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam, baik
ragam jenis makanan itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan makanan
yang layak untuk tubuh dan tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang. Dalam mengkonsumsi makanan perlu
siperhatikan tentang kebersihan makanan , kesehatan, serta zar gizi yang
terkandung didalam makanan tersebut. Hendaknya kita harus pandai
dalam memilih makanan yang akan dkonsumsi supaya makanan tersebut
bebas dari zat-zat yang dapat memasuk tubuh seperti toksik atau racun.

Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai


dilambung akan mengadakan perlawanan diri terhadap benda atau zat
asing yang masuk kedalam lambung dengan gejala mal, lalu lambung
akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya.
Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalamidehidrasi akibat
banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena
dehodrasi yang tinggi maka lama kelamaan akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin

Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi keluarnya keringat


dingin akan merangsang kelenjar hiposisanterior untuk mempertahankan
homeostatis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haur tidak
segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat
menyebabkan pingsan sampai kematian.

1. Komplikasi
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya
teringesti
4. Syok,sindrom gawat pernafasan akut
5. Edema serebral,konvulsi

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya kesehatan.
9.1 BAHAN PENYEBAB KERACUNAN
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :

1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan,
seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas
( nitrogen, metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air
raksa, arsen), golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil
klorida fenol ).

2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll.

3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.

4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll,

9.1.1 CARA TERJADINYA KERACUNAN PADA MANUSIA


- Sengaja bunuh diri
- Keracunan tidak di sengaja
9.1.2 JALUR MASUK RACUN KE TUBUH MANUSIA
- Keracunan melalui mulut / alat pencernaan
- Keracunan melalui pernapasan
- Keracunan melalui kulit
- Keracunan melalui suntikan atau gigitan
9.1.3 GEJALA DAN TANDA KERACUNAN SECARA UMUM
- Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
- Penurunan respon
- Gangguan pernapasan
- Nyeri kepala,pusing gangguan penglihatan
- Mual muntah, Kejang kejang
- Lemas , lumpuh, kesemutan
- Pucat perubahan warna pada lidah,Bibir
9.1.4 GEJALA DAN TANDA KERACUNAN SECARA KHAS
1. Keracunan melalui mulut :
- Mual , muntah
- Nyeri perut
- Diare
- Napas / mulut berbau
- Suara parau nyeri saluran cerna ( Mulut dan kerongkongan )
2. Keracunan melalui pernapasan :
- Sesak napas
- Napas berbau
- Perubahan warna pada bibir lidah dan kuping telinga
3. Keracunan melalui kulit :
Daerah kontak berwarna kemerahan , nyeri, melepuh, dan meluas.
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda dari
suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami
keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan.
Gejala gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non spesifik dan
spesifik, namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan
melihat gejala gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi
keracunan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemerikasaan laboratorium ini
dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain
lain.
Bila dicurigai telah terjadi keracunan bahan kimia atau obat-obatan, maka perlu
diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini ;
1. Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin akibat
menelan bahan kimia korosif.

2. Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat.

3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada
furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban.

4. Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan.

5. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan
atau gejala lain yang tidak diharapkan.

9.2 USAHA USAHA PENCEGAHAN TERJADINYA KERACUNAN


Usaha usaha pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana bahan bahan
kimia tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan salah satu tempat
penggunaan produk produk industri, sehingga perlu dilakukan langkah langkah praktis
untuk pencegahan terjadinya keracunan, disamping itu pada tempat tempat kerja baik
pada industri kecil ( home industri ) maupun industri besar merupakan tempat utama
terdapatnya bahan bahan kimia baik sebagai bahan baku maupun sebagai hasil produk
dari industri yang siap diedarkan kepada masyarakat.

9.2.1 PENANGANAN KERACUNAN SECARA UMUM


1. Cari tau jenis racun yang mengenainya.
2. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan
3. Pengamanan penderita dan penolong bila berada di daerah dengan gas beracun
4. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan
5. Bila racun melalui jalur kontak maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan
racun bila ada lalu bilaslah daerah yang terkena dg air
6. Pantaulah tanda vital
7. Awasi jalan napas , terutama bila respon menurun atau penderita muntah
8. Beri oksigen bila ada sesuai dengan ketentuan , khususnya pada keracunan melalui
udara
9. Rujuk ke rumah sakit
9.2.2 ZAT / OBAT PELUNAK RACUN
1. Putih Telur ( 60 100 cc )
2. Susu, Air Putih
3. Larutan Tepung Kanji atau Tepung Beras
4. Mentega
5. Norit ( Bubuk Arang Batok Kelapa )
6. Minyak Tumbuh tumbuhan
7. Parafin Cair
Catatan : Minyak dan Mentega tidak untuk keracunan obat serangga.
9.2.3 ZAT ZAT PERANGSANG MUNTAH
1. Garam Dapur, 1 2 sendok makan dalam 1 gelas air.
2. Mustard, 1 2 sendok makan dalam 1 gelas air.
3. Soda Kue.
9.3 KERACUNAN MAKANAN
9.3.1 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN MAKANAN SECARA
UMUM

1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau


diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3
kali berturut-turut dalam setia jamnya.

3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam
dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.

4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan
cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari
kepala untuk memudahkan kontraksi

5. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau
dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

9.3.2 KERACUNAN SINGKONG ATAU KARA BENGUK.


Diatasi dengan minum air kelapa hijau yang diberi sedikit garam. Dapat juga dicampur
gula kelapa.
9.3.3 KERACUNAN JAMUR.
Untuk mengobatinya minumlah sebutir telur ayam yang sudah dikocok. Berikan juga
santan kental atau air kelapa hijau satu gelas.
9.3.4 KERACUNAN MAKANAN BUSUK.
Misalnya daging kalengan. Berikan norit dan usahakan agar muntah.
9.3.5 KERACUNAN MAKANAN LAUT.
Usahakan agar penderita muntah, lalu minumkan air kelapa hijau. Supaya cepat muntah,
penderita minum telur mentah yang sudah dikocok atau susu sapi mentah.
9.3.6 KERACUNAN DAGING ATAU IKAN BUSUK.
Minumlah segelas santan kelapa yang kental. Susul dengan minum air kelapa muda.
Dapat juga ditambahkan 20 g kaolin pada air kelapa tersebut.
9.3.7 KERACUNAN JENGKOL
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran
kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan yaitu
jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.

Tanda dan Gejala :

1. Nafas, mulut dan air kemih penderita berbau jengkol

2. Sakit pinggang yang diserta sakit perut

3. Nyeri waktu buang air kecil

4. Buang air kecil disertai darah.

Pertolongan Pertama:

1. Minum air putih yang banyak

2. Obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk menghilang-kan rasa sakitnya.

3. Segera kirim ke puskesmas / rumah sakit


9.4 KERACUNAN BAHAN KIMIA / OBAT-OBATAN
9.4.1 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN BAHAN KIMIA /
OBAT OBATAN SECARA UMUM

1. Usahakan agar dimuntahkan kembali, kecuali asam basa.

2. Berikan oksigen atau pernapasan buatan jika perlu.

3. Lakukan pembilasan lambung

4. Berikan obat pelunak racun

5. Selimuti korban

6. Bawa ke RS

9.4.2 ZAT/OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA


KERACUNAN OBAT / BAHAN KIMIA SECARA KHUSUS
A. Keracunan Asam Keras
1. Larutan encer soda kue dalam air
2. 100 gr kapur tulis dilarutkan dalam air
3. Serpihan tembok dilarutkan dalam air
4. Larutan sabun dalam air
5. Larutan Kalsium Hidroksida (Ca OH) atau Lime Water 200 cc.
B. Keracunan Basa Keras
1. Cuka Dapur 100 200 cc
2. Air jeruk 100 200 cc
3. Asam Chlorida ( Hcl ) 100 200 cc

9.4.3 KERACUNAN ASETAMINOFEN


Lebih dari 100 jenis produk yang mengandung asetaminofen bisa dibeli secara bebas,
tanpa resep dokter. Sediaan untuk anak-anak tersedia dalam bentuk sirup, tablet dan
kapsul. Asetaminofen bisa ditemukan dalam beberapa obat berikut:
* Tylenol
* Anacin-3
* Liquiprin
* Panadol
* Tempra.
9.4.3.1 Kandungan asetaminofen dalam beberapa jenis obat dan
kekuatannya:
1. Supositoria (tablet/kapsul yang dimasukkan ke dalam anus atau vagina) : 120 mg,
125 mg, 300 mg, 600 mg
Tablet kunyah : 80 mg
Kekuatan normal : 325 mg
Kekuatan ekstra : 500 mg
2. Elixir: 325 mg/sendok teh, 160 mg/sendok teh, 120 mg/ sendok teh
Sirup : 160 mg/sendok teh, 130 mg/sendok teh
Obat tetes : 100 mg/mL, 120 mg/2,5 mL
Asetaminofen adalah obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya.
Sejumlah besar asetaminofen akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak lagi
dapat menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk suatu
zat racun yang dapat merusak hati. Keracunan asetaminofen pada anak-anak yang belum
mencapai masa puber, jarang berakibat fatal. Pada anak-anak yang berumur lebih dari 12
tahun, overdosis asetaminofen bisa menyebakban kerusakan hati.
9.4.3.2 Tanda dan Gejala keracunan asetaminofen terjadi melalui 4
tahapan:
1. Stadium I ( beberapa jam pertama ) : belum tampak.
2. Stadium II ( setelah 24 jam ) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa hati tidak berfungsi secara normal.
3. Stadium III ( 3 5 hari kemudian ) : muntah terus berlanjut; pemeriksaan
menunjukkan bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati.
4. Stadium IV ( setelah 5 hari ) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal
hati.
9.4.3.3 Tanda dan Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Berkeringat
- Kejang
- Nyeri atau Pembengkakan di daerah lambung
- Nyeri atau Pembengkakan di perut bagian atas
- Diare
- Nafsu makan berkurang
- Mual dan/atau muntah
- Rewel
- Koma.
Tanda dan Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah mengkonsumsi
asetaminofen. Tindakan darurat yang dapat dilakukan di rumah adalah segera
memberikan sirup ipekak untuk merangsang muntah dan mengosongkan
lambung.
9.4.4 KERACUNAN ASPIRIN (ASETOSAL)
Aspirin atau obat yang mirip dengan Aspirin (salisilat) biasanya tidak dianjurkan
diberikan kepada anak-anak dan remaja karena memiliki resiko terjadinya sindroma
Reye. Tetapi pada penyakit tertentu (misalnya artritis rematoid juvenil) pemberian
Aspirin kepada anak-anak / remaja dibenarkan / diperlukan. Aspirin ditemukan pada:
* Aspirin
* Ecotrin
* Anacin (kaplet dan tablet)
* Alka Seltzer
* Bufferin.
Overdosis Aspirin (salisilisme) pada anak yang telah meminum Aspirin dosis tinggi
selama beberapa hari biasanya lebih berat. Bentuk salisilat yang paling beracun adalah
minyak wintergreen (metil salisilat), yang merupakan komponen dari obat gosok dan
larutan penghangat. Seorang anak dapat meninggal karena menelan kurang dari 1 sendok
teh metil salisilat murni.
Tanda dan Gejala awal dari salisilisme adalah mual dan muntah, diikuti dengan
pernafasan yang cepat, hiperaktivitas, peningkatan suhu tubuh dan kadang kejang. Anak
menjadi mengantuk, mengalami kesulitan dalam bernafas dan pingsan. Kadar Aspirin
yang tinggi dalam darah menyebabkan anak menjadi sering berkemih, dan hal ini bisa
menyebabkan dehidrasi.
Untuk pertolongan pertama dilakukan pengurasan lambung sesegera
mungkin. Jika anak dalam keadaan sadar, diberikan arang aktif melalui
mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke dalam lambung.Untuk
mengatasi dehidrasi ringan, anak diharuskan minum sebanyak mungkin
( susu maupun jus buah ). Untuk dehidrasi yang lebih berat, diberikan cairan
melalui infus. Demam diatasi dengan kompres hangat. Kadar yang bisa
menimbulkan keracunan adalah 150-300 mg/kg berat badan. Berikan susu
atau santan kelapa. Usahakan agar muntah.
9.4.5 KERACUNAN BAHAN KAUSTIK
Yang dimaksud dengan bahan kaustik adalah asam dan alkali kuat. Bahan kaustik
(jika tertelan) bisa menyebabkan luka bakar dan secara langsung menyebabkan
kerusakan pada mulut, kerongkongan serta lambung.
Beberapa keperluan rumah tangga yang mengandung bahan kaustik adalah pembersih
jamban dan sabun pencuci piring; beberapa diantaranya mengandung bahan kaustik
yang paling berbahaya, yaitu natrium hidroksida dan asam sulfat. Bahan tersebut
terdapat dalam bentuk padat maupun cair. Pada sediaan padat, rasa panas yang
ditimbulkan menempel pada permukaan yang lembab sehingga anak segera berhenti
memakannya. Sedangkan sediaan cair tidak menempel, lebih mudah ditelan dan bisa
menyebabkan kerusakan pada seluruh bagian kerongkongan.
Tanda dan gejala yang terjadi biasanya segera timbul nyeri dan sifatnya bisa berat.
Daerah yang terbakar menjadi bengkak dan menelan menimbulkan nyeri. Pernafasan
menjadi dangkal, dengan denyut nadi yang cepat dan lemah. Kadang pembengkakan
menyebabkan tersumbatnya saluran udara. Sering terjadi syok (tekanan darah sangat
rendah).
Bahan kaustik menyebabkan kerusakan pada dinding kerongkongan atau lambung.
Satu minggu atau lebih setelah keracunan, pada dinding kerongkongan maupun lambung
yang mengalami kerusakan bisa terjadi perforasi (pembentukan lubang), yang
kemungkinan disebabkan oleh muntah maupun batuk. Anak yang berhasil melalui masa
awal kerusakan pada akhirnya bisa meninggal akibat infeksi karena bahan kaustik dari
kerongkongan merembes ke dalam rongga dada. Meskipun pada awalnya hanya
menimbulkan gejala yang rignan, tetapi beberapa minggu kemudian bisa terjadi
penyempitan pada kerongkongan.
Pada kasus berat dengan bahan kaustik yang sangat kuat, kematian terjadi akibat:
- tekanan darah yang sangat rendah
- penyumbatan saluran pernafasan
- perforasi kerongkongan
- kerusakan jaringan
- peradangan paru-paru.
Untuk melarutkan bahan kaustik, sebaiknya anak diberikan minum
sebanyak mungkin, yang terbaik adalah minum susu. Susu tidak hanya
bersifat melindungi dan melembutkan selaput lendir, tetapi juga merupakan
pengganti dari protein jaringan yang merupakan target dari bahan kaustik.
Jika minum susu, berikan tablet kapur. Cuci perut dengan garam inggeris.
Baju yang terkena bahan kaustik segera dilepas dan kulit yang terkena segera dicuci
bersih. Sebaiknya tidak dilakukan perangsangan muntah dan pengurasan
lambung karena bisa memperburuk kerusakan yang telah terjadi. Antibiotik
diberikan jika anak mengalami demam atau terdapat tanda-tanda perforasi
kerongkongan. Pada kasus yang ringan, anak didorong untuk minum sebanyak mungkin
cairan. Jika anak tidak mau minum, cairan bisa diberikan melalui infus.
9.4.6 KERACUNAN TIMAH HITAM
Keracunan timah hitam (plumbisme) biasanya merupakan suatu keadaan kronis
(menahun) dan kadang gejalanya kambuh secara periodik. Kerusakan yang terjadi bisa
bersifat permanen (misalnya gangguan kecerdasan pada anak-anak dan penyakit ginjal
progresif pada dewasa). Timah hitam ditemukan pada
* Pelapis keramik
* Cat
* Batere
* Solder
* Mainan.

Pemaparan oleh timah hitam dalam jumlah relatif besar bisa terjadi
melalui beberapa cara :

- Menelan serpihan cat yang mengandung timah hitam


- Membiarkan alat logam yang mengandung timah hitam (misalnya peluru, pemberat
tirai, pemberat alat pancing atau perhiasan) tetap berada dalam lambung atau
persendian, dimana secara perlahan timah hitam akan larut
- Meminum minuman asam atau memakan makanan asam yang telah terkontaminasi
karena disimpan di dalam alat keramik yang dilapisi oleh timah hitam (misalnya buah,
jus buah, minuman berkola, tomat, jus tomat, anggur, jus apel)
- Membakar kayu yang dicat dengan cat yang mengandung timah hitam atau batere di
dapur atau perapian
- Mengkonsumsi obat tradisional yang mengandung senyawa timah hitam
- Menggunakan perabotan keramik atau kaca yang dilapisi timah hitam untuk
menyimpan atau menyajikan makanan
- Minum wiski atau anggur yang terkontaminasi oleh timah hitam
- Menghirup asap dari bensin yang mengandung timah hitam
- Bekerja di tempat pengolahan timah hitam tanpa menggunakan alat pelindung
(seperti respirator, ventilasi maupun penekan debu).
Pemaparan timah hitam dalam jumlah yang lebih kecil, terutama melalui debu atau tanah
yang telah terkontaminasi oleh timah hitam, bisa meningkatkan kadar timah hitam pada
anak-anak; karena itu perlu diberikan pengobatan meskipun tidak ditemukan gejala.
Pada anak-anak, gejalanya diawali dengan rewel dan berkurangnya aktivitas bermain
selama beberapa minggu. Kemudian gejala yang serius timbul secara mendadak dan
dalam waktu 1-5 hari menjadi semakin memburuk, yaitu berupa:
- Muntah menyembur yang berlangsung terus menerus
- Berjalan goyah/limbung
- Kejang
- Linglung
- Mengantuk
- Kejang yang tak terkendali dan koma.
Pada dewasa, serangkaian gejala yang khas bisa timbul dalam waktu beberapa
minggu atau lebih, yaitu berupa perubahan kepribadian, sakit kepala, di dalam mulut
terasa logam, nafsu makan berkurang dan nyeri perut samar-samar yang berakhir dengan
muntah, sembelit serta nyeri kram perut. Pada dewasa jarang terjadi kerusakan otak.
Gejala kerusakan otak tersebut terutama terjadi akibat pembengkakan otak. Baik
pada anak-anak maupun dewasa bisa terjadi anemia. Beberapa gejala bisa menghilang
secara spontan, tetapi jika kembali terjadi pemaparan oleh timah hitam, gejalanya akan
kembali memburuk.
Resiko tinggi ditemukan pada anak-anak yang tinggal di rumah tua / lama yang dicat
dengan cat yang mengandung timah hitam.
Kapsul succimer akan berikatan dengan timah hitam dan membantu melarutkannya di
dalam cairan tubuh sehingga dapat dibuang ke dalam air kemih. Efek
sampingnya adalah ruam kulit, mual, muntah, diare, nafsu makan berkurang, terasa
logam di mulut dan kelainan pada fungsi hati (kadar transaminase).
Pemulihan sempurna mungkin memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa
tahun, dan kemungkinan akan meninggalkan efek saraf yang permanen. Setelah
mengalami keracunan timah hitam, sistem saraf dan otot bisa tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, Sistem pembuluh darah dan ginjal juga bisa mengalami
gangguan. Anak yang bertahan hidup bisa mengalami kerusakan otak yang permanen.
9.4.7 KERACUNAN ZAT BESI
Sejumlah besar zat besi bisa menyebabkan diare, muntah, peningkatan jumlah sel darah
putih dan kadar gula darah yang tinggi. Jika dalam waktu 6 jam pertama tidak timbul
gejala dan kadar zat besi di dalam darah rendah, maka kecil kemungkinan terjadinya
keracunan. Zat besi ditemukan pada:
* Fero-sulfat (Feosol, Slow Fe)
* Fero-glukonat (Fergon)
* Fero-fumarat (Femiron, Feostat)
* Suplemen mineral
* Suplemen vitamin.
Gejala overdosis zat besi biasanya terjadi melalui beberapa tahap:

1. Stadium 1 ( dalam waktu 6 jam )


- muntah
- rewel
- diare
- nyeri perut
- kejang
- mengantuk
- penurunan kesadaran
- perdarahan lambung (gastritis hemoragika) akibat iritasi saluran pencernaan.
Jika kadar zat besi di dalam darah tinggi, juga bisa terjadi:
- pernafasan dan denyut nadi cepat
- tekanan darah rendah
- peningkatan keasaman darah.
Tekanan darah yang sangat rendah atau penurunan kesadaran selama 6 jam pertama
menunjukkan bahwa keadaannya sangat serius.
2. Stadium 2 (dalam waktu 10-14 jam)
terjadi perbaikan semu yang berlangsung selama 24 jam.
3. Stadium 3 (antara 12-48 jam).
Bisa terjadi syok (tekanan darah sangat rendah), aliran darah ke jaringan berkurang dan
kadar gula darah turun. Kadar zat besi dalam darah mungkin normal, tetapi pemeriksaan
menunjukkan adanya kerusakan hati.
Gejala lainnya adalah:
- demam
- peningkatan jumlah sel darah putih
- kelainan perdarahan
- kelainan konduksi listrik di jantung
- disorientasi
- gelisah
- mengantuk
- kejang
- penurunan kesadaran.
- Bisa terjadi kematian.
4. Stadium 4 (setelah 2-5 minggu)
Bisa terjadi komplikasi seperti penyumbatan usus, sirosis atau kerusakan otak. Jika hasil
pemeriksaan darah menunjukkan kadar zat besi yang rendah, dilakukan observasi selama
6 jam dan jika tidak timbul gejala, anak tidak perlu dirawat. Jika kadar zat besi tinggi
atau timbul gejala, maka anak perlu dirawat.
Di rumah sakit dilakukan pengurasan lambung. Digunakan arang aktif,
meskipun tidak banyak menyerap zat besi. Mungkin perlu dilakukan
pencucian usus untuk membuang zat besi.
Resiko kematian pada anak yang mengalami syok dan kesadarannya menurun adalah
sebesar 10%. Kematian bisa terjadi bahkan dalam waktu 1 minggu setelah keracunan,
tetapi jika dalam waktu 48 jam gejala-gejalanya telah hilang, maka akan terjadi
pemulihan sempurna.
9.4.8 KERACUNAN HIDROKARBON
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari hidrogen dan
karbon. Hidrokarbon banyak ditemukan di dalam minyak bumi, gas alam dan batubara.
Keracunan hidrokarbon biasanya terjadi karena anak menelan hasil penyulingan
minyak bumi, seperti bensin, minyak tanah, pengencer cat dan hidrokarbon terhalogenasi
(misalnya karbon tetraklorida yang banyak ditemukan di dalam larutan dan pencair dry-
cleaning atau etilen diklorida).
Kematian banyak terjadi pada remaja yang dengan sengaja menghirup atsiri. Sejumlah
kecil bahan tersebut (terutama dalam bentuk cairan yang mudah mengalir) bisa masuk ke
dalam paru-paru dan menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Cairan yang lebih kental,
yang digunakan pada semir furnitur, sangat berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi
dan pneumonia aspirasi yang berat.
Gejalanya terutama menyerang paru-paru dan usus; pada kasus yang sangat berat juga
menyerang otak. Tandanya pada awalnya anak mengalami batuk dan tersedak,
kemudian pernafasan menjadi cepat. Kulitnya tampak kebiruan karena berkurangnya
kadar oksigen dalam darah. Selanjutnya terjadi muntah dan batuk yang menetap disertai
megap-megap.
Pada anak yang lebih besar, sebelum terjadinya muntah, mereka mengeluh merasa
terbakar / panas di lambung. Gejala neurologis meliputi mengantuk, koma dan
kejang. Gejala yang lebih berat ditemukan pada anak yang telah menelan cairan yang
lebih encer, minyak anjing laut mineral atau hidrokarbon halogenasi (misalnya karbon
tetraklorida).
Jika anak berada dalam keadaan sadar, segera minum segelas susu untuk melarutkan
bahan yang tertelan dan mengurangi peradangan lambung. Jika terdapat tanda-tanda
pneumonia (misalnya pernafasan cepat, denyut jantung cepat atau batuk), anak harus
dibawa ke rumah sakit. Jika terjadi pneumonia diberikan terapi oksigen, ventilator,
cairan infus dan pengawasan ketat.
9.4.9 KERACUNAN ALKOHOL
Usahakan agar muntah, setelah muntah berikan kopi pahit dan kompres kepalanya
dengan es.
9.4.10 KERACUNAN OBAT TIDUR (VALIUM, VERONAL).
Minumkan air sebanyak-banyaknya, usahakan agar ia muntah. Berikan norit dan garam
inggeris sebagai pencuci perut.
9.4.11 KERACUNAN ARSEN/RACUN TIKUS

Gejala keracunan arsen / racun tikus :

1. Perut dan tenggorokan terasa terbakar

2. Muntah, mulut kering

3. Buang air besar seperti air cucian beras.

4. Nafas dan kotoran berbau bawang

5. Kejang / syok

Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :

1. Usahakan agar dimuntahkan

2. Beri minum hangat /susu atau larutan norit

3. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit

9.4.12 KERACUNAN PESTISIDA.


Konsumsi air kelapa hijau yang diberi garam dapur. Usahakan agar muntah dengan cara
memasukkan jari bersih ke kerongkongan
9.4.13 GIGITAN ULAR
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik
yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sistem pernapasan mungkin terpengaruh.

Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan


korban dan memberikan ketenangan agar detak jantung normal, melepaskan
benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan
luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah
tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan.

IRIGASI LAMBUNG

I. PENGERTIAN

Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung
merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut
dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah dilakukan selama 200 tahun
dengan indikasi : Keracunan makanan dan obat, perdarahan saluran cerna
dan lain-lain.

II. PELAKSANAAN

a. Keracunan
Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang
memberikan gejala sesuai dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan
bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama
atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
GEJALA UMUM KERACUNAN
1. Hipersalivasi (air ludah berlebihan)
2. Gangguan gastrointestinal : mual-muntah
3. Mata : miosis
PENATALAKSANAAN
1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah
atau norit).
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara :
- Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang.
- Bilas lambung :
Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5
%, atau asam asetat 5 %.
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
- Pakaian yang terkena racun dilepas
- Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
- Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
- Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
- Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
- Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
- Beri kompres dingin di tempat suntikan
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara :
- Diuretic : lasix, manitol
- Dialisa
- Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
- Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
- Gangguan sistem susunan saraf pusat :
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
Odem otak : beri manitol atau dexametason.
4. Pengobatan spesifik dan antidotum
a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka
Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
- Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
- Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
- Tindakan :
Keracunan pada kulit dan mata :
- irigasi dengan air mengalir
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
Keracunan ditelan / tertelan :
- asam kuat dinetralisir dengan antasida
- basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
- jangan bilas lambung atau tindakan emesis
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras
- Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor
sampai koma.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan air
Beri kopi pahit
Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.
c. Keracunan Arsenikum
- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik
usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
Atasi syok dan gangguan elektrolit
Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua
sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh
dosis diturunkan.
d. Keracunan Tempe Bongkrek
- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot,
vertigo sampai koma.
- Tindakan : terapi simptomatik.
e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi,
kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan norit
Beri ATS 10.000 unit.
Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
f. Keracunan Ikan
- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual,
muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot
pernafasan.
- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
g. Keracunan Jamur
- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah,
diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
- Tindakan :
Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
Infus Glukosa.
h. Keracunan Jengkol
- Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria anuria, muncul gejala Uremia.
- Tindakan :
Infus Natrium bikarbonat
Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
i. Keracunan Singkong
- Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu,
kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).
- Tindakan :
Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
j. Keracunan Marihuana / Ganja
- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis
- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.
k. Keracunan Formalin
- Gejala :
Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala
bronchitis dan pneumonia.
Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria,
syok, koma, gagal nafas.
- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi
minum norit / air susu
l. Keracunan Barbiturat
- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi
pernafasan, syok sampai koma.
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.
m. Keracunan Amfetamin
- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis,
kegagalan pernafasan dan sirkulasi.
- Tindakan :
Bilas lambung
Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)
n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)
- Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis
- Tindakan :
Beri antihistamin im/iv
Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.
o. Keracunan Digitalis (Digoxin)
- Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi
- Tindakan :
Propranolol
KCl iv
p. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)
- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata
miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi
pernafasan dan kejang.
- Tindakan :
Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
Jangan diberi morfin dan aminophilin.
q. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)
- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d
kegagalan ventrikel, koma
- Tindakan :
Jangan gunakan epinefrin
Bilas lambung hati-hati
Beri pencahar
Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
r. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)
- Gejala :
Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi
(masuk paru)
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis
Bilas lambung hati-hati
Beri pencahar
Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im
Pengawasan : kemungkinan edem paru.
s. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)
- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala,
dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
- Tindakan :
Pasang O2 bertekanan
Jangan gunakan stimulan
Pengawasan : kemungkinan edem otak

t. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)


- Gejala : mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan
dangkal sampai koma.
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis
Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB.
Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi
pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik.
Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus
disiapkan.
b. Perdarahan Saluran Cernah
Hematemisis adalah muntah darah. Sedangkan melena adalah pengeluaran
feses yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran cerna bagian atas (Tondobala, 1987 dalam Suparman,
1993).
Warna darah, tergantung:
Lamanya hubungan antara atau kontak antara darah dengan asam
lambung
Besar kecilnya perdarahan,
Sehingga dapat berwarna seperti kopi, kemerah-merahan dan bergumpal-
gumpal.
Hematemisis Melena
Terjadi bila perdarahan dibagian Dapat terjadi tersendiri atau bersama-
proksimal jejunum (Tondobala, 1987) sama dengan hematemisis.
atau di atas ligamen Treitz /pada Paling sedikit terjadi perdarahan
jungsi denojejunal (Hudak & Gallo, sebanyak 50-100 mL, baru dijumpai
1996) keadaan melena.
PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Kelainan esophagus: varises, esophagitis, keganasan
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung & duodenum,
keganasan, dll
Penyakit darah: leukemia, DIC, purpura trombositopenia, dll.
Penyakit sistemik lainnya: uremia, dll
Pemakaian obat yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dll
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas terbanyak di Indonesia
adalah karena pecahnya varises esophagus, dengan rata-rata 45-50%
seluruh perdarahan saluran cerna bagian atas (Hilmy, 1971: 58%;
Soemomarto, 1981: 60%; Abdurrahman: 50%; Hernomo, 1981: 44,8%;
dan Ali: 57,43% seperti dikutip Tondobala, 1987 dalam Suparman, 1993)

PENATALAKSANAAN (BILAS LAMBUNG)


Dilakukan selama periode perdarahan akut (kontroversial, karena
mengganggu mekanisme pembekuan normal. Sebagian lain meyakini
lambung dapat membantu membersihkan darah dalam lambung,
membantu mendiagnosis penyebab perdarahan selama endoskofi)
Jika dinstruksikan bilas lambung maka 1000-2000 ml air atau normal
salin steril dalam suhu kamar dimasukan dengan menggunakan
NGT.Kemudian dikeluarkan kembali dengan spuit atau dipasang suction
sampai sekresi lambung jernih.
Bilas lambung pakai es tidak dianjurkan mengakibatkan perdarahan
Irigasi lambung dengan cairan normal saline levarterenol agar
menimbulkan vasokontriksi. Setelah diabsorbsi lambung obat dikirim
melalui sistem vena porta ke hepar dimana metabolisme terjadi, sehingga
reaksi sistemik dapat dicegah. Pengenceran biasanya menggunakan 2
ampul dalam 1000 ml larutan.
Pasien berresiko mengalami apsirasi lambung karena pemasangan NGT
dan peningkatan tekanan intragastrik karena darah atau cairan yang
digunakan untuk membilas. Pemantauan distensi lambung dan
membaringkan pasien dengan kepala ditinggikan penting untuk mencegah
refluk isi lambung. Bila posisi tsb kontraindikasi, maka diganti posisi
dekubitus lateral kananmemudahkan mengalirnya isi lambung melewati
pilorus.
Mengurangi Asam Lambung
Turunkan keasaman sekresi lambung, dengan obat histamin (H2)
antagonistik, contoh: simetidin (tagamet), ranitidin hidrokloride (zantac)
dan famotidin (pepcid)
Dosis tunggal dapat menurunkan sekresi asam selama hampir 5 jam.
Ranitidin iv: 50 mg dicairkan 50 ml D5W setiap 6 jam. Simetidin iv:
300 mg dicairkan dalam dosis intermiten 300 mg dicairkan dalam 50 mg
D5W setiap 6 jam atau sebagai infus intravena kontinu 50 mg/jam. Hasil
terbaik dicapai jika pH lambung 4 dapat dipertahankan.
Antasid juga biasanya diberikan









PROSEDUR KERJA IRIGASI LAMBUNG

RSUP IRIGASI LAMBUNG


No. Dokumentasi No. Revisi Halaman
00 1/2
SPO PELAYANAN Tanggal Berlaku Ditetapkan di : Denpasar
KEPERAWATAN Direktur Utama
Pengertian Membersihkan lambung dari zat kimia, darah.
Tujuan Membersihkan lambung
Mencegah keracunan
Memberi rasa nyaman pada klien
Kebijakan Dilakukan pada pasien yang melakukan irigasi lambung
Prosedur kerja Tahap pra interaksi
Cek catatan keperawatan
Siapkan alat-alat
Cuci tangan
Tahap orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan klien dan keluarga.
Tahap kerja
Cek letak NGT
Masukkan 30 ml normal saline pada NGT
Klem selang pada ujungnya beberapa saat kemudian dilepas
Masukkan spuite untuk irigasi pada slang dan masukkan normal saline
perlahan-lahan
Jika terjadi tahanan, cek posisi selang miringkan klien dengan posisi lain
Setelah selang masuk, aspirasi cairan yang ada di lambung perlahan-lahan
dan ukur jumlahnya
Hubungkan selang dengan penampung
Cuci tangan
Tahap terminasi
Evaluasi hasil kegiatan
Akhiri pertemuan dengan cara yang baik

Prinsip penatalaksanaan terhadap racun


yang tertelan
Dekontaminasi lambung (menghilangkan racun dari lambung) efektif bila
dilakukan sebelum masa pengosongan lambung terlewati (1-2 jam, termasuk
penuh atau tidaknya lambung).
Keputusan untuk melakukan tindakan ini harus mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian (risiko) yang mungkin terjadi akibat tindakan
dekontaminasi dan jenis racun. Dekontaminasi lambung tidak menjamin
semua bahan racun yang
masuk bisa dikeluarkan, oleh karena itu tindakan dekontaminasi lambung
tidak rutin dilakukan pada kasus keracunan.
Kontra indikasi untuk dekontaminasi lambung adalah:

1. Keracunan bahan korosif atau senyawa hidrokarbon (minyak tanah,


dll) karena mempunyai risiko terjadi gejala keracunan yang lebih
serius

2. Penurunan kesadaran (bila jalan napas tidak terlindungi).

Periksa anak apakah ada tanda kegawatan (lihat bagian 1) dan


periksa gula darah (hipoglikemia) (lihat bagian 7.4)

Identifikasi bahan racun dan keluarkan bahan tersebut sesegera


mungkin. Ini akan sangat efektif jika dilakukan sesegera mungkin
setelah terjadinya keracunan, idealnya dalam waktu 1 jam pertama
pajanan.
o Jika anak tertelan minyak tanah, premium atau bahan lain yang
mengandung premium/minyak tanah/solar (pestisida pertanian
berbahan pelarut minyak tanah) atau jika mulut dan
tenggorokan mengalami luka bakar (misalnya karena bahan
pemutih, pembersih toilet atau asam kuat dari aki), jangan
rangsang muntah tetapi beri minum air.

Jangan gunakan garam sebagai emetik karena bisa berakibat fatal.

Jika anak tertelan racun lainnya:

o Berikan arang aktif (activated charcoal) jika tersedia, jangan


rangsang muntah. Arang aktif diberikan peroral dengan atau
tanpa pipa nasogastrik dengan dosis seperti pada Tabel 5. Jika
menggunakan pipa nasogastrik, pastikan dengan seksama pipa
nasogastrik berada di lambung.

Tabel 5: Dosis arang aktif


Anak sampai umur 1 tahun 1 g/kg

Anak umur 1 hingga 12 tahun 25-50 g

Remaja dan dewasa 25-100 g

Larutkan arang aktif dengan 8-10 kali air, misalnya 5 g ke dalam 40 ml


air

Jika mungkin, berikan sekaligus, jika sulit (anak tidak suka), dapat
diberikan secara bertahap

Efektifitas arang aktif bergantung pada isi lambung (lambung kosong


lebih efektif)

Jika arang aktif tidak tersedia, rangsang muntah (hanya pada anak
sadar) yaitu dengan merangsang dinding belakang tenggorokan
dengan menggunakan spatula atau gagang sendok.

Bilas lambung
Lakukan hanya di fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan terlatih yang
mempunyai pengalaman melakukan prosedur tersebut dan keracunan terjadi
kurang dari 1 jam (waktu pengosongan lambung) dan mengancam nyawa.
Bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan bahan korosif atau
hidrokarbon. Bilas lambung bukan prosedur rutin pada setiap kasus
keracunan.
Pastikan tersedia mesin pengisap untuk membersihkan muntahan di rongga
mulut. Tempatkan anak dengan posisi miring ke kiri dengan kepala lebih
rendah. Ukur panjang pipa nasogastrik yang akan dimasukkan. Masukkan
pipa nasogastrik ukuran 24-28 F melalui mulut ke dalam lambung
(menggunakan ukuran pipa nasogastrik lebih kecil dari 24 tidak dapat
mengalirkan partikel besar seperti tablet). Pastikan pipa berada dalam
lambung. Lakukan bilasan dengan 10 ml/kgBB garam normal hangat. Jumlah
cairan yang diberikan harus sama dengan yang dikeluarkan, tindakan bilas
lambung dilakukan sampai cairan bilasan yang keluar jernih.
Catatan: Intubasi endotrakeal dengan pipa endotrakeal (cupped ET)
diperlukan untuk mengurangi risiko aspirasi.

Berikan antidot spesifik jika tersedia

Berikan perawatan umum

Observasi 424 jam bergantung pada jenis racun yang tertelan

Pertahankan posisi recovery position pada anak yang tidak sadar


(Bagan 6)

Pertimbangkan merujuk anak ke rumah sakit rujukan terdekat jika


kasus yang dirujuk adalah kasus keracunan dengan penurunan
kesadaran, mengalami luka bakar di mulut dan tenggorokan,
mengalami sesak napas berat, sianosis atau gagal jantung.

HIPOKSIA ADALAH
Hipoksia merupakan kondisi di mana berkurangnya suplai oksigen ke jaringan di bawah
level normal yang tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

Terdapat 4 macam klasifikasi hipoksia berdasarkan Best dan Taylor:

1. Hipoksia hipoksik, merupakan bentuk tersering dari hipoksia, terjadi ketika


terdapat gangguan pertukaran oksigen di paru-paru. Beberapa penyebabnya antara lain:

Kondisi di mana tekanan parsial oksigen menurun seperti pada ketinggian


tertentu dari permukaan laut;
Kondisi yang memblokade pertukaran oksigen pada tingkat alveolus dengan
pembuluh darah kapiler, seperti: pneumonia (radang paru), asma, tenggelam;
Lain-lain, seperti penjeratan leher, terhirupnya asap (pada kebakaran), penyakit
jantung bawaan seperti Tetralogy of Fallot.

1 Hipoksia anemik, terjadi ketika tubuh tidak mampu mengangkut oksigen yang tersedia
ke jaringan target. Penyebab hal ini antara lain:
Anemia berat karena kehilangan darah baik akut maupun kronis. Anemia yang
bersifat ringan-sedang tidak akan menyebabkan hipoksia anemik karena tubuh masih
dapat mengkompensasi walaupun pasien akan tetap mengalami hipoksia jika melakukan
aktivitas;
Keracunan karbon monoksida (CO);
Obat-obatan seperti aspirin, sulfonamid, nitrit;
Methemoglobinemia (kondisi di mana terdapatnya methemoglobin, suatu pigmen
darah hemoglobin yang tidak normal, pada darah);
Penyakit seperti anemia sel sabit, anemia defisiensi besi, anemia aplastik,
anemia hemolitik.

1 Hipoksia stagnant, terjadi ketika tidak adanya aliran darah yang cukup ke jaringan
target. Organ yang paling terpengaruh adalah ginjal dan jantung karena mereka memiliki
kebutuhan oksigen yang tinggi. Penyebab hal ini antara lain:

Gagal jantung;
Menurunnya volume darah yang bersirkulasi;
Melebarnya pembuluh darah vena;
Darah vena yang tidak bisa mengalir baik akibat G-forces (seperti yang dialami
oleh para pengemudi pesawat-pesawat tempur atau aerobatik).

1 Hipoksia histotoksik, terjadi ketika jaringan tubuh tidak dapat menggunakan oksigen
yang sudah dialirkan ke mereka. Kasus ini bukan merupakan hipoksia sebenarnya
karena tingkat oksigenisasi jaringan dapat normal atau lebih dari normal. Penyebab hal
ini sebagian besar berupa racun, antara lain:

Keracunan sianida;
Konsumsi alkohol;
Narkotika.

GEJALA
Gejala dan tanda utama dari hipoksia adalah adanya peningkatan frekuensi napas lebih
dari normal, sianosis, dan gejala-gejala (yang karena terjadi gangguan pada) otak.

Peningkatan frekuensi napas terjadi ketika reseptor (saraf penerima) di pembuluh darah
tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di (pembuluh darah) arteri. Hal ini
juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik. Akan tetapi, peningkatan
frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik karena tekanan oksigen di arteri
normal dan juga pada hipoksia stagnant karena tekanan pada reseptor di pembuluh
darah tepi tinggi (bahkan lebih tinggi dari normal).

Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir.
Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen lebih dari 5
g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis: perifer dan sentral. Sianosis perifer terlihat pada kuku dan
mengarah pada hipoksia stagnant. Bagian terluar dari tubuh (seperti ujung-ujung jari)
sangat kurang mendapat aliran darah ketika tekanan darah rendah dan melepaskan
oksigen dalam jumlah besar dari hemoglobin, sehingga
kadar deoksihemoglobin meningkat.

Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir dan cuping
telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang biasanya menerima
darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar oksigen dalam darah rendah
seperti pada hipoksia hipoksik.

Gejala-gejala otak karena hipoksia mirip dengan mereka yang sedang dalam keadaan
keracunan alkohol seperti pertimbangan yang terganggu, mengantuk atau terlalu
gembira, sensitivitas terhadap nyeri yang berkurang, disorientasi, dan sakit kepala.
Gejala lain seperti mual, muntah, denyut nadi yang meningkat, dan tekanan darah yang
tinggi.

Jari tangan atau kaki yang berbentuk seperti tabuh juga merupakan tanda yang dapat
ditemui. Akan tetapi, jari tabuh ini juga dapat disebabkan oleh kondisi lain
baik idiopatik (tidak diketahui), bawaan, atau didapat meliputi: penyakit jantung bawaan,
infeksi dinding jantung dan katupnya, kondisi paru-paru (penyebaran dari kanker
paru, abses paru, fibrosis kistik, mesothelioma, bronkiektasis), dan juga penyakit-
penyakit saluran cerna (sirosis hati, penyakit radang saluran cerna).

Akan tetapi, gejala-gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari hipoksia. Waktu
yang dihabiskan seseorang dalam satu tingkat dalam keempat tingkat ini berbeda-beda
antara masing-masing orang. Biasanya tingkat hipoksia ini dipakai oleh bagian
penerbangan. Empat tingkat hipoksia adalah:

1. Tidak Bergejala

Orang biasanya tidak awas akan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala biasanya
adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya penglihatan warna.
Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang (serendah 4000 kaki) dan
terutama sangat signifikan untuk pilot saat malam hari. Kadar oksigen dalam darah
biasanya antara 90-95%.

1 Kompensasi

Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki. Tubuh
masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman napas dan
curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit).
Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-90%.

1 Perburukan / Gangguan

Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen.
Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang berhubungan
pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat melakukan untuk
mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat terjadi pada tingkat
ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir),
mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang terganggu, inkoordinasi (kekikukan
gerakan), kesulitan melakukan tugas sederhana, berkurangnya penglihatan, kesemutan,
napas pendek, dsb. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.

1 Kritis

Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang tidak
berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan kesadaran,
kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen dalam darah biasanya
di bawah 70%.

PENYEBAB
Penyebab hipoksia dapat dilihat dari penyebab terjadinya sianosis sentral dan perifer.
Sianosis sentral dapat disebabkan oleh:

Kondisi di mana kadar oksigen berkurang seperti: daerah ketinggian, fungsi paru-
paru yang sudah berkurang, hubungan yang tidak selaras antara oksigen yang masuk ke
paru dan oksigen yang dapat dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh, beberapa tipe
penyakit jantung bawaan;
Hemoglobin dengan afinitas (ketertarikan) yang rendah terhadap oksigen;
Kelainan dari hemoglobin
seperti: methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia, karboksihemoglobinemia.

Sedangkan sianosis perifer dapat disebabkan oleh:

Kondisi yang dapat menyebakan menurunnya curah jantung (volume darah yang
dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit);
Paparan terhadap dingin;
Sumbatan pada pembuluh darah arteri atau vena.

PENGOBATAN
Pencegahan merupakan pengobatan terbaik. Evaluasi pasien secara lengkap merupakan
hal yang penting. Hipoksia merupakan hal yang perlu dihindari pada pasien dalam
keadaan sakit berat, keracunan, dan anemia / kurang darah.

Penting untuk mengetahui sejak kapan pasien mengalami sianosis. Sianosis yang terjadi
sejak lahir mengarah ke suatu penyakit jantung bawaan. Sianosis sentral dan perifer
harus dibedakan karena penyebab yang berbeda-beda. Pemijatan atau penghangatan
pada ujung-ujung jari yang kebiruan (sianosis perifer) dapat meningkatkan aliran darah
dan menghilangkan sianosis tersebut, tetapi hal ini tidak terjadi pada kasus sianosis
sentral. Kadar oksigen di pembuluh darah arteri juga harus ditentukan dengan analisis
gas darah.
Pencegahan dan pengobatan hipoksia dapat dilakukan dengan pemberian oksigen.
Pemberian oksigen disesuaikan dengan kadar oksigen dalam darah dan diberikan
dengan aliran sedemikian sehingga kadar oksigen dalam darah di atas 90%.

Pengobatan umum untuk hipoksia histotoksik adalah oksigen hiperbarik. Pengobatan


khusus untuk keracunan sianida adalah nitrit atau biru metilen dengan cara
membentuk methemoglobin dari hemoglobin yang selanjutnya akan menetralkan sianida.
Akan tetapi, penggunaan nitrit harus berhati-hati karena dapat menimbulkan hipoksia
anemik jika diberikan dalam jumlah besar.

Pemberian terapi oksigen juga perlu berhati-hati pada pasien dengan kegagalan
pernapasan yang berat seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Normalnya, laju
napas kita dipengaruhi oleh kadar karbondioksida dalam darah. Jika kadar
karbondioksida tinggi, otak akan mempercepat laju napas kita agar kadar oksigen naik
dan kadar karbondioksida turun.

Akan tetapi, pada pasien dengan PPOK, otak tidak sensitif lagi dengan kadar
karbondioksida yang tinggi dan laju napas justru dipengaruhi oleh kadar oksigen yang
rendah. Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat membuat otak mengurangi
laju napas sampai dapat terjadi henti napas.

Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu terbentuknya
radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi saluran napas. Jika
diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru dan mata. Selain itu, oksigen
hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti iritasi saluran napas, kedutan pada
otot, telinga berdenging, kejang, dan koma. Semakin besar tekanan oksigen yang
diberikan, semakin cepat gejala-gejala tersebut muncul.

Keracunan merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat


atau makanan ke dalam tubuh melalui berbagai cara yang berbahaya bagi tubuh.
Ada tindakan-tindakan pokok yang penting saat memberikan pertolongan pada
korban keracunan. Pertolongan pada korban yang keracunan yang ditimbulkan
oleh zat apapun haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati dan tidak boleh
terburu-buru. Pertolongan yang salah atau yang secara berlebihan justru
mendatangkan bahaya baru bagi korban.
Sedapat mungkin mencari tahu atau mencari racun penyebabnya, misalnya dari
botol bekas atau sisa zat atau makanan yang masih ada disekitar korban.
Tindakan pertolongan akan sangat ditentukan dari jenis racunnya.
Tindakan pertama adalah bersihkan saluran napas korban dari kotoran, lendir,
atau muntahan. Dalam hal keracunan, penolong jangan memberikan pernapasan
buatan dengan cara mulut ke mulut karena bahaya terkontaminasi dari korban ke
penolong. Apabila pernapasan buatan diperlukan, maka berikan cara lainnya.
Apabila racun tidak dapat dikenali atau tidak diketahui maka untuk sementara
berikan norit atau larutan arang batok kelapa yang dicampur dengan air. Selain
itu dapat juga berikan putih telur, susu, dan air sebanyak-banyaknya untuk
mengencerkan racun yang masuk dalam tubuh.
Racun dapat masuk dalam tubuh dengan berbagai cara seperti berikut :
1. Racun masuk melalui mulut
Umumnya racun masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang dengan sendirinya
dapat merangsang terjadinya muntah, hal tersebut baik bagi korban. Namun, jika
tidak disertai muntah, korban dirangsang untuk memuntahkan racunnya atau
dibantu dengan cara menekan tenggorokannya dengan jari melalui mulut.Pada
anak-anak, merangsang muntah dapat dilakukan dengan memberinya minum air
atau susu sebanyak mungkin, biasanya muntah akan terjadi dengan sendirinya.
* Muntah tidak boleh dirangsang : beberapa catatan yang tidak boleh
merangsang muntah adalah keracunan yang disebabkan oleh bensin, minyak
tanah, asam dan basa keras, serta apabila penderita dalam keadaan tidak sadar.
Memuntahkan zat tersebut malah akan merugikan atau merusak saluran cerna
korban.
* Pembilasan lambung : pembilasan lambung perlu dilakukan apabila racun
masuk melalui mulut kurang dari 3 jam. Pembilasan lambung dapat dilakukan
setelah lewat dari 3 jam, apabila penderita sudah diberi minum susu dalam
jumlah banyak terlebih dahulu. Pembilasan lambung tidak boleh dikerjakan
apabila racun yang termakan bersifat korosif, misalnya asam atau basa keras
atau berupa bensin dan sejenisnya.
* Cara yang dilakukan dalam penatalaksanaan keracunan melalui mulut :
penderita diberi minum air garam (satu sendok makan garam dapur dalam satu
liter air) atau satu sendok makan bubuk norit (arang) dalam satu liter air.
Kemudian cairan tersebut dimuntahkan. Apabila penderita tidak sadar, jangan
melakukan prosedur memuntahkan sendiri isi lambungnya. Dalam hal ini korban
cepat dibawa ke rumah sakit.
2. Racun yang masuk melalui saluran napas
Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan yang merupakan sumber masuknya
racun melalui hidung. Bawa korban ke tempat yang udaranya lebih segar. Bila
perlu berikan pernapasan buatan.
3. Racun masuk melalui kulit
Kulit yang terkena racun disiram dengan air mengalir. Sedapat mungkin,
pakaiannya sudah dilepas terlebih dahulu. Demikian pula pakaian yang
dipakainya disiram dengan air mengalir atau dilepas. Apabila sudah terjadi syok
atau pingsan, penderita segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut.
4. Racun masuk melalui suntikan
Segera pasang penekan (torniket) di atas dari tempat suntikan untuk
menghambat racun menjalar lebih jauh di dalam tubuh, atau dapat pula dengan
menyedotnya dari tempat suntikan dengan mempergunakan alat penyedot.
5. Reaksi alergi berat : anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan
biasanya berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah
mengalami perangsangan (sensitisasi) akibat pemaparan terhadap suatu zat
penyebab alergi. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen,
tapi pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya baru terjadi reaksi
alergi. Reaksi anafilaksis ini terjadinya mendadak, berat dan sistemik (melibatkan
seluruh sistem tubuh).
Anafilaksis bisa terjadi sebagai respon terhadap zat asing/ alergen. Beberapa
jenis obat-obatan misalnya morfin, pada pemaparan pertama bisa menyebabkan
reaksi anafilaktoid (reaksi yang menyerupai anafilaksis, namun masih lebih
ringan). Hal ini biasanay merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi keracunan
dan bukan merupakan mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada
anafilaksis sesungguhnya. Paling sering terjadi pada gigitan atau sengatan
serangga, alergi makanan dan alergi obat. Jarang terjadi pada alergen yang
berupa serbuk sari bunga.
Gejala yang muncul merupakan respon sistem kekebalan tubuh yang
melepaskan antibodi dan diikuti jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya.
Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi penyempitan saluran udara, sehingga
terdengar bunyi mengi (bengek)saat bernapas, gangguan pernapasan dan timbul
gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram perut, muntah dan
diare.
Tindakan pertolongan :
* Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera.
* Bila perlu, segera lakukan pernapasan buatan atau resusitasi kardiopulmonal,
intubasi endotrakeal atau trakeostomi/krikotirotomi.
* Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka
saluran pernapasan dan meningkatkan tekanan darah.
* Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk
menyokong fungsi jantung dan peredaran darah berfungsi baik.
* Antihistamin misalnya Diphenhydramine dan kortikosteroid misalnya prednison
diberikan untuk meringankan gejala lainnya.
Pencegahannya : jika sudah diketahui, hindari alergen penyebab reaksi alergi.
Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab
alergi diberikan, terlebih dahulu berikan kortikosteroid, antihistamin atau efinefrin.
6. Keracunan makanan
* Keracunan botulinum
Kuman Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup dengan kondisi kedap
udara (anaerobic), yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini
mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk
spora, karena cara hidup yang demikian itu, memungkinkan kuman ini banyak
dijumpai pada makanan dalam kaleng yang diolah secara kurang sempurna.
Gejalanya muncul secara mendadak antara 18-36 jamm setelah mengkonsumsi
makanan tercemar kuman ini. Gejalanya berupa badan lemas yang kemudian
diikuti dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu
diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami
kesulitan berbicara dan susah menelan.
Korban harus dirawat di rumah sakit dengan penyuntikkan serumantitoksin yang
khas untuk botulinum. Sebelum disantap, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih untuk beberapa menit.
* Keracunan jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat muncul
beberapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun tersebut.
Gejalanya berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, rasa haus, banyak
berkeringat, kekacauan mental dan pingsan.
Tindakan pertolongan : apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang
agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer Kalium
Permanganat ( 1 gram Kalium Permanganat dalam 2 liter air) atau dengan
meminum putih telur dicampur susu. Bila ada gangguan napas, berikan
pernapasan buatan, setelah itu bawa penderita ke rumah sakit.
* Keracunan jengkol
Keracunan jengkol dapat terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol yang
berlebih dalam saluran kencing. Gejalanya berupa nyeri pinggang yang disertai
dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing dan kristal-kristal asam jengkol yang
berwarna putih nampak keluar bersama air kencing. Kadang juga disertai darah
akibat gesekan kristal asam jengkol saat keluar dan melukai saluran kemih. Bau
khas jengkol pada napas, mulut dan air kencing. Keracunan yang berat dapat
mengakibatkan berkurangnya air kencing atau tidak dapat kencing sama sekali.
Tindakan pertolongan : pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air
soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan
untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang berat, penderita harus dirawat
di rumah sakit.
* Keracunan singkong
Racun yang terdapat dalam singkong merupakan unsur senyawa sianida.
Gejalanya muntah, mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, badan lemah,
mata melotot, mulut berbusa, pingsan, kejang-kejang.
Tindakan pertolongan :
- berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap 2-3 menit sekali
selama 15-30 detik.
- berikan pernapasan buatan.
- usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang telah dimakan.
- berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas air untuk diminum.
- selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit, selama dalam perjalanan
usaha pertolongan harus dilanjutkan atau diulangi.
7. Keracunan zat kimia dan obat
Beberapa zat kimia yang sering digunakan misalnya : DDT,
pembunuh/pembasmi serangga, obat merah (yodium tinctur), racun tikus, zat
pembasmi hama, zat penutih, deterjen, alkohol, spiritus, minyak tanah, bensin,
solar, gas, korek api, zat kecantikan seperti untuk kuku atau muka. Keracunan
utamanya sering terjadi karena salah dalam penggunaan, tidak sesuai untuk
siapa yang cocok zat tersebut digunakan, dan dosis yang berlebihan.
Tindakan pertolongan :
- bawalah korban ke dokter dengan membawa botol atau tempat zat itu disimpan
sehingga cepat diberikan penawarnya.
- jika ada dugaan penderita keracunan, maka upayakan penderita memuntahkan
apa yang telah dimakannya dengan cara memasukkan jari ke dalam
mulut/keronkongannya atau berikan minum air sabun/air garam, biarkan
penderita muntah sampai muntahannya jernih. Untuk merangsang muntah
diberikan susu, air yang dicampur terigu atau telur mentah yang telah dikocok,
atau berikan satu sendok makan bubuk arang.
- Tetapi jika penderita diduga menelan korosif seperti minyak tanah, penderita
dilarang muntah atau jangan dirangsang muntahnya.
Untuk hal ini lakukan pertolongan dengan memberikan penawar racun, penawar
racun yang sering digunakan :
- Arang kayu 2 bagian atau roti yang dipanggang sampai hangus. Garam Inggris
1 bagian, asam tannin/teh pekat 1 bagian, dan diaduk sampai merata. Lalu ambil
satu sendok teh penuh campuran tersebut dan dituangkan ke dalam 1 gelas air,
lalu diminum.
- Cara lainnya adalah suruh penderita muntah.
- Bila anak-anak, baringkan anak pada lutut dengan kepala dibawah dan
letakkan jari di belakang kerongkongannya supaya dia muntah.
- Untuk anak yang lebih besar, bisa diberikan satu atau dua gelas susu atau putih
telur, atau garam satu sendok teh ditambahkan dengan air yang bila diminum
akan menambah kecendrunggan untuk muntah.

PENANGANAN KERACUNAN AKUT

Keracunan dapat terjadi secara akut maupun kronik. Yang kronik sulit di temukan
sebabnya karena terjadi perlahan dalam jangka waktu panjang. Biasanya keracunan
kronik terjadi dengan zat kimia yang bersifat kumulatif dalam tubuh ( misalnya insektisida
organoklorin), namun dapat juga terjadi bila sifat toksinnya bertahan sedangkan zat
kimianya sudah tidak terdapat lagi dalam tubuh (misalnya nefropati analgesic).

Keracunan akut di Indonesia banyak terjadi di kota-kota besar, namun outbreaks


kadang terjadi di manapun akibat kecerobohan manusia. Gejalanya dapat menyerupai
setiap penyakit, karena itu diagnosis bandingnya perlu di pahami.

Gejala dan Diagnosis

Gejala keracunan sering tidak spesifik, misalnya koma, dapat di sebabkan oleh
hipnotik dan penenang, obat perangsang SSP, antidepresi, karbol, insektisida dan lain-
lain. Dalam hal ini, anamnesis dapat membantu menegakan diagnosis. Untuk melakukan
diagnosis yang benar harus di kenal segala efekfarmakodinamik dari semua zat kimia
dan obat yang potensial bersifat racun. Namun biasanya keracunan menyangkut
golongan zat kimia tertentu dan beberapa diantaranya mempunyai gejala yang pasti.
Obat hipnotik misalnya, menimbulkan koma dengan tonus dan reflek otot menurun
seperti dalam anesthesia. Antikolenergik juga menimbulkan gejala yang khas seperti
midriasis, takikardia, kulit merah dan panas. Keracunan Baygon khas sekali dengan
gejala keringat yang banyak, mulut berbuih dan berbau insektisida (bila di telan), serta
koma.

Dalam menangani penderita keracunan, yang paling penting di perhatikan adalah


penilaian klinis, walaupun penyebabnya belum di ketahui. Diantaranya yang perlu di
perhatikan sekali adalah derajat kesadaran dan respirasi, karena dua hal inilah yang
dapat menimbulkan kematian segera.

Kesadaran

Kesadaran merupakan petunjuk penting beratnya keracunan. Makin dalam koma,


makin berat keracunannya, dan angka kematian bertambah dengan bertambah dalamnya
koma. Derajat koma ini sebanding dengan kadar obat dalam darah penderita, tetapi
suatu kadar tertentu tidak menimbulkan derajat koma yang sama pada setiap orang. Hal
ini berhubungan dengan toleransi dan perbedaan kepekaan seseorang.

Dalam Toksokologi, derajat kesadaran di bagi menjadi 4 tingkat:

1. Tingkat I

Penderita ngantuk tapi masih bisa di ajak bicara,

2. Tingkat II

Penderita dalam keadaan spoor, dapat di bangunkan dengan rangsangan minimal seperti
bicara keras dan di goyangkan lengannya,

3. Tingkat III

Penderita dalam keadaan soporokoma, hanya dapat bereaksi terhadap rangsangan


maksimal yaitu dengan menggosok sternum dengan kepalan tangan,

4. Tingkat IV

Penderita dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikitpun terhadap rangsangan
maksimal seperti di atas. Keadaan ini paling berat tapi prognosisnya tidak terlalu buruk.

Respirasi

Seringkali hambatan pada pusat nafas merupakan sebab kematian pada keracunan,
karena itu frekwensi nafas dan volume semenit harus di perhatikan. Volume semenit
dapat di ukur dengan Spirometer Wright yang di letakan di atas mulut dan hidung
penderita. Bila kurang dari 4 ltr/mnt maka di perlukan O2 dan respirator mekanik bila
tersedia. Jalan nafas juga sering terlambat oleh sekresi mucus yang dapat berbahaya jika
tidak segera di bersihkan. Hal ini di jumpai pada keracunan insektisida organofostat atau
karbamat.

Tekanan Darah

Syok sering di jumpai pada keracunan. Biasanya keadaan syok tidak terlalu berat dan
dapat di tangani dengan tindakan yang sederhana. Syok biasanya berkaitan dengan
kerusakan pusat vasomotor dan prognosisnya buruk.

Kejang

Kejang menandakan adanya perangsangan SSP (misalnya oleh amfetamin), manula


spinalis (oleh striknin) atau hubungan saraf otot (oleh insektisida organofosfat). Keadaan
ini harus di bedakan dari penyakit yang menimbulkan kejang seperti epilepsy, kejang
demam, dan sebagainya.

Kombinasi antara koma dan rangsangan SSP dapat terjadi pada keracunan beberapa
obat . Misalnya metakualon dapat menimbulkan koma, hipertoni, reflex meninggi, klonus
serta hiperekstensi reflex plantar.
Pupil dan Refleks Ekstremitas

Bertentangan dengan pendapat umum, gejala pupils dan reflex ekstremitas tidak
begitu penting untuk diagnosis karena bervariasi, kecuali pada keracunan atropine dan
morfin. Juga dalam menentukan prognosis, gejala ini tidak dapat di jadikan pegangan.
Pada keracunan hipnotik, pupil sering anisokor dan midriasis menetap tetapi tidak selalu
menandakan prognosisi buruk.

Bising Usus

Perubahan bising usus biasanya menyertai perubahan derajat kesadaran. Pada


kesadaran tingkat III biasanya bising usus negative, dan pada tingkat IV selalu negative,
sehingga tanda ini sapat di pakai untuk mencocokan derajat kesadaran misalnya pada
penderita yang berpura-pura.

Jantung

Beberapa obat membuat kelainan pada rytme jantung. Misalnya digitalis, antidepresi
trisiklik dan hidrokaebon berklorida sehingga dapat terjadi gejala payah jantung atau henti
jantung. Untuk menetukan keracunan obat tersebut serta pengobatannya, di perlukan
pengetahuan khusus tentang mekanisme terjadinya aritmia ini.

Lain-Lain

Gejala yang lain perlu di perhatikan , seperti gangguan keseimbangan asam dan basa
atau air, tanda kerusakan hati dan ginjal, retensi air seni, muntah dan diare serta kelainan
spesifik misalnya pada X-poto tulang. Pada 6% penderita keracunan akut barbiturate
atau hipnotik lain di temukan bulu di kulit.

PERAN LABORATORIUM

Diagnosisi pasti keracunan di tentukan oleh pemeriksaan analitik darah, air seni dan
meuntahan penderita. Namun pemeriksaan darah idak selalu di perlukan karena
pengobatan sudah bisa dilakukan dengan mengetahui gejalanya saja.

Spesimen biologic dapat di periksa secara kualitatif Waupun kuantitatif. Biasanya


pemeriksaan kuantitatif sudah mencukupi dan jarang di perlukan pemeriksaan kualitatif,
misalnya pada keracunan salisilat yang berat (untuk menetukan pengobatan) atau
parasetamol dengan dosis tinggi.

TERAPI KERACUNAN

Sebagian besar kasusu keracunan tidak perlu di obati di pusat pelayanan kusus
karena mereka hanya membutuhkan pengobatan simtomatik. Lima persen kasus
memerlukan terapi kusus seperti hemodialistis, dan antidotum khusus hanya terseia
untuk kurang dari 2-3% kasus, misalnya untuk keracunan Pb, As, Hg, Sianida, Insektisida
Organofosfat, Karbamat, Derivat morfin dan warfarin. Tetapi tidak bisa disangkal bahwa
suatu unit keracunan banyak manfaat dan keunggulannya, yang tercermin dari kecilnya
angka kematian dalam unit seperti ini.

Dalam 25 tahun terakhir ini pengobatan pada keracunan mengarah pada prinsip
perawatan penderita dan tidak memeberikan pengobatan yang berlebihan.Pengobatan
simtomatik tidak kalah pentingnya dari penggunaan antidontum. Selama fungsi vital
tubuh masih bisa di pertahankan maka penderita dapat mengadakan biotransformasi dan
eksresi obat dengan demikian dapat mengatasi keracunan sendiri. Keadaan semakin
sulit jika terjadi komplikasi seperti terjadi kerusakan alat penting seperti otak, hati ataupun
ginjal.

Keadaan Darurat

Dalam menangani penderitsa keracunan, pertimbangan pertama adalah memutuskan


apakah perlu dia adakannya tindakan pertama pada fungsi vital. Oleh karena itu tindakan
darurat meliputi penanganan gagal nafas dan syok, serta mencegah absorpsi obat lebih
lanjut.

Gagal nafas. Hambatan respirasi tidak hanya terjadi pada keracunan hipnotik
sedative, tetapi juga pada zat kimia lain seperti salisilat dan perangsang SSP. Gangguan
nafas bisa berakibat anoksia dan gangguan keseimbangan asam basa.

Sering sekresi saliva dan bronkus menyumbat jalan nafas, terutama pada keracunan
obat-obat kolinergik (seperti baygon). Dalam hal ini membersihkan mulut dan jalan nafas
merupakan tindakan pertama yang harus di lakukan untuk mengurangi kemungkinan
aspirasi, penderita harus selalu di baringkan dalam posisi miring bergantian pada sisi
kanan dan kiri bila ia tidak sadar.

Evaluasi pernafasan yang obyektif dapat di lakukan dengan resfirometer. Bila volume
semenit kurang dari 4 ltr maka di perlukan oksigen. Pemgikuran Ph, Pco2, Po2 dan
bikarbonatdari darah arteri juga di perlukan. Dalam keadaan darurat niketamid boleh di
gunakan sebagai perangsang nafas, pemberian satu kali 2 ml sudah cukup.

Jika terjadi apnea tau keadaan yang mendekati apne, maka harus di gunakan
respirator mekanik. Bila pipa trakeal respirator perlu di pertahankan lebih dari 48 jam,
maka harus di lakukan trakeotomi untuk mencegah kerusakan pita suara.

Syok. Pada keracuanan barbiturate, syok terjadi karena depresi otot jantung dan
berkurangnya curah jantung. Kedua rupa berdasarkan mekanisme sentral. Curah jantung
menurun karena alir balik terganggu oleh dua hal :

1. Permeabilitas kapiler meninggi sehingga terjadi exreavasasi cairan dengan


akibat berkurangnya volume darah,

2. Katup Vena di extremitas tidak bekerja dengan baik sehingga darah terkumpil di bagian
vena.

Kemungkinan besar mekanisme ini juga terjadi pada keracunan sedative lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas maka urutan tindakan untuk mengatasi syok pada
keracunan barbitural adalah :

1. Penderita di letakan pada posisi tungkai lebih tinggi dari pada jantung,

2. Berikan metraminol 5 mg IM dan di ulang 2-3 kali dengan interval 20 menit bila perlu,
tekanan darah tidak boleh melebihi 100 mmHg sistolik, karena pada tekanan di atas 100
mmHg terjadi inefesiensi jantung serta vasokonstriksi pembuluh darah ginjal,
3. Bila tindakan di atas belum menolong dapat di berikan infuse deketran (berat molekul
60.000-70.000),

4. Oksigen selalu perlu di berikan,

5. Asidemia dan payah jantung memperhebat syok dan tindakan untuk mengatsi kedua hal
ini perlu di lakukan,

6. Hidrokortison 100 mg tiap 6 jam dapat di tambahkan dalam pengobatan kasus resisten.

Prevensi Absorpsi obat. Bila keracunan terjadi melalui kulit, harus di ingat tidak
boleh menggunakan zat pelarut organic untuk membersihkan, sabun dan air merupakan
pembersih yang baik. Pada keracunan inhalasi, penderita harus di pindahkan pada ruang
yang lebih segar.

Bila obat di telan, ada 3 cara untuk mengeluarkannya, yaitu dengan menimbulkan
muntah, membilas lambung, dan memberikan pencahar.

1. Memberikan muntah pada penderita yang sadar di lakukan dengan cara mengorek
dinding faring belakang dengan spatel atau memberikan apomorfin 5-8 mg subkutan.
Pemberian larutan garam tidak terlalu baik karena ada kemungkinan terjadi penyerapan
garam berlebihan. Mustard dapat di berikan 2 sendok makan dalam segelas air hangat.
Tindakan ini mungkin sia-sia apabila penyebab meracunannya adalah suatu antiemetic.

2. Bilas lambung dengan pipa karet berdiameter besar di anggap lebih berguna sebab
memungkinkan keluarnya tablet yang belum hancur. Tindakan ini hanya boleh di lakukan
pada penderita yang masih sadar. Cara yang baik untuk mengerjakannya adalah dengan
cara memiringkan ke kiri dan kepala lebih rendah untuk mengurangi kemungkinan
aspirasi paru. Prosedur ini di kerjakan dalam 4 jam obat di telan, kecuali untuk salisilat
dan barbiturate atau obat lain yang memperpanjang pengosongan lambung. Cairan yang
di gunakan untuk ini adalah air hangat tetapi dalam beberapa keadaan bisa di gunakan
larutan lain misalnya untuk sianida dan pemutih pakaian di berikan larutan tiosulfa dan
untuk opiate di gunakan larutan KMnO4.

3. Pemberian pencahar meningkatkan peristalsis usus sehingga waktu absorpsi berkurang.


Norit aktif sering berguna untuk menyerap obat yang terdapat dalam saluran cerna atau
yang di exkresi melalui empedu. Bubuknotrit aktif dalam suspense air dapat di berikan
melalui pipa lambung. Dosis awal 35-50 gr, di sususl dengan dosis 15-20 gr setiap 4-5
jam.

Tindakan Lain

Selain perawatan yang baik, penderita memerlukan pengobatan simtomatik lainnya


yang tidak berbeda dengan pengobatan penyakit yang lainnya. Karena itu penelitian
keadaan klinis sangant di penting. Hal-hal di bawah ini mungkin di perlukan.

1. Barbitural atau diazepam untuk kejang-kejang,


2. Cairan IV untuk mengatasi gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta gagal ginjal,

3. Antibiotik pada komplikasi radang paru.

Antidotum

Antidotum hanya tersedia untuk beberapa jenis keracunan, dan sebaiknya di atasi
dengan pengobatan simtomatis. Antidotum yang paling di butuhkan karena efek
penyembuhannya yang sangat dramatis tercantum di bawah ini.

Jenis keracunan Antidotum


Baygon Atrofin sulfat 2 mg i.v. di ulang
Seriap 8-10 menit sampae sadar
Singkong ( sianida) Na tiosulfas 25%i.v. sekitar 50 ml
Dititrasi sampai sadar
Nitrit Metilen Biru 1% i.v. sekitar 1 mg/kgBB i.v.
Dititrasi sampai sadar
Opiat Nalokson HCL 5.10 mg i.v. dititrasi sampai
Bernafas ranpa bantuan
Klerat (Racun tikus jenis warfarin) Fitomenadion ( Vitamin K1) i.m. 20-50 mg
Methanol secukupnya untuk menghambat
Oksidasi meranol

Organopospat dan karbamat banyak terdapat dalam insektisida. Bahan kimia


organopospat dan karbamat bekerja dengan menghambat asetilkolinesterase yang akan
mengakibatkan penumpukan asetilkolin pada reseptor muskarinik dan nikotinik.
Organopospat berikatan secara irreversible, sedangakan karbamat berikatan reversible.
Perbedaan ini nantinya akan membedakan bagaimana penatalaksanaannya.
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan
propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama.
Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox),
timethacarb (landrin) dan lainnya. Klik disini untuk mendapatkan link download
gratis, (PDF) (DOC)

Penyebab

Insektisida golongan karbamat

Gambaran Klinis

Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi
otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut,
muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya
karena depresi pernafasan.

a. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa :

Miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme,


Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan
kabur, Bradikardi

b. Efek nikotinik berupa :

Fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi)

c. Efek SSP berupa :

Sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.

d. Efek pada kardiovaskularbergantung pada reseptor mana yang lebih dominan

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan insektisida, pemeriksaan klinis


dan menyeluruh dan terakhir pemeriksaan laboratorium.

Penatalaksanaan

1. General Management

a. Airways : jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.


b. Breathing : beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi
c. Circulation : pasang IV line, pantau vital sign.
2. Spesifik terapi

a. Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif.


Direkomendasikan pada kasus yang mengancam. Efektif jika <>

b. Karbon aktif . Dosis 12 tahun : 25 100 gr dalam 300-800 ml. Dosis <>

3. Pharmacologic terapi

a. First line

Atropine :
12 tahun : 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis
pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai
kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48
jam.
<>Supportif :

Diazepam 5-10 mg IV bila kejang

Furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul

Pembahasan
Intoksikasi adalah masuknyazat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Pestisida adalah zat
untuk membunuh atau mengendalikan hama.
Toksin masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara yaitu :
- Penyerapan melalui kulit yang sehat atau kulit yang sakit
- Terhisap bersama udara pernafasan ( inhalasi )
- Ditelan ( per oral atau digesti )

Organofosfat : pestisida yang merupakan racun pembasmi serangga yang paling


toksik. Pestisida golongan organofosfat makin banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang
menguntungkan bagi para petani. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam
tanah, dan tidak menyebabkan resisten pada serangga. Bekerja sebagai racun kontak, racun
perut dan juga racun pernapasan. Golongan organofosfat bekerja dengan cara menghambat
aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa. Oleh karena itu,
keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan,
mengakibatkan perangsangan secara terus- menerus pada saraf. Keracunan ini dapat terjadi
melalui mulut, inhalasi dan kulit. Efek memblokade penyaluran impul syaraf dengan
cara mengikat enzim asetilkolin esterase.

Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama


dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan di rumah
tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga pengganggu
lainnya. Di lain pihak, pestisida secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada
orang baik disengaja maupun tidak. Kematian yang disebabkan oleh keracunan
pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu menggunakannya,
maupun karena disalahgunakan ( bunuh diri ).
Organofosfat menimbulkan efek pada serangga, mamalia dan manusia melalui
inhibisi asetilkolinesterase pada saraf. Fungsi normal asetilkolin esterase adalah
hidrolisa dan dengan cara demikian tidak mengaktifkan asetilkolin. Pengetahuan
mekanisme toksisitas memerlukan pengetahuan lebih dulu aksi kolinergik
neurotransmiter yaitu asetilkolin (ACh). Reseptor muskarinik dan nikotinik-asetilkolin
dijumpai pada sistem saraf pusat dan perifer.
Asetilkholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis
menjadi asetat dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari
enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin dalam
sinapsis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap yang
persisten.Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali asetilkholin
berperan penting pada sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai
neurotransmiter pada ganglia sistem saraf simpatik dan parasimpatik, yang mana
senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi kholinesterase pada ganglia
sistem saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi, dan hipertensi.
Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada ganglia sistem saraf parasimpatik
menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
Pada sistem saraf pusat, reseptor asetilkolin umumnya lebih penting toksisitas
insektisitada organofosfat pada medulla sistem pernafasan dan pusat
vasomotor.Ketika asetilkolin dilepaskan, peranannya melepaskan neurotransmiter
untuk memperbanyak konduksi saraf perifer dan saraf pusat atau memulai kontraksi
otot. Efek asetilkolin diakhiri melalui hidrolisis dengan munculnya enzim
asetilkolinesterase (AChE). Ada dua bentuk AChE yaitu true cholinesterase atau
asetilkolinesterase yang berada pada eritrosit, saraf dan neuromuscular junction.
Pseudocholinesterase atau serum cholisterase berada terutama pada serum, plasma
dan hati.
Insektisida organofosfat menghambat AChE melalui proses fosforilasi bagian ester
anion. Ikatan fosfor ini sangat kuat sekali yang irreversibel. Aktivitas AChE tetap
dihambat sampai enzim baru terbentuk atau suatu reaktivator kolinesterase
diberikan. Dengan berfungsi sebagai antikolinesterase, kerjanya menginaktifkan
enzim kolinesterase yang berfugnsi menghidrolisa neurotransmiter asetilkolin (ACh)
menjadi kolin yang tidak aktif. Akibatnya terjadi penumpukan ACh pada sinaps-
sinaps kolinergik, dan inilah yang menimbulkan gejala-gejala keracunan
organofosfat.
Manifestasi Klinik Keracunan
Tanda dan Gejala
Keracunan organofosfat dapat menimbulkan variasi reaksi keracunan. Tanda dan
gejala dihubungkan dengan hiperstimulasi asetilkolin yang persisten. Tanda dan
gejala awal keracunan adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos dan
reseptor eksokrin muskarinik.
Gambaran Klinis :
1. Mata : penglihatan kabur, miosis
2. Sekresi : hyperhidrosis, hipersalivasi, hipersekresi bronkus
3. Pencernaan : mual, muntah, diare, sakit perut
4. Pernafasan : batuk, sesak nafas
5. Kardiovaskular : bradikardi dan hipotensi
6. SSP : sakit kepala, konvulsi, delirium
7. Otot : lemah, fasikulasi

Kematian keracunan akut organofosfat umumnya berupa kegagalan pernafasan.


Oedem paru, bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernafasan yang
kesemuanya akan meningkatkan kegagalan pernafasan. Aritmia jantung seperti
hearth block dan henti jantung lebih sedikit sebagai penyebab kematian.
Untuk penegakan diagnosis, maka diperlukan autoanamnesis dan
alloanamnesis yang cermat. Selain itu, diperlukan pemeriksaan fisik yang berkaitan
dengan berat ringannya gejela klinis terutama jika pasien datang dalam keadaan
tidak sadar. Penilaian klinis paling awal dan paling penting adalah status kesadaran.
Alat ukur kesadaran yang digunakan adalah menggunakan skor GCS. Apabila pasien
tidak sadar dan tidak ada keterangan apapun maka diagnosis keracunan dapat
dilakukan pemeriksaan dari semua penyebab penurunan kesadaran seperti
meningoensefalitis, trauma, perdarahan subarachnoid/intracranial, perdarahan
subdural atau ekstradural hematom, hipoglikemia, ketoasidosis diabetikum, uremia
dan ensefalopati.
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi nafas, dan denyut
jantung mungkin dapat membantu penegakan diagnosis pada pasien dengan
penurunan kesadaran.
Pemeriksaan penunjang
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini selain untuk
membantu penegakan diagnosis, juga berguna untuk kepentingan penyelidikan polisi
pada kasus kejahatan. Sampel yang dikirim adalah 50 mL urin, 10 mL serum, dan
fesees.
Selain itu, pemeriksaan penunjang yang juga diperlukan pada pasien yang
dicurigai mengalami keracunan atau intoksikasi adalah :
1. Laboratorium Klinik
- Analisis gas darah
- Darah lengkap
- Serum elektrolit
- Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal
- Sedimen urin
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat dampak keracunan dan dapat dijadikan
sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan obat atau
keracunan makanan.
2. EKG
EKG perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti dengan gangguan
irama jantung dapat berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi
supraventrikuler, ventrikel takikardi, torsade de pointes, fibrilasi ventrikel dan lainnya.
3. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau
dugaan adanya perforasi lambung.
Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan pada kasus keracunan atau intoksikasi
adalah sebagai berikut :
1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi
kardiopulmoner yang dapat dilakukan secara cepat dan tepat berupa:
- Pembebasan jalan nafas
- Perbaikan fungsi pernafasan ( ventilasi dan oksigenasi )
- Perbaikan sistem sirkulasi darah
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan
pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan.
Tindakan dekontaminasi tergantung pada lokasi tubuh yang terkena racun yaitu :
- Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan
inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat nafas, berikan oksigen lembab 100%
dan jika perlu ventilator.
- Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun dengan
cara posisi kepala ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk
kondisinya. Buka kelopak mata secara pelahan dan irigasi larutan akuades atau NaCl
0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan hilang, selanjutnya tutup mata
dengan kassa steril dan konsul dokter spesialis mata.
- Dekontaminasi kulit dengan melepaskan semua pakaian dan aksesoris, kemudian
cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalirdan disabun minimal 10 menit.
- Dekontaminasi gastrointestinal merupakan rute pemaparan paling sering. Tindakan
pemberian bahan pengikat ( karbon aktif ), pengenceran atau pengeluaran isi
lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kubah lambung diharapkan
dapat mengurangi jumlah paparan zat toksik.
3. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang
sedang beredar dalam darah atau dalam saluran GIT setelah lebih dari 4 jam.
Apabila masih dalam saluran cerna dapat digunakan pemberian arang aktif yang
diberikan 30-50 gram ( 0,5-1 gr/kgBB ) setiap 4 jam peroral/perenteral.
4. Antidotum
a) Antimuskarinik
Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa
digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu
yang sering digunakan adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling
luas. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat
pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme, dan bronkorea. Pada
orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai
teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3
menit sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan
organofosfat dengan Atropin.

b) Oxime
Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan
efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena
Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat.
Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil
organofosfat dari sisi aktif enzim.Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang
tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load diikuti 1g/jam selama 48 jam),
Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan mengurangi jumlah
penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal 30mg/kg iv
bolus diikuti 8mg/kg/jam dengan infus. Efek samping yang dapat ditimbulkan karena
pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness,
nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal,
dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi dan tidak ada
kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan
organofosfat.

Pada kasus keracunan, tujuan utama penanganan adalah segera


membuang racun yang belum terserap, mencegah penyerapan lebih lanjut,
menetralisir racun yang sudah terlanjur ada di dalam tubuh, membuang racun yang
sudah terlanjur beredar di dalam tubuh.
Pemakaian karbon (activated charcoal) atau lebih dikenal sebagai Norit,
pada kasus keracunan lebih bijaksana dibanding susu. Karbon memiliki sifat sebagai
penyerap / adsorbent dengan cara mengikat racun. Namun tidak semua racun dapat
diserap oleh karbon. Material korosif, alkohol, kalium, besi, lithium adalah contohnya.
Pada kasus overdosis obat-obatan, karbon sangat bermanfaat sebagai pertolongan
pertama untuk mencegah penyerapan racun. Pemberian karbon harus hati-hati.
Korban harus dipastikan sadar penuh dan mampu menjaga jalan nafas.
Karena racun yang telah masuk dalam tubuh bisa saja telah terjadi penyerapan,
diperlukan observasi lebih lanjut untuk mengetahui apakah telah mengakibatkan
gangguan pada organ tubuh atau tidak. Untuk memantau sejauh apa racun telah
mengganggu sistem organ, diperlukan pemantauan terhap fungsi hati, ginjal dan
jantung. Sehingga diperlukan pemeriksaan darah terhadap fungsi hati dan ginjal.
Sedangkan fungsi jantung dapat dilihat dari EKG secara berkala

Anda mungkin juga menyukai